SKRIPSI
Disusun oleh :
Syahfitri Nur Afifah
NPM : 14700003
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SURABAYA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Oleh :
Syahfitri Nur Afifah
NPM: 14700003
dr. Pratika Yuhyi Hernanda, MSc.PhD Prof. Dr. Suhartati, dr., MS,
NIK. 08408-ET NIK. 17785-ET
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh :
Syahfitri Nur Afifah
NPM: 14700003
dr. Pratika Yuhyi Hernanda, MSc.PhD Prof. Dr. Suhartati, dr., MS,
NIK. 08408-ET NIK. 17785-ET
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai
kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi dengan judul
“Keterkaitan Faktor Hormonal Terhadap Risiko Terjadinya Kanker Payudara
Pada Wanita”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor hormonal apa saja yang
berkaitan terhadap risiko terjadinya kanker payudara pada wanita.
Skripsi ini berhasil penulis selesaikan karena dukungan dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih yang tak
terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Suhartati dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya yang telah memberi kesempatan kepada penulis
menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
2. Dr. Pratika Yuhyi Hernanda, MSc.PhD. selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, masukan serta dorongan dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
3. Penguji, Prof. Dr. Suhartati dr., MS, selaku penguji ujian Skripsi.
4. Segenap Tim Pelaksana Tugas Akhir dan sekretariat Tugas Akhir Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang telah
memfasilitasi proses penyelesaian Proposal maupun Skripsi.
5. Orang tua, saudara, keluarga, dan Riyadhul Multazam yang selalu
mendukung dan memberikan semangat kepada saya dalam menyelesaikan
Skripsi.
6. Semua pihak yang tidak mungkin disebut satu per satu yang telah
membantu dalam menyelesaikan Skripsi.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis sadar bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan segala
kritik dan saran dari pembaca demi menyempurnakan tugas akhir ini.
Penulis
iii
iv
Abstrak
Kejadian kanker payudara menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat
kanker di dunia. Beberapa penelitian telah dilakukan tentang hubungan kejadian
kanker payudara dan faktor hormonal. Karena itu dilakukan tinjauan terhadap
beberapa penelitian terdahulu dan studi literatur untuk mengevaluasi keterkaitan
faktor hormonal terhadap risiko terkena kanker payudara. Metode: Studi yang
relevan dengan melakukan pencarian pada internet menggunakan search engine
ProQuest, Pubmed, dan Google Scholar. Pencarian menghasilan 30 studi yang
menunjukkan usia menarche < 12 tahun meningkatkan risiko kanker payudara
dengan rata-rata nilai OR = 5,617 (95%CI=0,587-35,08), terlambat menopause
mempertinggi kejadian kanker payudara dengan rata-rata nilai OR = 1,355
(95%CI=0,35-9,23), paritas berisiko mempertinggi kejadian kanker payudara
dengan rata-rata nilai OR = 2,98 (95%CI=0,463-40,898), laktasi mempertinggi
risiko kanker payudara dengan rata-rata nilai OR = 4,031 (95%CI=0,364-18,96),
kontrasepsi hormonal mempertinggi risiko kanker payudara dengan rata-rata nilai
OR = 3,310 (95%CI=0,65-84,718) dan penggunaan hormon pascamenopause
dengan rata-rata nilai OR = 1,909 (95%CI=0,491-3,217) menunjukkan ada
hubungan dengan kanker payudara. Kesimpulan: Studi literature review ini
mengkonfirmasi adanya keterkaitan dengan kejadian kaknker payudara dengan
urutan signifikansi usia menarche, laktasi, kontrasepsi hormonal, paritas,
penggunaan hormon pascamenopause dan usia menopause dari sumber yang di
publikasikan.
iv
v
Abstract
The incidence of breast cancer is one of the leading causes of cancer death in the
world. Several studies have been conducted on the relationship between breast
cancer incidence and hormonal factors. Therefore, a review of several previous
studies and literature studies was conducted to evaluate the association of
hormonal factors on the risk of developing breast cancer. Methods: Studies
relevant to conducting internet searches using the search engines ProQuest,
Pubmed, and Google Scholar. The search resulted in 30 studies that showed
menarche age <12 years increased breast cancer risk with an average OR =
5.617 (95% CI = 0.587-35.08), late menopause increased breast cancer incidence
with an average OR = 1.355 ( 95% CI = 0.35-9.23), parity increases the risk of
breast cancer with an average OR = 2.98 (95% CI = 0.463-40.898), lactation
increases the risk of breast cancer with an average OR value = 4.031 (95% CI =
0.364-18.96), hormonal contraception increases the risk of breast cancer with an
average OR = 3.310 (95% CI = 0.65-84.718) and the use of postmenopausal
hormones with an average OR = value 1.909 (95% CI = 0.491-3.217) showed a
relationship with breast cancer. Conclusion: This literature review study confirms
an association with the incidence of breast cancer with the order of significance
of age of menarche, lactation, hormonal contraception, parity, use of
postmenopausal hormones and age of menopause from published sources.
v
vi
DAFTAR ISI
Abstrak............................................................................................................ iv
Abstrack........................................................................................................... v
Daftar Gambar................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
vi
vii
Orang….............................................................................. 18
vii
viii
2.3.2 Menopause...................................................................................... 82
2.3.3 Paritas............................................................................................. 83
2.3.4 Laktasi............................................................................................. 84
2.3.5 Kontrasepsi..................................................................................... 85
viii
ix
DAFTAR PUSTAKA
ix
x
DAFTAR TABEL
x
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
payudara adalah suatu kondisi sel yang telah kehilangan kendali dalam proses
terkendali yang terjadi pada jaringan payudara (Mulyani & Rinawati, 2013).
Kanker payudara pada umumnya mempunyai tahapan atau stadium yang menjadi
tanda parah atau tidaknya kanker payudara itu yaitu: stadium 0, stadium I, stadium
dengan perkiraan 1,7 juta kasus dan 521.900 kematian pada tahun 2012. Kanker
payudara saja menyumbang 25% dari semua kasus kanker dan 15% dari semua
Negara yang lebih maju menyumbang sekitar setengah dari semua kasus
kanker payudara dan 38% kematian. Umumnya angka kejadian kanker payudara
tinggi di Amerika Utara, Australia / Selandia Baru, Eropa Utara dan Barat;
menengah di daerah Eropa Tengah dan Timur, Amerika Latin, serta Karibia; dan
rendah di sebagian besar Afrika dan Asia. Variasi internasional dalam angka
1
2
dini serta faktor risiko. Faktor risiko untuk kanker payudara termasuk faktor
kontrasepsi oral baru-baru ini, dan tidak pernah memiliki anak. Melahirkan dan
yang dapat dimodifikasi yaitu penambahan berat badan setelah usia 18 tahun,
seluruh dunia, terhitung 24% dari kasus kanker baru dan 15% kematian akibat
kanker pada tahun 2018, dan kasus insiden diperkirakan akan meningkat lebih
dari 46% pada tahun 2040, menurut Globocan Alat prediksi Cancer Tomorrow
payudara menjadi jenis kanker terbanyak yang di derita pasien rawat inap maupun
rawat jalan di seluruh rumah sakit (RS) di Indonesia (Sobri, Azhar, Wibisana, &
Rachman, 2018). Di poliklinik bedah umum RSUD Ibnu Sina Gresik pada tahun
2019 terdapat 326 pasien yang menderita kanker payudara (Medis, 2019). Karena
terbanyak menurut pada estimasi jumlah pasien kanker payudara (Faida, 2016b).
3
merupakan salah satu prioritas di Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk
pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM dengan kegiatan promosi dan konseling,
Ada dua jenis faktor risiko kanker payudara, yaitu yang berkaitan dengan
gaya hidup sehingga dapat di modifikasi dan yang bersifat permanen. (Sobri et al.,
2018)
yang terjadi saat usia <12 tahun, usia wanita menopause yang >50 tahun, usia
kontrasepsi oral selama 5-10 tahun dan faktor lainnya dapat meningkatkan risiko
kanker payudara. Pada beberapa wanita, pemicu awal kanker payudara adalah
hormon estrogen. Hormon tersebut berperan dalam proses tumbuh kembang organ
seksual wanita. Salah satu faktor yang berperan penting terhadap kejadian kanker
Dalam penelitian yang di lakukan oleh Trieu, Mello-Thoms, Peat, Do, and
Brennan (2017), menyebutkan bahwa wanita yang memiliki anak pertama mereka
4
pada umur 30 tahun atau lebih dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara (OR, 1,5) dibandingkan dengan wanita yang berumur 23 tahun atau
lebih muda. Meskipun hubungan ini tidak signifikan (p= 0,08), hal ini relatif sama
perempuan yang menunda anak pertama mereka setelah usia 30 tahun memiliki
dua kali lipat risiko terjadinya kanker payudara dibandingkan dengan mereka
pertumbuhan sel secara abnormal pada bagian tertentu disebabkan oleh paparan
estrogen dan metabolitnya yang secara langsung bertindak sebagai mutagen atau
disebabkan karena stimulasi estrogen terhadap pembelahan sel epitel (Dewi &
estrogen, yaitu tidak pernah melahirkan atau melahirkan untuk pertama kali di
insiden kanker payudara. Sedangkan pada penelitian yang di lakukan oleh Trieu
et al. (2017) dalam Risk Factors of Female Breast Cancer in Vietnam: A Case-
Control Study usia menarche menjadi faktor yang memiliki pengaruh pada insiden
kelahiran serta pemakaian hormon eksogen. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Tan et al. (2018) dengan judul penelitian A case-control study of breast cancer
kontrasepsi oral tidak memliki korelasi yang signifikan terhadap risiko insiden
et al (2013) dalam Risk factors of breast cancer: a systematic review and meta-
yang meningkatkan risiko kanker payudara pada wanita, penyebut dari faktor
risiko yang paling umum digunakan adalah tingkat dan lamanya pajanan terhadap
estrogen endogen dan eksogen. Paparan steroid seks berperan penting dalam
WHI melaporkan studi kontroversial tahun 2002, The Endogenous Hormones and
dikaitkan dengan terjadinya kanker payudara adalah faktor hormonal. Oleh sebab
itu penelitian ini untuk mengetahui faktor hormonal apa saja yang terkait sebagai
pada wanita, maka peneliti tertarik untuk melakukan literature review tentang
wanita.
literatur review ini adalah : Menganalisa faktor hormonal apa saja yang berkaitan
1.3 Tujuan
wanita.
pada wanita.
1. Bagi Masyarakat
saja yang menjadi faktor risiko penyebab kanker payudara pada wanita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PAYUDARA
atas musculus pectoralis major dan dibentuk secara stabil oleh ligamentum
suspensorium Payudara dewasa terletak di setiap sisi sternum & meluas setinggi
10
diantara costa ke dua dan keenam secara vertikal & antara tepi sternum sampai
Gambar II.2 (A) Anatomi Payudara. (B) Area - area Payudara, termasuk tail
kelenjar kulit yang sangat penting. Kelenjar ini tumbuh menjadi payudara dan
dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron. Terletak pada bawah kulit dan
pada atas otot dada. Payudara orang dewasa beratnya sekitar 200 gram, dan sisi
kiri biasanya lebih besar dari sisi kanan. Payudara akan membesar selama
kehamilan dan beratnya mencapai 600 gram, sedangkan ibu menyusui akan
memiliki berat hingga 800 gram (Ariani & Sofi, 2015; Pane, 2019)
11
Payudara memiliki struktur yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu kulit,
jaringan subkutan, dan corpus mammae. Corpus mammae terdiri dari parenkim
dan stroma. Struktur yang terdiri dari duktus laktiferus (duktus), lobus, ductulus
(ductuli), serta alveoli disebut sebagai parenkim. Struktur duktulus dan duktus
2016), ialah:
sel kanker. Limfatik berjalan dari putting, areola, dan lobuli glandulae ke plexus
menghasilkan benjolan atau massa. Sebagian besar kanker payudara dimulai dari
reproduksi dan hormon yang tidak seimbang, nutrisi, genetik, merokok, konsumsi
penyakit tidak menular yang terus menerus dan tidak terkendali, serta dapat
merusak jaringan yang berada disekitarnya dan menjalar ketempat yang jauh dari
asalnya yang di sebut sebagai metastasis (Arafah & Notobroto, 2017; Utami,
Anggraini, & Anisa, 2019). Kanker payudara merupakan suatu penyakit dimana
terjadi pertumbuhan sel, yang di akibatkan oleh karena adanya onkogen sel yang
normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Palu & Nurdin, 2014).
