Vegf
Vegf
2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8334
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERBANDINGAN KADAR VEGF (VASCULAR ENDOTHELIAL
GROWTH FACTOR) SERUM ANTARA STATUS CagA+
(CYTOTOXIN-ASSOCIATED GENE A POSITIVE)
DAN CagA- (CYTOTOXIN-ASSOCIATED GENE A NEGATIVE)
PADA PASIEN GASTRITIS H. PYLORI
TESIS
Oleh:
TESIS
Oleh
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
NIM : 137101001
Tanda tangan :
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan mengalih media/
formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis
saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada : 6 April 2017
Yang menyatakan,
Tujuan Penelitian: Mengetahui perbandingan kadar serum VEGF pada status CagA
(+) dan CagA(-) pada penderita gastritis H.pylori.
Metode:Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional terhadap 30 pasien
gastritis H.pylorisetelah menjalani tindakan gastroskopi,biopsi danpemeriksaan CLO
test,dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar serum VEGF dengan metoda ELISA serta
CagA dengan metode PCR. Data dianalisis dengan SPSS versi 22. Perbedaan
signifikan bila p < 0,05.
Hasil: Dari 30 subyek penelitian yang sudah dianalisis secara statistik, 18 orang ( 60
% ) pria, 12 orang perempuan (46%), median umur 53,5 tahun (20-68), mayoritas
bersuku batak 16 orang (53,3%), penderita gastritis H. pylori dengan CagA(+)
sebanyak 21 orang (70%) dan penderita gastritis H. pylori dengan CagA(-) sebanyak
9 orang (30%). Didapatkan median kadar serum VEGF 480,3 pg/dl (115,5-2185,2)
pada gastritis H.pylori dengan CagA (+) (p=0,005) signifikan lebih tinggi
dibandingkan gastritis H.Pylori dengan CagA (-) dengan kadar serum VEGF 291,1
pg/dl (158,4-556,7).
i
Universitas Sumatera Utara
RATIO OF VEGF SERUM LEVELS (VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH
FACTOR) BETWEEN CagA+ (CYTOTOXIN-ASSOCIATED GENE A
POSITIVE)STATUS AND CagA-(CYTOTOXIN-ASSOCIATED GENE A
NEGATIVE) STATUS IN PATIENTS WITHH.PYLORI GASTRITIS
ABSTRAK
Background:Helicobacter pylori (H.pylori) is an agent that causes gastritis and the
ulcer of gaster, which can lead to make the gastric tumor at the end. The prevalence is
about 80 % average in developing country and 20-50 % indeveloped countries. One
of the virulence factor isCagA (Cytotoxin-associated gene A) that plays a role in
inflammation process,cell proliferation and metaplasia in gastric mucosa. VEGF, is
one of angiogenic factor that plays a role in process of making new mucosal tissue
after the inflammation of the H.pylori. The escalation of VEGF expression levels
contribute for the beginning of gastric carcinogenesis.
Objective: To identify the ratio of VEGF serum levels between CagA (+) and CagA
(-) in patients with H.pylorigastritis.
Methods:Cross sectional study was conducted towards30 patients withH.pylori
gastritis after they have done gastroscopy,biopsy and CLO test, which were continued
with VEGF serum examination with ELISA test and perfomed PCR test to get
CagA.Then analyzed the data with SPSS 22 version,with p< 0.05was significant.
Result:30 subjects, 18 men (60 %), 12 women (46%), with median age average was
53.5 years old.Majority ethnic was batak with 16 subjects (53.3%).H.pylori gastritis
with CagA(+) was about 21 subjects (70%) and H.pylori gastritis with CagA(-) was
about 9 subjects (30%). We found median serum levels of VEGF about 480.3 pg/dl
(115.5-2185.2) in patients of H.pylori gastritis with CagA(+) morehigher then
H.pylori gastritis with CagA(-) with median serum levels of VEGF 291.1
pg/dl(158.4-556.7) and it was significant (p=0.005).
Conclusion: It was found median serum levels of VEGF more higher significant in
patients of H.pylori gastritis with CagA(+) thenH.pylori gastritis with CagA (-)
Key words:Gastritis, H.pylori, CagA, VEGF
ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tak terhingga senantiasa penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah
memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
tesis ini.
Tesis yang berjudul Perbandingan Kadar VEGF (Vascular Endhotelial
Growth Factor) Serum Antara Status CagA+ dan CagA- Pada Pasien Gastritis
H.Pylori ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pendidikan Magister
Kedokteran Klinik Ilmu Penyakit Dalam di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di
masa yang akan datang. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan
rasa hormat, penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas
Sumatera Utara,
2. Ketua dan Sekretaris Departemen llmu Penyakit Dalam FK USU/ RSUP H.
Adam Malik Medan yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan buat
penulis dalam menyelesaikan pendidikan.
3. Ketua dan Sekretaris Program Studi llmu Penyakit Dalam yang dengan
sungguh-sungguh telah membantu dan membentuk penulis menjadi ahli
penyakit dalam yang berkualitas, handal dan berbudi luhur serta siap untuk
mengabdi bagi nusa dan bangsa.
4. Ketua TKP-PPDS , ketika penulis diterima sebagai peserta Program
Pendidikan Dokter Spesialis llmu Penyakit Dalam yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk diterima sebagai peserta Program
Pendidikan Dokter Spesialis llmu Penyakit Dalam
iii
Universitas Sumatera Utara
5. Khusus mengenai tesis ini, kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar,
Sp.PD-KGEH dan dr. Taufik Sungkar, Sp.PD.M.ked (PD) selaku
pembimbing tesis, yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan bagi
penulis selama mengadakan penelitian juga telah banyak meluangkan waktu
dan dengan kesabaran membimbing penulis sampai selesai tesis ini.
6. Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpPD-KKV, SpJP (K), selaku Ketua Komisi
Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan persetujuan untuk pelaksanaan penelitian ini
7. Para Guru Besar Departemen llmu Penyakit Dalam FK USU/ RSUD dr
Pirngadi/ RSUP H. Adam Malik Medan : Prof. dr. Harun Rasyid Lubis,
Sp.PD-KGH, Prof. dr. Bachtiar Fanani Lubis, Sp.PD-KHOM, Prof. dr.
Habibah Hanum Nasution, SpPD-Kpsi, Prof. dr. Sutomo Kasiman
Sp.PD-KKV, Prof. dr. Azhar Tanjung, Sp.PD-KP-KAl, Sp.MK, Prof.
dr. Pengarapen Tarigan, Sp.PD-KGEH, Prof. dr. OK Moehad Sjah
Sp.PD-KR, Prof. dr. Lukman Hakim Zain, Sp.PD-KGEH, Prof. dr. M
Yusuf Nasution, Sp.PD-KGH, Prof. dr. Azmi S Kar, Sp.PD-KHOM,
Prof Abdul Madjid, Sp.PD-KKV, Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp.PD-
KGEH, Prof. dr. Harris Hasan Sp.PD, Sp.JP(K), dan Prof. DR. dr.
Harun Alrasyid Damanik, Sp.PD, Sp.GK, yang telah memberikan
bimbingan dan teladan selama penulis menjalani pendidikan.
8. Seluruh staf Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUP H. Adam
Malik/RSUD dr. Pirngadi/Medan, Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD-
KGH, Prof. dr. Bachtiar Fanani Lubis, Sp.PD-KHOM, Prof. dr.
Habibah Hanum Nasution, Sp.PD-Kpsi, Prof. dr. Sutomo Kasiman
Sp.PD-KKV, Prof. dr. Azhar Tanjung, Sp.PD-KP-KAl, SpMK, Prof. dr.
Pengarapen Tarigan, Sp.PD-KGEH, Prof. dr. OK Moehad Sjah Sp.PD-
KR, Prof. dr. Lukman Hakim Zain, Sp.PD-KGEH, Prof. dr. M Yusuf
Nasution, Sp.PD-KGH, Prof. dr. Azmi S Kar, Sp.PD-KHOM, Prof
Abdul Madjid, Sp.PD-KKV, Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp.PD-KGEH,
Prof. dr. Harris Hasan Sp.PD, SpJP(K), Prof. DR. dr. Harun Alrasyid
iv
Universitas Sumatera Utara
Damanik, Sp.PD, Sp.GK, dr. Nur Aisyah, Sp.PD-KEMD, dr. A Adin St.
