Anda di halaman 1dari 25

PERMASALAHAN DAN STRATEGI COPING PADA PASIEN

KANKER PAYUDARA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I


pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh:
ANASTASIA TITSANY KHOIRUNNISA
F 100 150 134

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

PERMASALAHAN DAN STRATEGI COPING PADA PASIEN KANKER


PAYUDARA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:
ANASTASIA TITSANY KHOIRUNNISA
F 100 150 134

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen

Pembimbing

Permata Ashfi Raihana, S.Psi., MA


NIK.NIDN: 1604/0622058601

i
HALAMAN PENGESAHAN

PERMASALAHAN DAN STRATEGI COPING PADA PASIEN KANKER


PAYUDARA

Oleh:
ANASTASIA TITSANY KHOIRUNNISA
F 100 150 134

Telah Dipertahankan Didepan Dewan Penguji


Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal Kamis, 19 Mei 2022
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

Dewan Penguji:
1. Permata Ashfi Raihana, S.Psi., MA (………………..)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dr. Usmi Karyani, S.Psi., M.Psi (………………..)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Lusi Nuryanti, S.Psi, M.Si, Ph.D (………………..)
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Prof. Taufik Kasturi, M.Psi., Ph.D


NIK.NIDN:779/062937401

ii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka
akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 7 Juli 2022

Yang Menyatakan

ANASTASIA TITSANY KHOIRUNNISA


F 100 150 134

iii
PERMASALAHAN DAN STRATEGI COPING PADA PASIEN KANKER
PAYUDARA

Abstrak

Kanker merupakan salah satu penyakit yang memiliki persentase kematian yang
cukup tinggi dan banyak ditakuti oleh penderita karena dianggap sulit untuk
menemui kesembuhan dan dianggap akan berujung dengan kematian sehingga
membuat seseorang yang menderita kanker payudara menjadi sedih, takut bahkan
stress. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui permasalahan dan
strategi coping pada pasien penderita kanker payudara. Responden pada penelitian
ini berjumlah 3 (tiga) responden dengan teknik pengambilan sample pusposive
sampling. Kriteria responden penelitian ini adalah penderita kanker payudara
stadium 2 berdasarkan diagnosis dokter, berjenis kelamin wanita, dan bersedia
menjadi responden dengan Informed Consent. Penelitian menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif dan pengumpulan data menggunakan wawancara
terhadap responden. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif
naratif. Hasil dari penelitian ini adalah responden memiliki tiga permasalahan
yaitu masalah psikologis, masalah keluarga, dan masalah fisik. Stategi coping
yang digunakan oleh responden berbeda namun dapat mengatasi permasalahan
yang dihadapi oleh responden.

Kata kunci: kanker payudara, permasalahan pasien, strategi coping.

Abstract

Cancer is a disease that has a fairly high percentage of deaths and is feared by
many sufferers because it is considered difficult to find a cure and is considered to
lead to death, making a person suffering from breast cancer sad, afraid and even
stressed. This study has a purpose, namely to determine the problems and coping
strategies in patients with breast cancer. Respondents in this study amounted to 3
(three) respondents with a purposive sampling technique. The criteria for
respondents in this study were patients with stage 2 breast cancer based on a
doctor's diagnosis, female, and willing to become respondents with Informed
Consent. The research uses a qualitative descriptive approach and data collection
uses interviews with respondents. This research uses descriptive analysis method.
The results of this study are respondents have three problems, namely
psychological problems, family problems, and physical problems. Coping
strategies used by respondents are different but can overcome the problems faced
by respondents.

Keyword: breast cancer, patiens problems, coping strategies.

1
1. PENDAHULUAN
Kanker adalah suatu penyakit yang menyebabkan kematian hingga 8,2 juta jiwa di
dunia ditahun 2012. WHO (Word Health Organization) mengemukakan bawah
ada lebih dari 70% kematian akibat kanker. Persentase kanker terbaru, yang
tertinggi (setelah dikontrol dengan umur) merupakan kanker payudara sekitar
43,3%. Kanker payudara merupakan penyakit yang menyebabkan kematian
tertinggi akibat kanker. Kematian kanker payudara pada perempuan sebesar
12,9% (Kemenkes RI dalam Nurmahani, 2017)
Kanker adalah penyakit yang paling ditakuti oleh penderita karena kanker
adalah salah satu salah satu penyakit punya persentase kematian yang cukup
tinggi karena berujung pada kematian. Hal tersebut membawa beban psikologis
dan material apabila salah satu anggota keluarga ada yang mempunyai penyakit
kanker payudara karena akan memakan banyak waktu dan uang pada proses
penyembuhan. (Kristanto & Yohanis 2017).
Kanker adalah penyakit yang muncul karena kesalahan sistem pembelahan
pada sel sehingga sel tersebut tumbuh secara abnormal pada tingkat pertumbuhan
yang tidak terkontorl dan berlangsung secara terus menerus sehingga menyebar
pada organ lainnya atau biasa disebut metastase. (Otto dalam Lestari, Budiyarti &
Ilmi 2020).
Menurut Gatra.com (2018), dalam laporan WHO, tahun 2018 terdapat 9,6 juta
orang meninggal dunia dikarenakan kanker payudara. Angka ini meningkat
dengan cepat dari tahun-tahun sebelumnya. Badan WHO menjelaskan bahwa 1
dari 8 laki – laki dan 1 dari 11 perempuan akan meninggal dikarenakan kanker
payudara. Menurut detikhealth.com (2018), pada Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS), tahun 2010. Kanker payudara menjadi kasus kematian tertinggi di
Indonesia, jumalah pasien penderita kanker payudara mencapai jumlah 21.014
orang (28,7 persen). Data dari (RS) Dharmais yang merupakan rumah sakit
rujukan nasional, dari jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan disana 40% dari
pasien tersebut merupakan pasien kanker payudara, dan 60% kanker lain.
Kanker payudara merupakan suatu keganasan yang berasal dari sel kelenjar,
saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara

