Dosen Pembimbing:
H. Marwansyah, S.Kep, Ns, M.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Luthfi Alfiati NIM: P020118079
Melianti NIM: P020118083
Mina Andriani NIM: P020118084
Muhammad Aldi Rahman NIM: P020118085
Muhammad Rijalul Ilmi NIM: P020118092
Muhammad Sarman NIM: P020118093
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Dan juga kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada Bapak H. Marwansyah, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai dosen
mata kuliah Manajemen Perawatan Bencana yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini hingga akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Kelompok IV
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia selalu berhubungan dengan aspek kebumian karena
bumi telah menyediakan semua fasilitas dan kebutuhan manusia. Minyak dan
gas bumi, air, mineral logam dan non logam, sumberdaya nirhayati, semuanya
tersedia dan tersimpan oleh bumi. Adanya sumberdaya kebumian tersebut
kehidupan manusia menjadi lebih baik dan lebih sejahtera.
Namun demikian bumi juga menyimpan potensi bencana yang harus
diwaspadai manusia. Terkadang manusia terlena oleh semua fasilitas dan
kebutuhan yang disediakan oleh bumi. Manusia sering lupa atau melupakan
bahwa bumi juga menyimpan potensi bencana. Kejadian tersebut pada
dasarnya merupakan hal yang “wajar”, karena merupakan suatu proses
keseimbangan alam. Kejadian tersebut dikategorikan bencana apabila merusak
ataupun mengganggu kehidupan manusia baik yang menimbulkan korban jiwa
maupun kerusakan infrastruktur atau hasil budaya manusia (rumah, bangunan,
jalan, jembatan, bendungan, dan lainlain).
Kepulauan Indonesia merupakan kepulauan yang istimewa karena kaya
akan sumberdaya kebumian dan sering disebut pula dengan “untaian jamrud
khatulistiwa”. Secara astronomis Kepulauan Indonesia berada pada suatu
wilayah dengan posisi Lintang Bumi 07o LU – 12o LS dan posisi Bujur Bumi
95o BT – 141o BT. Keuntungan posisi ini adalah Kepulauan Indonesia
beriklim tropis yang mana musim hujan cukup panjang sehingga tanahnya
subur. Hutan tropis dapat tumbuh dengan baik dan menyimpan kekayaan
hayati maupun hewani. Namun demikian akibat ulah manusia yang merusak
ekosistem terutama hutan, iklim KepulauanIndonesia mempunyai andil yang
cukup besar terhadap terjadinya bencana terutama banjir dan tanah longsor.
Secara geografis, posisi Kepulauan Indonesia juga strategis yaitu terletak
diantara 2 benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta 2 samudra yaitu
Samudra Hindia dan Samudra Pasifik
1
Secara geologis Kepulauan Indonesia berada pada jalur penumjaman
lempeng bumi, seperti penunjaman Lempeng Samudra Indo-Australia dengan
Lempeng Benua Eurasia yang memanjang dari pantai barat Sumatera hingga
pantai selatan Jawa terus ke timur sampai Nusa Tenggara. Adanya proses
penunjaman ini Kepulauan Indonesia terdapat deretan gunung api terutama
dari Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara. Keterdapatan deretan gunung api
tersebut memberikan keuntungan bahwa tanah disekitarnya akan menjadi
subur dan produktif. Namun juga adanya gunung api yang masih aktif tersebut
bahaya letusan gunung api juga harus diwaspadai. Selain itu bahaya banjir
lahar dingin terutama pada musim hujan juga tidak boleh dilupakan.
Jalur penunjaman lempeng bumi di wilayah Kepulauan Indonesia
merupakan jalur penyebab gempa tektonik yang mana bersifat regional dan
umumnya kerusakan yang ditimbulkan sangat parah. Jalur gempa tersebut
secara geologis berdampingan dengan jalur gempa bumi. Sebagian jalur
gempa bumi tersebut berada di laut sehingga sangat berpotensi menimbulkan
bencana tsunami.
Oleh karena itu, harus ada perencanaan dan penanggualangan dalam
bencana gempa bumi dan tsunami agar dapat mengurangi dampak atau
kerugian yang dapat ditimbulkan dari kedua bencana ini,
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari gempa bumi?
2. Apa saja macam-macam gempa bumi?
3. Bagaimana karakteristik gempa bumi?
4. Apa saja faktor terjadinya gempa bumi?
5. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari gempa bumi?
6. Bagaimana cara memprediksi gempa bumi?
7. Bagaimana mitigasi gempa bumi?
8. Apa definisi dari tsunami?
9. Apa saja penyebab terjadinya tsunami?
10. Apa saja dampak terjadinya tsunami?
2
11. Bagaimana mitigasi tsunami?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari gempa bumi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi gempa bumi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik gempa bumi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja faktor terjadinya gempa bumi.
5. Mahasiswa dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari gempa bumi.
6. Mahasiswa dapat mengetahui cara memprediksi gempa bumi.
7. Mahasiswa dapat mengetahui mitigasi gempa bumi.
8. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari tsunami.
9. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab terjadinya tsunami.
