Edisi : A
Oleh :
Kaprog Pemasaran SMK Al Tafaqquh Fiddin
Sindangwangi - Majalengka
Perhatian : Dokumen ini tidak boleh disalin/dicopy atau digunakan untuk keperluan
komersial atau tujuan lain baik seluruhnya maupun sebagian tanpa izin sebelumnya dari Kepala
SMK Al Tafaqquh Fiddin Sindangwangi - Majalengka
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji hanya milik Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna
dan Dzat Yang Menguasai Alam, ucapan rasa terimakasih kepada-Nya atas semua nikmat-Nya
takkan pernah bisa terhitung dan atas limpahan rahmat-Nyalah, saya dapat menyelesaikan
proposal Manajemen Unit Produksi / Jasa ini sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan
Tak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang dengan
kesabaran dan kelebihannya telah mengajarkan saya. Tak lupa pula saya mengucapkan terima
kasih kepada seluruh dewan guru SMK Al Tafaqquh Fiddin yang turut membantu penyelesaian
Proposal ini. Akal tak sekali tiba, begitulah hadirrnya proposal ini sangat jauh dari
kesempurnaan banyak sekali kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan proposal usaha ini,
baik dari segi pengkajian materi, bahasa, maupun tata cara penulisan. Dengan segala kerendahan
hati, saya mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari berbagi pihak guna
D. Skenario
1. Perkenalan
2. Pejelasan singkat, jelas dan terarah tentang dimensi kompetensi, indikator alokasi waktu
dan skenario pendidikan dan pelatihan menajemen kewirausahaan.
3. Pre-test
4. Eksplorasi pemehaman peserta berkenaan dengn seluk beluk unit produksi melalui
pendekatan andragogi.
5. Pendidikan dan pelatihan (diklat) ini diselenggarakan dengan menggunakan pendekatan
andragogi. Pendekatan ini lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta
pelatihan, menganalisis, menyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih lebih
mengutamakan sebagai fasilitator.
6. Diskusi tentang indikator keberhasilan pelaksanaan unit produksi
7. Praktik ( Simulasi) unit produksi.
8. Pelatih memberikan post test selama 10 menit.
BAB II
KONSEP MANAJEMEN UNIT PRODUKSI
A. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan
agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya
menangani. Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggeris dalam bentuk kata kerja to
manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan
manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi
manajemen atau pengelolaan.
Manajemen menurut Mary Parker (Stoner & Freeman, 2000) ialah seni melaksanakan
pekerjaan melalui orang-orang (The art of getting things done through people). Meskipun
banyak definisi manajemen yang telah diungkapkan para ahli sesuai pandangan dan
pendekatannya masing-masing seperti: Barnard (1938), Terry (1960), Gray (1982), Manullang
(1983), Gitosudarmo (1984), Sukiswa (1986), Siregar & Samadhi (1997), Hitt,et.al. (1989),
Schermerhon (1996), Wright & Noe (1996), Fattah (1996), Matteson & Ivancevich (1996),
Handoko (2003), Gibson (2003), Dressler (2003) dan Casio (2003); namun tidak satupun yang
memuaskan. Walaupun demikian, esensi manajemen dapat dianggap baik sebagai proses
(fungsi) maupun sebagai tugas (task).
Fungsi manajemen menurut Taylor adalah: Planning, Directing, and Organizing of work
(PDO). Menurut Fayol, ada empat fungsi manajemen yaitu: Planning, Commanding,
Coordinating, and Controlling yang disingkat PCCC. Sedangkan menurut Gulick, fungsi
manajemen adalah Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, and
Budgeting dengan akronim POSDCoRB. Terry menyatakan fungsi manajemen adalah Planning,
Organizing, Actualizing, and Controlling (POAC).
Manajemen (pengelolaan) sebagai fungsi meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, kepemimpinan, pemantauan, supervisi, evaluasi pelaporan, dan tindak lanjut hasil
(Gibson, 2003 & Husaini Usman, 2007). Tetapi liputan manajemen ini dapat lebih
disederhanakan menjadi Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan (P3). Karena
pengorganisasian dan kepemimpinan dapat dimasukkan dalam pelaksanaan. Sedangkan
pemantauan, supervisi, evaluasi pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan dapat
dimasukkan ke dalam pengawasan.