Bagindo Sp.PD-KKV, dr. Lufti Latief, Sp.PD-KKV, (Alm) dr. Syafii
Piliang, Sp.PD-KEMD, dr. T Bachtiar Panjaitan, Sp.PD, dr. Abiran
Nababan, Sp.PD-KGEH, (Alm) dr. Betthin Marpaung, Sp.PD-KGEH,
dr. Sri M Sutadi, Sp.PD-KGEH, dr. Mabel Sihombing, Sp.PD-KGEH.,
DR. dr. Juwita Sembiring, Sp.PD-KGEH, dr. Alwinsyah Abidin, Sp.PD-
KP, dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, Sp.PD-KGH, dr. (Alm) Salli Roseffi
Nasution, Sp.PD-KGH, (Alm) dr. Zulhelmi Bustami, Sp.PD-KGH, DR.
dr. Dharma Lindarto, Sp.PD-KEMD, Dr.dr. Umar Zein, Sp.PD-KPTI-
DTM&H-MHA, dr. Yosia Ginting, Sp.PD-KPTI, dr. Armon Rahimi,
Sp.PD-KPTI, dr. Tambar Kembaren, Sp.PD-KPTI, dr. Refli Hasan
Sp.PD,Sp.JP(K), dr.Pirma Siburian Sp.PD, dr. EN Keliat, Sp.PD-KP,
DR. dr. Rustam Effendi YS, Sp.PD-KGEH, dr. Ilhamd, Sp.PD-KGEH,
dr. Zuhrial Zubir, Sp.PD-KAI, (Alm) dr. R. Tunggul Ch. Sukendar,
Sp.PD-KGH,DR. dr. Blondina Marpaung Sp.PD-KR, dr. Leonardo
Basa Dairy, Sp.PD-KGEH., Dr. Dairion Gatot, Sp.PD-KHOM,dr.
Soegiarto Gani, Sp.PD, dr. Savita Handayani, Sp.PD, dr. Mardianto,
Sp.PD-KEMD, dr. Saut Marpaung, Sp.PD, dr. Daud Ginting, Sp.PD, dr.
Jerahim Tarigan, Sp.PD, dr. Calvin Damanik, Sp.PD, dr. Bastanta
Tarigan, Sp.PD-KEMD, dr. Zainal Safri, Sp.PD,Sp.JP, dr. Haryani
Adin, Sp.PD, dr. Endang Sembiring, Sp.PD, dr. Santi Syafril, Sp.PD-
KEMD, dr. T. Abraham, Sp.PD, dr. Suryadi Panjaitan, Sp.PD, dr.
Ariantho S. Purba, Sp.PD, dr. Fransciscus Ginting, Sp.PD KPTI, dr.
Syafrizal Nasution, Sp.PD K-GH, dr. Alwi Thamrin Nasution, Sp.PD K-
GH, dr. Deske Muhadi Rangkuti, Sp.PD, dr. Asnawi Arif, Sp.PD, dr.
Suhartono, Sp.PD, dr. T. Realsyah, Sp.PD, dr. Wika Hanida Lubis,
Sp.PD K-Psi, dr. Anita Rosari Dalimunthe, Sp.PD, dr. Ana Mira Lubis
Sp.PD, dr. Radar Radius Tarigan, Sp.PD, dr. Leny Evalina Sihotang,
Sp.PD, dr. Ameliana Purba, Sp.PD, dr. Imelda Ray, Sp.PD, dr. Taufik
Sungkar, Sp.PD, dr. Henny Syahrini Lubis, Sp.PD, dr. Riri Andri
v
Universitas Sumatera Utara
Muzasti, Sp.PD, dr. Dina Aprillia Aristine, Sp.PD, dr. Melati Silvanni
Nasution, Sp.PD, dr. Sumi Ramadhani, Sp.PD, dr. Aron Pase, Sp.PD,
dr. Restuti Hidayani Saragih, Sp.PD, serta para guru yang lainnya yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang merupakan guru-guru saya
yang telah banyak memberikan arahan dan petunjuk kepada saya selama
mengikuti pendidikan.
9. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan
yang telah memberikan begitu banyak kemudahan dan izin dalam
menggunakan fasilitas dan sarana Rumah Sakit untuk menunjang pendidikan
keahlian ini.
10. Abang, kakak dan adik-adik peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis
Ilmu Penyakit Dalam yang telah banyak membantu penulis selama menjalani
pendidikan ini.
11. Seluruh Pasien yang telah bersedia ikut dalam penelitian sehingga penulisan
tesis ini dapat terwujud
Rasa hormat dan terimakasih yang setinggi-tingginya penulis tujukan
kepada Ayahanda Patogar Siregar dan Ibunda Nurliana Harahap,SP.d yang
sangat saya sayangi dan kasihi, tiada kata-kata yang paling tepat untuk mengucapkan
perasaan hati, rasa terima kasih atas segala jasa – jasa ayahanda dan ibunda yang
tiada mungkin terucapkan dan terbalaskan.
Kepada Ayah mertuaDR.(HC).Ir.H.M.Muchtar Saad,MM. dan Ibu
mertua Dr.Hj.Srinita,SE,M.Si yang telah memberikan dorongan semangat dalam
menyelesaikan pendidikan ini, saya ucapkan terima kasih yang setulusnya, kiranya
Tuhan selalu memberikan kesehatan dan kebijaksaaan kepada kalian orang tua yang
sangat saya cintai dan sayangi.
Teristimewa kepada istri tercinta dr.Yulia Muchita Sari, terima kasih atas
kesabaran, ketabahan, pengorbanan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.
Terimakasih sebesar-besarnya kepada ketiga buah hati tercinta Kayyisa Zhafira
Siregar ,Khalifi Alvaro Siregar dan Kayla Pramudita Salsabila Siregaryang ikut
merasakan perjuanganayahandanyaselama menempuh perkuliahan.
vi
Universitas Sumatera Utara
Terima kasih yang tak terhingga untuk adik kandung
penulisLetda.Kes.dr.Inggita Sukma Siregar dan Akhmad Anugerah Siregar,ST
serta adik ipar penulis Yellisa Hajlita Dewi,S.Psi., Muhammad
Multazam,ST.SE.,danMuhammad Hajarul Aswad atas dukungan dan doanya serta
seluruh anggota keluarga yang telah banyak membantu, memberi semangat dan
dukungan doa selama pendidikan.
Kepada semua pihak, baik perorangan maupun yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan pendidikan magister ini, kami mengucapkan terima kasih.
Akhirnya izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas
kesalahan dan kekurangan selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala bantuan,
dorongan dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan
kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa.
