Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah tinggi/hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi

peningkatan tekanan darah secara kronis (jangka waktu lama).Penyakit ini adalah salah

stu jenis penyakit yang sangat berbahaya.

Penderita hipertensi di dunia saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 800 juta

orang. Sebanyak 10-30 % dari jumlah penduduk dewasa hampir di setiap

Negara.Berdasarkan data Lancet (dalam McMarthy, 2010), jumlah penderita hipertensi

di seluruh dunia terus meningkat. Di India, penderita hipertensi mencapai 60,4 juta

orang pada tahun 2002 dan diperkirakan 107,3 juta orang pada tahun 2025. Di China,

98,5 juta orang dan bakal jadi 151,7 juta orang pada tahun 2025. Di bagian lain di Asia,

tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diperkirakan menjadi 67,4

juta orang tahun 2025. Di Indonesia, mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan

kebanyakan tidak terdeteksi Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan

15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15%

pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi

sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari

dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.

Hari hipertensi di dunia diperingati setiap tanggal 17 Mei. Tanggal ini

ditetapkan oleh WHO sejak 2005.


B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hipertensi ?
2. Apa saja tanda dan gejala hipertensi ?
3. Apa penyebab hipertensi ?
4. Bagaimana pengobatan hipertensi ?
5. Bagaimana pencegahan hipertensi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hipertensi
2. Untuk mengetahui gejala hipertensi
3. Untuk mengetahui penyebab hipertensi
4. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi
5. Untuk mengetahui pencegahan hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah

didalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari

jantung dan dialirkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Tekanan darah tinggi

(hipertensi) bukan berarti emosi yang berlebihan, walaupun emosi dan stres

dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu.

Seseorang dikatakan terkena hipertensi mempunyai tekanan dara sistolik

≥140mmHg dan tekanan darah diastoltik ≥90mmHg. Seseorang dikatakan

terkena hipertensi tidak hanya dengan 1 kali pengukuran, tetapi 2 kali atau lebih

pada waktu yang berbeda. Waktu yang paling baik saat melakukan tekanan

darah adalah saat istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring. Klasifikasi

tekanan darah menurut WHO

Sistolik Diastolik
Klasifikasi
(mmHg) mmHg)
Normotensi <140 <90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang dan berat >180 >105
Hipertensi sistolik terisolasi >140 <90
Hipertensi sistolik perbatasan 140-160 <90
sedangkan berdasarkan The Sixth Report Of the Joint National Committee

on Preventation,Detection,Evaluation and Treatment of High Bload

Pressure,1997 klafisikasi hipertensi yaitu

Sistolik Diastolik
Kategori Rekomendasi
(mmHg) (mmHg)
Normal <130 <85 Periksa ulang dalam 2 tahun
Perbatasan 130-139 85-89 Periksa ulang dalam 1 tahun
Hipertensi 140-159 90-99 Konfirmasi dalam 1/2 bulan.
tingkat 1 Anjurkan modifikasi gaya
hidup
Hipertensi 160-179 100-109 Evaluasi/rujuk dalam 1 bulan
tingkat 2
Hipertensi ≥180 ≥110 Evaluasi/rujuk segera dalam 1
tingkat 3 minggu berdasarkan kondisi
medis

Hipertensi adalah salah satu faktor resiko untuk terjadinya stroke,

serangan jantung,gagal jantung, dan merupakan penyebab utama terjadinya

gagal jantung kronis.

Sejalan dengan bertambahnya usia hampir setiap orang mengalami

kenaikan tekanan darah. Tekanan darah sistolik terus meningkat sampai usia 80

tahun, sedangkan tekanan darah diastolic terus meningkat sampai usia 55-60

tahun,kemudian berkurang secara perlahan/bahkan menurun drastis.


B. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut : Edward

K Chung, 1995 ) Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan

dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa

jika tekanan arteri tidak terukur.

Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang

menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya

ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari

pertolongan medis. Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan

gejala. Meskipun demikian secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi

bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan hipertensi (padahal sebenarnya

tidak). Gejala yang di maksud adalah sakit kepala,pendarahan dari

hidung,pusing,wajah kemerahan dan kelelahan .jika hipertensinya berat atau

menahun dan tidak diobati bisa timbul gejala berikut :

1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak,mata,jantung dan ginjal
Kadang penderita hipertensi berat penurunan kesadaran dan bahkan
koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopoti
hipertensif yang memerlukan penanganan segera.

C. Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan

besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )

1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya. Hipertensi primer/esensial adalah hipertensi yang

tidak atau belum di ketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopaik.