1. Kemandirian
Kemandirian ialah otonomi dalam mengatur diri sendiri secara merdeka (tidak
tergantung pihak lain). Dengan otonomi yang lebih besar, manajer UP/J SMK/MAK akan
mempunyai kewenangan yang lebih besar dalam mengelola UP/J SMK/MAK sehingga UP/J
SMK/MAK lebih mandiri. Melalui kemandiriannya, UP/J SMK/MAK lebih berdaya dalam
mengembangkan program-program sekolah sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki.
Yang ada. Manajemen UP/J SMK/MAK dilakukan secara otonomi mengandung arti bahwa
manajemen mampu memutuskan sendiri karena merekalah yang tahu yang terbaik bagi UP/J
SMK/MAK-nya. Otonomi manajemen juga berarti mampu mengatasi masalahanya sendiri.
Otonomi UP/J SMK/MAK yang terus menerus akan menjamin keberlangsung (sustainabilitas)
dan pengembangan UP/J SMK/MAK.
Otonomi harus didukung antara lain oleh kemampuan: merencanakan,
mengorganisasikan, memotivasi, kepemimpinan transformasional, pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan, berkomunikasi, berkoordinasi secara sinerjis, dan melakukan
perubahan organisasi organisasi (jujur, adil, demokratis, transparan, adaptif, antisipatif,
memberdayakan sumberdaya yang ada, dan memenuhi kebutuhan sendiri).
Otonomi dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat memberikan pembelajaran bagi
siswa SMK/MAK bahwa dalam berusaha janganlah menunggu perintah orang lain, mulailah
dari diri sendiri karena diri sendirilah yang paling tahu apa yang terbaik bagi dirinya
berdasarkan kemampuan dan kemauan yang dimiliki. UP/J SMK/MAK diharapkan mampu
menghasilkan tamatan yang mandiri. Otonomi juga menuntut siswa agar mau berubah ke arah
yang lebih baik dan menyadarkan siswa bahwa nasib tidak akan berubah kecuali oleh diri
sendiri.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas ialah pertanggungjawaban tertulis sekolah kepada stakeholder-nya. Semua
kegiatan dalam mengelola UP/J SMK/MAK yang sudah dilaksanakan harus dilaporkan kepada
stakeholder atau komite sekolah dalam suatu rapat sekolah sebagai bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan UP/J SMK/MAK. Selanjutnya, komite sekolah diberi kesempatan secukupnya
untuk mempelajari Laporan Kinerja UP/J SMK/MAK untuk diterima atau ditolak. Adanya
prinsip akuntabilitas dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat mengurangi bahkan
menghindarkan kecurigaan telah terjadi KKN. UP/J SMK/MAK adalah milik sekolah dan
menggunakan fasilitas dan dana milik sekolah dan atau milik investor. Oleh sebab itu, sudah
sewajarnya pihak manajemen melaporkan pemanfaatan fasilitas dan dana tersebut kepada pihak
sekolah dan investor.
Penerapan prinsip akuntabilitas dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat memberikan
pembelajaran bagi siswa SMK/MAK bahwa bahwa setiap mendapat tugas harus diselesaikan
dengan penuh tanggung jawab dan mampu mempertangungjawabkan hasilnya kepada pihak
pemberi tugas. Penyelesaian suatu pekerjaan harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan.
UP/J SMK/MAK diharapkan mampu menghasilkan tamatan yang bertanggung jawab baik
bagi dirinya maupun orang lain. Prinsip otonomi dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat
menyadarkan siswa bahwa setiap manusia adalah pemimpin minimal memimpin dirinya sendiri
dan setiap pemimpin diminta pertanggungjawabannya.