2
(Dati., dkk 2021). Pada wanita di seluruh dunia, kanker payudara adalah salah
satu penyakit kanker yang paling sering ditemukan. Menurut data Globocan, pada
2012 terdapat 1,67 juta kasus baru diagnose kanker, pada tahun 2012 atau sekitar
25% dari seluruh kanker, kanker payudara lebih sering terjadi pada negara
berkembang dibandingkan negara maju. Angka kejadian untuk daerah Afrika dan
Asia yaitu sebesar 27/100.000 penduduk. (Sari, Harahap & Saputra 2018)
Kanker payudara adalah salah penyakit yang mematikan, pasien yang
didiagnosa kanker akan mengalami pengalaman yang menengangkan. Pasien yang
baru saja didiagnosa kanker akan merasa tidak nyaman dan akan siaga pada
kematian sehingga hal tersebut menimbulkan stress. (Nufus & Tatar dalam
Septilia, Karim & Huda 2018). Pasien kanker payudata akan mengalami strees
berupa perasaan bersedih, pesimis, putus asa, merasa gagal, tidak puas pada
kehidupannya dan cenderung menilai rendah diri sendiri karena tidak bedaya serta
selalu merasa hidupnya lebih buruk daripada orang lain.(Lubis & Othman dalam
Septilia, Karim & Huda 2018).
Beberapa tindakan yang dilakukan untuk pengobatan kanker diantaranya
operasi, radioterapi dan kemoterapi. Wardani dalam Lestari, Budiyarti & Ilmi
(2020) menjelaskan tentang dampak kemoterapi yang dialami pasien bisa berupa
dampak fisik dan psikologis. Dampak fisik yang dialami pasien kanker payudara
saat melakukan kemoterapi adalah diare, mual dan muntah, nafsu makan
menurun, penurunan berat badan, toksisitas kulit, konstipasi, anemia, dan
alopesia. Sedangkan sedangkan efek psikologis antara lain depresi, sedih,
emosional, kecemasan, stress, harga diri rendah dan keputusasaan.
Rahayuwati, et al dalam Lestari, Budiyarti & Ilmi, (2020) menjelaskan,
pasien kanker payudara tersebut sangat membutuhkan support dari keluarga
dalam menjalani pengobatan. Pengobatan yang dijalani pasien merupakan
kesepakatan antara pasien dan keluarga pasien. Lestari, Budiyarti & Ilmi, (2020)
juga menjelaskan bahwa pasien kanker payudara membutuhkan dukungan
keluarga karena beban emosional, fisik dan kondisi psikologis pasien.
Lestari, Budiyarti & Ilmi, (2020) menyatakan bahwa faktor psikologis seperti
stres adalah salah satu efek yang bisa memperburuk kondisi pasien, selain itu juga

3
dapat menurunkan sistem imun tubuh dimana stres bisa menurunkan aktivitas
sitotoksik sel limfosit T sebagai sel pembunuh alami yang dapat meningkatkan
pertumbuhan sel ganas pada penderita kanker, ketidakstabilan genetik, dan
ekspansi tumor yang dapat memperburuk kondisi pasien.
Ketika stres serta kecemasan muncul, strategi koping pada pasien bisa
berkembang sehingga pasien siap menghadapi dan mengurangi stres yang
dialaminya. Berdasarkan penelitian Maulandari dalam Kristanto & Yohanis
(2017) menyatakan bahwa saat pertama kali didiagnosa kanker payudara, reaksi
pasien terkejut, menyangkal yang diikuti perasaan gelisah atau cemas, dan mudah
marah sebagai bentuk gejala stres. Untuk kopingnya yaitu yang beroreintasi pada
masalah meliputi tindakan instrumental, negosiasi, dan mencoba menganalisis
penyebab permasalahan. Bentuk koping yang berorientasi pada emosi meliputi
pelarian dari masalah dan pengurangan beban masalah.
Pandangan akan kematian yang dimiliki pasien kanker payudara yang berada
pada rentang rata-rata, dan ketakutan akan kematiannya berada pada rentang
tinggi. Pasien kanker mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang
kematian, masing-masing individu tahu bahwa penyakit kanker yang dideritanya
mempunyai dampak yang sangat tidak menyenangkan dan sangat menakutkan,
mulai dari penurunan kondisi fisik hingga pada kenyataan bahwa penyakit kanker
bisa menyebabkan kematian (Irfani dalam Kristanto & Yohanis 2017).
Menurut Maryam (2017) Strategi coping mempunyai tujuan untuk
menanggulangi situasi dan tuntutan yang mendesak, menantang, membebani dan
melebihi kemampuan yang dimiliki. Kemampuan coping akan berpengaruh pada
strategi coping yang akan dilakukan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Coping merupakan sebuah perilaku yang terlihat maupun tersembunyi yang
dilakukan individu untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan psikologis
dalam kondisi yang penuh tekanan (Yani dalam Maryam 2017). Strategi coping
terdapat dua bentuk yaitu yang berorientasi pada permasalahan (problem focused
coping) dan yang berorientasi pada emosi (emotion-focused coping). Strategi
Coping yang berorientasi pada permasalahan mempunyai beberapa aspek di
dalamnya, yaitu : Keaktifan diri, perencanaan, penekanan kegiatan bersaing,