Tedapat 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti

genetik,lingkungan,hiperativitis susunan simpatis,system renin-

angiotensis,defek dalam ekskresi Na,peningkatan Na dan Ca

intraselular,dan factor-faktor yang meningkatkan risiko,seperti obesitas,

alcohol,merokok serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita

hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi

sekunder. Hipertensi sekunder . Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab

spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen,penyakit

ginjal,hipertensi vascular renal,hiperaldosteronisme primer,dan sindrom

cushing,feokromositomo,koarktasio aorta, hipertensi yang berhubung

dengan kehamilan, dan lain-lain.


1. Hipertensi Primer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti

penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang

sering menyebabkan terjadinya hipertensi.

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau

peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi

atautransport Na.

b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang

mengakibatkantekanan darah meningkat.

c. Stress Lingkungan.

d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua

sertapelabaran pembuluh darah.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan – perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.


d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,

data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering

menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

tuanya adalah penderita hipertensi.

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi

adalah:

1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )

3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah :

1) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )

2) Kegemukan atau makan berlebihan

3) Stress
4) Merokok

5) Minum alkohol

6) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin)

2. Hipertensi Sekunder

Penyebab hipertensi sekunder adalah :

a. Ginjal

1) Glomerulonefritis

2) Pielonefritis

3) Nekrosis tubular akut

4) Tumor

b. Vascular

1) Aterosklerosis

2) Hiperplasia

3) Trombosis

4) Aneurisma

5) Emboli kolestrol

6) Vaskulitis
c. Kelainan endokrin

1) DM

2) Hipertiroidisme

3) Hipotiroidisme

d. Saraf

1) Stroke

2) Ensepalitis

e. Obat – obatan

1) Kontrasepsi oral

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

2. Pemeriksaan retina

3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal

dan jantung

4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan

fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

7. Foto dada dan CT scan.


E. Komplikasi

Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada

hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru

timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan

jantung. gejala-gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering

ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi essensial.

Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai

berikut: pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur,

sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang. Gejala

akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah: gangguan penglihatan,

gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral (otak), yang

mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan

kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi

komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan

dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa

kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga,

stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan

juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat

disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi. Dalam

perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai

macam komplikasi antara lain : stroke, gagal jantung, gagal ginjal, mata. Hubungan

stroke dengan hipertensi dapat dijelaskan dengan singkat, bahwa tahanan dari pembuluh
darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah yang datang. Apalagi dalam otak

pembuluh darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis memiliki

tahanan yang juga kecil. Kemudian bila tekanan darah

F. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas

akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan

pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.(5) Prinsip pengelolaan penyakit

hipertensi meliputi :

a. Penatalaksanaan Medis

Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis

penatalaksanaan:

a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.

1) Diet

Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat

menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin

dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma. Nasehat pengurangan

garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan

asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini

hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik

digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.


2) Aktivitas.

Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan

dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,

jogging, bersepeda atau berenang.

Ciptakan keadaan rileks Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau

hipnosis dapat

3) mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

4) Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45

menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

5) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol

6) Perbanyak maknan yg mengandung kalsium,kalium dan magnesium

7) Perbanyak makanan yg mengandung serat

8) Menjaga berat badan

9) Hindari kebiasaan minum kopi berlebihan

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah

sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-

kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi

diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap

untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.


b. Penatalaksanaan Farmakologis.

Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.

2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.

3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

4) Tidak menimbulakn intoleransi.

5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi

seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis

kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.

Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang

beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi

dokter.

1) Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh

(lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang

mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh

obatannya adalah Hidroklorotiazid.


2) Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis

(saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ).

Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

3) Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya

pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang

telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial.

Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.

Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi

gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi

sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang

tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)

sehingga pemberian obat harus hati-hati.

4) Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi

otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini

adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan

terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.

5) Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat

Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).


Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping

yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan

lemas.

6) Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara

menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan

obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang

mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

7) Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat

Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya

pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah

Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit

kepala, pusing, lemas dan mual. Dengan pengobatan dan kontrol yang

teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka

kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Biodata

a. Identitas Pasien

Nama : Ny. m

Umur : 81 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Bhinawana, banjarbaru
Diagnosa Medis : HHD ( Hipertensi Heart Disease)
No. RM : 104888
Tanggal masuk RS : 13 Januari 2019 Jam 16.00
Tanggal / Waktu pengkajian : 14 Januari 2019 Jam 08.00

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. E
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl.Bhinawana, banjarbaru
Hubungan dengan pasien : anak
2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Pasien merasa sering sakit kepala ( pusing)

b. Keluhan tambahan

Pasien mengatakan badanya terasa lemas dan sakit pinggang.

c. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke IGD pada tanggal 13 Januari 2019 jam 16.00 WIB

dengan diantar keluarganya, pasien mengatakan kepalanya sakit, badanya

lemas dan pinggang terasa sakit, keluarga pasien mengatakan bahwa

sebelum di bawa ke RS pasien jatuh saat ke kamar mandi.

d. Riwayat penyakit dahulu

Pasien sudah lama menderita hipertensi, dan sering mengeluh sakit

kepala, tetapi belum sampai di rawat di RS.

e. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit menular dan hanya

mempunyai penyakit menurun yaitu hipertensi, keluarga pasien

mengatakan ada salah satu anggota keluarganya yang memiliki penyakit

hipertensi.
3. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

Bentuk mesochepal, rambut panjang dan lurus, warna rambut hitam

bercampur putih dan berbau, penyebaran rambut merata, kulit kepala kurang

bersih, tidak ada lesi.

b. Mata

Mata simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, tidak menggunakan

alat bantu penglihatan.

c. Telinga

Simetris, tidak ada serumen yang keluar, tidak ada benjolan maupun lesi,

tidak menggunakan alat bantu pendengaran

d. Mulut dan gigi

Mulut bersih, gigi berwarna agak kekuningan, tidak ada lesi dan sariawan,

terdapat karies,

e. Leher

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran vena

jugularis.

f. Jantung

I = Tidak tampak sianosis, IC tidak tampak,

Pa = IC teraba di intercosta ke 5

Pe = konfigurasi jantung dalam batas normal

Au = tidak terdengar bunyi jantung tambahan.


g. Dada dan paru

I = simetris kanan dan kiri

Pa = pengembangan paru simetris kanan dan kiri,

Pe = suara redup 1/3 basal paru kanan dan kiri. Normal sonor vasikuler

Au = vesikuler

h. Abdomen

I = Tidak terdapat lesi, warna kulit merata, tidak terdapat jaringan parut,

perut rata (datar)

Au = bising usus 10 x/menit,

Pa = tidak terdapat nyeri tekan

Pe = tympani

i. Genetalia

Tidak terpasang DC cateter

j. Ekstremitas atas

Look = tidak terdapat lesi, tidak ada edema, warna kulit kecoklatan

Feel = tidak terasa nyeri tekan, tidak terasa baal.

Move = tidak terasa nyeri gerak, kekuatan otot tangan kanan/kiri = 5/5.

k. Ektremitas bawah

Look = tidak terdapat lesi, tidak ada edema, warna kulit kecoklatan,

Feel = tidak terasa nyeri tekan, tidak terasa baal.

Move = tidak terasa nyeri gerak, kekuatan otot kaki kanan/kiri = 5/5
4. Nutrisi dan Cairan

Ny. M mengatakan sudah 2 hari tidak nafsu makan dikarenakan mual dan

ketika habis makan pasien muntah, pasien hanya makan 2 sendok bubur, minum

air mineral 3 gelas per hari. Pasien diberikan terapi intra vena dengan cairan

ringer laktat 20 tpm. Turgor kulit normal, abdomen normal dan bibir tidak

kering.

5. Eliminasi

Ny. M mengatakan biasanya BAB 2 hari sekali dengan konsistensi lunak,

tidak keras dan tidak ada darah, warna feses kuning kecoklatan. Sebelum sakit

pasien BAK secara spontan ke kamar mandi 4 x sehari dengan warna urin jernih,

tidak terdapat darah dan tidak terasa nyeri saat BAK.

6. Aktivitas dan Latihan

Ny. M mengatakan pusing setiap bangun tidur

7. Pemeriksaan penunjang:

EKG

Hasilnya : sinus takikardia


BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Seseorang dikatakan terkena hipertensi mempunyai tekanan dara sistolik

≥140mmHg dan tekanan darah diastoltik ≥90mmHg. Penyakit in adalah penyakit yang

berbahaya karena merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke. Hipertensi

berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2, yaitu hipertensi primer atau merupakan

hipertensi dengan penyebab yang tidak diketahui secara pasti. Hipertensi sekunder yaitu

hipertensi yang disebabkan oleh penyebab spesifik tertentu, misalnya penyakit ginjal,

penyakit endokrin atau karena penyakit koartasio aorta.

B. SARAN

Setelah membaca makalah ini kami berpesan kepada para pembaca :

1. Selalu menjaga kesehatan. Kesehatan merupakan anugrah yang tak ternilai

harganya. Karena di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

2. Selalu memperhatikan asupan makanan yang masuk dalam tubuh kita. Makanlah

makanan yang bergizi tinggi yang dapat memenuhi semua kebutuhan tubuh kita

3. Rajin berolahraga

Anda mungkin juga menyukai