Akuntabiltas dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah satu sumber pendanaan
pendidikan di SMK/MAK dapat menambah kepercayaan bagi warga sekolah, investor, mitra,
dan pelanggan UP/J SMK/MAK untuk membantu fasilitas dan dana, serta menyalurkan, dan
membeli barang/jasa yang dihasilkan UP/J SMK/MAK. Pelanggan tidak akan mau bekerja sama
dengan UP/J SMK/MAK jika kurang ada rasa tanggung jawabnya.
3. Transparan
Transparan ialah keterbukaan. Keterbukaan dalam manajemen UP/J SMK/MAK dapat
mengurangi bahkan menghilangkan rasa saling curiga antara sekolah dengan stakeholder-nya.
UP/J SMK/MAK yang dicurigai akan ditinggalkan stakeholder-nya. Stakeholder sekolah ialah
orang-orang yang peduli dengan kemajuan sekolah. Stakeholder internal sekolah adalah: siswa,
guru, wakil kepala sekolah, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya. Stakeholder
eksternal sekolah antara lain adalah: orang tua/wali siswa, birokrat Dinas Pendidikan, tokoh
masyarakat termasuk LSM, pengusaha, anggota profesi, dan alumni.
Keterbukaan merupakan awal dari kejujuran. Keterbukaan dalam arti bersifat
proporsional yaitu tidak semua rahasia pribadi diungkapkan melainkan keterbukaan dalam
manajemen dan keuangan UP/J SMK/MAK. Keterbukaan hanya akan efektif jika ada
komunikasi yang efektif atau sebaliknya.
Penerapan prinsip keterbukaan dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai sumber
belajar memberikan pembelajaran bagi siswa SMK/MAK bahwa dalam berwirausaha perlu
keterbukaan karena keterbukaan berhubungan timbal balik dengan kejujuran. Kejujuran terletak
dalam hati nurani. Dalam menjual barang/jasa ungkapkan bahwa produk kami/jasa kami
memang bermutu tinggi dengan bukti-buktinya. Sebaliknya, jika ada produk/jasa yang cacat,
sebutkan pula lengkap dengan potongan harganya. Esensi keterbukaan adalah berusaha atau
berdaganglah dengan jujur. SMK/MAK menetapkan prosedur yang mengatur transparansi
sistem evaluasi hasil belajar untuk penilaian formal yang berkelanjutan. Semua guru
mengembalikan hasil kerja siswa yang telah dinilai. SMK/MAK menetapkan petunjuk
pelaksanaan operasional yang mengatur mekanisme penyampaian ketidakpuasan peserta didik
dan penyelesaiannya mengenai penilaian hasil belajar.
Penerapan prinsip keterbukaan dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah satu sumber
pendanaan di SMK/MAK adalah pengelola UP/J SMK/MAK terbuka terutama dalam hal
keuangan UP/J SMK/MAK, terbuka dalam hal mutu yang dihasilkan UP/J SMK/MAK sehingga
tidak mengecewakan pelanggan.
4. Kemitraan
Kemitraan ialah kerja sama saling menguntungkan dalam hubungan setara dan interaktif,
aktif, dan positif. Di lingkungan SMK/MAK, lembaga tempat bermitra disebut institusi
pasangan. Dalam mengelola UP/J SMK/MAK, manajemen harus memikirkan dengan siapa
akan bermitra karena bekerja sendiri-sendiri hasilnya cenderung lebih kecil dibandingkan
dengan bekerja bersama-sama mitra (sinerjis). Kemitraan akan berjalan efektif bila saling
untung (profit), saling kebersamaan (together), saling emphaty, saling membantu (assist), saling
dewasa (maturity), saling berkeinginan (willingness), saling teratur (organization), saling
menghormati (respect), dan saling berbaik hati (kindness) atau disingkap P-TEAMWORK (Fasli
Jalal & Edy Supriyadi, 2006). Dengan adanya mitra maka UP/J SMK/MAK mungkin akan
memiliki pemasok (supplayer) sumber daya manusia dan nonmanusia dan/atau pangsa pasar
dan/atau penyalur (distributor) produk barang/jasa yang dihasilkan oleh UP/J SMK/MAK.