4
kontrol diri, dukungan sosial instrumental. Sedangkan aspek yang terdapat pada
strategi coping yang berorientasi pada emosi adalah : Dukungan sosial emosional,
interpretasi positif, penerimaan, penolakan. religiusitas. (Carver, Scheier dan
Weintraub dalam Andriyani 2019)
Bell (dalam Andriyani, 2019) menyatakan bahwa ada dua metode coping
yang digunakan individu dalam mengatasi masalah psikologis yaitu metode
coping jangka panjang, cara ini efektif dan realistis dalam menangani masalah
psikologis dalam jangka waktu lama. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah
mencoba mencari informasi terkait masalah yang dihadapi, curhat dengan orang
lain, mengambil hikmah yang didapat dari pengalaman masa lalu. Metode lainnya
adalah metode coping jangka pendek, digunakan untuk meminimalisasi stres yang
cukup efektif dalam kurun waktu sementara. Kegiatan yang dilakukan adalah
alcohol, obat – obatan, mengalihkan perhatian pada aktifitas lain agar bisa
melupakan masalah.
Coping stress adalah salah satu cara yang dilakukan individu untuk
mengurangi tekanan atau stres dalam menghadapi permasalahan kehidupan.
Coping stres sebagai sejumlah usaha untuk menanggulangi, mengatasi atau
berurusan dengan cara yang sebaik-baiknya menurut kemampuan individu dalam
mengatasi stres yang berasal dari berbagai macam problema psikologis. Ada dua
macam coping yaitu coping psikologis yaitu penerimaan individu terhadap
penyebab terjadinya stress yang artinya adalah seberat apapun ancaman yang
dirasakan individu serta keefektifan strategi coping yang digunakan dan coping
psikososial yaitu reaksi psikososial terhadap adanya stimulus stres yang diterima
atau dihadapi oleh individu (Andriyani, 2019)
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan pada tanggal 8 juni 2017.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang penderita kanker payudara
didapatkan 3 mempunyai kualitas hidup yang kurang baik (mereka merasa stres,
depresi, dan takut akan penyakit nya) karena tidak mendapat dukungan yang baik
dari keluarganya dan 2 mempunyai kualitas hidup yang baik (meraka merasa tidak
stres,depresi dan pasrah dengan penyakitnya), mendapatkan dukungan yang baik

5
dari keluarganya dan memiliki pemikiran yang positif terhadap penyakitnya
(Nurhikma, Wiwik Nur, Abdul Wakhid & Rosalina 2018).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, peneliti ingin mengkaji lebih
lanjut mengenai permasalahan dan strategi coping pada pasien penderita kanker
payudara. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui permasalahan
dan strategi coping pada pasien penderita kanker payudara. Manfaat teoritis dari
penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi ilmu Psikologi secara
umum dan dapat menambah pengetahuan tentang permasalahan yang dihadapi
pasien kanker payudara beserta strategi coping yang dilakukan. Manfaat praktis
dari penelitian ini diharapkan penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk bahan
sosialisasi tenaga kesehatan untuk edukasi pasien kaker payudara dan penelitian
ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. Pertanyaan yang
muncul dari penelitian ini adalah: bagaimana permasalahan dan strategi coping
pada pasien kanker payudara?

2. METODE
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif
deskriptif. Pengumpulan data dengan pendekatan kualitatif adalah dengan
menggunakan wawancara dalam jumlah responden yang lebih sedikit sehingga
mendapat data yang mendalam dan ikut serta dan berinteraksi langsung dengan
responden (Creswell, 2010). Penelitian kualitatif mengkaji perspektif responden
dengan multi strategi, strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel.
Strategi yang bersifat interaktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancaran mendalam yang berkaitan dengan penelitian serta teknik-teknik
pelengkap seperti rekaman suara. Proses pada penelitian ini juga menggunakan
transkripsi dan transrip.
Responden penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik purposive sampling,
yaitu dengan cara memilih responden penelitian berdasarkan ciri-ciri atau
karakteristik tertentu yang bertempat di Kabupaten Wonogiri. Responden yang
telah ditetapkan sesuai tujuan berjumlah 3 orang dengan kriterianya antara lain
adalah sebagai berikut: (1) penderita kanker payudara stadium 2 berdasarkan

6
diagnosis dokter, (2) berjenis kelamin Wanita, (3) bersedia dengan Informed
Consent. Jumlah responden yang akan diambil untuk penelitian ini sebanyak tiga
responden.
Inti dari analisis data penelitian kualitatif maupun kuantitatif ialah memilah
dan mengolah data mentah menjadi data yang lebih matang dan lebih mudah
ditafsirkan atau dipahami secara lebih spesifik dan diakui dalam suatu perspektif
ilmiah yang sama. Dengan demikian hasil analisis data dapat diolah dengan tepat
dan tidak menimbulkan perpsektif yang berbeda (Herdiyansyah, 2010). Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif naratif, yang mana
menceritakan gambaran data dengan runtut yang diperoleh dari lapangan. Berikut
langkah untuk menganalisis data penelitian: (a) Mentranskipkan data, yaitu
mengolah data rekaman suara saat wawancara ke dalam bentuk tertulis yaitu
verbatim; (b) mengidentifikasi tema-tema yang muncul; (c) melakukan
kategorisasi berdasarkan kesesuaian tema; (d) pembahasan hasil penelitian dari
desripsi kategori dengan mengaitkannya pada teori-teori yang sesuai.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Data yang telah dikumpulkan dari penelitian terhadap pasien kanker payudara
menghasilkan temuan berupa data permasalahan yang dihadapi dan strategi
coping masing-masing pasien. Permasalahan yang ditemui berupa masalah
psikologis, masalah keluarga dan masalah fisik. Sedangkan untuk strategi
copingnya berupa perencanaan, dukungan sosial instrumental, dukungan sosial
emosional, religiusitas, interpretasi positif, dan penerimaan.
Masalah psikologis yang dialami responden A, E dan T akibat kanker
payudara yaitu responden merasa takut, sedih dan gelisah. Selain itu responden T
juga menalami masalah psikologis yaitu shock. Masalah psikologis lain yang
dialami responden A dan E adalah adanya penolakan pada diri responden dan sulit
menerima kenyataan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara:
“Yaa, yang jelas tetep takut, tetep gelisah…” (W.A/96 – 97).
“…pastinya sedih banget ya, susah terima kenyataan kenapa gini,
takut, khawatir seperti itu” (W.E/140-143)

7
“Pada awalnya itu ya shock, sedih, susah…” (W.T/216).

Masalah keluarga yang dialami responden A dan E yaitu, responden masih


dibutuhkan oleh keluarganya. Responden E merupakan tulang punggung keluarga
karena pada saat itu suami responden E sedang sakit sehingga tidak mampu
bekerja. Untuk permasalahan keluarga yang dialami responden T adalah saat
mengetahui responden didiagnosa kanker payudara keluar responden merasa
sangat shock. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara:
“…kalau saya eee saya selalu berusaha yang terbaik untuk diri
saya untuk keluarga saya karena saya merasa eem masih eee
sangat dibutuhkan oleh keluarga, terutama anak-anak saya, suami
juga, keluarga saya.” (W.A/251-258).
“Ya saya melihat keluarga ya, mereka masih membutuhkan saya.
Karena suami ya pada saat itu sakit – sakitan. Saya itu tulang
punggung keluarga mbak…” (W.E/593-595).
“Keluarga ya itu awalnya shock ya mungkin nggak diperlihatkan
ya....” (W.T/178-179).

