Anda di halaman 1dari 28

PENGKAJIAN NEUROLOGIS

SENSASI

KELOMPOK 4
Budi Rahmadi
Elmira Yanuarti
Indah Tia Putriany
Melianti
Muhammad Sarman
Rina Sulastri
Pengertian Sensasi
• Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat
pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan
lingkungannya.
• Sensasi merupakan tahap pertama stimuli mengenai
indra kita.
• Sensasi adalah proses manusia dalam menerima
informasi sensoris (energi fisik dari lingkungan) melalui
penginderaan dan menerjemahkan informasi tersebut
menjadi sinyal-sinyal neural yang bermakna.
• Proses penginderaan itu melalui rangsang dari inderawi.
Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam
penerimaan informasi dari lingkungan luar.
Jenis – Jenis Sensasi
• Indera penglihatan (mata)
• Indera pendengaran (telinga)
• Indera peraba (kulit)
• Indera penciuman (hidung)
• Indera pengecap (lidah)
Sensasi ini berkaitan erat dengan fungsi saraf kranial.
Adapun 12 pasang saraf Kranial tersebut ialah sebagai
berikut:
1. N.I ( Nervus Olfaktorius ) saraf sensori
2. N.II (Nervus Optikus ) saraf sensori
3. N.III (Nervus Ookulomotorius) saraf motorik
4. N.IV (Nervus Trokhliaris) saraf motorik
5. N.V (Nervus Trigeminus) saraf gabungan
6. N.VI (Nervus Abdusen) saraf motorik
7. N.VII (Nervus Fasialis) saraf gabungan
8. N.VIII (Nervus Akustikus) saraf sensori
9. N.IX (Nervus Glosofaringeus) saraf gabungan
10. N.X (Nervus Vagus) saraf gabungan
11. N.XI (Nervus Asesorius) saraf motorik
12. N.XII (Nervus Hypoglosus) saraf motorik
N.I ( Nervus Olfaktorius )
• Hidung merupakan alat indera manusia yang menanggapi rangsang
berupa bau atau zat kimia yang berupa gas. di dalam rongga hidung
terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel
pembau. Setiap sel pembau mempunyai rambut-rambut halus (silia
olfaktori) di ujungnya dandiliputi oleh selaput lendir yang berfungsi
sebagai pelembab rongga hidung.
• Epithellium olfactorypada bagian meial rongga hidung memiliki
fungsi dalam penerimaan sensasi bau.
• Penciuman merupakan alat penginderaan melalui hidung yang
kemudian diterima oleh reseptor dan dilanjutkan ke otak.
• Ada enam bau utama yang mudah diterima oleh alat indera yaitu,
bau rempah: cengkeh, bau harum: vanili, bau eteris: jeruk, eter,
sereh, bau damar: terpentin, bau busuk: telur busuk.
• Anjurkan klien mengidentifikasi berbagai
macam jenis bau-bauan dengan memejamkan
mata dan menutup salah satu lubang hidung
dengan jarinya.
• Dekatkan bahan yang baunya dikenali pasien.
Tanyakan apakah menciuam sesuatu dan bau
apa yang tercium.
• Kemudian lakukan pada lubang hidung lainnya
• Gunakan bahan yang tidak merangsang seperti
kopi, tembakau, parfum atau rempah-rempah.
N.II (Nervus Optikus )
• Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity) / ketajam penglihatan
Dengan Kartu snellen, Pada pemeriksaan kartu memerlukan jarak enam
meter antara pasien dengan tabel, jika tidak terdapat ruangan yang
cukup luas. Ketajaman penglihatan normal bila baris yang bertanda 6
dapat dibaca dengan tepat oleh setiap mata (visus 6/6).