Satu kelompok sel dalam sebuah tumor juga dapat pecah dan menyebar ke
bagian tubuh yang lain. Sel yang menyebar dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh
yang lain disebut metastases. Tumor yang bersifat ganas akan menyusup dan
Karsinoma merupakan jenis sel kanker yang bersifat ganas dan berasal dari setiap
abnormal yang muncul pada jaringan payudara (Purnomo, 2009). Setelah kanker
servicks, kanker payudara (Carcinoma mammae) menjadi salah satu kanker yang
sangat ditakuti oleh kaum wanita. Pada prinsipnya, kanker payudara adalah tumor
ganas dari kelenjar kulit, saluran kelenjar, serta jaringan di sebelah luar rongga
glandular ( kelenjar ) dan jaringan stromal ( penopang) . Tanpa disadari sel kanker
tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker (Siegel, Miller, & Jemal, 2016).
duktal) dan yang lainnya berasal dari kelenjar (kanker lobular) (Siegel et al.,
2016).
jangka waktu yang lama dan faktor reproduksi serta ketidak seimbangan hormon,
Duktus atau lobus payudara yang dibatasi proliferasi keganasan sel epitel
merupakan gambaran dari kanker payudara yang pada awalnya terdapat hanya
16
hiperplasia sel dengan perkembangan sel – sel yang atipikal. Sel – sel ini
kemudian menjadi karsinoma in situ serta menginvasi stroma. Untuk tumbuh dari
satu sel menjadi massa yang cukup besar membutuhkan waktu 7 tahun bagi
kanker untuk dapat di palpasi (berdiameter kurang lebih 1 cm). Sekitar 25%
kanker payudara sudah mengalami metastasis pada ukuran tersebut (Aziza &
payudara terjadi, sepanjang duktus mamaria, pada kulit permukaan dan meluas
melalui jaringan limfatik payudara. Kelenjar getah bening regional yang terlibat
telah diprogramkan yang mengakibatkan timbulnya sel kanker. Oleh sebab itu
pada proses transkripsi dan translasi gen terjadi kekeliruan sehingga terjadi
sel kanker yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi, dan progresi (Fagundes,
a. Inisiasi
17
mutasi gen. Pada tahap inisiasi karsinogen beraksi dengan DNA yang
b. Promosi
promotor. Pada tahap ini sel-sel yang telah mengalami mutasi atau
mengalami proses seleksi yang terjadi ketika ada paparan faktor yang
memicu replikasi sel. Sel yang telah mengalami akumulasi mutasi gen
induksi enzym, induksi differensiasi. Pada tahap ini, sel yang abnormal
c. Progresi
18
sel kanker,
Jenis kelamin
tidak kurang dari 1.050.346 kasus baru setiap tahunnya. Kanker payudara
biasanya terjadi pada wanita berusia 40-50 tahun (Rasjidi, 2010a). Hal ini
didukung oleh penelitian (Nasution, Asfriyati, & Siregar, 2018) yang mengutip
yang penting. Laporan oleh Worldwide cancer di Inggris antara tahun 2009 dan
2011, sekitar 80% kasus kanker payudara didiagnosis pada perempuan berusia >
payudara pada laki-laki sekitar 2% dari 148 kasus kanker payudara (Rahmadani,
2015).
Waktu
di Indonesia tahun 2013 terdapat pada Provinsi D.I. Yogyakarta sebesar 2,4%
Insiden kanker payudara pada wanita yang lebih muda berbeda menurut
ras. Secara keseluruhan, kanker payudara lebih sering terjadi pada wanita
tahun, kanker payudara lebih dari dua kali lebih sering terjadi pada wanita Afrika-
reseptor hormon negatif (dan bahkan lebih spesifik tumor dari fenotipe basal)
lanjut dari pada anak muda Kaukasia; Namun, Nampak setara di antara ras lainya
payudara. Beberapa faktor risiko kanker payudara telah diketahui saat ini antara
lain faktor genetik meliputi gen BRCA1 dan BRCA2, faktor hormonal meliputi
menikah, abortus, riwaya terpapar radiasi, faktor nutrisi meliputi konsumsi lemak,
personal meliputi kelainan jinak payudara dan kelenjar tiroid (Sobri et al., 2018).
Ada dua jenis faktor risiko kanker payudara, yaitu yang berkaitan dengan
gaya hidup sehingga dapat di modifikasi dan yang bersifat permanen (Sobri et al.,
2018). Faktor risiko kanker payudara dapat di kelompokkan menjadi delapan garis
besar, yaitu :
germline mutation”. Wanita dengan mutasi pada gen BRCA 1 dan BRCA 2, tidak
hanya berisiko terjadinya kanker payudara saja, tetapi juga mempunyai peluang
yang sama untuk terjadinya kanker ovarium karena memiliki hubungan yang
Riwayat kanker yang terjadi pada keluarga bisa di lihat sebagai faktor
risiko terjadinya penyakit bila masyarakat umum tidak bisa memeriksakan gen
ovarium dari saudara ibu klien atau bibi dari sisi keluarga yang sama.
b. Adanya keluarga dari sisi yang sama terdiagnosa atau memiliki riwayat
keluarga.
Kerabat tingkat pertama dari ibu atau saudara perempuan pasien dengan
riwayat kanker payudara adalah faktor risiko yang paling umum. Jika kerabat
menderita penyakit sebelum menopause, risikonya hampir dua kali lipat; jika
kankernya bilateral, atau jika lebih dari satu kerabat tingkat pertama menderita
kanker payudara sebelum menopause, risikonya hampir dua kali lipat (Ferdian &
Pewarisan mutasi dari salah satu dari dua gen, yaitu BRCA1 dan BRCA2
merupakan salah satu alasan utama untuk risiko terkena kanker payudara. Pada sel
Sekitar 80% wanita dengan mutasi pada gen BRCA 1 dan BRCA 2, memiliki
2010a).
keganasan jika pada keluarga terdapat riwayat atau terdiagnosa penderita kanker
subur yang lama, memiliki anak saat berusia lanjut, mengisyaratkan paparan kadar
esterogen yang tinggi saat haid. kanker payudara pada perempuan menopause
normal dan oleh sel kanker dirangsang oleh estrogen. Secara normal di epitel
bereaksi sebagai promoter pertumbuhan seperti transforing grow faktor dan suatu
(Anggriawan, 2012).
23
a. Usia Menarche
yang matur pada wanita muda dan awal di mulainya siklus bulanan dari
selama usia reproduktif pada wanita dengan menarche dini (Sobri et al.,
2018)..
b. Menopause
24
Insiden akan meningkat > 40 tahun dan tertinggi pada wanita dengan usia
Setiyawati, 2017).
Usia Ketika Menarche dan (B) Usia Ketika Menopause (Cancer, 1997,
2012).
25
c. Paritas
sudah lebih dari sekali melahirkan, wanita nulipara atau belum pernah
melahirkan mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar untuk menderita kanker
tingkat yang sama lebih tinggi untuk menghasilkan efek perlindungan. Hal
d. Laktasi
diferensiasi terminal lebih lanjut dari epitel payudara, dan menyusui juga
payudara pada populasi yang menyusui dalam jangka waktu yang lama.
al., 2018).
e. Kontrasepsi
Sety, 2016).
risiko kanker payudara. Pada penggunaan TSH selama 5 tahun risiko akan
terjadi peningkatan sebesar 1,35 kali lebih tinggi. Lama paparan terhadap
telah dipelajari. Saat ini, ada juga data dari uji klinis acak yang
lebih lama. Untuk tipe terapi hormon, risiko untuk pengguna kombinasi
28
al., 2018).
a. Jenis Kelamin
terkena kanker payudara, tetapi khusus pada wanita terjadi perubahan dan
saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia, pernikahan juga dapat
c. Abortus
tidak di dukung oleh studi besar terhadap wanita Denmark, Iowa’s Women
kemampuan DNA dalam mengontrol suatu sifat dari suatu sel menjadi hilang. Sel
dapat tumbuh dengan sendirinya tanpa ada signal pertumbuhan sel dan
mempunyai sifat yang berbeda dengan sel yang normal sehingga menyebabkan
yang pernah mendapatkan terapi radiasi di daerah dada sebagai perawatan untuk
kanker lain seperti penyakit Hodgkin atau limfoma non-Hodkin pada masa anak-
anak atau dewasa muda (Hutapea, 2017; Rukmi & Handayani, 2014).
tinggi risiko untuk terkena kanker payudara di kemudian hari (Mulyani &
Pola yang sama juga di jumpai pada radiasi untuk terapi. Studi tentang
radiasi pada kanker payudara dan kemungkinan timbulnya kanker payudara lain
signifikan. Studi efek terapi radionuklir juga menyatakan bahwa wanita dengan
kemudian hari. Pada tindakan radiasi diagnostik dinding dada dosis rendah yang
Diperkirakan hanya < 1 % kasus kanker payudara yang di sebabkan oleh tindakan
a. Konsumsi Lemak
Risiko makan makanan berlemak tinggi dua kali lipat dari tidak
(Baglietto et al., 2009; MacInnis, English, Gertig, Hopper, & Giles, 2004).
30%, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa untuk efek anti kanker,
b. Obesitas
standar Asia bila IMT ≥23 kg/m2 maka sudah dapat dikatakan sebagai
overweight (kelebihan berat badan). Bila IMT ≥25 kg/m 2, maka orang
yang memiliki risiko terkena kanker payudara sebanyak 5,24 kali adalah
seseorang yang memiliki IMT lebih dari 25 kg/m2 (Iqbal et al., 2015;
yang setara dengan kelebihan 100 kalori per hari, bila berlangsung terus-
32
banyak jumlah kalori yang masuk melalui makanan daripada kalori yang
secara terus menerus (Husnah, 2012; van den Brandt & Schulpen, 2017).
seseorang dan faktor keturunan. Ada bukti bahwa lemak hewani jauh lebih
mengkonsumsi daging sapi atau babi lima sampai enam kali per minggu
(Husnah, 2012).
(Yustiana, 2013).
c. Konsumsi Alkohol
bekerja lebih keras dan lebih sulit untuk memproses estrogen agar keluar
lebih dari satu kaleng bir atau segelas anggur sekitar 200-300 cc dapat
33
jika dibandingkan dengan jaringan atau organ tubuh yang lain (Bagnardi
et al., 2015; Chen, Rosner, Hankinson, Colditz, & Willett, 2011; Humans,
2010).
menyatakan bahwa angka risiko kanker payudara bagi perokok pasif jauh
aktif. Dalam asap rokok terkandung bahan kimia dalam konsentrasi tinggi
yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara (Savitri, Alina, & Utami,
2015).
34
perokok aktif, tetapi tidak pada perokok yang sudah berhenti (Sobri et al.,
2018).
54% untuk konsumsi rokok diatas 20 bungkus per tahunnya (Sobri et al.,
2018).
lebih besar dari pada asap yang di hirup perokok aktif (Sobri et al., 2018).
e. Aktivitas Fisik
aktivitas fisik pada wanita menopause yang berjalan sekitar 30 menit per
hari. Namun, diantara wanita yang memiliki berat badan normal terj
melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang cukup, namun tidak ada
al., 2016)
ataupun zat kimia maka mengkonsumsi junk food secara berlebihan dari
36
ketika masuk dalam tubuh, zat atau racun inilah yang menumbuhkan sel-
sel penyakit terutama di payudara dan juga membuat lemak tubuh akan
Seiring dengan pertambahan berat badan, Insulin yang dihasilkan pun akan
bertambah. Lemak pada tubuh yang lebih banyak akan berlanjut lebih
a. Organoklorin (Pestisida)
pada kejadian kanker payudara. Agen DDT dan DDE aktif secara
b. Medan Elektromagnet
elektromagnet. Namun, studi kasus kontrol skala besar yang lebih baru
prospektif dan retrospektif pada uji kohort Nurse’s Health Study. Hingga
2018).
menyebabkan wanita tidak melakukan deteksi dini. Oleh karena itu diperlukan
stadium dini kanker payudara. Begitu juga sebaliknya, pada wanita yang memiliki
W. Sari, 2019).
bahwa semakin seseorang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka semakin
mudah untuk orang tersebut menyerap informasi kesehatan yang di terima. Oleh
sebab itu, seorang wanita yang memiliki pendidikan tinggi akan mempermudah
39
bagi wanita tersebut untuk memahami dan menyerap informasi mengenai kanker
payudara, dan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker
payudara dan apakah terjadi progresivitas pada kondisi sedini mungkin. Sehingga
apabila mengalami kanker payudara, dapat ditemukan pada stadium dini (N. W.
Sari, 2019).