Masalah fisik yang dialami responden A, E dan T adalah rambut rontok dan
kulit gosong. Masalah fisik lain yang dialami responden A dan E adalah cepat
merasa lelah dan tidak nafsu makan. Selain itu responden A mengalami masalah
kuku menghitam, diare dan sembelit dan responden T mengalami masalah susah
buang air besar. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara:
“…rambut rontok, kuku mengitam, satu minggu itu hampir tidak
bisa makan. Gak bisa makan, perutnya sakit, diare, sembelit…”
(W.A/410-415).
“Itu rontok ya rambutnya rontok….” (W.E/528).
“…Gosong gitu sampai item kulitnya, rambutnya rontok, gampang
banget capek sama ndak nafsu makan…” (W.E/485-489).
“…rambut rontok. Terus efeknya kan pada saat itu kan saya
sariawan...Kulit gosong. Kemudian ee ya sekitar itu terus efek dari
kemo itu juga ada sulit BAB…” (W.T/200-205).

Perencanaan untuk kesembuhan Responden A yaitu responden selalu


berusaha yang terbaik untuk kesembuhannya dengan cara rutin berobat dan rutin
minum obat yang dianjurkan dokter. Untuk Responden E, responden selalu
menjaga pola makan dengan menghindari makanan pengawet dan pewarna
makanan. Pada Responden T, responden melakukan kontrol rutin kemudian
menjaga pola hidup menyeimbangkan kegiatan fisik dan istirahat, Responden

8
ingin sembuh dan hidup terkontrol sehingga harus melakukan hidup yang terpola.
Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara:
“Yang jelas saya selalu berusaha untuk rutin emm minum obat dan
rutin berobat…” (W.A/261-263).
“Ya itu saya menghindari makanan pengawet dan pewarna dan
menjaga pola makan itu.” (W.E/448-450).
“Yang jelas masih kontrol rutin, kemudian menjaga pola hidup
artinya menyeimbangkan kegiatan fisik dan istirahat. karena
banyaknya kematian karena kanker payudara ini semakin
menyemangati harus kontrol harus hidup terpola…” (W.T/363-
371).
Responden A, E dan T mengikuti suatu komunitas dan mendapatkan
dukungan sosial instrumental yang berasal dari komunitas penyitas kanker
payudara. Pada komunitas tersebut, Responden A banyak mendapat dukungan
dari teman-teman sesama penyitas kanker payudara dan saling tukar menukar
pengalaman. Responden E mempelajari banyak hal bahwa di dalam komunitas
banyak orang-orang yang lebih kesusahan daripada responden. Selain itu
komunitas tersebut sangat membantu apabila responden sedang mengalami
kesulitan dapat langsung bertanya di komunitas tersebut. Responden juga merasa
lebih semangat. Responden T bergabung dengan komunitas kanker dan saling
tukar pengalaman dan pengetahuan, serta saling support satu sama lain sehingga
responden T menjadi berbesar hati. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara:
“saya kan ikut itu emm komunitas kanker di Solo itu, jadi disana
bisa saling support eem ya saling tukar menukar pengalaman…”
(W.A/176-181)
“…saya ikut komunitas Lovely Pink Solo itu, itu kan para penyitas
kanker payudara semua itu sangat membantu ya, kaya kesulitan
nanti tinggal tanya aja. Disitu saya banyak belajar. Yaa yang lebih
menderita dari saya banyak. Ya makanya saya harus semangat.”
(W.E/154-163).
“…setelah saya punya komunitas itu sangat membantu saling
sharing pengalaman dan pengetahuan jadi saya lebih lebih apa
maksudnya saya lebih berbesar hati lebih semangat gitu.”
(W.T/145-150).

Dukungan sosial emosional yang didapatkan oleh Responden A, E dan T


yaitu mendapatkan banyak support dari keluarga untuk melakukan pengobatan.
Keluarga Responden A juga memberi motivasi untuk kesembuhan Responden

9
sehingga Responden menjadi termotivasi dan semangat. Pada Responden E,
keluarga Responden E selalu memperhatikan responden selain itu keluarga
responden selalu mengajak Responden untuk berdoa bersama. Pada Responden T
yaitu keluarga memberi support saat Responden menjalani treatment serta
keluarga sangat memperhatikan Responden, seperti makanan yang selalu
diperhatikan dan disiapkan oleh keluarga untuk Responden T sehingga responden
merasa semangat dan tidak merasa sendirian. Hal tersebut sesuai dengan hasil
wawancara:
“…keluarga, sangat sangat sangat mendukung dan memberi
motivasi untuk kesembuhan. Jadi saya termotivasi dan semangat
juga gitu.” (W.A/343-345)
“Ya ibu dan suami waktu itu ya memperhatikan saya. Maksudnya
dari makan, ya apa – apa diperhatikan. Kalau nggak ada
perhatian ya susah ya. Mendoakan ya kadang kita doa bersama.”
(W.E/558-564)

Responden A juga merasakan sisi religiusitas dengan ingin lebih dekat


dengan Allah dan percaya kepada takdir Allah, dimana Responden A sangat
mengandalkan Allah SWT. Responden A juga menerima penyakit kankernya
dengan lapang dada serta memiliki pemikiran optimis dan harus sembuh dari
penyakitnya. Responden E juga merasakan religiusitas yang bertambah dengan
mendekatkan diri pada Tuhan dan banyak berdoa, pasrah atas kehendak Tuhan
dan menjalani segala hal dengan suka cita. Pada Responden T, responden
berusaha ikhlas karena responden merasa penyakit kanker payudara yang
dideritanya menrupakan ujian dan teguran dari Allah dan segala yang terjadi
merupakan jalan dari Allah SWT dan bahwasannya responden harus menjalaninya
dengan suka cita. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara:
“Eeem yang saya pikirkan yang jelas semakin ingin ee deket
dengan Tuhan dengan Allah.” (W.A/183-185).
“…Yaa, habis itu yang paling utama adalah yang jelas saya
sangat dekat dengan Allah dan mengandalkan Allah. Lebih
percaya dengan takdir jadi saya bisa menerima dengan baik”
(W.A/265-271).
“…lebih percaya dengan takdir yaa, jadi saya bisa menerima
dengan baik…” (W.A/214-216).