Medan,Maret 2017
Penulis
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
viii
Universitas Sumatera Utara
2.2 Vascular Endothelial Growth Factor ..................................................................23
2.2.1 Angiogenesis ..........................................................................................23
2.2.2 Familial VEGF ........................................................................................25
2.2.3 Peran VEGF Pada Angiogenesis dan Vaskulogenesis .........26
2.2.4 Regulasi VEGF .......................................................................................27
2.2.5 Aliran Darah Mikrovaskular dan Regulasi serta Respon Injury
29
2.2.6 VEGF pada Gastritis H.Pylori .............................................31
2.2.7 VEGF pada Gastritis H.Pylori dengan Adenokarsinoma .....34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian................................................................................39
3.2 Tempat dan Waktu .............................................................................39
3.2.1 TempatPenelitian..............................................................................................39
3.2.2 Waktu Penelitian ..............................................................................................39
3.3 Subjek Penelitian................................................................................39
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ..............................................................39
3.4.1 Kriteria Inklusi ................................................................................................39
3.4.2 Kriteria Eksklusi ..............................................................................................40
3.5 Populasi dan Sampel ..........................................................................40
3.5.1 Populasi 40
3.5.2 Sampel 40
3.5.3 Perhitungan Besar Sampel ..............................................................................40
3.6 Cara Kerja ..........................................................................................41
3.6.1 Cara Memperoleh Subjek Penelitian .........................................41
3.6.2 Prosedur Penelitian.......................................................................41
3.6.2.1 Skor Dispepsia .........................................................................41
3.6.2.2 Pemeriksaan Endoskopi ...........................................................41
3.6.2.3 Deteksi Infeksi H.Pylori ............................................................42
3.6.2.4 Pemeriksaan CLO ....................................................................42
3.6.2.5 Pemeriksaan Virulensi Cag.A ..................................................44
3.6.2.6 Pemeriksaan VEGF ..................................................................44
ix
Universitas Sumatera Utara
3.7 Defenisi Operasional Variabel ...........................................................46
3.8 Rencana Pengolahan dan Analisis Data .............................................49
3.9 Kerangka Operasional ........................................................................51
3.10 Personalia .........................................................................................52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................53
4.1.1 Karakteristik Responden ...........................................................53
4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Gastritis H.Pylori
Positif Cag A(+) dan Cag A(-) ....................................................55
4.1.3 Perbandingan Kadar VEGF SerumGastritis H.Pylori Positif
Cag A(+) dan Cag A(-) .............................................................56
4.2Pembahasan Penelitian ........................................................................57
4.3 Keterbatasan Penelitian ......................................................................60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan .........................................................................................62
5.2Saran....................................................................................................62
Daftar Pustaka ............................................................................................................63
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
xiii
Universitas Sumatera Utara
CagPAI Cytotoxin-associated
gene pathogenecity island of Cag 19
Kda Kilodalton 19
IgA/G Immunoglobulin A/ G 20
TNF-a Tumor Necrosis Factor Alpha 20
IL Interleukine 20
IFN-g Interferon Gamma 20
LPS Lipopolisakarida 21
MN Mononuklear 21
PMN Polimorfonuklear 21
CD Cluster of Differentiation 22
NF-κB Nuclear factor-Kappa beta 22
Treg Sel T regulator 22
TH 1 dan 2 Sel T helper 1 dan 2 22
PA Plasminogen Activator 24
MMPs Matrix Metalloprotease 24
TGF Transforming Growth Factor 24
PIGF Placenta Growth Factor 25
VPF Vascular Permeability Factor 25
PDGF Platelet Derived Growth Factor 25
EGF Epidernal Growth Factor 26
HIF Hypoxia-Inducable Factor 27
EPC Endothelia Proginator Factor 27
vHL Von Hipple Lindau 28
p53 Protooncogen 53 28
BCR-ABL Break-Point Cluster Region-Abelson 28
HER2 Human EGF receptor 2 28
IGF-1R Insulin-Like Growth Factor-1 Receptor 24
NO Nitric Oxide 29
PGE2 Prostaglandin E2 29
xiv
Universitas Sumatera Utara
EMT Epitel Mesenkimal Transisional 34
AJC Apical Juntion Complex 34
GNRP Guanyl Nucleotide Release Protein 37
GTP Guanosine-5’- Triphosphate 37
GDP Guanosine-5’- Diphospate 37
PADYQ The Porto Alegre Dyspeptic Symptoms 41
Questionnaire
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
2
GASTRITIS
H.PYLORI NON-H.PYLORI
(NSAID,Viral Infection,alkohol)
Variabel
CagA (+) CagA (-) Independen
KERUSAKAN DAN
HIPOKSIA JARINGAN
ANGIOGENESIS ANGIOGENESIS
PREMALIGNANSI
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Gastritis
2.1.1 Definisi Gastritis
Secara sederhana gastritis didefinisikan sebagai proses inflamasi pada
mukosa dan submukosa lambung sebagai respon terhadap jejas (injury) yang
dapat bersifat akut maupun kronik. Mukosa lambung terdiri dari sel-sel yang
memproduksi asam dan enzim. Asam dan enzim ini akan berperan dalam
pencernaan makanan, sedangkan mukus berperan dalam melindungi mukosa
lambung dari asam. Ketika mukosa mengalami inflamasi, maka produksi
asam, enzim dan mukus akan terganggu. Proses inflamasi pada mukosa dan
submukosa lambung hanya dapat dilihat secara histopatologi.2,13
Gastritis memberikan gambaran kemerahan pada mukosa yang
nampak pada saat pemeriksaan endoskopi dan tidak bisa menggantikan istilah
dispepsia. Sampai saat ini masih belum jelas hubungan antara gambaran
mikroskopi (histopatologi) dengan keluhan pada lambung. Hubungan antara
gambaran mikroskopi dengan endoskopi juga tidak konsisten. Pada
kebanyakan pasien dengan gambaran gastritis pada pemeriksaan PA sering
tidak menunjukkan kelainan saat endoskopi.14
terlibat. Ciri khas dari gastritis erosiva adalah lesi mukosa tidak menembus
lapisan mukosa muskularis. Sementara gastritis non-erosiva mengacu pada
kelainan histologis yang terutama akibat infeksi H.pylori. Kebanyakan
pasien gastritis non-erosiva asimtomatis.20
A B
Gambar 2. A. Gastritis erosiva (Szoke D, 2009), B. Biopsi gaster
menunjukkan erosi epitel permukaan dengan pembesaran 40x (Garg B, et al,
2012).
menyatakan terjadi perburukan atau perbaikan GERD pada terapi H.pylori. Pada
pengguna NSAID, diagnostik dan terapi H.pylori didasarkan pada hasil yang
diperoleh. Pada anemia defisiensi besi, penurunan jumlah besi biasanya
disebabkan oleh karena H.pylori biasanya menyebabkan pangastritis sehingga
terjadi kondisi achlorhydria dan sekresi asam ascorbat menurun dan berefek
terhadap penurunan absorbsi zat besi. Selain itu juga biasanya disertai dengan
occult bleeding oleh karena gastritis erosiva dan pnggunaan zat besi yang
meningkat oleh H.pylori. Namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa tidak
terdapat hubungan sebab akibat antara H.pylori dengan anemia defisiensi besi.
Pada populasi yang memiliki risiko tinggi terhadap H.pylori masih terdapat
kontroversi diagnostik dan terapi H.pylori. 26
Metode diagnostik untuk mendeteksi kuman H.pylori dibagi menjadi
pemeriksaan invasif dan pemeriksaan non invasif. Beberapa metode telah
dikembangkan untuk mendeteksi keberadaan infeksi kuman H. pylori, yang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.24,26
Tabel 3. Pemeriksaan diagnostik untuk H. Pylori26
3. Uji urease. Metode ini bersifat cepat dan sederhana untuk deteksi infeksi
H.pylori namun hanya menunjukkan ada atau tidaknya infeksi. Pemeriksaan
CLO dan pemeriksaan urease yang lebih murah ternyata memiliki
dapat dibagi atas 2 kelompok yaitu strain tipe 1 yaitu CagA (+) VacA (+) dan
strain tipe 2 yaitu CagA (-) VacA in aktif. Protein VacA diproduksi sebagai
protoksin dengan berat molekul 140-kDA, selanjutnya dipecah menjadi
bentuk aktif dengan berat molekul 95-Kda yang selanjutnya akan
disekresikan.Toksin VacA yang dihasilkan oleh VacA gen merangsang
vakuola sitoplasmik dan peningkatan permeabilitas,yang pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel-sel epithelial lambung.Gen VacA
menunjukkan variasi alel yang signifikan pada s dan m regional.Regional s
terdiri dari 2 subtipe yaitu s1 dan s2. Subtipe s1 dibagi menjadi 3 bagian yaitu
s1a,s1b,s1c , sedangkan regioanal m terdiri dari m1 dan m2 subtipe.