Dalam melakukan kemitraan, keluarga, masyarakat, dan pemerintah melaksanakan fungsinya
masing-masing sesuai dengan perannya masing-masing. Masing-masing mempunyai tugas dan
tanggung jawabnya terhadap pendidikan (Husaini Usman, 2005).
Penerapan prinsip kemitraan dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar
bagi siswa SMK/MAK dapat memberikan pelajaran dalam belajar dan berusaha: (1) binalah
kemitraan melalui jaringan kerja (netwoking) dalam melakukan usaha, (2) bermitralah dengan
prinsip saling menguntungkan, (3) mengetahui sumber daya yang akan dipasok mitra, dan (4)
mengetahui apa yang dapat dilakukan mitra dalam memasarkan produk barang/jasa. Dalam
penyusunan silabus untuk UP/J SMK/MAK, guru dapat bermitra dengan Kelompok Kerja Guru
(KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaranan (MGMP), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
(LPMP) atau perguruan tinggi.
Penerapan prinsip kemitraan dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah satu
sumber pendanaan pendidikan di SMK/MAK adalah UP/J SMK/MAK dapar dukungan
sumberdaya manusia dan nonmanusia dari mitra atau industri pasangan dalam mengembangkan
UP/J SMK/ MAK dan untuk menempatkan siswa SMK/MAK magang di tempat mitra atau
industri pasangan.
5. Partisipasi
Partisipasi ialah keterlibatan aktif stakeholder secara langsung dalam manajemen UP/J
SMK/MAK yang dilandasi keyakinan bahwa bila stakeholder berpartisipasi maka mereka
merasa dihargai. Manusia pada hakekatnya ingin memenuhi kebutuhannya dengan penghargaan
(esteem need) (Maslow,1954). Jika manusia dihargai maka dia akan merasa dilibatkan. Jika
manusia dilibatkan maka ia merasa bertanggung jawab dan berdedikasi. Jika manusia merasa
bertanggung jawab dan berdedikasi maka ia merasa memiliki. Dalam melakukan partisipasi
harus mempertimbangkan kompetensi, tenaga, dana, waktu stakeholder sesuai dengan
relevansinya. Stakeholder bekerja bahu membahu secara profesional sebagai tim kerja yang
sinergis dan solid. Untuk membuat stakeholder yang terlibat dan merasa memiliki terhadap
perencanaan UP/J SMK/MAK, diperlukan suasana yang demokratis, dan stakeholder terlibat
dalam proses pengambilan keputusan. Prinsip ini menuntut para orang-tua dan guru mengerti
segala kebutuhan yang terbaik untuk peserta didiknya, dan melalui satu usaha yang kooperatif,
mereka dapat bahu membahu meningkatkan program-program yang tepat sesuai kebutuhan
peserta didik (Duhou, 2002).
Penerapan prinsip partisipasi dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar
adalah dalam belajar dan berusaha, siswa berpartisipasi aktif tidak bedrsikap pasif. Dalam
menyusun silabus, SMK/MAK dapat mengundang kelompok kerja guru (KKG), Musyawarah
Guru Mata Pelajaranan (MGMP), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) atau perguruan
tinggi untuk meningkatkan partisipasi aktif. Peningkatan partisipasi stakeholder dalam
penyelenggaraan sekolah akan mampu menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat,
akuntabilitas, dan demokrasi pendidikan. Keterbukaan adalah dalam hal program dan keuangan.
Kerja sama ialah adanya sikap dan perbuatan lahiriyah kebersamaan/kolektif untuk
meningkatkan kualitas sekolah. Kerjasama sekolah yang baik ditunjukkan oleh hubungan antar
stakeholder yang erat, dan adanya kesadaran bersama bahwa output sekolah merupakan hasil
kolektif kerja tim yang kuat dan cerdas (Depdiknas,2002). Pembelajaran partsipasi bagi siswa
SMK/Mak bahwa dalam merencanakan usaha perlu ada dukungan aktif pihak lain karena
manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Penerapan prinsip partisipasi dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai salah satu
sumber pendanaan di SMK/MAK adalah UP/J SMK/MAK mendapatkan dukungan dana dan
fasilitas lainnya dari mitra SMK/MAK.