1) Nonproliferatif
- Kista
- intraductal papilloma
- sclerosing adenosis
- fibroadenoma
- radial scar
Pada studi yang diikuti oleh Dupont, dkk. didapatkan hasil bahwa
2018).
b. Kelenjar Tiroid
dibandingkan wanita yang tidak pernah menderita kanker tiroid. tidak ada
2018).
2017):
payudara yang sulit disentuh dan memiliki tepi yang tidak beraturan.
Lokasi paling umum pada kanker payudara adalah bagian lateral atas
nyeri, jika sudah mulai infiltrasi ke sekitar maka nyeri baru terasa.
g. Kelainan kulit, dimpling disertai penebalan pada kulit puting susu atau
Pada stadium awal, terdapat benjolan kecil di payudara yang tidak terasa
nyeri. Gejala yang muncul saat memasuki stadium lanjut semakin banyak, seperti:
benjolan tampak tidak teratur dan keras, serta nyeri saat benjolan membesar.
Nipple discharge yang pada awalnya berwarna merah muda berubah menjadi
kecoklatan, serta keluar cairan darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu
pada wanita yang sedang tidak hamil dengan kulit payudara mengerut seperti kulit
Pada tahap awal, jika menekan dengan jari, benjolan di bawah kulit bisa
bergerak dengan mudah. Namun karena benjolan tersebut menempel pada dinding
dada atau kulit di sekitarnya, lama kelamaan benjolan tersebut menjadi bengkak
dan menjadi bisul di sekitar payudara. Kulit di atas gumpalan mulai berkerut dan
Ayuningtyas, 2012).
akan berubah, termasuk rasa tidak nyaman yang lebih besar. Jika demikian,
kanker biasanya berupa cairan puting susu, payudara tampak merah, dan kulit di
sekitar puting tampak bersisik. Puting susu akan tertarik ke dalam dan terasa gatal.
43
Sensasi gatal ini terkadang disertai dengan pembengkakan pada payudara. Pada
tahap ini akan terjadi nyeri tulang, penurunan berat badan dan pembengkakan
terjadi atau kambuh setelah pengobatan awal. Meskipun pengobatan awal adalah
untuk menghilangkan semua sel kanker, beberapa telah kambuh atau kambuh.
Faktor risiko kekambuhan kanker payudara adalah usia, ukuran dan batasan
lokal ekstensif), derajat diferensiasi, dan stadium klinis (Agustina, 2015; Hoy &
Lieberman, 2014).
sebelumnya atau kekambuhan lokal, atau dapat menyebar ke bagian tubuh lain
(kambuh pada jarak tertentu). Pada diagnosis pertama, kanker payudara berulang
lebih sulit daripada kanker payudara. Namun menderita kanker payudara berulang
tergantung di mana kanker itu kambuh. Pada kekambuhan lokal, kanker akan
tumbuh kembali di area yang sama dengan kanker sebelumnya. Jika Anda
jaringan payudara yang tersisa. Kanker dapat muncul kembali di jaringan dinding
44
dada atau lapisan kulit. Tanda dan gejala kekambuhan lokal pada payudara yang
sama, termasuk:
d. Nipple discharge
Tanda dan gejala kekambuhan lokal pada dinding dada setelah di lakukan
a. Satu atau lebih nodul menyakitkan pada atau di bawah kulit dinding
dada.
kelenjar getah bening yang ada di sekitarnya. Tanda dan gejala daerah
a. Di bawah lengan
terjadi di otot dada yang terletak di kelenjar getah bening tulang rusuk di dalam
dada bagian bawah, di antara tulang rusuk, antara kelenjar getah bening di atas
tulang selangka dan kelenjar getah bening di sekitar leher (Hoy & Lieberman,
2014).
masih berada di tempat asalnya. Merupakan kanker yang masih terletak pada
semua wanita dengan kanker tahap ini dapat di sembuhkan. Pada kasus
baru terdapat sekitar satu hingga lima kasus baru kanker payudara berupa
DCIS.
sering tidak menjadi kanker invasif, tetapi wanita dengan kondisi ini
memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker payudara invasif pada
menyebar dan merusak atau menerobos ke jaringan lainnya, bisa terlokalisir yang
lainnya. Sekitar 10% merupakan kanker lobuler dan 80% kanker payudara invasif
adalah kanker duktal. Invasif karsinoma terdapat beberapa jenis, antara lain:
terjadi yakni sekitar 75% dari keseluruhan kanker payudara. Kanker ini
47
berawal dari sel-sel saluran susu atau pada duet, kemudian bermetastasis
5-10% dari keseluruhan kanker payudara yang bermula dari kelenjar susu
bilateral lebih sering terlihat dibanding karsinoma ductal. Jenis ini juga
Sel-sel kanker lobular dan ductal terkandung atau terdapat pada beberapa
Sebaliknya, penebalan jaringan atau kepenuhan di salah satu bagian dari payudara
sering disebabkan oleh karsinoma lobular invasif dan terdiri dari beberapa bagian
(peradangan kulit berupa bercak kemerahan dan berasal dari kelenjar di dalam
atau di bawah kulit) yang jarang terjadi. Kanker yang dapat ditemukan di sekitar
puting susu, Biasanya berasal dari kanker pada saluran susu di payudara.
Biasanya, lesi terbatas pada puting susu atau meluas ke areola, dan dalam kasus
lanjut bisa juga mengenai kulit di sekitarnya. Permukaan lesi terkadang sedikit
terinfiltrasi. Keluhan nyeri atau gatal sering terjadi. Puting susu bisa tertarik atau
berubah bentuk. Penskalaan dan kemerahan termasuk perubahan awal yang dapat
disalah artikan sebagai eksim atau beberapa kondisi inflamasi lainnya (Chabirah,
2019).
penyakit kanker yang diderita oleh pasiennya dengan tujuan mengetahui tingkat
penyebaran kanker tersebut sudah sejauh mana, baik ke organ atau jaringan
kanker. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada
yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan
saat ini yang paling banyak digunakan adalah stadium kanker berdasarkan
(UICC/AJCC, 2015)
Klasifikasi Definisi
M : Metastasis Jauh
52
lain.
a. Stadium 0
b. Stadium I
getah bening ketiak dan besarnya tumor < 2-2,25 cm. Pada stadium I,
53
c. Stadium IIa
payudara.
d. Stadium IIb
ketiak.
e. Stadium IIIa
f. Stadium IIIb
Bisa jadi sudah terjadi persebaran menuju titik-titik pada pembuluh getah
55
bening di ketiak dan lengan pada bagian atas, tapi tidak menyebar ke
g. Stadium IIIc
dalam group N3. Dengan kata lan, kanker telah menyebar lebih dari 10
h. Stadium IV
parah. Pada stadium ini,ukuran tumor sudah tida bisa di tentukan lagi dan
telah menyebar atau bermetastasis ke lokasi yang lebih jauh, seperti pada
payudara didasarkan pada morfologi dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan
sel normal. Ini akan menunjukkan kepada dokter seberapa cepat dan sel kanker
Grade kanker itu sendiri mencakup tiga tingkat. Grade pertama adalah
grade paling rendah, di mana sel kanker berkembang sangat lambat dan biasanya
57
belum menyebar. Grade kedua merupakan grade tingkat sedang dengan adanya
tertinggi dan yang terakhir adalah grade ketiga. Pada grade ini, sel kanker
Stadium T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1, N2 M0
IIIB T4 N1, N2 M0
IIIC T apapun N3 M0
IV T apapun N apapun M1
(Kementerian Kesehatan RI, 2012)
atau tidak merasakan sakit pada tahap awal kanker payudara, Seorang wanita pada
keadaannya menjadi serius dan sudah terjadi persebaran atau tumor sudah
dengan keadaan kanker payudara sudah mencapai stadium III (Qoyyimah &
Yuliyani, 2016).
masih belum jelas, di antaranya, prosedur deteksi dini masih belum efektif, karena
memasuki tahap ketiga. Proporsi terbesar pada stadium III menunjukkan bahwa
kesadaran responden dalam minum obat untuk gejala awal masih rendah.
kanker payudara sejak dini, mencari pengobatan, dan cara mencegah kanker
a. Anamnesa
sistematis berdasarkan keluhan yang dirasakan pasien. Selain data mengenai jenis
kelamin dan usia, penting untuk mengetahui data sosio- ekonomi mencakup
59
alamat, edukasi, dan pekerjaan. Data tersebut akan mendukung komunikasi yang
akan dilakukan klinisi dengan pasien, baik pemilihan kosakata ketika berbicara
maupun anjuran yang akan di berikan kepada pasien. Terkadang, beberapa data
dasar yang menyangkut faktor risiko penyakit perlu juga di tanyakan, seperti ras,
progresivitas penyakit, mulai dari pertama kali di rasakan hingga saat pasien
datang (adakah ukuran massa dan nyeri yang bertambah, kecepatan pertumbuhan
massa, dan timbul massa tambahan di tempat lain), Data-data akan mulai
menuntun ke arah mana kecurigaan kita harus di arahkan (Sobri et al., 2018).
al., 2018).
payudara.
mengarah kepada neoplasma, maka ingat, neoplasma terbagi atas jinak dan ganas.
Neoplasma ganas atau kanker pada payudara dikenal memiliki faktor risiko. maka
61
et al., 2018).
karakteristik, beratnya penyakit, dan durasi sakit. Jika pasien ternyata pernah
b. Pemeriksaan Fisik
adalah, di dalam ruangan dengan pencahayaan yang cukup baik dan pasien di
minta untuk melepaskan bajunya dari pinggang ke atas. Hal ini di karenakan, pada
payudara. Pemeriksaan fisik payudara di lakukan dalam dua posisi, yaitu duduk
1. Inspeksi
62
dalam posisi duduk dengan kedua lengan dalam posisi relaks. Pertama,
ukuran payudara akibat perubahan dengan onset yang cepat atau progresif
terdapat benjolan atau retraksi kulit. Tumor yang terletak superfisial akan
et al., 2018).
lebih terinci perubahan pada kulit payudara dan puting, terutama pada
terlokalisir biasanya lebih jelas pada setengah bawah payudara dan area
keluar, dan perubahan kulit diatasnya. Jika terdapat retrasksi puitng yang
dan lesi eksematosa pada puting yang resisten terhadap terapi kulit
mungkin merupakan tanda awal dari penyakit Paget (Sobri et al., 2018).
pemeriksa dapat melihat area retraksi yang tidak terlihat pada posisi
2. Palpasi
lateral.
sehingga dapat teraba nodular, begitu juga pada lipatan bawah payudara
dengan karakter yang serupa pada regio lain, densitas yang berbeda dari
Massa bergerak
Massa tidak Massa bergerak Massa berada di
tanpa massa berada
bergerak tanpa tahanan parenkim payudara.
di tahanan.
c. Pemeriksaan Klinis
penyakit, tanda dan gejala, riwayat kesehatan dan riwayat kesehatan sebelumnya.
Setelah menentukan faktor risiko kanker payudara, pasien akan diperiksa untuk
gejala yang lebih spesifik. Gejala yang umum adalah nyeri payudara dan
keluarnya cairan dari puting, tetapi tidak selalu merupakan tanda kanker. Penyakit
jinak dengan gejala serupa, seperti serat Penyakit kistik dan papiloma intraduktal.
Keluhan yang jarang seperti terjadi seperti : Malaise, nyeri tulang, serta
kehilangan berat badan, tapi merupakan indikasi adanya metastasis jauh (Suyatno,
imaging (MRI) untuk wanita berisiko tinggi. Pada 2015, asosiasi memperbarui
pedoman skrining kanker payudara untuk wanita berisiko sedang, dan pada 2007
mengeluarkan pedoman baru untuk penggunaan MRI bagi wanita berisiko tinggi
1. Mammografi
sebelum gejala atau tanda muncul. Pasien muda <30 tahun memiliki
payudara padat dan akurasi rendah. Mamografi ada dua jenis, yaitu
Medical (LM) atau Medio- Lateral (ML) (Suyatno, 2014; Yuliyani, 2016).
mammografi, yaitu :
et al., 2018).