Kombinasi pleomorfik dari s dan m regional berpengaruh terhadap aktifitas
vakuolisasi dari gen VacA. Perbedaan kombinasi genotype dari VacA
menyebabkan perbedaan level patogenitas seperti s1am1 dan s1bm1
menghasilkan jumlah toksin yang sangat tinggi dan merupakan genotype
yang paling virulen dibandingkan dengan s1m1 yang hanya menghasilkan
moderat virulensi.Akan tetapi,genotype s2m1 dan s2m2 disadari bervirulensi
rendah, hal ini didasarkan pada kemampuan untuk menghasilkan vacuola
yang rendah pula. Genotipe s1am1 dan s1bm1 dilaporkan sering terjadi pada
kasus akut gastritis, ulkus peptikum, dan karsinoma lambung, sementara itu
genotype s2m1 dan s2m2 hanya dijumpai pada ulkus lambung7.Gen CagA
dengan segmen DNA 40 kb ditemukan pada salah satu ujung Cytotoxin-
Associated gen Pathogenicity Island (cag PAI) yang mengkode sistem sekresi
tipe IV. Protein CagA sangat imunogenik dan ditemukan sekitar 50-70 % dari
strain H.pylori.Protein CagA akan ditranslokasikan ke membrane sel sel
epitel melalui system sekresi tipe IV.Pada membrane sel epitel, CagA
menyebabkan redistribusi protein perlekatan antar sel yang menyebabkan
kebocoran sel. Adapun faktor virulensi H.pylori secara individual telah
didiskusikan sejak lama, dan CagA muncul sebagai salah satu yang paling
berpengaruh terhadap angka kejadian tumor gaster. Dari sebuah studi
penelitian multisenter berbasis studi kasus memperlihatkan peningkatan kadar
Cag PAI pada 31 gen yang ini berkaitan langsung dengan tumor
gaster.Sementara itu pada strain CagA (+) telah dilaporkan berdampak pada
tingginya resiko untuk tumor gaster pada populasi di Barat. Tingginya angka
kejadian strain CagA (+) pada populasi di Asia yang terinfeksi H.Pylori tidak
cukup kuat bila dikaitkan dengan angka kejadian tumor gaster. Hal ini karena
upaya dari kuman H.pylori untuk bertahan di lambung dari penderita yang
terinfeksi berbeda kolonisasinya,dan membutuhkan mekanisme adaptasi
khusus29.Studi lain menyebutkan bahwa H.Pylori dengan CagA (+) akan
merangsang terjadinya perubahan patologis yang dimulai dari timbulnya
gastritis, ulkus gaster dan tumor gaster. Strain H.Pylori dengan CagA (+)
lebih virulen menyebabkan terjadinya inflamasi mukosa pada kondisi gastritis
dan tumor gaster.Prevalensi kejadian H.Pylori dengan strain Cag A (+)
sebesar 61 % dengan perbandingan 19 % tipe di Barat, 42 % tipe Asia Timur.
Di Asia timur laporan terakhir oleh Hou et.al.,strain H.Pylori Cag A(+)
terbanyak berasal dari Cina bagian selatan (Shanghai) yaitu sebesar 93,9% 7.
2.1.6.3 Imunopatogenesis Gastritis H. Pylori
H.pylori memiliki efek stimulasi terhadap respon imun non spesifik
dan spesifik. Kolonisasi H.pylori pada mukosa gaster akan merangsang
sistem imun non spesifik berupa aktivasi proinflamasi dan faktor
antibakterial dari sel epitel gaster. H.pylori juga menstimulasi sistem imun
spesifik yaitu selluler dan humoral. Meskipun demikian sangat sulit untuk
mengeliminasi H.pylori dari mukosa gaster dan biasanya infeksi H.pylori
menetap (persisten). Hal ini disebabkan H.pylori memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi respon imun untuk menghindari eliminasi serta menurunkan
regulasi kerusakan jaringan. Respon H.pylori terhadap sistem imun humoral
yaitu menstimulasi terbentuknya antibodi yaitu IgA dan IgG. Namun efek
antibodi ini masih kontroversi yaitu melindungi sedangkan dari laporan
lainnya menyebakan persistensi kolonisasi dan menghambat efek
perlindungan. Sel T memiliki efek dominan dalam sistem imun H.pylori. Sel
Th1 memproduksi IFN-γ dan akan menyebabkan munculnya proinflamasi
lain seperti : TNF-α, IL-12 dan IL-18.28
pasif untuk suplai oksigen dan makanan serta untuk pembuangan produk sisa.
Hal ini membatasi ukuran tumor sampai sekitar 2 mm, yang disebut keadaan
dorman. Sel-sel tumor yang hipoksik akan memproduksi faktor-faktor
pertumbuhan, termasuk VEGF. Tumor juga memproduksi inhibitor endogen
angiogenesis, seperti TGF-β. Mulanya inhibitor melebihi faktor pertumbuhan
dan sel endotel tetap diam. Akan tetapi, saat tumor mampu memproduksi
cukup faktor pertumbuhan dan/atau menekan ekspresi inhibitor, akan terjadi
‘angiogenic switch’ menuju proses angiogenesis.33 ‘Angiogenic switch’
merupakan pertanda proses malignansi.34
Permulaan Angiogenesis
Pada permulaan angiogenesis, stimulus angiogenik yang diterima
menyebabkan sel endotel kapiler sekitar tumor teraktivasi, kontak yang erat
dengan sel sekitar akan menghilang dan mensekresi enzim proteolitik
(protease) yang mempunyai efek mendegradasi jaringan ekstraseluler. Ada
banyak jenis enzim proteolitik tersebut, tetapi secara garis besar dibagi
menjadi matrix metalloproteases (MMPs) dan plasminogen activator
(PA)/sistem plasmin. Target awal protease adalah membran dasar. Setelah
terdegradasi, sel endotel akan dapat bergerak melalui gap yang ada pada
membran dasar menuju matriks ekstraseluler. Sel-sel endotel sekitar akan
bergerak mengisi gap pada membran dasar dan mengikuti sel-sel endotel
sebelumnya menuju matriks ekstraseluler. Karena itu, fungsi pertama faktor
pertumbuhan angiogenik adalah menstimulasi produksi protease oleh sel-sel
endotel. Hal ini merupakan faktor kunci pada rangkaian angiogenesis, sebab
tanpa adanya aktivitas proteolitik, sel-sel endotel akan dihambat oleh
membran dasar hingga tidak dapat keluar dari kapiler (pembuluh) induk. 33
Migrasi Sel Endotel, Proliferasi dan Pembentukan Pembuluh
Setelah ekstravasasi, sel endotel terus mensekresi enzim proteolitik,
yang akan mendegradasi matriks ekstraseluler. Sel endotel terus bergerak
menjauhi pembuluh induk menuju tumor, membentuk tunas kecil. Sel endotel
akan bertambah dari pembuluh induk hingga tunas memanjang. Awalnya
tunas-tunas ini bergerak paralel satu sama lain, akan tetapi pada jarak tertentu
dari pembuluh induk, mulai condong menuju tunas lainnya. Hal ini akan
membentuk loop tertutup (anastomose), yang akan memungkinkan
dimulainya sirkulasi pada pembuluh yang baru. Ini merupakan peristiwa
penting dalam pembentukan jaringan vaskular fungsional, akan tetapi
stimulus yang pasti terhadap perubahan arah tunas dan anastomosis masih
belum diketahui.33
2.2.2 Famili VEGF
Famili VEGF yang secara genetik berhubungan sebagai faktor
pertumbuhan angiogenik dan limfangiogenik terdiri dari 6 glikoprotein yaitu
VEGF-A (biasa disebut VEGF), VEGF-B, VEGF-C, VEGF-D, VEGF-E, dan
placenta growth factor (PlGF).33
Vascular endothelial growth factor (VEGF) adalah glikoprotein
proangiogenik yang berfungsi meningkatkan proliferasi, migrasi, survival
pada sel endotel serta meningkatkan permeabilitas kapiler. VEGF merupakan
sebuah basa, 34-46-kDa homodimeric, heparin-binding glycoprotein dan gen
VEGF berada di kromosom 6p12. Ekspresi VEGF berpotensi pada respon
terhadap hipoksia dan aktifasi oleh onkogen VEGF, yang juga disebut
vascular permeability factor (VPF), termasuk ke dalam keluarga supergene
VEGF-platelet-derived growth factor (PDGF). VEGF adalah sinyal kunci
yang digunakan oleh sel yang kekurangan oksigen (oxygen-hungry cells)