6. Efektif
Efektif ialah setiap upaya untuk mencapai hasil/output yang cocok/sesuai dengan
persyaratan yang diinginkan/diharapkan para pelanggan. Rendah atau kurangnya keefektifan
(effectiveness) diukur oleh tingkatan di mana proses menghasilkan output tidak
sesuai/sejalan/dan tidak cocok dengan persyaratan-persyaratan yang diinginkan/diharapkan
pelanggan (dapat dilihat pada rendahnya mutu output/hasil) (Anonim, 2006). Sedangkan
keefektifan (effectiveness) ialah keadaan di mana pencapaian hasil sesuai dengan acuan yang
direncanakan dan diharapkan untuk memenuhi kepuasan pelanggan/pengguna hasil pendidikan.
Hasil yang diharapkan dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Efektivitas secara
kuantitatif adalah perbandingan antara hasil yang diperoleh dibagi dengan target yang harus
dicapai, sedangkan efektivitas secara kualitatif adalah tingkat kepuasan yang diperoleh. Sesuatu
yang efisien belum tentu efektif dan sesuatu yang efektif belum tentu efisien.
Efisien (daya guna) adalah proses penghematan 7M+1I dengan cara melakukan
pekerjaan dengan benar (do things right), sedangkan efektif (hasil guna) adalah tingkat
keberhasilan pencapaian tujuan (outcomes) dengan cara melakukan pekerjaan yang benar (do
the right things). Efektif juga berarti mampu mencapai tujuan dengan baik. Jika efisiensi lebih
memfokuskan diri pada proses penghematan, maka efektivitas lebih memfokuskan diri pada
output atau hasil yang diharapkan.
7. Efisien
Efisien ialah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang dipersyaratkan dengan
pengorbanan sumber daya yang paling minimal (Anonim, 2006). Sumber daya terutama biaya,
waktu, dan tenaga. Dalam hal ini, proses-proses yang dilakukan selalu menghindari terjadinya
pemborosan atau kerugian-kerugian percuma yang tidak perlu. Proses efisiensi diukur dengan
perbandingan antara output yang dicapai dengan biaya-biaya untuk menghasilkan output yang
diharapkan. Biaya-biaya ini lazimnya dinyatakan dalam bentuk satuan sumber biaya yang telah
dikeluarkan (baik dalam bentuk rupiah, jam kerja, satuan enerji yang digunakan). Sedangkan
yang dimaksud efisiensi ialah acuan terukur kinerja di mana hasil yang dicapai dibandingkan
dengan biaya-biaya/pengorbanan sumber daya yang telah dikeluarkan bagi pencapaian hasil
tersebut (Anonim, 2006).
Beda efektif dan efisien adalah sebagai berikut. Efisien (daya guna) adalah proses
penghematan 7M+1I dengan cara melakukan pekerjaan dengan benar (do things right),
sedangkan efektif (hasil guna) adalah tingkat keberhasilan pencapaian tujuan (outcomes) dengan
cara melakukan pekerjaan yang benar (do the right things). Efektif juga berarti mampu
mencapai tujuan dengan baik. Jika efisiensi lebih memfokuskan diri pada proses penghematan,
maka efektivitas lebih memfokuskan diri pada output atau hasil yang diharapkan.
Penerapan prinsip efisien dalam manajemen UP/J SMK/MAK sebagai sumber belajar
bagi siswa SMK/MAK dapat memberikan pelajaran bahwa dalam mengerjakan sesuatu harus
hemat biaya, tenaga, dan waktu. Penerapan prinsip efisien dalam manajemen UP/J SMK/MAK
sebagai salah satu sumber pendanaan pendidikan di SMK/MAK adalah UP/J SMK/MAK harus
berupaya menghemat biaya, waktu, dan tenaga dalam menghasilkan barang/jasa. Penghematan
dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar, dan dapat menekan harga harga barang/jasa
yang diproduksi sehingga mampu bersaing dengan para pesaing.