Bagi wanita yang memiliki risiko seumur hidup (20% -25% atau
2015):
BRCA2.
radiasi ke dada
sindrom Cowden.
hidup) termasuk :
71
3. Ultrasound Payudara
stadium kanker yang di derita, yaitu dapat berupa operasi atau pembedahan,
a. Operasi (Pembedahan)
komplikasi yang terjadi, dan merekonstruksi efek yang ada. Semakin dini
semakin besar. Untuk mengobati kanker payudara terdapat beberapa jenis operasi
mengangkat sebagian dari payudara pada jaringan yang mengandung kanker, dan
kanker, yaitu :
73
memperoleh data patologi yang cepat tentang tumor apakah jinak atau
ganas .
b. Radioterapi
atau bila ada metastasis pada nodus lokal dapat di kontrol menggunakan radiasi
digunakan untuk memberikan radiasi dosis tinggi ke area yang terlokalisir. Tumor
yang dapat dihancurkan oleh dosis radiasi yang masih memungkinkan sel normal
(Suyatno, 2014).
c. Kemoterapi
anti kanker. Cara kerja obat ini dengan menghambat atau mengganggu sintesa
DNA dalam siklus sel. Obat sitostatika diberikan langsung ke dalam tumor atau
74
dibawa melalui aliran darah, jarang menembus blood brain barrier sehingga obat
ini sulit mencapai sistem syaraf pusat. Berbeda dengan pembedahan atau radiasi
d. Terapi Hormon
nongenomic maupun genomic. Pada pasien kanker payudara dengan HR+ terjadi
fungsi seluler, invasi, pertumbuhan tumor, angiogenesis serta survival sel kanker
di sebut sebagai terapi endokrin) karena menghasilkan efek yang baik dan
memiliki efek toksik yang relatif sedikit menjadikan terapi hormon pada pasien
kanker payudara sebagai terapi dengan target molekuler pertama untuk pasien
belum sepenuhnya di tegakkan. Tetapi tiap pasien kanker payudara haru minimal
75
yang merupakan obat hormon kanker payudara. Terapi tamoxifen selama 5 tahun
Penyebaran pada kanker payudara dapat secara signifikan dan sering tidak
menimbulkan gejala yang berarti. Pada 5-15% pasien telah terjadi metastasis dan
insidensi kanker payudara yang aman dan secara tidak langsung akan menurunkan
angka kematian akibat kanker payudara itu sendiri. Pencegahan yang efektif lebih
dipilih dari pada menjalani terapi dengan menggunakan radiasi dan agen sitotosik
yang meskipun efektif menimbulkan berbagai efek samping (Rasjidi, 2010a). Ada
a. Pencegahan Primer
76
agar penyakit tidak berkembang yaitu dengan cara membiasakan diri dengan pola
hidup sehat yang di lakukan sejak dini dan menjauhi faktor risiko yang dapat
diubah kejadian kanker payudara. Pencegahan primer yang dapat dilakukan antara
berbagai zat kimia, logam berat serta melindungi tubuh dari bahaya
yang bisa dilakukan oleh diri sendiri dan terus menerus setiap bulan. suatu
payudara sendiri yang di lakukan sendiri untuk menemukan adanya benjolan yang
abnormal pada payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh diri sendiri sendiri
dirumah tanpa harus ke pusat kesehatan dan tanpa harus mengeluarkan biaya.
Pemeriksaan dilakukan setelah awal siklus menstruasi sekitar 7-14 hari karena
pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut, tidak
hidup dari bahaya kanker payudara oleh karena itu upaya SADARI sangat
benjolan atau kelainan lainnya yang mudah yang dapat dilakukan oleh wanita itu
dan terasa serta bagaimana kondisi ini bisa bervariasi pada waktu yang berbeda
detail, hanya untuk mengetahui perubahan yang terjadi dari kondisi yang normal
Upaya SADARI ini sangat penting apabila kanker dapat dideteksi pada
cermin sambil menarik bahu dan siku ke arah depan. Periksa kembali,
79
puting.
4. Angkat lengan bagian kanan, memakai 3-4 jari tangan kiri kemudian
dan secara menyeluruh. sisi luar payudara di mulai dari bagian tepi,
ketiak sendiri. Rasakan apakah ada benjolan yang tidak biasa atau
darah yang keluar dari puting payudara. Lakukan hal yang sama pada
permukaan yang rata, lalu berbaring dengan lengan kanan berada di belakang
kepala dan meletakkan bantal kecil atau lipatan handuk di bawah pundak.
5. Pada Wanita yang mempunyai faktor risiko cukup tinggi, misalnya ada
di anjurkan.
c. Pencegahan Tersier
kanker payudara. Dengan penanganan yang tepat akan mengurangi kecacatan dan
terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memperpanjang harapan hidup bagi
kembali. Tindakan mastektomi tidak hanya meninggalkan bekas fisik saja yang
anggota tubuhnya. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan baik secara fisik,
gizi yang baik, dukunagn moral dari orang-orang terdekat terhadap penderita
saluran limfe dan aliran darah, Karsinoma payudara bermetastase. Paru paru,
pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan hati
menjadi tempat yang paling sering untuk metastase yang jauh atau sistemik.
Tempat yang lebih jarang adalah otak, tiroid, leptomeningen, mata, perikardium
payudara per stadium melalui data PERABOI yaitu Perhimpunan Ahli Bedah
PAYUDARA
Dalam supresor gen dan onkogen untuk modulator transkipsi terhadap tar-
get gen, Estrogen reseptor (ER) dan progesteron reseptor (PR) sebagai reseptor
nu-klear. ERα memiliki peranan penting pada duktus payudara pada masa
pubertas, tetapi PR dan ERß lebih berperan pada laktasi lobulus. Pada proses
dan PRb subunit) beda dengan ER sebagai homodimeric atau heterodimeric terdiri
Suparman, 2014).
ERα dan ERβ adalah faktor transkripsi yang menjadi perantara kerja
estrogen, mengikat estradiol di lokasi sama tetapi berbeda pada afinitas dan
mukosa usus, prostat, dan sel-sel endotel akan dapat ditemukan Erβ. ERα dan
ERβ dikode menggunakan gen yag berbeda, yaitu ESR1 dan ESR2 yang
berada pada kromosom 6 dan 14 (6q25 dan 14q), dan secara luas
83
diekspresikan pada jaringan yang berbeda dengan pola ekspresi yang berbeda
berhubungan dengan usia menstruasi yang lebih awal yang berpengaruh terhadap
kanker payudara saja, estrogen dapat berfungsi sebagai promotor pada kanker
tertentu. Pada wanita yang mendapat haid lebih awal akan meningkatkan risiko
terbentuknya kanker payudara karena kadar estrogen tinggi pada wanita yang
2.3.2 Menopause
Usia pertengahan pada wanita mulai dari usia 40 tahun hingga 60 tahun.
Menopause merupakan salah satu faktor penting pada masa terjadinya kanker
terhadap efek FSH dan LH, baik karena jumlah tempat pengikatan reseptor pada
lebih sering karena efek sekresi estrogen yang menurun dan berfluktuasi. Pada
menstruasi pada beberapa wanita. Selain itu, pengaruh umpan balik negatif pada
84
hipotalamus dan kelenjar pituitari buruk, sehingga kadar FSH mulai meningkat.
Selain itu, semakin sedikit folikel di ovarium, dan kadar estrogen mulai turun
dengan cepat. Jika ini terjadi, kadar FSH dan LH akan terus meningkat, dan
memuncak setelah menopause. Sejak itu, tingkat gonadotropin yang tinggi terus
2.3.3 Paritas
Karena hormon estrogen terpapar dalam jangka waktu yang lebih lama
dengan kadar estrogen tinggi memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker
kerusakan secara genetik dan menyebabkan kanker disebabkan oleh karena wanita
dengan kadar hormon estrogen yang tinggi, terutama jika tidak diselingi oleh
2017).
permanen, menjadi lebih terdiferensiasi, dan sifat biologi sel payudara berubah.
Oleh karena itu, sel epitel akan memiliki siklus sel yang lebih lama dan waktu
yang lebih lama pada fase G1. Perbaikan DNA terjadi pada tahap ini. Semakin tua
terjadinya kesalahan DNA. Saat sel payudara berkembang biak selama kehamilan,
Estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh plasenta akan meningkat hingga
akhir kehamilan. Pembesaran rahim, kelenjar dan jaringan susu serta pembesaran
akan bermanifestasi setelah kira-kira 10-15 tahun. karena risiko kanker payudara
terjadi persiapan laktasi pada payudara, berupa proliferasi sel-sel payudara yang
2.3.4 Laktasi
melindungi wanita dari kanker payudara. Hormon estrogen pada wanita adalah
bahan utama penyebab kanker payudara. Kadar estrogen dapat turun dengan
menyusui, karena itu setiap kali wanita hamil dan meyusui akan menurunkan
risiko seorang wanita menderita kanker payudara. Menyusui dapat menekan siklus
Menyusui membuat perubahan pada sel payudara yang menjadikan sel wanita
lebih tahan terhadap mutasi sel terkait kanker (Arsittasari et al., 2017).
kanker yang ada, dimana memiliki efek yang positif dalam penurunan risiko
memiliki peran sebagai faktor risiko dari kanker payudara (Sobri et al., 2018).
dalam waktu lama. Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi turun tajam
dan progesteron akan tetap rendah. Penurunan kadar estrogen dan progesteron
dalam darah akan menurunkan efek estrogen pada proses proliferasi jaringan
2013).
87
penurunan risiko yang tida signifikan terhadap kanker payudara ER-/PR- (ER:
untuk kanker payudara subtipe ER+/PR+. Studi ini juga menemukan bahwa
2.3.5 Kontrasepsi
penetrasi sperma menjadi sulit dengan cara membuat lendir serviks lebih kental.
secara tidak normal pada bagian tertentu, misalnya payudara terjadi oleh karena
signifikan terhadap kejadian kanker payudara pada perempuan (Dewi & Hendrati,
2015).
a. Oral
88
Minipil tidak begitu efektif dalam menekan produksi estrogen, meskipun hanya
Produksi estrogen di ovarium ditekan oleh sediaan depo gestagen, tetapi tetap
dengan OR (1,19) dan 95% CI (1,09-1,29) dan berbagai pola yang digunakan.
Hasil peneliti lain berpendapat bahwa terjadi peningkatan kadar estrogen pada
wanita yang menerima estrogen eksogen berbentuk kontrasepsi oral atau TSH
memiliki risiko yang sama dengan wanita yang tidak pernah menggunakan
Kandungan pil umumnya terdiri dari 30-50 mcg estrogen dan 1 mg atau
kurang progeteron. Efek estrogenik, progestational dan androgenik dari pil oral
kulit, uterus, ovarium, otak, payudara, arteri, vena, dan lain-lain (Anggarini &
Rahmawati, 2018).
pengaruhi oleh kontrasepsi hormonal. Semua organ tubuh wanita yang ada di
2018).
yang berkaitan dengan faktor hormonal, yaitu kanker payudara dan kanker
serviks. Terutama akan meningkat signifikan pada penggunaan jenis oral atau pil
dan progestin yang terdapat pada kontrasepsi hormonal. Kadar estrogen dan
tubuh semakin banyak jumlah lemak dalam tubuh karena peran estrogen terhadap
bersirkulasi dalam darah dan masuk ke berbagai sel dalam tubuh. Pada kelenjar
Element (PRE) atau yang bersama dengan EGF atau heregulin akan menginduksi
aktivitas transkripsi dan post-translasi. Akumulasi genetik eror pada gen BRCA1,
BRCA2, HER2/NEU ataupun p53 ketika proses tersebut terus berlangsung secara
1. Pil KB kombinasi
KB sehingga sel telur tidak ada yang masak. Hormon estrogen akan
adanya sel telur yang masak maka tidak akan terjadi kehamilan
91
2. Minipil
endometrium.
b. Suntikan KB
1. Golongan progestin
Asetat.
progesteron.
92
dapat dilalui oleh spermatozoa dan mencegah ovulasi tidak sempurna karena
c. Implant / susuk KB
ke dalam darah. Obat steroid dalam setiap batang akan habis setelah 5 tahun
lendir serviks menjadi pekat, serta mengakibatkan endometrium menjadi tipis dan
Terapi Sulih Hormon (TSH) atau saat ini disebut terapi hormon
wanita yang masih memiliki uterus maka terapi dikombinasi dengan pemberian
2013).