untuk memicu pertumbuhan pembuluh darah. VEGF adalah regulator utama
angiogenesis yang bekerja dengan menstimulasi mitogenesis dari sel endotel
dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Banyak peneliti
mengemukakan bahwa level VEGF dalam sirkulasi berhubungan dengan
besarnya tumor dan metastase penyakit, dan kadar VEGF dalam sirkulasi
berhubungan dengan progresifitas penyakit. Hal ini menandakan bahwa ada
kemungkinan untuk mengukur level VEGF dalam serum dan plasma
darah.35,36,37,38
VEGF merupakan salah satu faktor penting dalam proses angiogenesis
terutama pada adenokarsinoma. VEGF berkontribusi dalam neovaskularisasi
tumor yang berespon untuk meningkatkan kebutuhan pengiriman nutrisi dan
oksigen, hal ini dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup sel tumor. VEGF
berperan penting dalam vaskulogenesis selama embriogenesis, angiogenesis
fisiologis, dan neovaskularisasi malginansi. Transkiripsi VEGF dipicu oleh
hipoksia dan berbagai sinyal pertumbuhan. Sel endotel yang distimulasi oleh
VEGF bermigrasi dan berproliferasi, menyebabkan peningkatan permeabilitas
vaskuler, merangsang MMPs, membelah dan merekrut elemen pendukung,
seperti perisit.39,40
Dalam keadaan normal, VEGF diekspresikan dalam kadar yang
bervariasi oleh berbagai jaringan, termasuk di antaranya otak, ginjal, hati, dan
limpa36. Tekanan oksigen dapat berfungsi sebagai regulator VEGF. Paparan
kondisi hipoksia menginduksi ekspresi VEGF dengan cepat. Sebaliknya,
dalam kondisi kadar oksigen normal (normoksia), ekspresi VEGF menurun
dan megalami stabilisasi. Tingkat ekspresi VEGF juga bergantung pada
jumlah sitokin inflamatori dan hormon pertumbuhan, termasuk di antaranya
Epidermal Growth Factor (EGF), Interleukin-1β (IL-1β), platelet derived
growth factor (PDGF), tumor necrosis factor-α (TNF-α), dan transforming
growth factor- β1 (TGF- β1).41
2.2.3. Peran VEGF Pada Angiogenesis dan Vaskulogenesis
Semua sel membutuhkan asupan oksigen dan nutrien dari pembuluh
darah disekitarnya untuk bertahan hidup. Setiap sel berada tidak jauh dari
pembuluh darah agar asupan oksigen dan nutrien tetap terjaga. Setiap sel
terletak tidak lebih dari 0,1 hingga 0,2 mm dari jarak difusi oksigen dari
pembuluh darah. Dalam hal ini sel tumor juga membutuhkan asupan oksigen
dan nutrien yang dibawa oleh darah melalui pembuluh darah untuk tetap
tumbuh. Pada awalnya, tumor muncul sebagai sebuah sel, yang kemudian
tumbuh menjadi kanker dan mulai membelah, membentuk sel-sel kanker
baru. Awalnya, sel-sel ini mendapatkan nutrisi dari pembuluh darah yang ada
didekatnya. Akan tetapi, karena sel terus membelah maka sel yang berada di
tengah menjadi berada jauh dari pembuluh darah sehingga ia harus
mempunyai pembuluh darah sendiri. Tanpa oksigen dan nutrien dari
pembentukan pembuluh darah baru, tumor tidak akan tumbuh lebih besar dari
1 milimeter.42
Rendahnya level oksigen dan nutrien, membatasi fungsi dan viabilitas
jaringan. Respon alami terhadap keadaan iskemia jaringan adalah
meningkatkan angiogenic growth factor bersama dengan pengadaan dan
mobilisasi alemen-elemen seluler dalam sirkulasi untuk memfasilitasi
pertumbuhan pembuluh darah baru (neovaskularisasi). Neovaskularisasi
merupakan hasil dari beberapa proses yaitu vaskulogenesis, angiogenesis, dan
arteriogenesis. Angiogenesis adalah sprouting kapiler baru dari kapiler yang
sudah ada. Angiogenesis dirangsang terutama oleh hipoksia jaringan melalui
Hypoxia-Inducable Factor (HIF)-1 expression. HIF-1 mengaktivasi
transkripsi beberapa gen seperti VEGF, reseptor VEGF flt-1, neuropilin-1,
dan angiopoietin-2.42
onkogen berperan dalam regulasi VEGF, seperti c-src, BCR-ABL, dan ras.
Gen supresor tumor p53 berperan penting dalam regulasi VEGF.
Perubahan genetik yang terjadi pada p53 akan meningkatkan ekspresi
VEGF.32,34
Regulator ekspresi VEGF dan VEGFR adalah sebagai berikut :
1) Hipoksia
Hipoksia berperan penting dalam regulasi ekspresi VEGF. Hypoxia
inducible factor-1(HIF-1) merupakan mediator kunci untuk respon
hipoksik ini dan produk gen supresor tumor von Hipple Lindau (vHL)
memiliki perang penting. Di bawah kondisi normoksik, HIF-lα secara
cepat didegradasi oleh jalur ubiquitin-proteosom, suatu proses yang
dikontrol oleh produk gen supresor tumor vHL. Jika vHL tidak ada atau
bermutasi, HIF-lα akan bersatu dengan HIF-lβ, sehingga kompleks ini
akan bentranslokasi pada nukleus dan terikat pada promotor VEGF yang
mengarah pada peningkatan transkripsi VEGF.34,43,44
2) Faktor pertumbuhan dan sitokin
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa faktor pertumbuhan dan
sitokin dapat meregulasi ekspresi faktor angiogenik pada sel tumor
sehingga secara tidak langsung menginduksi angiogenesis. Pentingnya
sistem epidermal growth factor receptor (EGFR;ErbB1) dan HER2/neu
(ErbB2) dalam regulasi VEGF dan angiogenesis telah divalidasi pada
beberapa sistem tumor, termasuk karsinoma kolon, kanker pankreas,
kanker lambung, kanker payudara, glioblastoma multiforme, kanker paru,
dan karsinoma sel renal.34,43
Insulin-like growth factor-I receptor (IGF-IR) sering overekspresi
pada beberapa kanker manusia, dan telah dihubungkan dengan agresivitas
penyakit dan pembentukan metastase. Sistem model eksperimental telah
menunjukkan pentingnya aktivasi sistem IGF-IR dalam menengahi
angiogenesis dengan meningkatkan regulasi ekspresi VEGF pada kanker
payudara, endometrium, pankreas dan kolorektal.34
secara lokal dari sel G antrum. Gastrin diketahui menstimulasi ekspresi COX-
2 dan hal ini menyebabkan peningkatan ekspresi VEGF. 50,51
Caputo R, et al menemukan bahwa H.pylori meningkatkan ekspresi VEGF
secara spesifik berhubungan dengan adanya toksin VacA. 11 Penelitian-
penelitian tersebut sejalan dengan Mueller et al bahwa terjadi peningkatan
ekspresi VEGF pada gaster tikus yang terinfeksi H.pylori.11 Strowski et al
melaporkan bahwa H.pylori menstimulasi ekspresi VEGF pejamu pada sel
epitel gaster manusia.52,53
Mangia A,et al,status H.Pylori dan kaitannya dengan faktor angiogenik
pada pasien dengan tumor gaster menyimpulkan bahwa antigen H.Pylori
eratkaitannya dengan kadar plasma VEGF,tetapi tidak dengan faktor
angiogenik.Hal ini diduga bahwa efek toksik dari H.Pylori pada angiogenesis
terjadi diawal proses penyakit atau infeksi yang agresif dan bertahan
lama,tetapi hanya terjadi saat kadar antibody Ig.G H.pylori masih dijumpai54.
Tucillo C,et al. VEGF merupakan modulator penting dalam proses
perbaikan mukosa gaster yang diakibatkan oleh respon inflamasi terhadap
H.Pylori dimana akan dijumpai peningkatan kadar VEGF pada tumor
gaster.Melalui metode imunohistokimia dari jaringan mukosa gaster dan neo-
angiogenesis yang terjadi memperlihatkan ekspresi VEGF sangat tinggi pada
daerah mukosa kelenjar lambung yang terinfeksi H.Pylori bila dibandingkan
dengan yang tidak terinfeksi.Hal ini juga sejalan dengan peningkatan neo-
angiogenesis yang didapatkan dari pemeriksaan CD-34 (+) dimana banyak
ditemukan pembuluh darah kecil55.