3. Tertib Administrasi
Aspek administrasi sering kurang mendapat perhatian dalam usaha kecil di Indonesia.
Unit Produksi seharusnya melakukan pembukuan atas setiap transaksi yang dapat dipelajari oleh
warga sekolah. Data operasi Unit produksi dapat menjadi sarana untuk mengkaji berbagai hal
yang berhubungan dengan pengembangan usaha, misalnya jenis permintaan yang paling sering
disampaikan pelanggan, jenis produk yang cenderung diperlukan pada waktu tertentu, jenis
produk yang diminati pada kalangan tertentu, dimana lokasi tempat tinggal pelanggan, pada
waktu kapan keuntungan terbesar, pada saat bagaimana produk mencapai puncaknya atau
sebaliknya permintaan pada posisi terendah.
Dalam pembelajaran praktik, siswa perlu diberi kesempatan untuk bekerja cepat dan
akurat. Artinya semua tugas diselesaikan secara benar dengan waktu yang sependek mungkin
dengan prosedur yang benar pula. Namun ketika siswa telah menunjukkan penguasaan
kompetensi, mereka perlu ditantang untuk kreatif dan inovatif. Tantangan ini akan menggugah
kompetisi diantara siswa, lebih-lebih bila diberikan sistem reward yang konsisten.
Jika bahan baku dan/atau produk jadi sangat berat, maka sebaiknya pabrik berlokasi dekat
dengan sumber bahan baku dan/atau termpat pendistribusian. Jika tidak perusahaan akan
terbebani dengan biaya transportasi. Sebagai contoh, pabrik bubur kertas (pulp) dan kertas harus
berlokasi dekat sumber bahan baku karena bahan bakunya (kayu) jauh lebih berat dari produk
jadinya (kertas).
Jika bahan baku/produk jadi termasuk barang yang berat, harus diperhitungkan dengan
benar ketersediaan dan keandalan alat angkut di lokasi yang akan kita pilih.
Jika perusahaan berbentuk padat karya seperti perusahaan rokok, lokasi perusahaan harus
diusahakan dekat dengan daerah yang penduduknya dapat direkrut sebagai tenaga kerja.
Lokasi terpilih adalah lokasi yang memerlukan investasi awal dan biaya operasional yang paling
rendah.
2) Setelah ditemukan ide untuk memulai bisnis, maka perlu dilakukan pembahasan oleh
tim di sekolah untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut:
a) Dimana posisi kita sekarang?
b) Kemana kita akan pergi?
c) Bagaimana kita mencapai?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka dilakukan analisis SWOT.
Sebagai contoh:
Kekuatan:
1. Hubungan sekolah dengan masyarakat baik
2. Lokasi sekolah strategis
3. Fleksibilitas anggaran
4. Sarana prasarana mencukupi
5. Pelanggan produksi dan jasa sudah ada
6. Dukungan pemerintah baik
7. Seluruh warga sekolah mendukung,
8. Dll
Kelemahan:
1. Tingkat motivasi/ disiplin warga sekolah rendah
2. Motivasi warga sekolah untuk berkembang rendah
c. Staf yang terlatih sangat kurang/ tidak mempunyai jiwa enterpreuneur
d. Rasa memiliki atas fasilitas rendah
e. Pengambangan staf tidak ada
f. Hanya memusatkan perhatian terhadap ke-pentingan pembelajaran reguler
g. Manajemen usaha menjadi satu dengan manajemen sekolah
h. Perangkat keras masih dipergunakan hanya untuk KBM
i. Para guru pelaksana Unit Produksi memiliki beban mengajar yang sama dengan
guru lain yang tidak terlibat.