Kontrasepsi oral dan peran hormon eksogen dalam TSH merupakan faktor
risiko yang banyak dipelajari untuk kanker payudara. Selain efek hormon
93
eksogen, kontak yang terlalu lama dengan hormon endogen juga menjadi faktor
payudara terjadi oleh karena penggunaan TSH kombinasi. Terdapat Hipotesis lain
lesi keganasan yang telah ada dan tidak terdiagnosis sebelumnya oleh penggunaan
menggunakan TSH kombinasi ataupun karena lesi yang terlalu kecil untuk dapat
tidak dapat terdiagnosis. Estrogen dikenal berperan penting dalam proliferasi dari
meningkat selama penggunaan saat ini atau baru-baru ini, dan kemudian dengan
perpanjangan waktu penggunaan, risiko ini terus meningkat, dan secara statistik
BAB III
METODE
3.1 METODE
terjadinya kanker payudara pada wanita ini bersifat deskriptif dengan menganalisa
sekuensi diperhatikan dari yang paling relevan, relevan, dan cukup relevan.
yang hendak dipecahkan dalam suatu jurnal. Mencatat poin-poin penting dan
Jika informasi berasal dari ide atau hasil penulisan yang dilakukan oleh
orang lain maka untuk menjaga tidak terjebak dalam unsur plagiat, penulis
Kriteria jurnal yang di review berupa artikel jurnal tanpa ada batasan
bahasa dengan subyek manusia dewasa. Artikel atau jurnal yang dipilih sesuai
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Ekslusi
berupa tabel yang beirisi nama penulis, judul, tahun penulisan, variable yang di
teliti, hasil penelitian, dan kesimpulan (keterangan). Setelah hasil penulisan dari
faktor hormonal terhadap risiko terjadinya kanker payudara pada wanita dalam
bentuk pembahasan.
Setiap jurnal yang telah dipilih dan dianalisa berdasarkan kriteria dan
Jurnal duplikat : 4
BAB IV
menurut judul dan abstrak : bukan studi yang diinginkan sebanyak 20.920 jurnal,
99
Laktasi, ada
hubungan
riwayat
laktasi
dengan
kanker
payudara
dengan
kejadian
kanker
payudara
Tidak ada
hubungan
antara usia
menarche
dengan
kejadian
kanker
payudara
bermakna
17 Setiowati et Hubungan 2015 KB Nilai p= 0,001 dan Wanita
antara Hormonal OR=2,990 menggunak
al. (2016)
Pemakaian KB an KB
Hormonal hormonal
dengan memiliki
Kejadian risiko 2,990
Kanker kali lebih
Payudara di besar
Poli Onkologi terkena
Satu Atap kanker
RSUD Dr. payudara
Soetomo, dibandingka
Februari–April n dengan
2015 yang tidak
memakai
KB
hormonal
18 Prasetyowati Faktor-Faktor 2014 Kontrasepsi Kontrasepsi Ada
and yang hormonal, hormonal, nilai p hubungan
Berhubungan laktasi dan value= 0,031 dan kontrasepsi
Katharina
dengan OR = 3,321 hormonal,
(2017) usia
Kejadian tidak
Kanker menarche menyusui
Laktasi (tidak
Payudara Di menyusui), nilai p dengan
Rsud Dr. H. value= 0,040 dan kejadian
Abdul Moeloek OR = 2,912 kanker
Provinsi payudara.
Lampung Usia menarche,
nilai p value = Tidak ada
1,000 hubungan
antara usia
menarche
dengan
kejadian
kanker
payudara.
19 Isnaini and Hubungan 2017 Usia Usia menarche (p- Ada
Elpiana Usia,Usia menarche, value: 0,000; OR hubungan
Menarche Dan 3,110) antara usia
(2017) Riwayat menarche
Keluarga terhadap
Dengan risiko
Kejadian terjadinya
Kanker kanker
Payudara payudara
Dirumah Sakit
Umum Daerah
Dr. H. Abdul
Moeloek
Provinsi
Lampung
Tahun 2015
20 Munawarah Hubungan 2018 Laktasi P=0,000 (p <0,05) Terdapat
Pemberian Air hubungan
106
Year kejadian
Nationwide kanker
Multicenter payudara
Cross-
Sectional Study
25 Anggorowat Faktor Risiko 2013 paritas, p=0,00; OR=4,99; Ada
Kanker laktasi dan CI=1,90-13,87 hubungan
i (2013)
Payudara usia kejadian
Wanita menarche p=0,00; OR=5,49; kanker
CI=2,05-14,74 payudara
dengan
p=0,00; OR=6,66; faktor risiko
CI=2,84-15,65 paritas,
laktasi dan
usia
menarche
26 Hasnita, Pengaruh 2019 Usia p=<0,001; Faktor
Harahap, Faktor Risiko menarche, OR=2,84 risiko
Hormonal pada lama hormonal
and Defrin
Pasien Kanker penggunaan p=0,05; OR=3,16 yang
(2019) Payudara di kontrasepsi memiliki
RSUP.Dr.M.Dj pil >5 p=0,107 (p>0,05) pengaruh
amil Padang tahun, terhadap
paritas, kanker
laktasi dan p=1 (p>0,05); payudara
usia OR=0,95 yaitu usia
menopause menstruasi
p=0,150 (p>0,05): pertama
OR=1,45 (menarche)
dan lama
penggunaan
kontrasepsi
pil.
27 Nissa et al. Kontrasepsi 2017 Kontrasepsi p=0,013; Faktor
Hormonal hormonal, OR=2,81; CI hormonal
(2017)
sebagai Faktor jenis 2,04–3,59 menjadi
Risiko Kanker kontrasepsi faktor risiko
Payudara di hormonal, p=0,020; terjadinya
RSUD Al- dan lama OR=2,76; CI kanker
Ihsan Bandung penggunaan 1,89–3,63 payudara
kontrasepsi
hormonal p=0,001;
OR=9,06; CI
9,10–11,4
28 Barrett- The rise and 2005 Hormone OR= 1,26; Terdapat
Connor, fall of replace 95%CI=1.00-1,59 kenaikan
menopausal therapy risiko
Grady, and
hormone
Stefanick therapy
(2005)
4.2 PEMBAHASAN
lakukan Sukmayenti and Sari (2018) diketahui nilai p < 0,05 (0,000) dan Odds
Ratio 26,8. Dari hasil penelitian menyatakan ada hubungan usia menarche dengan
kejadian kanker payudara, dimana responden dengan usia menarche <12 tahun
Sakit Umum Daerah dr.Pirngadi Medan oleh Ardiana and Negara (2013)
109
menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang signifikan (p < 0.05) antara usia
dengan usia menarche ≥12 tahun. Hasil analisis dengan multivariat usia menarche
juga terbukti secara bermakna dengan Confidence Interval (CI) 95% diperoleh
Penelitian oleh Ho et al. (2020) dengan nilai p<0,001; PAR= 9.2% (95%
CI: 8.2–9.8) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara usia menarche
bermakna antara usia menarche <12 tahun dengan kejadian kanker payudara (p
value = 0,028 < α = 0,05) dan nilai OR yang diperoleh dari hasil uji statistik 2,12
(95% CI = 1,13-3,96). Dengan rata- rata usia responden 11 tahun. Namun tidak
payudara. Hal ini karena pada penelitian ini di temukan responden dengan usia
menarche ≥ 12 tahun ada sebanyak 38 orang (46,3%). Oleh karena itu, bagi
mengurangi risiko kanker payudara dengan menerapkan gaya hidup sehat dan
mengurangi paparan estrogen melalui pola makan rendah lemak, serta deteksi dini
kanker payudara.
penelitian di rumah singgah YKPI Jakarta oleh Yosali and Bintari (2019) dari 30
mengalami menarche > 12 tahun tidak mengalami kanker payudara. Hasil uji
usia menarche dengan kejadian kanker payudara pada wanita usia 25-50 tahun.
Penelitian yang di lakukan oleh Ekawati (2018) Dari hasil uji Odds Ratio
diperoleh nilai OR = 3,1 dengan nilai lower limit (batas bawah) = 1,3 dan upper
limit (batas atas) = 7,5 pada interval kepercayaan (CI) = 95% tidak mencakup nilai
1 maka besar risiko tersebut bermakna. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
wanita yang mengalami menstruasi pertama kali (menarche) pada usia < 12 tahun
memiliki risiko 3,1 kali untuk mengalami kanker payudara. Terpajan hormon
estrogen secara berlebihan dan kumulatif akan berpengaruh laju lintasan mitosis
dalam bahan genetik sel payudara yang memancing sel payudara menjadi ganas
bahwa usia menarche <12 tahun meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara
Penelitian oleh Isnaini and Elpiana (2017) Hasil uji statistik diperoleh p-
value = 0 ,000 yang berarti p<α = 0,05 (Ho ditolak dan Ha diterima), maka dapat
payudara di Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Moeloek Bandar Lampung tahun
memiliki peluang 3,110 kali lebih besar terkena kanker payudara jika
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Priyatin et al. (2013) Usia
menarche dini (< 12 tahun) memiliki nilai Odds Ratio sebesar 2,638 atau >1
sehingga usia menarche dini dapat meningkatkan risiko kejadian kanker payudara
sebesar 2,638 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita usia subur yang tidak
mengalami menarche dini. Hasil penelitian oleh Fransiska and Yulia (2017)
menyebutkan usia menarche < 12 tahun lebih banyak pada kelompok kasus
value (p< 0,05), artinya ada hubungan yang bermakna antara usia menarche
Hal yang sama diperoleh dari penelitian Hasnita et al. (2019) Hasil
menarche dengan kanker payudara dengan nilai p < 0,001 dimana penderita
112
kanker payudara sebagian besar mengalami usia menarche < 12 tahun sehingga
memiliki prognosis yang lebih buruk. Demikian juga penelitian oleh Agnessia et
al. (2015) menyebutkan adanya keterkaitan faktor usia menarche terhadap risiko
Penelitian yang di lakukan pada wanita morocco oleh Laamiri et al. (2015)
menunjukkan nilai OR = 1.66 ;CI 95%: 1.196; 2.303 yang berarti wanita dengan
usia menarche dini lebih rentan terkena kanker payudara. Hipotesis ini konsisten
Menarche usia dini atau menstruasi pertama pada usia yang relatif muda
hasil penelitian, seperti hasil penelitian Dewi and Hendrati (2015) yang
menunjukkan hasil analisis dengan nilai p < 0,05 (p = 0,031) yang berarti terdapat
hubungan yang bermakna antara usia menarche dengan kejadian kanker payudara
pada perempuan di RSUD Dr Soetomo tahun 2013. Nilai Odds Ratio sebesar
3,492 (CI 95%; 1,118-10,911) yang berarti bahwa perempuan yang mengalami
menstruasi pertama kali (menarche) pada usia < 12 tahun berisiko terkena kanker
payudara 3,492 kali lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang mengalami
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Hermawan
and Djamaludin (2016) bahwa diperoleh hasil dari uji statistik nilai p-value =
0,480 yang berarti Ho gagal ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
113
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek tahun 2016. Dalam penelitian ini tidak
payudara.
menstruasi dini (menarche) <12 tahun memiliki risiko lebih besar dibandingkan
dengan wanita yang mengalami menstruasi di usia > 12 tahun. Hal ini dapat
terjadi disebabkan oleh karena adanya faktor penyebab lain yaitu faktor dari pola
gaya hidup dan riwayat penyakit lain yang di alami oleh responden. Demikian
juga dengan penelitian Prasetyowati and Katharina (2017) melaporkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara usia menarche dengan nilai p value = 1,000
lampung.
Usia menarche seorang wanita dapat disebabkan oleh banyak faktor, yaitu
faktor genetik yang dapat memicu terjadinya menarche, faktor lingkungan dan
faktor gaya hidup. Seorang wanita yang mengalami menarche dapat melahirkan
seorang anak perempuan, dan dia juga mengalami menarche. Karena kondisi
sosial ekonomi yang kompleks, wanita yang tinggal di perkotaan juga memiliki
risiko menarche dini yang lebih tinggi daripada wanita yang tinggal di pedesaan
usia < 12 tahun. Menarche dini yang terjadi sebelum usia 12 tahun dikarenakan
pubertas dini dimana hormon gonadotropin diproduksi sebelum anak usia 8 tahun.
menstruasi dini dan fungsi dari organ reproduksi itu sendiri. Kondisi ini akan
(<12 tahun) maka akan memiliki peningkatan terhadap risiko terkena kanker
payudara, karena seorang wanita yang mengalami masa pubertas yang semakin
cepat maka waktu terpaparnya jaringan pada payudaranya oleh karena unsur-
unsur bahaya seperti bahan kimia, estrogen ataupun radiasi yang menyebabkan
mengalami usia menarche yang < 12 tahun memiliki risiko yang lebih besar
terkena kanker payudara. Oleh karena itu wanita hendaknya menjaga pola hidup
menjadi polah hidup yang lebih sehat dengan mengkonsumsi makan yang
mengandung gizi seimbang serta aktifitas fisik dengan rajin berolahraga sehingga
terjadinya usia menarche dini dapat di minimalisir. Bagi Wanita yang mengalami
115
Semakin tua usia seorang wanita maka semakin lama terpapar estrogen,
terutama jika ia mendapatkan menarche pada usia dini, karena usia menarche
berpengaruh pada risiko kanker payudara, oleh sebab itu semua wanita yang telah
payudara, terutama bagi wanita yang mendapatkan menarche di usia <12 tahun
karena mengingat terdapat banyak kasus kanker payudara yang terdeteksi pada
stadium lanjut yang berisiko lebih besar terkena kanker payudara. Selain
untuk deteksi dini, pemeriksaan ke tenaga medis jika merasa ada kelainan pada
payudara dan mengubah pola hidup menjadi pola hidup sehat dengan
Katharina, 2017).
terjadi karena adanya perbedaan pada karakteristik responden yang memiliki gaya
hidup dan riwayat lainya yang berbeda, sehingga kejadian kanker payudara dalam
Salah satunya adalah gaya hidup dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi
menopause dengan kejadian kanker payudara dengan nilai b=0,17, p=0,001 yang
menyatakan lambat usia menopause > 55 tahun memiliki hubungan dengan kasus
kanker payudara dengan nilai Odds Ratio = 2,360 ; 95% CI = 1.911 ; 2,914 hal ini
di duga disebabkan oleh produksi hormon di ovarium yang terlalu lama pada
Hasil penelitian yang dilakukan kepada wanita di China oleh Lee et al.
dengan kasus kanker payudara, hal ini karena menstruasi lebih awal dan
menopause terlambat yang ada kaitanya dengan lamanya paparan estrogen dan
payudara.