HIF – 1 meningkat
HIF – 1 meningkat
VEGF meningkat
VEGF meningkat
ANGIOGENESIS
ANGIOGENESIS
yaitu Ras. Nantinya Ras ini yang awalnya inaktif menjadi aktif. Ras merupakan
protein penting dalam signaling RTK berfungsi mengantarkan signal dari reseptor
tyrosine kinase ke dalam nukleus. Ras yang teraktivasi akan mengaktifkan kinase
seluler yaitu raf-1. Kemudian Raf-1 kinase akan memfosforilasi cellular kinase
yang lain yaitu MEK sehingga MEK menjadi aktif. MEK aktif ini akan diubah
menjadi ERK di dalam nukleus sel. Salah satu target akhir kinase cascade adalah
faktor transkripsi. Fosforilasi faktor transkripsi akan menjadi aktif dan mengikat
DNA lalu akan mempengaruhi perubahan transkripsi gen. yang kemudian tumbuh
dan membentuk pembuluh darah baru. Pembuluh darah baru itu akan membuat sel
kanker tumbuh dengan cepat, semakin banyak mengeluarkan VEGF, dan pada
gilirannya semakin memicu tumbuhnya jaringan pembuluh darah baru lagi. Ketika
VEGF yang diekspresikan, dapat berkontribusi terhadap penyakit. Kanker padat
tidak dapat tumbuh melampaui ukuran yang terbatas tanpa suplai darah yang
cukup, kanker yang dapat mengekspresikan VEGF dapat tumbuh dan
bermetastasis.57,58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1. Tempat
Penelitian akan dilakukan di Unit Endoskopi RSU Adam Malik Medan
dan RS jejaring FK USU setelah mendapat persetujuan Komisi Etik
Penelitian Bidang Kesehatan dan instansi terkait.
3.2.2. Waktu
Penelitan dimulai dengan penelusuran kepustakaan, konsultasi judul,
penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian dan analisis data serta
penyusunan laporan yang membutuhkan waktu mulai bulan Mei 2016
sampai dengan Juli 2016.
Subyek penelitian ini diambil dari populasi penderita gastritis H.pylori yang
memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan, dan secara tertulis bersedia
ikut serta dalam penelitian ini dengan menandatangani formulir persetujuan
tindakan medis (informed consent)
3.4. Kriteria
39
Dimana :
n = jumlah subjek
Zα = nilai normal berdasarkan α = 0,05 dan Zα = 1,64
Zβ = 1,28 ; pada 1- β = 0,90
S = Standar deviasi
x1 –x2 = selisih minimal yang dianggap bermakna
Didapatkan nilai S = 467, X1-X2 = 552 dan n1=n2= 15 sampel, total
sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu 30 sampel
e. Revisi Data
Kalau ada kesalahan, lihat lagi data asli dalam kuesioner, kemudian
dilakukan revisi. Setelah melakukan tahap Data Cleaning dan revisi,
berarti data sudah siap untuk dianalisis.
f. Analisis Data
Wawancara PADYQ
Skore ≥ 6
Dispepsia
Endoskopi
Gastritis
CLO test :
- gel tetap kuning (negatif)
Biopsi - gel berubah warna
menjadi merah (positif).
PCR analisis
EKSKLUSI
H.pylori H.pylori
CagA+ CagA-
ANALISIS DATA
3.10 PERSONALIA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Tingkat pendidikan
SD 3 (10%) a
SMP 4 (13,3%)
SMA 20 (66,7%)
S1 3 (10%)
Pekerjaan
Wiraswasta 28 (56%) a
Ibu rumah tangga 18 (36%)
Pegawai 3 (6%)
53
Mahasiswa 1 (2%)
CagA
Positif 21 (70%) a
Negatif 9 (30%)
VEGF serum 424,7 (155,5 – 2185,2) b
a Data kategorik: n(%)
b Data numerik, distribusi tidak normal: median (minimum – maksimum)
Penelitian ini diikuti oleh 30 orang pasien yang telah memenuhi kriteria
inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Kemudian dibagi menjadi dua
kelompok berdasarkan status CagA. Responden berjenis kelamin laki-laki lebih
banyak pada kelompok dengan CagA (+) yaitu sebanyak 12 orang (66,7%) dari
total sampel laki-laki,sementara pada kelompok perempuan dengan CagA (+)
didapatkan sebanyak 9 sampel (75%) dari total sampel perempuan yang diteliti.
Rerata umur di kedua kelompok tidak berbeda yaitu 50,5 + 12,3 tahun pada
kelompok H.pylori CagA (+) dan 52,3 + 12,84 tahun pada kelompok H.pylori
CagA (-). Suku terbanyak di kedua kelompok adalah Batak dengan pekerjaan
terbanyak pada kelompok CagA (+) adalah ibu rumah tangga berjumlah 9 orang
(75%), dan pegawai di kelompok CagA (-) berjumlah 6 orang (42,9%).
4.1.3 Perbandingan Kadar VEGF Serum pada H.Pylori CagA (+) dan Cag A
(-)
Berdasarkan uji normalitas Shapiro-Wilk dimana jumlah responden yang
dilibatkan pada penelititan ini relatif kecil yaitu 30 responden ( ≤ 50 responden )
didapatkan data kadar serum VEGF dengan H.pylori CagA (+) dan CagA (-)
berdistribusi tidak normal. Sementara untuk uji hipotesis statistik berdasarkan
kriteria komparatif numerik tidak berpasangan dengan 2 pembanding maka
digunakan uji Mann Whitney pada penelitian ini. Sebagai hasilnya didapatkan
perbedaan kadar rerata VEGF serum yang signifikan antar H.pylori CagA (+) dan
Cag A(-) (p=0,005). Rerata VEGF pada kelompok dengan H. pylori CagA (+)
jauh lebih tinggi dengan rerata 480,3 sedangkan pada kelompok dengan H.pylori
CagA (-) hanya dengan rerata 291,1.
Tabel 3. Perbandingan Kadar VEGF Serum Antara Pasien H. pylori dengan CagA
(+) dan CagA (-)
CagA VEGF serum P
Positif 480,3 (115,5 – 2185,2) 0,005*
Negatif 291,1 (158,4 – 556,8)
Data numerik, distribusi tidak normal: median (minimum - maksimum)
*p<0,05
Dari diagram Boxplot tersebut diatas menunjukkan sebaran data VEGF yang tidak
normal antara status CagA (+) dan CagA (-). Tampak kadar VEGF serum yang
signifikan lebih tinggi pada H.pylori CagA (+) dibandingkan CagA (-).
Naza F dkk, 2007 diperoleh sebanyak 1196 sampel dengan H.pylori (+) setelah
dilakukan pemeriksaan serologi IgG anti H.pylori. Kemudian pada jenis kelamin
laki-laki terdapat insidensi H.pylori yang lebih tinggi sebanyak 56,1%
dibandingkan perempuan yaitu sebanyak 43,9% dengan jumlah sampel
keselurahan 1306 orang 64.
Begitu juga pada penelitian Abdiev L dkk,2010 menyebutkan bahwa dari 167
sampel penelitian yang didapatkan di Uzbekistan antara Januari hingga Maret
2007, diperoleh mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 89 orang (53,3%)
dibandingkan perempuan sebanyak 78 orang (46,7%), akan tetapi pada
pemeriksaan serologi IgG anti H.pylori didapatkan hasil yang kontroversi dimana
sampel dengan H.pylori (+) pada laki-laki sebanyak 49,6% dibandingkan pada
perempuan sebanyak 50,4% setelah dilakukan pemeriksaan tersebut 65.
Hal mendasar dimana sel membutuhkan asupan oksigen dan nutrient dari
pembuluh darah disekitarnya untuk bertahan hidup.Rendahnya level oksigen dan
nutrient akan membatasi fungsi dan viabilitas jaringan.Respon alamiah yang
terjadi terhadap keadaan iskemia jaringan adalah peningkatan angiogenic growth
factor. VEGF merupakan salah satu marker penting untuk neoangiogenesis.