• Pemeriksaan Penglihatan Perifer / Pengkajian Lapang Pandang


Pemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi tentang
saraf optikus dan lintasan penglihatan mulai dari mata hingga korteks
oksipitalis. Dapat dilakukan dengan:
• Tes Konfrontasi, Jarak antara pemeriksa – pasien : 60 – 100 cm,
Objek yang digerakkan harus berada tepat di tengah-tengah jarak
tersebut. Objek yang digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di
gerakan mulai dari lapang pandang kanan dan kiri (lateral dan
medial), atas dan bawah dimana mata lain dalam keadaan tertutup
dan mata yang diperiksa harus menatap lurus ke depan dan tidak
boleh melirik ke arah objek tersebut. Syarat pemeriksaan lapang
pandang pemeriksa harus normal.
N.III (Nervus Ookulomotorius) & N.IV (Nervus
Trokhliaris) dan N.VI (Nervus Abdusen)

Untuk menentukan kemampuan gerakan yang


terkoordinasi dari bola mata, kontraksi pupil, dan kelopak
mata.
1. Pergerakan bola mata
Amati mata dalam keadaan diam, kemudian minta pasien
untuk menggerakan bola mata mengikuti pergerakan
suatu objek tanpa menggerakan kepalanya.
2. Kontriksi pupil
Respon cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga
pasien tidak memfokus pada cahaya dan tidak
berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk melihat
reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan
ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal
pupil yang disinari akan mengecil.

Respon cahaya konsensual


Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak
pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama.
Pemeriksaan Buta Warna

• Buta warna adalah suatu kelainan yang


disebabkan ketidakmampuan sel-
sel kerucut mata untuk menangkap suatu
spektrum warna tertentu yang disebabkan oleh
faktor genetis.

• Buta warna dapat dites dengan tes Ishihara yang


menggunakan lingkaran-lingkaran berwarna
yang dibuat dengan tulisan tertentu yang hanya
dapat dilihat atau tidak dapat dilihat oleh
penderita buta warna.
N.V (Nervus Trigeminus)
• Untuk mengetahui fungsi sensorik terhadap
kulit muka dan kornea.
• Dan fungsi motorik terhadap otot-otot
mengunyah
Mengkaji sensasi sensorik
• Minta pasien menutup kedua mata
• Kemudian sentuh dagu, dahi, dan pipi dengan
kapas, pensil atau botol berisi air hangat atau
dingin.

• Untuk mengkaji reflex corneal,


• Sentuh kornea pasien dengan kapas pilin, secara
normal pasien akan mengedipkan kedua kelopak
matanya.
Kepekaan saraf perifer. klien diminta memejamkan mata
▫ Menguji sensasi nyeri: dengan menggunakan Spatel lidah yang di
patahkan atau ujung kayu aplikator kapasdigoreskan pada
beberapa area kulit, Minta klien untuk bersuara pada saat di
rasakan sensasi tumpul atau tajam.

▫ Menguji sensai panas dan dingin: dengan menggunakan Dua


tabung tes, satu berisi air panas dan satu air dingin, Sentuh kulit
dengan tabung tersebut minta klien untuk mengidentifikasi
sensasi panas atau dingin.

▫ Sentuhan ringan : dengan menggunakan Bola kapas atau lidi


kapas, Beri sentuhan ringan ujung kapas pada titik-titik berbeda
sepanjang permukaan kulit minta klien untuk bersuara jika
merasakan sensasi

▫ Vibrasi/getaran : dengan garputala, Tempelkan batang garpu tala


yang sedang bergetar di bagian distal sendi interfalang darijari dan
sendiinterfalang dari ibu jari kaki, siku, dan pergelangantangan.
Minta klien untuk bersuara pada saat dan tempat di rasakan
vibrasi.
Mengkaji saraf motorik
• Minta pasien mengatupkan gigi dan lakukan
palpasi pada otot-otot temporal dan masester
pada kedua sisi untuk mengetahui kekuatan
otot-ototnya.
N.VII (Nervus Fasialis)
1. Fungsi sensorik mempersarafi rasa manis, asam,
asin pada 2/3 depan lidah.