10
“…ya ini ujian dan teguran dari Allah, kalau itu memang sudah
kehendak Tuhan ya sudah lah. Pokoknya apapun harus dijalani
dengan suka cita. Ikhlas menerima keadaan, Ya sudah gitu aja,
terus bisa pasrah sama Tuhan.” (W.E/384-393).

Interpretasi positif Responden A menganggap penyakit kanker payudara ini


seperti penyakit-penyakit lain pada umumnya seperti diabetes, hipertensi dan
jantung sehingga responden merasa tidak perlu takut terhadap penyakit kanker
payudara. Pada Responden T, responden menganggap ini semua ujian dan teguran
dari Allah bahwa Responden T harus lebih baik lagi. Hal tersebut sesuai dengan
hasil wawancara:
“…Yaaaa sebetulnya, penyakit kanker itu sama seperti penyakit
yang lain, ha ah seperti diabetes, seperti hipertensi, seperti jantung
itu he eh cuma harus dikelola jadi eee seperti orang lainpun
sebenarnya tidak perlu takut dengan penyakit seperti ini.”
(W.A/202-208).
“…Artinya itu ujian dari Allah SWT, bisa merupakan teguran
bahwa saya harus lebih baik dan saya ikhlas menerima keadaan
ini semua.” (W.T/169-172)

Responden E memiliki penerimaan yang cukup baik, Responden E berpikiran


harus sembuh dan tidak boleh sedih karena penyakit kankernya. Responden E
juga mengatakan segala hal harus dibawa gembira supaya pekerjaan berjalan
lancar karena masih ada keluarga yang membutuhkannya, mempunyai niat untuk
sembuh, dengan giat melakukan kemo dan sinar. Selain itu responden harus
menggunakan wig setiap pergi bekerja akibat dari kemoterapi yang dijalani
responden mengalami kerontokan rambut. Hal tersebut sesuai dengan hasil
wawancara:
“…Jadi saya harus sembuh, gak boleh sedih, saya harus, saya
bawa gembira. Pekerjaan saya lancar.” (W.E/249-252).
“…Itu rontok ya rambutnya rontok…Kalo saya pakai wig...”
(W.E/528-533).
3.2 Pembahasan
Kanker merupakan salah satu penyakit dengan persentase kematian yang cukup
tinggi dan penyakit kanker tersebut banyak ditakuti oleh penderita karena
dianggap sulit untuk disembuhkan dan hanya akan berujung kematian (Kristanton
& Yohanis 2017). Kanker payudara adalah penyakit yang dianggap mengancam

11
jiwa, diagnosa kanker akan menjadi suatu pengalaman yang sangat menegangkan
sehingga diagnosa kanker akan diikuti oleh perasaan tidak nyaman serta siaga
dalam menghadapi kematian dan hal-hal yang penuh tekanan. (Nufus & Tatar
dalam Septilia, Karim & Huda 2018). Pasien kanker akan merasa tertekan dan
akan memperlihatkan berupa perasaan bersedih, pesimis, putus asa, merasa gagal,
tidak puas pada kehidupannya dan cenderung menilai rendah diri sendiri karena
tidak bedaya serta selalu merasa hidupnya lebih buruk daripada orang lain. (Lubis
& Othman dalam Septilia, Karim & Huda 2018).
Pristiwati, dkk (2018) menyebut bahwa pasien penderita kanker payudara
akan mengalami masalah–masalah, yaitu masalah psikologis, masalah fisik dan
masalah sosial. Hal ini sejalan dengan masalah-masalah yang ditemui pasien
kanker payudara dalam penelitian ini, yaitu berkaitan dengan masalah psikologis
setiap pasien, masalah sosial di lingkungan keluarga dan masalah fisik yang
dialami pasien.
Masalah psikologis yang dialami oleh responden A, E dan T dalam penelitian
ini adalah takut sedih dan gelisah. Pasien yang baru saja didiagnosa menderita
kanker payudara akan mengalami beberapa masalah psikologis, diantaranya
adalah takut, sedih dan merasa tidak berdaya (Lestari, Budiyarti & Ilmi, 2020).
Selain itu masalah psikologis yang dialami responden A dan E adalah penolakan
diri dan sulit menerima kenyataan. Hal tersebut sesuai dengan Ross dalam
(Lestari, Budiyarti & Ilmi, 2020). Pasien kanker payudara melewati tahapan pada
masalah psikologis yaitu penolakan, marah, tawar-menawar, depresi dan
penerimaan. Sedangkan untuk responden T, masalah psikologis yang dialami
adalah shock. Pasien kanker payudara menghadapi masalah psikologis, yaitu
merasa shock, takut, tidak bisa menerima kenyataan dan depresi (Suharmilah dkk
dalam Sherly dan Mutiara 2021).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dkk, Wulandari dkk
(2017) menyatakan bahwa perasaan negatif dan masalah psikologis yang dimiliki
oleh seorang penderita kanker adalah berupa perasaan kaget, sempat merasa
down, khawatir dan bingung ketika awal didiagnosis menderita kanker.
Kecemasan (ansietas) dalam hal ini juga merupakan respon dan masalah