Terjadi peningkatan ekspresi VEGF pada proses penyembuhan lesi peptik.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar VEGF
pada kasus keganasan termasuk Ca gaster. Tetapi dari penelitian didapatkan
bahwa terjadi peningkatan VEGF pada lesi pra keganasan gaster seperti gastritis
kronik atrofi dan metaplasia intestinal, yang menunjukkan adanya peningkatan
ekspresi VEGF berkontribusi terhadap proses awal dari karsinogenesis gaster10.
Penelitian oleh Maciorkowska dkk,2010 terhadap anak-anak yang terinfeksi
H.pylori didapatkan bahwa VEGF tertinggi pada kondisi gastritis moderate dan
12
berat . H.Pylori melalui protein CagA akan mengaktifkan reseptor faktor
pertumbuhan di efektor yaitu c-Met (Churin dkk, 2003)66. H.pylori juga memiliki
kemampuan untuk menggerakkan jalur angiogenesis dengan merangsang Vascular
Endothelial Growth Factor-A (VEGF-A) (Strowszki dkk,2004)52.
Sel endotel dari pembuluh darah merupakan target utama berbagai faktor seperti
etanol, NSAID, iskemia-reperfusi, dan radikal bebas. Mukosa gaster terpapar
aspirin, indometasin, NSAID lain, asam empedu, alkohol, iskemia, bahan korosif
menyebabkan perubahan morfologi, ultrastruktur, dan fungsional yang
mencerminkan terjadinya injuri. Kerusakan endotel mikrovaskular menyebabkan
stasis mikrovaskular, berhentinya suplai oksigen, dan transport nutrisi. Kerusakan
mikrovaskular terjadi sejak awal injuri mukosa, menyebabkan nekrosis sel
kelenjar, dan menambah daerah yang mengalami iskemia. Adanya faktor agresif
yang meningkat bisa menyebabkan pembentukan trombus dan stasis
mikrovaskular, yang menyebabkan iskemia dan hipoksia, sehingga terjadi
nekrosis lokal dan erosi67. Injuri mukosa gaster berhubungan dengan peningkatan
signifikan 4-6x dari VEGF. VEGF (yang awalnya diidentifikasi sebagai faktor
permeabilitas vaskuler) dihasilkan oleh sel otot polos vaskuler, sel tumor, dan sel
endotel, dan hal ini berdampak pada stimulasi normal angiogenesis yang fisiologis
68
untuk penyembuhan luka maupun ulkus . Pada penelitian ini, didapatkan
perbedaan rerata kadar VEGF yang signifikan antara H.pylori CagA (+) dan CagA
(-) (p=0,005). Rerata kadar VEGF pada kelompok dengan H. pylori CagA (+)
jauh lebih tinggi dengan rerata 480,3 pg/dl sedangkan pada kelompok dengan
H.pylori CagA (-) didapatkan hasil dengan rerata 291,1. Hal ini sejalan dengan
studi oleh Anastasios J. Karayiannakis dkk, 2002, kadar rerata median serum
VEGF terhadap 58 pasien yang menderita karsinoma gaster sebesar 186 (101–
266) pg/mL dimana tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan
69
perempuan . Serta studi lain oleh A.Mangia dkk, 2006, dimana kadar antigen
H.Pylori (41% pasien dengan CagA (+ ) berkaitan erat dengan kadar plasma
VEGF (p=0,026)54. Dan studi oleh Jamaludin dkk ,2015 didapatkan nilai VEGF
pada pasien dengan H. pylori (+) yaitu 723,51 pg/dl dibandingkan dengan pasien
H.pylori (-) yaitu 333,3 pg/dl (p=0,0001) 59.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini diantaranya adalah yang pertama, penelitian ini tidak
menilai derajat keparahan gastritis secara histopatologi sehingga sulit untuk
dijadikan marker diagnostik dan prognostik pada gastritis H.pylori CagA (+) dan
CagA (-). Kedua, penelitian ini tidak memiliki polimorfisme dan nilai cut off
VEGF dalam rangka batasan diagnosis untuk mendeteksi dini gastritis yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Terdapat perbedaan kadar VEGF serum antara H.pylori CagA (+) dan CagA (-)
dimana kadar VEGF serum signifikan lebih tinggi pada H.pylori CagA (+).
5.2 Saran
Perlunya penelitian lebih lanjut, multicenter dan penelitian yang menghubungkan
dengan derajat keparahan gastritis secara histopatologi dan pemeriksaan
polimorfisme untuk dapat mendeteksi dini gastritis yang dihubungkan dengan
proses atropik,dysplasia dan metaplasia (pre malignansi) pada lambung.
62
DAFTAR PUSTAKA
34. Hicklin DJ, Ellis LM. Role of the vascular endothelial growth factor
pathway in tumor growth and angiogenesis. J Clin Oncol.
2005;23(5):1011-1027.
35. Berman HM, Westbrook J, Feng Z, Gilliland G, Bhat TN, Weissig H,
Shindyalov IN, Bourne PE: The protein data bank. Nucleic acids research.
2000;28: 235-242.
36. Mesiano, S.,Ferrara.,et al. Role of Vascular Endothelial Growth Factor in
Ovarian Cancer.Am J Pathol.1998; 153:1249-1256.
37. Tortora,G., Ciardiello,F. Angiogenesis : A Target for Cancer Therapy.
Current Pharmaceutical Design.2004; 10:11-26
38. Harapan, Permata, 2010, Vascular Endothelial Growth Factor ( VEGF ).
Indocancer, PusatInformasiCancer.Available from
http://www.indocancer.com/update/article_detail.asp?cat=17&id=9 (cited
10 Mei 2015)
39. Hicklin DJ, Ellis LM. VEGF expression in colorectal cancer. J. Clin
Oncol. 2005;23(8):1011-1027.
40. Zheng Huachuan, Takahashi Hiroyuki, Murai Yoshihiro, Cui Zhengguo,
Nomoto Kazuhiro, Niwa Hideki, Tsuneyama Koichi, Takano Yasuo.
Expressions of MMP-2, MMP-9 and VEGF are Closely Linked to Growth,
Invasion, Metastasis and Angiogenesis of Gastric Carcinoma Anticancer
Research, 2006;26:3579-3584.
41. Goren HG, Soker S, Vlodavsky I, Neufeld G. The binding of vascular
endothelial growth factor to its receptors is dependent on cell surface-
associated heparin-like molecules. J Biol Chem. 1992;267(9):6093-6098.
42. Ryu, J.K Therapeutic Angiogenesis: The Pros and Cons and the Future.
Korean Circ J.2008;38:73-79.
43. Choi Kyu-Sil, Bae Moon-Kyoung, Jeong Joo-Won, Moon Hyo-Eun and
Kim Kyu-Won. Hypoxia-induced Angiogenesis during Carsinogenesis.
Journal of Biochemistry and Molecular Biology. 2003;36(1):120-127.
44. Tabernero Josep. The Role of VEGF and EGFR Inhibition: Implications
for Combining Anti–VEGF and Anti–EGFR Agents. Mol Cancer Res
2007;5(3):40-45.
45. Jones MK, Itani RM,Wang H, et al. Activation of VEGF and Ras genes in
gastric mucosa during angiogenic response to ethanol injury. Am J
Physiol. 1999;276:1345–1355.
46. Fornai M, Antonioli L, Colucci R, Tuccori M, Blandizzi C.
Pathophysiology of gastric ulcer development and healing: molecular
mechanism and novel therapeutic options. In: Chai J, editor. Peptic Ulcer
Disease. Shanghai: Intech; 2011:113-142.
47. Jones MK, Tomikawa M, Mohajer B, Tarnawski AS. Gastrointestinal
mucosal regeneration: role of growth factors. Frontiers in
Bioscience.1999;4:303-309.
48. Brzozowski T, Konturek PC, Konturek SJ, Brzozowska I, Pawlik T. Role
of prostaglandins in gastroprotection and gastric adaptation. Journal of
physiology and pharmacology. 2005; 56(3):33-55.