117
lama pada tubuh wanita, yang menyebabkan kanker payudara. Selain itu, juga
dapat meningkat jika wanita menopause mengalami BMI yang melebihi batas
normal, maka jaringan adiposa dalam lemak tubuh akan mengubah androgen
Listyawardhani et al. (2018) penderita dengan usia saat menopause < 55 tahun
lebih mungkin terkena kanker payudara dari pada usia menopause > 55 tahun
wanita saat masuk menopause berpengaruh pada kasus kanker payudara, hal ini
lama tubuh akan terpapar hormon estrogen. Kadar hormon estrogen dan
meningkatkan faktor proliferasi sel dan jika tidak dikontrol secara biologis akan
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian oleh Hasnita et al. (2019)
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia menopause
dengan kanker payudara dengan nilai p=0,150 (p>0,05) dan nilai OR= 1,45
1,45 kali berisiko terkena kanker payudara dibandingkan responden dengan usia
menopause premenopause.
118
faktor gizi yang tidak seimbang. Pada penelitian pada variabel usia terdapat
perbedaan antara kejadian kanker payudara di Kota Padang dengan negara Barat.
Onset wanita di Kota Padang biasanya terjadi pada usia yang lebih muda dengan
faktor paritas terhadap risiko terjadinya kanker payudara dan ada yang
Penelitian yang dilakukan oleh Ardiana and Negara (2013) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara paritas dengan kejadian kanker
payudara, paritas 1−2 memiliki risiko terjadinya kanker payudara sebesar 8,0 dan
paritas 3−4 adalah 2,18 jika dibandingkan dengan paritas >4. Selanjutnya hasil
Hal yang sama didapatkan dari penelitian N. I. Y. Sari et al. (2019) yang
tahun dapat meningkatkan risiko perkembangan kejadian kanker payudara. Hal ini
dikarenakan periode diantara usia menarche dan usia kehamilan pertama terjadi
payudara.
Penelitian lain yang sama pada penelitian di China oleh Lee et al. (2014)
dengan nilai OR=1,03 (0,79-1,35) yang berarti terdapat adanya hubungan antara
paritas dengan risiko terkena kanker payudara pada wanita di China. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Priyatin et al. (2013) Hasil analisis
statistik didapatkan nilai OR = 4,353 dan CI 95% = 0,463 – 40,898. Hasil analisis
tersebut menunjukkan bahwa OR > 1 = 4,353 yang dapat mempertinggi risiko, hal
ini berarti paritas berisiko mempertinggi kejadian kanker payudara. Besar CI batas
bawah 0,463 dan batas atas 40,898. Semakin kuat dugaan paritas berisiko
merupakan faktor risiko terjadinya kanker payudara. Wanita usia subur dengan
paritas berisiko (nulipara) memiliki risiko 4,353 kali lebih tinggi untuk mengalami
kanker payudara. Hal ini disebabkan karena wanita nullipara tidak pernah
menyusui, karena wanita yang menyusui kadar esterogen dan progesterone akan
Wanita hamil yang lebih tua mengalami lebih banyak siklus menstruasi
folikel primer yang mungkin berkembang di ovarium. Biasanya satu folikel atau
bahkan lebih dari satu folikel berkembang menjadi folikel De Graff untuk
kemungkinan terkena kanker payudara, dan wanita yang hamil di usia muda
memiliki siklus menstruasi yang lebih sedikit. Selain itu, karena rangsangan
pada usia > 35 tahun atau tidak pernah hamil dapat meningkatkan risiko kanker
payudara, yang membuat sel lebih sensitif terhadap perubahan tumor kearah
menstruasi selama ovulasi, dan mungkin terkait dengan paparan estrogen endogen
jika tidak ada konsentrasi progesteron serum yang cukup kuat. Kehamilan yang
lebih muda dapat mencegah dediferensiasi sel, dan kehamilan pertama yang
berusia lebih dari 35 tahun atau tidak pernah hamil bertindak sebagai promotor
tumor untuk sel-sel saluran payudara yang telah mengalami transformasi kearah
Ibu yang melahirkan anak pertama berusia > 30 tahun beresiko terkena
Pada usia >30 tahun hormon estrogen mengalami pertumbuhan yang sangat
berlebih dan dapat meningkatkan risiko kanker payudara (Agnessia et al., 2015).
umur tua (kehamilan pertama > 30 tahun) menjadi risiko terjadinya kanker
payudara karena adanya hormon yang memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon
yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh
Menurut asumsi dari peneliti, nulliparitas dan usia saat melahirkan anak
pertama > 30 tahun merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya
kanker payudara. Tetapi dalam penelitian ini tidak terdapat keterkaitan antara usia
saat melahirkan anak pertama dengan kejadian kanker payudara. Hal ini mungkin
disebabkan pada saat ini risiko kanker payudara sudah tidak lagi pada wanita yang
usia melahirkan anak pertamanya diatas 30 tahun lagi tapi juga menjadi risiko
pada wanita yang melahirkan anak pertama > 25 tahun. Hal ini dapat dilihat dari
122
hasil penelitian pada pasien kanker payudara lebih banyak terjadi pada wanita
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sukmayenti and Sari (2018) dengan hasil uji statistik diketahui nilai p > 0,05
(0,476) dan Odds Ratio 0,4, Berarti tidak ada keterkaitan antara paritas dengan
0,4 kali terkena kanker payudara dibanding responden dengan paritas tidak
berisiko.
orang dan menyusui >1 tahun sehingga akan menurunkan risiko terkena kanker
payudara, karena wanita yang menyusui memiliki kadar estrogen dan progesteron
oleh Laamiri et al. (2015) bahwa usia dini pada kehamilan pertama, multiparitas
karsinogenesis payudara.
dari jaringan payudara dan proliferasi epitel payudara yang cepat. Perubahan yang
dimulai selama kehamilan pertama, terutama jika terjadi lebih awal, ditingkatkan
dengan tingkat proliferasi sel epitel payudara dan berbanding terbalik dengan
dengan jumlah anak dan usia dini pada kelahiran pertama. Dengan demikian,
Efek dari paritas terhadap jumlah risiko kanker payudara telah lama
dibandingkan dengan wanita yang multipara (yang melahirkan lebih dari sekali)
Terdapat 2 kelompok kategori dalam paritas, yaitu tidak memiliki anak (nullipara)
atau punya satu anak (primipara) dan mempunyai anak lebih dari 2 (multipara).
Wanita yang tidak mempunyai anak berarti tidak pernah menyusui, sementara
wanita yang menyusui kadar estrogen dan progesterone akan tetap rendah selama
terdapat responden yang memiliki usia berisiko namun belum menikah dan ada
responden yang diambil, sehingga kejadian kanker payudara dalam penelitian ini
responden.
laktasi terhadap risiko terjadinya kanker payudara. Menurut Sukmayenti and Sari
Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardiana and
Negara (2013) Ibu yang tidak menyusui mempunyai hubungan yang bermakna
(p<0.05) dengan kejadian kanker payudara, dengan risiko sebesar 5,06 kali jika
dibandingkan dengan ibu yang menyusui. Hasil analisis multivariat dengan regresi
logistik ganda menunjukkan bahwa ibu yang tidak menyusui memberikan hasil
(95%CI).
hubungan yang bermakna antara tidak menyusui/ menyusui (laktasi) kurang dari 2
125
tahun dengan kejadian kanker payudara pada wanita di RSUD. Dr. H. Abdul
yang tidak menyusui/ menyusui kurang dari 2 tahun mempunyai resiko 2,912 kali
laktasi (tidak menyusui) dengan risiko terkena kanker payudara dengan nilai
OR=4,636; 95%; CI: 1,877-11,454. Riwayat menyusui berisiko sebesar 4,6 kali
penelitian oleh Munawarah (2018) dengan uji chi square menghasilkan hubungan
signifikan antara pemberian ASI dan kejadian kanker payudara (p-value 0,000 <
0,05).
Agnessia et al. (2015) Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi square
diperoleh nilai p=0,001 yang berarti p < 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan
Sakit Umum Daerah Pringsewu Tahun 2014, dengan derajat keeratan OR = 6,6
yang berarti bahwa ibu yang tidak memberikan ASI mempunyai risiko 6,6 kali
lebih besar mengalami kanker payudara dibandingkan ibu yang memberikan ASI.
14,74, yang berarti bahwa risiko wanita yang tidak menyusui akan lebih besar
terserang kanker. Kondisi ini dipengaruhi oleh mekanisme hormonal. Hal yang
sama dikemukaan oleh Priyatin et al. (2013) yang menunjukkan bahwa riwayat
126
menyusui berisiko (tidak menyusui) memiliki nilai Odds Ratio sebesar 2,118 atau
>1 yang artinya meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita yang tidak pernah
menyusui akan memiliki risiko 2,118 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker
terhadap risiko kanker payudara telah menjadi bahan pembicaraan dari beberapa
25 bulan mengurangi risiko 33%, dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah
menyusui. Risiko kanker payudara berkurang lebih banyak dari 4% untuk setiap
periode menyusui 12 bulan, dan penurunan risiko ini lebih tinggi pada wanita
muda dibandingkan di antara wanita yang lebih tua. Dengan demikian, efek
terbalik antara menyusui dan risiko kanker payudara dapat dijelaskan sebagai
pada wanita.
- Di sisi lain telah terbukti bahwa tingkat estrogen dalam darah wanita
dapat mempengaruhi tingkat estrogen dalam tubuh wanita, yang mana hormon
estrogen pada wanita adalah bahan utama penyebab kanker payudara. Menyusui
dapat menurunkan kadar estrogen, karena itu risiko seorang wanita menderita
kanker payudara akan menurun setiap kali wanita hamil dan menyusui. Menyusui
payudara yang membuat sel wanita lebih tahan terhadap mutasi sel terkait kanker
Waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek yang positif dalam
semakin lama waktu menyusui semakin besar efek perlindungan terhadap kanker
payudara yang ada. Oleh karena itu risiko kanker payudara akan menurun jika
128
perempuan sering menyusui dan dalam jangka waktu yang lama atau 2 tahun
secara tiba-tiba setelah persalinan. Kadar prolaktin juga menurun dengan cepat
pada saat postpartum tetapi akan dirangsang kembali pada setiap tahap menyusui
angsur akan berkurang jika pengisapan puting dihentikan. Pengisapan puting juga
kontraksi sehingga merangsang ASI untuk keluar dari dalam kelenjar payudara
Hormon oksitosin dan prolaktin ini mencegah naiknya hormon estrogen, yang
dalam menyusui anak maka semakin besar juga risiko seseorang terkena kanker
payudara.
Perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Laamiri et al. (2015) Rata-
rata responden memiliki anak >2 orang dan menyusui >1 tahun sehingga akan
memiliki kadar estrogen dan progesteron yang rendah sehingga dapat mengurangi
hasil analisis dengan menggunakan chi square, didapat hubungan yang bermakna
value = 0,008 < α = 0,05) dan nilai OR yang diperoleh dari hasil uji statistik 2,65
oleh Mørch et al. (2017) menunjukkan nilai p = 0,002 yang berarti Risiko kanker
payudara lebih tinggi pada wanita yang saat ini atau baru-baru ini menggunakan
kontrasepsi hormonal dan risiko ini meningkat dengan durasi penggunaan yang
0,297, 95% CI 0,158 -0,557, p = 0,001) yang berarti penggunaan kontrasepsi oral
dalam waktu lama (lebih dari 10 tahun) dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko
Hasil uji chi square didapatkan p value = 0,03, artinya bahwa ada hubungan yang
payudara pada wanita di RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Dari
130
tahun sebelumnya dan tidak berbeda secara signifikan (OR 1,11, 0,91-1,36, p =
0,6). Pada wanita yang pernah menggunakan salah satu atau keduanya, risiko
Menurut Fransiska and Yulia (2017) dengan hasil uji statistik didapatkan
nilai p value (p< 0,05) artinya terdapat hubungan bermakna antara penggunaan
pengeluaran sel telur dari kandung telur. Mengentalkan cairan di leher rahim
131
sehingga sulit ditembus sperma, membuat lapisan dalam rahim menjadi tipis dan
tidak layak untuk tumbuh hasil konsepsi, sehingga sel telur berjalan lambat dan
mengganggu waktu pertemuan sperma dan sel telur. Adanya hubungan bermakna
hormonal dengan nilai OR = 8,169 (3,266- 20,431) yang berarti terdapat pengaruh
payudara dengan hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,010 yang berarti Ho
Dr. H. Abdul Moeloek tahun 2016. Dengan nilai OR = 4,327 (Lower 1.481 dan
memiliki resiko 4,327 kali lebih besar terkena kanker payudara jika
hormonal.
132
Ihsan Bandung.
Agnessia et al. (2015) dari hasil uji statistik menggunakan chi square diperoleh
nilai p=0,008 yang berarti p< 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna
Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Tahun 2014. Nilai OR sebesar 3,75 yang
mengalami kanker payudara 3,7 kali lebih besar dibandingkan wanita tidak
dengan nilai p=0,05 (p<0,05) dan nilai OR=3,16 artinya responden dengan lama
Hal yang sama oleh Laamiri et al. (2015) Kontrasepsi Oral (>6 tahun),
nilai OR= 1,252; 95% CI= 1,014-1,547; p<0,001 yang berarti ada keterkaitan
yang positif terhadap risiko kanker payudara. Penelitian lain yang serupa
berisiko sebesar 5,5 kali mengalami kejadian kanker payudara di Rumah Sakit
Umum Bahteramas.
0,11, p = 0,014 yang berarti terdapat keterkaitan yang signifikan antara faktor
kontrasepsi hormonal terhadap risiko kanker payudara. Sama juga pada penelitian
oleh Setiowati et al. (2016) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memakai KB
hormonal berisiko 2,990 kali lebih besar terkena kanker payudara dibandingkan
kontrasepsi hormonal < 10 tahun berisiko lebih rendah dibandingkan wanita yang
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian oleh Priyatin et al. (2013)
95% = 0,201 – 1,306. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa OR < 1 = 0,513
yang dapat mengurangi risiko, hal ini berarti lama penggunaan kontrasepsi
134
Hal yang sama pada penelitian N. Sari and Afni Amran (2019) didapatkan
dibandinghkan ibu yang tidak kanker payudara (41,2%). Namun, hasil uji statistik
kontrasepsi oral dengan kejadian kanker payudara (p > 0,05). Pada penelitian ini
lebih banyak ditemukan ibu yang menggunakan kontrasepsi oral pada yang
kanker payudara dibandingkan ibu yang tidak kanker payudara. Tidak ada
hormonal merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara, karena
semakin lama seseorang terpapar dengan hormon steroid eksogen maka akan
yang harus dikonsumsi setiap hari, dengan mengkonsumsi kontrasepsi oral setiap
hari tentunya akan menambah peredaran hormon alami yang ada dalam tubuh,
selain dari itu akibat dari kontrasepsi oral juga dapat mengacaukan hormon alami
Demikian juga penelitian pada wanita Thailand oleh Poosari et al. (2014)
hanya disebabkan oleh penggunaan pil KB saja. Terdapat banyak faktor lainnya
yang berpengaruh antara lain obesitas, usia menstruasi yang terlalu dini, riwayat
kelainan pada payudara, riwayat kanker payudara dalam keluarga dan tidak aktif
secara fisik. Masih belum jelas apakah kontrasepsi oral berperan dalam dalam
Efek hormonal dari kontrasepsi oral pada payudara sangat kompleks. Pada
Yang kemudian mengatur pengeluaran estrogen pada ovarium dan hanya sebagian
kecil yang berasal dari organ lain. Kandungan estrogen dan progesteron pada
menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai risiko untuk
sifatnya hormonal dalam jangka waktu yang lama (hingga dua tahun) turut
memicu terjadinya kanker. Hal ini dikarenakan penggunaan hormonal yang lama
mengakibatkan terjadi perubahan sel yang normal menjadi tidak normal (Al-
Insyirah, 2016).
yakni > 4 tahun mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Hal
ini disebabkan karena sel-sel atau saluran kelenjar payudara sangat sensitif
terjadinya perubahan sel yang normal menjadi tidak normal sehingga memicu
dulu dan sekarang yang sulit untuk dijelaskan tetapi mungkin karena perbedaan
kasus. Pada penelitian wanita di Thailand berasal dari wawancara pada kohort. Ini
lebih muda dan lebih tua. Jumlah kasus kanker payudara yang kecil (n=70)
p= 0,634 yang berarti tidak ada peningkatan risiko terhadap kanker payudara.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Barrett-Connor
dengan nilai OR= 1,26; 95%CI=1.00-1,59. Demikian juga oleh Chen et al. (2002)
Hal yang sama dikemukaan oleh Fahlén et al. (2013) yang menyebutkan
bahwa ada peningkatan risiko terhadap kanker payudara dengan nilai HR = 3,6;
95% CI = 1,2-10,9; p = 0,013. Penelitian lain yang sama dilakukan oleh Ahmad
dalam jangka waktu yang panjang perlu diawasi dengan ketat karena berisiko
Hal yang sama pada penelitian Suparman and Suparman (2014) Risiko
kanker payudara meningkat pada pemakaian TSH kombinasi selama 3-4 tahun.
Pada wanita yang membutuhkan TSH, maka penggunaan dengan dosis yang
payudara terjadi oleh karena penggunaan TSH kombinasi. Terdapat Hipotesis lain
lesi keganasan yang telah ada dan tidak terdiagnosis sebelumnya oleh penggunaan
menggunakan TSH kombinasi ataupun karena lesi yang terlalu kecil untuk dapat
tidak dapat terdiagnosis. Estrogen dikenal berperan penting dalam proliferasi dari
teoritis memiliki beberapa kemungkinan. Hal ini bisa terjadi apabila wanita yang
memiliki gaya hidup tidak sehat seperti konsumsi makan makanan berlemak dan
Dari keseluruhan faktor hormonal yang ada dan dari keseluruhan jurnal
Odds Ratio untuk masing faktor hormonal yang ada. Faktor hormonal yang di
teliti dalam penelitian ini adalah usia menarche, menopause, paritas, laktasi,
Odds Ratio dari keseluruhan jurnal dalam penelitian dapat dilihat melalui diagram
berikut :
5.6
4.03 3.84
2.85
1.36 1.91
menunjukkan bahwa wanita yang mendapatkan usia menarche dini <12 tahun
memiliki risiko 5,617 kali lebih tinggi terkena kanker payudara dari pada wanita
Berdasarkan uji Odds Ratio (OR) pada gambar IV.1 untuk variabel
yang terlambat usia menopause > 55 tahun memiliki hubungan dengan kasus
kanker payudara sebesar 1,355 kali lebh tinggi. Yang berkaitan dengan lamanya
paparan estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh pada proses
Berdasarkan uji Odds Ratio (OR) pada gambar IV.1 untuk variabel paritas
bahwa wanita yang melahirkan sekali mempunyai risiko 2,98 kali berkembang
(yang melahirkan lebih dari sekali). Yang berarti menunjukkan adanya keterkaitan
Berdasarkan uji Odds Ratio (OR) pada gambar IV.1 untuk variabel laktasi
ini menunjukkan bahwa ibu yang tidak memberikan ASI mempunyai risiko 4,031
kali lebih besar mengalami kanker payudara dibandingkan ibu yang memberikan
ASI. Yang berarti ada keterkaitan antara faktor laktasi (tidak menyusui) terhadap
Berdasarkan uji Odds Ratio (OR) pada gambar IV.1 untuk variabel
Berdasarkan uji Odds Ratio (OR) pada gambar IV.1 untuk variabel
sel abnormal tersebut mendesak jaringan sekitar, sel saraf, dan pembuluh darah
disekitar payudara. Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling
Sel mulai bermetastasis atau menyebar ke jaringan tubuh lain yaitu limfe
dan pembuluh darah. Sel-sel kanker yang telah metastase ke jaringan tubuh lain
disebut neoplasma ganas atau maligna. Apabila sistem imun di dalam tubuh gagal
Virus dan bakteri, agen fisik, agen kimia, agen hormonal, dan faktor genetik
bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba ( kira- kira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran itu, kira- kira seperempat
dari kanker payudara telah bermetastase. Gejala kedua yang paling sering terjadi
adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin
jaringan abnormal, tumbuh berlebih, tidak seimbang dengan jaringan normal, dan
Tumor dibedakan menjadi tumor jinak dan ganas. Jika tumor ganas itulah yang
Sel kanker payudara yang invasif membuat massa tumor ganas mendesak
ke jaringan luar sehingga bentuk payudara asimetrik dengan benjolan yang tidak
teratur. Perfusi jaringan sekitar payudara yang terdapat tumor menjadi terganggu
biasanya bercampur ulkus atau nanah yang menimbulkan bau kurang sedap.
Pecahnya benjolan membuat luka terbuka pada payudara yang sangat mudah
payudara dari faktor penyebab atau etiologi dan proses terbentuknya benjolan
143
yang membesar dan pecah sehingga terjadi gangguan integritas kulit (Azizah,
2019).
Invasi sel
Hyper- Adanya Obstruksi
kanker pada Pembesaran
metabolisme ke massa dan sirkulasi
jaringan yang limfe regional
jaringan teraba (aliran darah
peka pada
benjolan terhambat)
sensai nyeri
Suplai nutrisi (plexus saraf Edema
kejaringan lain Payudara & limfatik & Nekrosis
bengkak periostenum kulit jaringan
bercawak
(peau
Suplai nutrisi Interupsi
Kulit d’orange) Daya tahan
kurang dari Ukuran sel saraf
kebutuhan payudara melekat ke tubuh
tubuh abnormal jaringan
dibawahny Nyeri
a secara Mudah
BB , Benjolan tidak terpapar
Anoreksia, pecah normal patogen
Anemia
5.1 KESIMPULAN
(95%CI=0,587-35,08).
(95%CI=0,35-9,23).
40,898).
(95%CI=0,364-18,96).
145
3,848 (95%CI=0,65-84,718).
5.2 SARAN
b. Bagi wanita yang memiliki riwayat keluarga yang sedang atau pernah
tidak terlalu jauh, menyusui anak dalam waktu yang lebih lama, dan
payudara).
kanker payudara.
148
DAFTAR PUSTAKA
Facts-And-Statistics/Breast-Cancer-Facts-And-Figures/Breast-Cancer-
Facts-And-Figures-2019-2020.Pdf
Aziza, R., & Wiriatarina, J. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Ibu A. Yang
Mengalami Ca. Mammae Metastase Di Ruang Cempaka Rumah Sakit
Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Baglietto, L., English, D. R., Hopper, J. L., Macinnis, R. J., Morris, H. A., Tilley,
W. D., . . . Giles, G. G. (2009). Circulating Steroid Hormone
Concentrations In Postmenopausal Women In Relation To Body Size And
Composition. Breast Cancer Research And Treatment, 115(1), 171-179.
Bagnardi, V., Rota, M., Botteri, E., Tramacere, I., Islami, F., Fedirko, V., . . .
Pasquali, E. (2015). Alcohol Consumption And Site-Specific Cancer Risk:
A Comprehensive Dose–Response Meta-Analysis. British Journal Of
Cancer, 112(3), 580-593.
Bakara, S. M., & Fikawati, S. (2018). Perceived Insufficient Milk (Pim) Among
Mothers Of 0-6 Months Infants In Cipayung Health Centre, Depok
Indonesia: A Qualitative Study. Paper Presented At The Proceedings Of
The International Conference On Applied Science And Health.
Cancer, C. G. O. H. F. I. B. (1997). Breast Cancer And Hormone Replacement
Therapy: Collaborative Reanalysis Of Data From 51 Epidemiological
Studies Of 52 705 Women With Breast Cancer And 108 411 Women
Without Breast Cancer. The Lancet, 350(9084), 1047-1059.