12
psikologis yang dialami pasien saat terdiagnosa kanker berupa perasaan takut,
sedih dan kesulitan tidur. Penelitian yang dilakukan oleh Nurpeni dkk (2014)
menghasilkan bahwa pasien penderita kanker akan merasakan kecemasan yang
disebabkan karena adanya kekhawatiran akan menyebarnya sel-sel kanker ke
organ lain dan persepsi masyarakat luas dimana kanker adalah penyakit ganas
yang dapat menimbulkan kematian.
Masalah dalam keluarga yang dialami responden A yaitu responden masih
dibutuhkan oleh keluarganya terutama anak dan suaminya. Hal tersebut membuat
responden sadar bahwa responden masih mempunyai tanggung jawab. Masalah
keluarga yang dialami responden E yaitu responden merupakan tulang punggung
keluarga karena pada saat itu suami responden sakit sehingga tidak mampu untuk
bekerja dan responden merasa masih sangat dibutuhkan oleh keluarganya.
Masalah keluarga yang dialami responden T yaitu keluarga responden awalnya
shock tetapi tidak memperlihatkan ke responden.
Masalah fisik yang dialami responden A, E dan T cenderung sama karena
masalah tersebut muncul akibat kemoterapi. Responden A mengalami masalah
cepat merasa lelah, tidak nafsu makan, rambut rontok, kuku menghitam dan diare.
Responden E pada saat proses radiasi kulit responden mejadi gosong dan
responden merasa mudah lelah dan tidak nafsu makan. Sedangkan masalah yang
dialami responden T rambut rontok dan sering sariawan dan kulit gosong, dan
susah BAB. Masalah lain yang dialami responden E adalah saat proses
kemoterapi, kemoterapi membuat rambut responden rontok. Karena responden E
merupakan non muslim sehingga mengaruskan responden memakai wig saat
berangkat bekerja, responden merasa malu dan tidak percaya diri karena memakai
wig.
Wardani dalam Lestari, Budiyarti dan Ilmi (2020) menjelaskan tentang
dampak kemoterapi yang dialami pasien bisa berupa dampak fisik dan psikologis.
Dampak fisik yang dialami pasien kanker payudara saat melakukan kemoterapi
adalah diare, mual dan muntah, nafsu makan menurun, penurunan berat badan,
toksisitas kulit, konstipasi, anemia, dan alopesia. Sedangkan sedangkan efek

13
psikologis antara lain depresi, sedih, emosional, kecemasan, stress, harga diri
rendah dan keputusasaan.
Masalah fisik yang dialami oleh responden sejalan dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Sitio (2019) bahwa adanya gejala fisik akibat
terapi. Selain terapi kemoterapi bertujuan untuk membunuh sel kanker, juga
menimbulkan berbagai efek samping terhadap fisik. Perubahan fisik yang dialami
oleh pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan ikut memberikan pengaruh
dalam kehidupan sosial pasien seperti dalam perubahan status pekerjaan,
perubahan hubungan dalam masyarakat atau perubahan peran sebagai istri dan
ibu. Perubahan tersebut akan menimbulkan dampak masalah sosial bagi pasien
kanker payudara.
Perencanaan merupakan pemikiran tentang bagaimana mengatasi penyebab
stress antara lain dengan membuat strategi untuk bertindak dan memikirkan upaya
yang perlu diambil dalam menangani suatu masalah (Carver, Scheier dan
Weintraub dalam Andriyani 2019). Dalam penelitian ini responden A, E dan T
menggunakan strategi coping perencanaan dalam mengatasi masalah yang mereka
hadapi. Seperti pada responden A strategi coping yang digunakan adalah selalu
berusaha yang terbaik untuk kesembuhannya dengan cara rutin berobat dan rutin
minum obat yang dianjurkan dokter untuk menghadapi masalah keluarga,
responden masih dibutuhkan oleh keluarganya sehingga responden berusaha
untuk sembuh. Selanjutnya pada responden E, strategi coping yang dilakukan
adalah responden selalu menjaga pola makan dengan menghindari makanan
pengawet dan pewarna makanan, hal tersebut dilakukan untuk mengatasi masalah
fisik akibat efek dari kemoterapi. Sedangkan pada responden T responden
melakukan kontrol rutin kemudian menjaga pola hidup menyeimbangkan kegiatan
fisik dan istirahat, Responden ingin sembuh dan hidup terkontrol sehingga harus
melakukan hidup yang terpola, hal tersebut dilakukan untuk menghadapi masalah
keluarga yaitu keluarga responden T shock setelah mendengar diagnosa dari
dokter. Oleh karena itu responden menumbuhkan semangatnya untuk sembuh.
Dukungan sosial instrumental yaitu responden mencari dukungan sosial
berupa nasihat, informasi atau bantuan (Carver, Scheier dan Weintraub dalam

14
Andriyani 2019). Dalam penelitian ini responden E dan T menggunakan strategi
coping dukungan sosial instrumental dalam mengatasi masalah yang mereka
hadapi. Seperti pada responden E, responden mempelajari banyak hal bahwa di
dalam komunitas banyak orang-orang yang lebih kesusahan daripada responden.
Selain itu komunitas tersebut sangat membantu apabila responden sedang
mengalami kesulitan dapat langsung bertanya di komunitas tersebut yang
membuat responden juga merasa lebih semangat. Sedangkan responden T
bergabung dengan komunitas kanker dan saling tukar pengalaman dan
pengetahuan, serta saling support satu sama lain sehingga responden T menjadi
berbesar hati. Hal ini dilakukan responden E dan T untuk mengatasi masalah
psikologis yaitu takut, sedih dan gelisah.
Strategi coping responden untuk mengatasi masalah psikologis sejalan dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Utami dan Mustikasari (2017) bahwa
dukungan sosial juga memengaruhi penderita dalam menjalani terapi. Dukungan
sosial merupakan bentuk bantuan yang dirasakan seseorang yang dapat
menumbuhkan perasaan nyaman, percaya diri, semangat, serta meningkatkan
kesehatan mental seseorang yang diperoleh melalui hubungan interpersonal.
Sumber dukungan sosial yang terbesar datangnya dari orang yang misalnya
keluarga, pasangan, sahabat, dan rekan kerja. Dukungan dapat menurunkan
tingkat kecemasan, gangguan umum, somatisasi, dan depresi. Bentuk dukungan
itu sendiri dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental, dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial.
Dukungan sosial emosional yaitu responden mencari dukungan sosial untuk
dirinya pengertian, simpati maupun dukungan moral. (Carver, Scheier dan
Weintraub dalam Andriyani 2019). Dalam penelitian ini responden A, E dan T
menggunakan strategi coping dukungan sosial emosional dalam mengatasi
masalah yang mereka hadapi. Seperti pada responden A, E dan T, strategi
copingnya adalah mendapat support dari keluarga untuk melakukan pengobatan.
Keluarga responden A memberi motivasi untuk kesembuhan responden sehingga
responden menjadi termotivasi dan semangat. Pada responden E, keluarga
responden E selalu memperhatikan responden selain itu keluarga responden selalu