49. Bergers G, Brekken R, Mcmahon G, et al. Matrix metalloproteinase-9
triggers the angiogenic switch during carcinogenesis. Nature cell biology.
2000;2:737-744.
50. Tarnawski AS, Chai J, Jones MK. Esophageal and Gastrointestinal
Microcirculation: Essential for Mucosal Protection, a Target for Injury,
and a Critical Component of Injury and Ulcer Healing. In: Ishii H,
Suematsu M, Tanishita K, editor. Organ microcirculation: a gateway to
diagnostic and therapeutic intervention. Tokyo: Springer; 2005:49-61.
51. Mueller A, Merrel DS, Grimm J, Falkow S. Profiling of microdissected
gastric epithelial cells reveals a cell-type specific response to Helicobacter
pylori infection. Gastroenterology. 2004;127:1446–1462.
52. Strowski MZ, Cramer T, Schafer G, Juttner S, Walduck A, Schipani E, et
al. Helicobacter pylori stimulates host vascular endothelial growth factor-
A (vegf-A) gene expression via MERK/ERK-dependent activation of Sp1
and Sp3. FASEB J. 2004;18:218–220.
53. Stein Markus, Paolo Ruggiero, Rino Rappuoli and Fabio Bagnoli et al.
Helicobacter pylori CagA: from pathogenic mechanisms to its use as an
anti-cancer vaccine. Frontier in immunology. Available from : doi:
10.3389/fimmu.2013.00328
54. Mangia A,et.al.H.Pylori status and angiogenesis factor in human gastric
carcinoma.World J Gastroenterol.2006; 12(34): 5465-5472.
55. Tuccillo C,et.al. Vascular endothelial growth factor and neo-angiogenesis
in H.pylori gastritis. J Pathol.2005; 207: 277-284.
56. John. 2006. VEGF Pathway.Available from:
http://www.biooncology.com/research-education/vegf_pathway.index.
(cited 22 maret 2015).
57. Blood vessel overgrowth on cell. About lung cancer. Available from:
http://www.lungevity.org/about-lung-cancer/lung-cancer-101/treatment-
options/angiogenesis-inhibitors (cited 12 Mei 2015)
58. Siemann DW. Vascular targeting agent. Horizons in Cancer Therapeutics :
From Bench to Bedside.2002;3(2):4-15.
59. Jamaludin,et.al. Perbandingan Kadar Serum VEGF dan MMP 9 pada
Pasien Gastritis H.Pylori dan Non-H.Pylori.Magister Program Studi Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU.2015. Available from :
www.repository.usu.ac.id.
60. Zho Y, et al. Risk factors and prevalence of H.Pylori infection in persistent
high incidence area of gastric carcinoma in Yangzhong city.2014.
Available from: http://dx.doi.org/10.1155/2014/481365.
61. Chen H, Ying L, Kong M, Zhang Y, Li Y. The Prevalence of Helicobacter
pylori Infection Decreases with Older Age in Atrophic Gastritis.
Gastroenterology Research and Practice. 2013: Available from
:http://dx.doi.org/10.1155/2013/49478.
62. Betty,et.al. Infeksi Helicobacter pylori pada lesi gastritis yang didiagnosa
dengan Pewarnaan Histokimia Giemsa dan Imunohistokimia Helicobacter
pylori di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU
Medan.2012.Availablefrom: :
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34694.
63. Parameswaran I,et.al. Hubungan peningkatan kadar leukosit dan neutropil
dengan infeksi H.pylori di RSU Permata Bunda Medan.2014. Available
from :http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/41610.
64. Naja F,et al. Helicobacter pylori in Ontario : prevalence and risk
factors.Jurnal canadian of gastroenterologi. 2007;21(8):501-506.
65. Abidiev S, Ahn KS, Khadjibaev A, Malikov Y, Bahramov S, Rakhimov B,
et al. Helicobacter pylori infection and cytokine gene polymorphisms in
Uzbeks. Nagoya J Med Sci, 2010;72:167-172.
66. Churin Y,et.al.Helicobacter pylori Cag A protein targets the c-Met
receptor and enhances the motogenic response. J.Cell Biol.2003;161(2):
249-255.
67. F.J.G.M. Kubben, C.F.M. Sier, M. Schram, A.M.C. Witte1, R.A.
Veenendaal, W. van Duijn, J.H. Verheijen, R. Hanemaaijer, C.B.H.W.
Lamers, H.W. Verspaget. Eradication of Helicobacter pylori infection
favourably a ects altered gastric mucosal VEGF and MMP-9 levels. TNO
Quality of Life, Biomedical Research, Leiden, The Netherlands. Chapter
3. Helicobacter 2007, in press.
68. Musumba C, Pritchard DM, Primohamed M : Cellular and molecular
mechanisms of NSAID-induces peptic ulcers. Alimentary Pharmacology
and Therapeutics 30,2009. Blackwell Publishing . 517-531.
69. Anastasios J. Karayiannakis et al. Circulating VEGF Levels in the Serum
of Gastric Cancer Patients Correlation With Pathological Variables,
Patient Survival, and Tumor Surgery. ANNALS OF SURGERY,2002 ;
236(1): 37–42.
(INFORMED CONCERN)
Nama : ………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang kebaikan dan keburukan prosedur
penelitian ini, saya menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tentang
“PERBANDINGAN KADAR VEGF (VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH
FACTOR) SERUM ANTARA STATUS CAG A (+) DAN CAG A (-) PADA
PASIEN GASTRITIS H.PYLORI”. Apabila sewaktu-waktu saya mengundurkan diri
dari penelitian ini, kepada saya tidak dituntut apapun.
Demikian surat persetujuan bersedia ikut dalam penelitian ini saya buat dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan, selanjutnya dapat dipergunakan seperlunya.
(...........................................) (……………………………)
Tinggi Badan : … cm. Berat Badan : ….Kg. Body Mass Indeks (BMI) : ......
Keadaan Umum :
Kesadaran : ..................... Tekanan darah : .......... mmHG Nadi : ...... x/menit
I. Identitas
Nama : dr. Wira Prihatin Siregar
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 24 Juni 1984
Suku/Bangsa : Batak / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Komplek Perumahan Tasbih II Blok V No.12 Medan
II. Keluarga
Status : Menikah
Istri : dr.Yulia Muchita Sari
Jumlah anak : 3 orang
III. Pendidikan
SDN 064981 Medan, Tamat Tahun 1997
SMPN Negeri 40 Medan, Tamat Tahun 2000
SMUN 4 Medan , Tamat Tahun 2003
Pendidikan Dokter dan Profesi Dokter Umum- Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Tamat Tahun 2009
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis I Ilmu Penyakit Dalam - Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2014 – sekarang.
V. Perkumpulan Profesi
Anggota IDI Kota Medan
Anggota Perhimpunan Dokter Umum Indonesia Cabang Sumut.
Peserta Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Sex
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki 18 60.0 60.0 60.0
Suku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid aceh 5 16.7 16.7 16.7
batak 9 30.0 30.0 46.7
Statistics
Umur VEGF
N Valid 30 30
Missing 0 0
Median 53.5000 424.7000
Minimum 20.00 155.50
Maximum 68.00 2185.20
Descriptives
Statistic Std. Error
Median 424.7000
Variance 274912.885
Minimum 155.50
Maximum 2185.20
Range 2029.70
Median 53.5000
Variance 150.547
Minimum 20.00
Maximum 68.00
Range 48.00
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Agama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid hindu 1 3.3 3.3 3.3
islam 23 76.7 76.7 80.0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 12 40.0 40.0 40.0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid S1 3 10.0 10.0 10.0
CagA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Positif 21 70.0 70.0 70.0
Negatif 9 30.0 30.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Descriptives
Cag Statistic Std. Error
Median 480.3000
Variance 337570.475
Minimum 155.50
Maximum 2185.20
Range 2029.70
Median 291.1000
Variance 18782.399
Minimum 158.40
Maximum 556.80
Range 398.40
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Ranks
CagA N Mean Rank Sum of Ranks
a
Test Statistics
VEGF
Mann-Whitney U 50.000
Wilcoxon W 95.000
Z -2.014
Asymp. Sig. (2-tailed) .044