Kesempatan:
1. adanya pengembangan praktik kerja industri di SMK
2. Daya dukung DU/DI dalam bentuk pening-katan kemampuan warga sekolah
3. Prospek SMK
4. DU/DI masih menuntut tenaga terampil,
5. Dll
Ancaman
1. Kekurangan profesionalitas pengelola
2. Daya saing usaha produk/ jasa masih ren-dah
3. Stabilitas ekonomi dan politik yang tidak stabil
Untuk lebih memantapkan perencanaan Unit produksi maka dalam pembentukannya
perlu diawali juga dengan langkah-langkah Rencana Bisnis (Bisnis Plan)
1. Deskripsi Usaha
a. Jenis usaha apa yang akan dikembangkan
b. Jenis produksi dan jasa apa yang akan dijual/ dihasilkan
c. Jenis peluang apa yang ada
d. Potensi yang dapat membantu pertumbuhan usaha
e. Apa yang dapat mendukung keberhasilan usaha
2. Masalah pemasaran:
a. Siapa konsumen yang potensial
b. Siapa pesaing yang dihadapi dan apa saja keunggulan mereka
c. Bagaimana promosi penjualan yang akan dilakukan
d. Berapa target pasar yang akan diraih
e. Bagaimana stategi iklan dan promosi yang akan ditempuh
3. Infrastruktur:
a. Dimana lokasi usaha
b. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
c. Fasilitas dan peralatan untuk usaha
d. Jenis transportasi yang ada dan yang akan dibutuhkan
e. Faktor pendukung lain (jaringan listrik, komunikasi, air bersih, drainase, dll)
f. Ketersediaan tenaga kerja
g. Siapa Suplier dalam usaha yang akan dilaksanakan
4. Manajemen:
a. Siapa manajernya
b. Jumlah pekerja yang dibutuhkan
c. Berapa gaji yang dibayarkan
d. Jenis dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan
e. Apakah diperlukan konsultan ahli
f. Apakah diperlukan ijin usaha
g. Bagaimana pengaturan antara kegiatan pembelajaran reguler dengan Unit produksi.
5. Risiko:
a. Problem apa yang amat potensial yang dapat diidentifikasi
b. Risiko yang harus diperhitungkan
6. Finansial:
a. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk usaha yang akan dikembangkan
b. Berapa modal yang dibutuhkan untuk mengawali usaha
c. Cashflow (aliran dana)
d. Break Even Point
e. Sumber keungan yang potensial
f. Apakah ada investor
g. Apakah ada loan
7. Penjadwalan:
a. Berapa waktu yang diproyeksikan untuk usaha tersebut
b. Bagaimana mengatur waktu mewujudkan tujuan
XVII. Simpulan
Bersikan keputusan apakah usaha layak atau tidak layak untuk dibuka. Asumsi yang
mendukung simpulan Anda. Jika usaha sudah dibuka, gambarkan bagaimana
pengembangannya dan apa asumsinya.
BAB IV
PELAKSANAAN UP/J SMK/MAK
4. Efisiensi Produksi
Sebagai manajer produksi, seharusnya anda memperhatikan penggunaan yang efisien dari
input dalam memproduksi output. Anda harus selalu meningkatkan produktivitas yaitu rasio
antara nilai output dan nilai input. Dengan kata lain produktivitas adalah efisiensi dalam
penggunaan input untuk menghasilkan output.
5. Pembuatan Barang/Jasa Bermutu
Mutu adalah bagian penting dalam rumus produktivitas. Dalam produksi, anda tidak selalu
membuat 100% produk yang baik. Terkadang dihasilkan produk yang cacat, dan produk yang
perlu pekerjan kembali. Pada dasarnya produktivitas adalah rasio antara output yang baik
dengan input. Usaha, waktu dan uang yang terpakai dalam pengerjaan kembali dan pemeriksaan
komponen kembali dan pemeriksaan komponen dan prosuk, merupakan kerugian karena
mengurangi produktivitas.
Pengalaman para pabrikan menunjukan 25% produktivitas hilang karena rendahnya mutu.
Jika anda dapat menghindari kehilangan ini anda dapat meningkatkan output anda sampai 30%
tanpa menambah biaya produksi. Jadi jelas terdapat hubungan yang erat antara produktivitas dan
mutu.
BAB V
KEPEMIMPINAN UNIT PRODUKSI/JASA SMK/MAK