15
mengajak responden untuk berdoa bersama. Pada responden T yaitu keluarga
memberi support saat responden menjalani treatment serta keluarga sangat
memperhatikan responden, seperti makanan yang selalu diperhatikan dan
disiapkan oleh keluarga untuk responden T sehingga responden merasa semangat
dan tidak merasa sendirian. Hal ini dilakukan responden A, E dan T untuk
mengatasi masalah masalah fisik akibat efek samping dari kemoterapi.
Coping dimensi keluarga yang dialami oleh responden sejalan dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Irawan Et Al (2017) bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita kanker payudara adalah
dukungan keluarga. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan
keluarga terhadap anggota keluarganya. Anggota keluarga dipandang sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga, anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Penelitian lain yang sejalan dengan
penelitian ini dilakukan oleh Lianawati (2018) menghasilkan bahwa dukungan
keluarga terhadap pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi diharapkan
dapat meningkatkan kepatuhan kemoterapi, kualitas hidup dan psikis serta terapi
yang dilakukan pasien terus berlanjut.
Religiusitas adalah dimana pasien menenaangkan dirinya dan menyelesaikan
masalahnya secara keagamaan (Carver, Scheier dan Weintraub dalam Andriyani
2019). Dalam penelitian ini ketiga responden menggunakan strategi coping
religiusitas untuk menangani masalah yang mereka hadapi. Responden A juga
merasakan sisi religiusitas dengan ingin lebih dekat dengan Allah dan percaya
kepada takdir Allah sehingga responden dapat merima kondisinya, selain itu
responden A sangat mengandalkan Allah SWT. Responden A juga menerima
penyakit kankernya dengan lapang dada serta memiliki pemikiran optimis dan
harus sembuh dari penyakitnya. Responden E juga merasakan religiusitas yang
bertambah dengan mendekatkan diri pada Tuhan dan banyak berdoa, pasrah atas
kehendak Tuhan dan menjalani segala hal dengan suka cita. Hal tersebut
dilakukan responden A dan E untuk mengatasi masalah psikologis yaitu
penolakan diri dan sulit untuk menerima kenyataan. Sedangkan pada responden T,

16
responden berusaha ikhlas karena responden merasa penyakit kanker payudara
yang dideritanya menrupakan ujian dan teguran dari Allah dan segala yang terjadi
merupakan jalan dari Allah SWT dan bahwasannya responden harus menjalaninya
dengan suka cita. Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah psikologis yaitu
shock.
Bagi pasien yang memiliki suatu penyakit yang mengancam seperti kanker,
coping agama yaitu coping religius menjadi faktor penting yang mempengaruhi
kualitas hidup mereka. Studi mengenai psikospiritual yang dilakukan pada pasien
kanker ditemukan bahwa mereka mengalami kemajuan well-being yang
dipengaruhi oleh spiritual atau agama yaitu kesadaran diri (self- awareness),
koping dan penyesuaian yang efektif terhadap stress, hubungan dan
keterhubungan. dengan yang lain, rasa akan iman (sense of faith), rasa akan
berdaya (sense of empowerment), kepercayaan diri dan hidup dengan makna dan
harapan (Tarakeshwar dalam Nurmahani 2017).
Interpretasi positif yaitu menafsirkan transaksi stres dalam hal positif harus
memimpin orang itu untuk melanjutkan secara aktif pada masalah-terfokus di
tindakan penanggulangan (Carver, Scheier dan Weintraub dalam Andriyani 2019).
Dalam penelitian ini responden A menggunakan strategi coping interpretasi positif
untuk menangani masalah yang dihadapi. Responden A menganggap penyakit
kanker payudara ini seperti penyakit-penyakit lain pada umumnya seperti
diabetes, hipertensi dan jantung sehingga responden merasa tidak perlu takut
terhadap penyakit kanker payudara. Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah
psikologis yaitu takut, sedih dan gelisah.
Penerimaan yaitu saat ada sesuatu masalah yang penuh dengan tekanan dan
pada saat itu keadaan memaksa untuk mengatasi masalah tersebut (Carver,
Scheier dan Weintraub dalam Andriyani 2019). Dalam penelitian ini responden E
menggunakan strategi coping penerimaan untuk menangani masalah yang
dihadapi. Responden E berpikiran harus sembuh dan tidak boleh sedih karena
penyakit kankernya. Responden E juga mengatakan segala hal harus dibawa
gembira supaya pekerjaan berjalan lancar karena masih ada keluarga yang
membutuhkannya, mempunyai niat untuk sembuh, dengan giat melakukan kemo

17
dan sinar. Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah keluarga karena responden
merupakan tulang punggung keluarga. Selain itu responden E harus menggunakan
wig setiap pergi bekerja akibat dari kemoterapi yang dijalani responden untuk
mengatasi masalah fisik akibat efek kemoterapi, yaitu kerontokan rambut.
Alur permasalahan dan strategi coping yang dialami oleh ketiga responden
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Masalah Strategi Coping Hasil

Religiusitas, Interpretasi
positif, dukungan sosial
Psikologis: Ketakutan dan Menerima diri, Bangkit,
instrumental. / Beserah diri
penolakan diri hilangnya ketakutan.
pada tuhan, ikut komunitas
kanker, menerima takdir.

Keluarga: Keluarga masih Dukungan sosial emosional. / bersih dari sel kanker,
bergantung dan memberi Keluarga Memotivasi, kesehatan membaik,
beban perasaan memberi semangat, dan pekerjaan lancar, tidak
dukungan. merasa sendiri lagi.

Fisik: Gangguan Makan,


Dukungan Sosial emosional Proses pengobatan
pencernaan bermasalah,
dari keluarga./ Support, membaik dan
Kelelahan, rambut rontok,
motivasi, dan perthatian Responden lebih
kuku menghitam, kulit
keluarga. semangat berobat.
gosong.