2. Fungsi motorik untuk melihat simetrisirtas otot-


otot wajah.
• Minta pasien untuk;
▫ menaikan dan menurunkan alis
▫ Tersenyum
▫ Memperlihatkan gigi
▫ Mencibirkan bibir
▫ Menggembungkan pipi
▫ Mengerutkan dahi
N.VIII (Nervus Akustikus)
• Untuk mengetahui fungsi pendengaran dan
keseimbangan

• Untuk mengetahui fungsi pendengaran, dapat


dilakukan dengan uji bisik, detik arloji, atau
gesekan jari di dekat telinga pasien, serta
menggunakan tes weber atau tes rinne.
N.IX (Nervus Glosofaringeus) dan N.X
(Nervus Vagus)
Untuk mengetahui kemampuan menelan dan
sensasi pahit pada 1/3 lidah belakang
Serta N.X berfungsi mempersarafi kontrol
menelan, palatum mole, mukosa faring dan tonsil
N.XI (Nervus Asesorius)
• Untuk memeriksa otot trapezius dan otot
sternokleidomastoid

• Otot trapezius : Minta pasien menengok ke arah


samping dan pemeriksa memberikan tahanan
untuk mempertahankan posisi ini.
• Otot sternokleidomastoid : minta pasien untuk
mengngkat bahu, sementara pemeriksa
memberikan tahanan ke bawah.
N.XII (Nervus Hypoglosus)
• Untuk mengkaji kekuatan otot lidah
• Dengan cara memperhatikan kemampuan
pasien untuk menjulurkan lidah secara berulang
dan cepat, lidah juga dapat diamati pada saat
dijulurkan apakah terjadi deviasii ke salah satu
sisi.
FAKTOR YG MEMPENGARUHI SENSASI
Faktor-faktor yang mempengaruhi ambang penginderaan
adalah :
• Kekuatan sinyal;
• Sifat-sifat tugas/pekerjaan;
• Carapan individu;
• Donsekuensi-konsekuensi berupa penghargaan atau
hukuman;
• Norma/standar/ukuran yang dikenakan individu.
• Pengetahuan tentang factor-faktor yang mempengaruhi
ambang penginderaan manusia di atas memungkinkan
kita untuk memahami mengapa dan bagaimana individu
hanya menerima stimulus/informasi tertentu darin
sekian banyak.
Proses Terjadinya Sensasi
Proses sensasi tersebut adalah seperti berikut:
• Penerimaan stimulus, yaitu proses fisik yang terjadi. Di
proses ini stimulus akan diterima oleh alat indera yang
bertugas. Misalnya, stimulus berupa suara akan diterima
oleh telinga, stimulus berupa suhu dingin diterima oleh
kulit, dan seterusnya.
• Proses fisiologis, dimana stimulus yang diterima oleh
panca indera akan diterima oleh saraf sensoris dan
dilanjutkan ke otak.
• Proses psikologis, yaitu berlangsungnya pemrosesan
stimulus di otak yang membuat individu tersebut bisa
menyadari apa yang diterima oleh panca inderanya.
• Dalam terjadinya proses sensasi tersebut ada faktor-faktor
yang bisa mempengaruhinya. Faktor yang pertama adalah
faktor eksternal, seperti jarak stimulus ke alat indera, lama
terjadinya stimulus, dan lain-lain. Faktor eksternal ini bisa
mempengaruhi signifikansi stimulus untuk diterima oleh
saraf dan otak, serta apakah sensasi yang dirasakan menjadi
kuat atau tidak.

• Selain faktor eksternal, juga terdapat faktor internal yang


mempengaruhi sensasi, misalnya kondisi alat indera yang
menerima stimulus apakah dalam keadaan baik atau tidak.
Faktor internal ini lebih pada fungsi alat indera manusia itu
sendiri. Maka, bagi beberapa orang yang mengalami
kekurangan kondisi fisiknya, bisa juga mengalami gangguan
pada sensasi yang dirasakannya
KESIMPULAN
Sensasi merupakan penerimaan stimulus
(rangsangan) melalui indera, dan sensasi lebih
cenderung hubungannya dengan perasaan. Dan
alat penginderaan itulah yang menghubungkan
organisme dengan lingkungannya. Sensasi itu
sebagai proses atau pengalaman elementer yang
timbul apabila satu perangsang merangsang satu
reseptor atau proses merasakan.

Anda mungkin juga menyukai