Cancer, C. G. O. H. F. I. B. (2012). Menarche, Menopause, And Breast Cancer
Risk: Individual Participant Meta-Analysis, Including 118 964 Women
With Breast Cancer From 117 Epidemiological Studies. The Lancet
Oncology, 13(11), 1141-1151.
Cancerhelps, T. (2010). Stop Kanker: Panduan Deteksi Dini & Pengobatan
Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker: Agromedia.
Chabirah, S. (2019). Hubungan Posttraumatic Growth Terhadap Kualitas Hidup
Pasien Ca. Mammae Di Rsud Kota Makassar Tahun 2019. Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar,
Chen, W. Y., Rosner, B., Hankinson, S. E., Colditz, G. A., & Willett, W. C.
(2011). Moderate Alcohol Consumption During Adult Life, Drinking
Patterns, And Breast Cancer Risk. Jama, 306(17), 1884-1890.
Co, C. (2015). Facts & Figures 2015-2016.
Dashner, R. A. (2012). Clinical Anatomy Of The Breast. Advanced Anatomical
Services.
Desiyanti, I. W. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Terhadap Pernikahan
Dini Pada Pasangan Usia Subur Di Kecamatan Mapanget Kota Manado.
Jikmu, 5(3).
Dewi, G. A. T., & Hendrati, L. Y. (2015). Analisis Risiko Kanker Payudara
Berdasar Riwayat Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dan Usia Menarche.
Jurnal Berkala Epidemiologi, 3(1), 12-23.
Ekawati, Y. (2018). Faktor Risiko Kejadian Kanker Payudara Di Rsu Bahteramas.
Miracle Journal Of Public Health, 1(2), 197-213.
150
Hasnita, Y., Harahap, W. A., & Defrin, D. (2019). Pengaruh Faktor Risiko
Hormonal Pada Pasien Kanker Payudara Di Rsup. Dr. M. Djamil Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas, 8(3), 522-528.
Heer, E., Harper, A., Escandor, N., Sung, H., Mccormack, V., & Fidler-
Benaoudia, M. M. (2020). Global Burden And Trends In Premenopausal
And Postmenopausal Breast Cancer: A Population-Based Study. The
Lancet Global Health, 8(8), E1027-E1037. Doi:10.1016/S2214-
109x(20)30215-1
Hermawan, D., & Djamaludin, D. (2016). Kejadian Kanker Payudara Dilihat Dari
Faktor Usia, Menstruasi Dini Dan Penggunaan Alat Kontrasepsi. Holistik
Jurnal Kesehatan, 10(2), 45-53.
Ho, P. J., Lau Hannah Si, H., Ho, W. K., Wong, F. Y., Yang, Q., Tan, K. W., . . .
Li, J. (2020). Incidence Of Breast Cancer Attributable To Breast Density,
Modifiable And Non-Modifiable Breast Cancer Risk Factors In
Singapore. Scientific Reports (Nature Publisher Group), 10(1).
Doi:Http://Dx.Doi.Org/10.1038/S41598-019-57341-7
Hosseinzadeh, M., Eivazi Ziaei, J., Mahdavi, N., Aghajari, P., Vahidi, M., Fateh,
A., & Asghari, E. (2014). Risk Factors For Breast Cancer In Iranian
Women: A Hospital-Based Case-Control Study In Tabriz, Iran. Journal Of
Breast Cancer, 17(3), 236-243.
Hoy, J., & Lieberman, G. (2014). Recurrence Surveillance In Breast Cancer
Survivors. Hardvard: Hardvard Medical School.
Humans, I. W. G. O. T. E. O. C. R. T. (2010). Alcohol Consumption And Ethyl
Carbamate. Iarc Monographs On The Evaluation Of Carcinogenic Risks
To Humans, 96, 3.
Husnah, H. (2012). Tatalaksana Obesitas. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 12(2),
99-104.
Hutapea, M. (2017). Pengaruh Pelaksanaan Pemeriksaan Payudara Sendiri
(Sadari) Terhadap Pengetahuan Dan Kemampuan Siswi Dalam Upaya
Deteksi Dini Kanker Payudara Sma Swakarya Tahun 2017. Jurnal Riset
Hesti Medan Akper Kesdam I/Bb Medan, 2(2), 105-116.
Iqbal, J., Ferdousy, T., Dipi, R., Salim, R., Wu, W., Narod, S. A., . . . Ginsburg,
O. (2015). Risk Factors For Premenopausal Breast Cancer In
Bangladesh. International Journal Of Breast Cancer, 2015.
Isnaini, N., & Elpiana, E. (2017). Hubungan Usia, Usia Menarche Dan Riwayat
Keluarga Dengan Kejadian Kanker Payudara Dirumah Sakit Umum
Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Jurnal
Kebidanan Malahayati, 3(2).
Jones, E. F., Ray, K. M., Li, W., Seo, Y., Franc, B. L., Chien, A. J., . . . Hylton, N.
M. (2017). Dedicated Breast Positron Emission Tomography For The
Evaluation Of Early Response To Neoadjuvant Chemotherapy In Breast
Cancer. Clinical Breast Cancer, 17(3), E155.
Karim, S. M., Baeshen, W., Neamatullah, S. N., & Bin, B. (2015). Oral
Contraceptives, Abortion And Breast Cancer Risk: A Case Control Study
In Saudi Arabia. Asian Pac J Cancer Prev, 16(9), 3957-3960.
152
Laamiri, F. Z., Bouayad, A., Hasswane, N., Ahid, S., Mrabet, M., & Amina, B.
(2015). Risk Factors For Breast Cancer Of Different Age Groups:
Moroccan Data? Open Journal Of Obstetrics And Gynecology, 5(02), 79.
Laksono, S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny E Dengan Karsinoma Mamae
Di Ruang Bougenvile Rsud Kota Yogyakarta. Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta,
Lee, H., Li, J.-Y., Fan, J.-H., Li, J., Huang, R., Zhang, B.-N., . . . Tang, Z.-H.
(2014). Risk Factors For Breast Cancer Among Chinese Women: A 10-
Year Nationwide Multicenter Cross-Sectional Study. Journal Of
Epidemiology, 24(1), 67-76.
Liana, L. K., & Lirauka, F. (2013). Karakteristik Pasien Kanker Payudara Dan
Penanganannya Di Rsud Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari 2010–
Desember 2012 Patien Characteristic Of Breast Cancer And The
Treatment In Arifin Achmad General Hospital Pekanbaru. Therapy, 2012.
Listyawardhani, Y., Mudigdo, A., & Adriani, R. B. (2018). Risk Factors Of
Breast Cancer In Women At Dr. Moewardi Hospital, Surakarta, Central
Java. Journal Of Epidemiology And Public Health, 3(2), 118-127.
Macinnis, R. J., English, D. R., Gertig, D. M., Hopper, J. L., & Giles, G. G.
(2004). Body Size And Composition And Risk Of Postmenopausal Breast
Cancer. Cancer Epidemiology And Prevention Biomarkers, 13(12), 2117-
2125.
Manuaba, I. (2010). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara Peraboi 2010.
Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid: Sagung Seto, 17-50.
Maria, I. L., Sainal, A. A., & Nyorong, M. (2017). Risiko Gaya Hidup Terhadap
Kejadian Kanker Payudara Pada Wanita. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia Universitas Hasanuddin, 13(2), 157-166.
Medis, R. (2019). Pasien Kanker Payudara. In P. Bedah (Ed.). Gresik: Rsud Ibnu
Sina.
Mørch, L. S., Skovlund, C. W., Hannaford, P. C., Iversen, L., Fielding, S., &
Lidegaard, Ø. (2017). Contemporary Hormonal Contraception And The
Risk Of Breast Cancer. New England Journal Of Medicine, 377(23), 2228-
2239.
Mulyani, N. S., & Rinawati, M. (2013). Kanker Payudara Dan Pms Pada
Kehamilan Yogyakarta: Nuha Medika.
Munandar, A., & Wardaningsih, S. (2018). Nursing Provision In Psychological
Aspect Management Of Natural Disaster. Jurnal Keperawatan, 9(2), 72-81.
Munawarah, I. (2018). Hubungan Pemberian Air Susu Ibu Dengan Kejadian
Kanker Payudara Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin,
Banda Aceh. Cermin Dunia Kedokteran, 45(7), 491-494.
Nadeak, N. M. (2016). Prevalensi Kanker Payudara Dengan Metastasis Di Hati Di
Rsup H. Aadam Malik Medan Tahun 2014.
Nadhila, D. C. (2017). Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Terhadap
Kejadian Kanker Payudara Pada Usia Dibawah 35 Tahun Di Rsup H.
Adam Malik.
153
Setiowati, D., Eddy, H., & Roostantia, I. (2016). Hubungan Antara Pemakaian Kb
Hormonal Dengan Kejadian Kanker Payudara Di Poli Onkologi Satu Atap
Rsud Dr. Soetomo, Februari–April 2015. Indonesian Journal Of Cancer,
10(1), 11.
Sety, L. M. (2016). Jenis Pemakaian Kontrasepsi Hormonal Dan Gangguan
Menstruasi Di Wilayah Kerja Puskesmas. Jurnal Kesehatan, 5(1).
Siegel, R., Miller, K., & Jemal, A. (2016). American Cancer Society: Cancer
Facts And Figures 2016. Atlanta, Ga: American Cancer Society, 2016.
July, 11.
Sinaga, L. E., & Sarumpaet, S. M. (2015). Karakteristik Penderita Kanker
Payudara Yang Dirawat Inap Di Rs St. Elisabeth Medan Tahun 2011-
2013. Gizi, Kesehatan Reproduksi Dan Epidemiologi, 1(4).
Situmorang, M. L. Karakteristik Penderita Kanker Payudara Yang Dirawat Inap
Di Rsu Dr. Pirngadi Medan Tahun 2009-2010.
Sobri, F. B., Azhar, Y., Wibisana, I. G., & Rachman, A. (2018). Manajemen
Terkini Kanker Payudara: Cv. Sagung Seto.
Sukmayenti, S., & Sari, N. (2018). Hubungan Faktor Reproduksi Dengan
Kejadian Kanker Payudara Pada Wanita Di Rsup Dr. M. Djamil Padang.
Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/Bb Medan, 3(2), 58-63.
Suparman, E., & Suparman, E. (2014). Peran Estrogen Dan Progesteron Terhadap
Kanker Payudara. Jurnal Biomedik: Jbm, 6(3).
Suyatno, E. T. (2014). Bedah Onkologi Diagnosis Dan Terapi. Edisi Ke-2.
Tabaga, K. D., Durry, M. F., & Kairupan, C. (2015). Efek Seduhan Teh Hijau
(Camellia Sinensis) Terhadap Gambaran Histopatologi Payudara Mencit
Yang Diinduksi Benzo (Α) Pyrene. Ebiomedik, 3(2).
Tan, M.-M., Ho, W.-K., Yoon, S.-Y., Mariapun, S., Hasan, S. N., Lee, D. S.-C., . .
. Sivanandan, K. (2018). A Case-Control Study Of Breast Cancer Risk
Factors In 7,663 Women In Malaysia. Plos One, 13(9), E0203469.
Torre, L. A., Bray, F., Siegel, R. L., Ferlay, J., Lortet-Tieulent, J., & Jemal, A.
(2015). Global Cancer Statistics, 2012. Ca Cancer J Clin, 65(2), 87-108.
Doi:10.3322/Caac.21262
Trieu, P. D. Y., Mello-Thoms, C., Peat, J. K., Do, T. D., & Brennan, P. C. (2017).
Risk Factors Of Female Breast Cancer In Vietnam: A Case-Control Study.
Cancer Res Treat, 49(4), 990-1000. Doi:10.4143/Crt.2016.488
Urban, M., Banks, E., Egger, S., Canfell, K., O'connell, D., Beral, V., & Sitas, F.
(2012). Injectable And Oral Contraceptive Use And Cancers Of The
Breast, Cervix, Ovary, And Endometrium In Black South African Women:
Case–Control Study. Plos Med, 9(3), E1001182.
Utami, V. W., Anggraini, A., & Anisa, M. (2019). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Kanker Payudara Di Rsud. Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung Tahun 2015. Jurnal Kebidanan Malahayati,
5(3), 205-210.
Van Den Brandt, P. A., & Schulpen, M. (2017). Mediterranean Diet Adherence
And Risk Of Postmenopausal Breast Cancer: Results Of A Cohort Study
And Meta‐Analysis. International Journal Of Cancer, 140(10), 2220-2231.
156