Gambar 1. Alur permasalahan dan strategi coping pasien kanker payudara

Kelemahan dari penelitian ini adalah wawancara hanya dilakukan 1 kali dan
durasi wawancaranya terlalu singkat yaitu ± 30 menit sehingga proses
pengambilan data kurang mendalam dan kurang detail.

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga pasien kanker payudara maka dapat
disimpulkan bahwa masalah psikologis yang muncul dari pasien adalah takut,
gelisah dan khawatir. Untuk mengatasi masalah psikologis, strategi coping yang
dilakukan pasien yaitu dengan menganggap kanker sebagai penyakit biasa dan
bergabung dengan komunitas kanker payudara. Selain itu, strategi coping yang

18
dilakukan oleh pasien adalah lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Strategi
tersebut membuat responden memiliki acceptance dari penyakit yang dideritanya.
Masalah keluarga yang dialami oleh pasien adalah tanggung jawab yang
diemban oleh pasein karena keluarga bergantung kepada pasien, keluarga juga
tidak memperlihatkan kekagetannya karena pasien karena responden memiliki
kanker payudara. Strategi coping yang dilakukan oleh pasien yaitu
membangkitkan semangatnya dan melakukan yang terbaik untuk mendapatkan
kesembuhan. Memotivasi diri agar dapat sembuh dari kanker payudara dan
dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga membuat responden lebih
semangat.
Masalah fisik yang dialami pasien serupa karena itu merupakan efek dari
kemoterapi. Masalah tersebut adalah cepat merasa lelah, mual, muntah, rambut
rontok, diare, kuku menghitam dan susah buang air besar. Strategi coping yang
dilakukan untuk mengatasi masalah fisik adalah mendapatkan dukungan dari
keluarga, bantuan dari keluarga, serta memakai wig untuk membantu penampilan
pasien.
4.2 Saran
Pasien kanker payudara diharapkan agar dapat berpikir optimis dan dapat
selalu mengontrol kondisinya dengan melakukan kontrol rutin ke dokter sesuai
anjuran dokter. Selain itu pasien kanker payudara diharapkan untuk selalu
berusaha dan berdoa karena tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya.
Diharapkan selalu memberikan dukungan moral dan sosial kepada pasien
penderita kanker payudara agar penderita kanker payudara dapat menerima
dirinya sendiri dan menjadi termotivasi dan semangat dalam melakukan
pengobatan.
Hasil dalam penelitian ini diharapkan bisa memberikan daya tarik bagi
peneliti selanjutnya. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk membuat rancangan
pengelolaan durasi wawancara agar durasi wawancara tidak terlalu singkat
sehingga dapat menggali data lebih detail dan mendalam.

19
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Juli (2019). Strategi Coping Stres Dalam Mengatasi Problema.


Psikologis. Jurnal At-Taujih, (2)2.
Bungin, B. (2011). Penelitian Kualitatif. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Creswell, J. W. (2010). Research Design Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Herdiyansyah, H. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba
Humanika
Irawan, Erna. Hayati, Sri. Purwaningsih, Desi. (2017). Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kualitas Hidup Penderita Kanker Payudara. Jurnal
Keperawatan BSI, Vol. V No. 2.
Kristanto, Adhi Dharma, & Kahija, Yohanis F. La (2017). Pengalaman Coping
Terhadap Diagnosis Kanker Pada Penderita Usia Kerja Di Rumah Sakit
Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Empati, 6(2).
Lestari, Agustina, Budiyarti, Yuliani, & Ilmi, Bahrul. Study Fenomenologi:
Psikologis Pasien Kanker Yang Menjalani Kemoterapi. Jurnal Keperawatan
Suaka Insan, 5(1).
Lianawati, Dwi Mei. (2018). GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA PADA
PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI
RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Maryam, Siti (2017). Strategi Coping: Teori Dan Sumberdayanya. Jurnal
Konseling Andi Matappa, (1)2.
Nurhikmah, Wiwik, Wakhid, Abdul & Rosalina (2018). Hubungan Mekanisme
Koping Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Kanker Payudara. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa. 1(1), Hal 38 – 47.
Nurjayanti, Ida (2019). Dukungan Keluarga Pada Pasien Kanker Payudara
Dengan Kemoterapi Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta.
Nursing of Journal STIKES Insan Cendekia Medika Jombang, 17(1)
Nurmahani, Zahra Devina (2017). Proses Koping Religius Pada Wanita Dengan
Kanker Payudara. Psikologika, 22(1).
Nurpeni, M. K. R., Prapti, G. K. N., Kusmarjathi, K. N. (2014). Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker
Payudara (Ca Mammae) Di Ruang Angsoka Iii Rsup Sanglah Denpasar.
Coping. Vol. 2, No. 3.

20
Pristiwati, Asri Dwi, Aniroh, Umi & Wakhid, Abdul (2018). Hubungan
Dukungan Keluarga dengan Respon Psikologis Pasien Kanker Payudara yang
Menjalani Kemoterapi di Poliklinik Onkologi RSUD Kabupaten
Temanggung. Indonesian Journal of Nursing Research, 1(1).
Sari, Suci Estetika, Harahap, Arif Harahap, & Saputra, Deddy (2018). Pengaruh
Faktor Risiko Terhadap Ekspresi Reseptor Estrogen Pada Penderita Kanker
Payudara Di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(4).
Septilia, Fahira, Karin, Darwin & Huda, Nurul (2018). Hubungan Tingkat Stres
Dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara Pada Berbagai Tingkatan
Stadium. JOM FKp, 5(2).
Sitio, Roma. (2019). PENGALAMAN PSIKOSOSIAL PASIEN KANKER
PAYUDARA YANG MENJALANI TERAPI KEMOTERAPI DI BLUD dr.
ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH. Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2,
No. 1.
Utami, Siwi Setya. Mustikasari. (2017). ASPEK PSIKOSOSIAL PADA
PENDERITA KANKER PAYUDARA: STUDI PENDAHULUAN. Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume 20 No.2.
Wulandari, N., Bahar, H.,Ismail, S, C. (2017). Gambaran Kualitas Hidup pada
Penderita Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2017. JIMKESMAS. Vol 2, No 6.

21

Anda mungkin juga menyukai