10. Mahasiswa dapat menegtahui dampak terjadinya tsunami.
11. Mahasiswa dapat mengetahui mitigasi tsunami.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. GEMPA BUMI
1. Definisi Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran asli dari dalam bumi, bersumber di dalam
bumi yang kemudian merambat ke permukaan bumi akibat rekahan bumi
pecah dan bergeser dengan keras. Penyebab gempa bumi dapat berupa
dinamika bumi (tektonik), aktivitas gunungapi, akibat meteor jatuh, longsoran
(di bawah muka air laut), ledakan bom nuklir di bawah permukaan. Gempa
bumi tektonik merupakan gempa bumi yang paling umum terjadi merupakan
getaran yang dihasilkan dari peristiwa pematahan batuan akibat benturan dua
lempeng secara perlahan-lahan itu yang akumulasi energy benturan tersebut
melampaui kekuatan batuan, maka batuan di bawah permukaan.
2. Klasifikasi Gempa Bumi
a. Berdasarkan Penyebabnya
1) Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api )
Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa
terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin
tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan
menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya
terasa di sekitar gunung api tersebut.
2) Gempa bumi tektonik.
Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu
pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang
mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat
besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana
alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar
keseluruh bagian bumi.Gempa bumi tektonik disebabkan oleh
pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat
tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan
tiba-tiba.
4
Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai
kecacatan tektonik. Teori dari tektonik plate (plat tektonik)
menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan,
sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung
di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga
berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya gempa tektonik.
Gempa bumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya
mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni
mengikuti pola-pola pertemua n lempeng-lempeng tektonik yang
menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian
(geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan
postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang
melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas
pertemuan lempeng tektonik.
3) Gempa bumi runtuhan.
Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada
daerah pertambangan, gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat
lokal.
4) Gempa bumi buatan.
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan
oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir
atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.
5
3) Gempa Dalam: gempa yang memiliki kedalaman titik hiposen-
trumnya sangat jauh dari permukaan laut. Titik hiposentrum > 300 km
di bawah permukaan air lut.
c. Berdasarkan Jarak Episentrum
1) Gempa Setempat: gempa yang guncangannya dirasakan pada per-
mukaan bumi namun hanya pada daerah tempat titik pusat gempa
berada. Biasanya gempa semacam ini memiliki kekuatan yang sangat
rendah sehingga hanya dirasakan oleh wilayah setempat saja.
2) Gempa Jauh: gempa yang guncangannya dirasakan pada permuka-an
bumi dan getarannya dirasakan hingga daerah yang jauh dari titik
pusat gempa berada. Gempa ini dapat terjadi apabila memiliki
kekuatan yang cukup besar sehingga mengakibatkan guncangan yang
kuat.
3) Gempa Sangat Jauh: gempa yang guncangannya dirasakan pada
permukaan bumi dan getarannya dapat dirasakan hingga daerah yang
sangat jauh dari daerah asal gempa terjadi. Gempa ini memiliki
kekuatan yang sangat besar sehingga menimbulkan guncangan yang
dahsyat dan mencakup wilayah yang sangat luas.
6
gempa ini dapat mengakibatkan tsunami apa bila kekuatannya sangat
besar.
2) Gempa Darat: gempa yang episentrumnya berada di permukaan bumi
atau daratan. Gempa ini terjadi apabila hiposentrumnya bera-da di
bawah permukaan bumi dan berada pada lempeng benua.
7
dalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di
dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan
terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (namun jarang)
juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik
dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga)
juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi
contoh, pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi di Rocky
Mountain Arsenal.
Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak.
Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir
yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia
seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.
8
berdampak bagi perekonomian negara karena secara tidak langsung
negara perlu menge-luarkan banyak biaya untuk mengatasi korban-
korban bencana alam baik dari pangan maupun sandang. Tenaga medis
dan fasilitasnyapun sangat diperlu-kan untuk mengatasi dampak dari
bencana tersebut.
Gempa juga dapat mengakibatkan timbulnya gelombang besar
tsuna-mi apabila gempa tersebut hiposentrumnya berada pada dasar laut
dan memiliki kekuatan yang besar. Gelombang trunami tersebut dapat
merusak semua benda yang dilaluinya dan membawa semua material-
material kedalam laut.
c. Masalah kesehatan mental akibat gempa.
Penyakit psikologis / Trauma berkepanjangan akibat reaksi stres
akut saat bencana bisa menetap menjadi kecemasan yang berlebihan.
Akibat kehilangan rumah, kehilangan anggota keluarga atau bisa juga
trauma karena ketakutan yang mendalam.
9
b. Long-range prediction (prediksi waktu panjang)
Prediksi ini membutuhkan waktu yang relatif lama dan meliputi
1) Mempelajari interval bencana gempa besar pada waktu yang lalu
(siklus).
2) Ternyata siklus ini tidak tepat sama seperti Hari Ulang Tahun
Kemerdekaan RI atau ulang tahun seseorang yang sudah jelas
saatnya.
10
b) Ajak seluruh anggota keluarga mengetahui cara mematikan gas,
listrik dan air.
c) Hubungi sekolah tempat anak – anak untuk memastikan mereka
memiiki persiapan agar anak – anak tetap selamat saat gempa.
4) Menyiapkan perbekalan darurat.
11
5) Menyiapkan rencana komunikasi darurat
Jika anggota keluarga tercerai berai setelah gempa maka
meminta bantuan anggota keluarga di kota lain untuk bertindak
sebagai pengubung. Pastikan seluruh anggota kelurga mengetahui
nama alamat dan nomor telpon penghubung.
12
b) Jangan gunakan lift
c) Gunakan pintu hanya jika dalam posisi yang dekat dan pintu
berkerangka kuat
d) Berdiam diri di dalam bangunan hingga gempa berhenti dan
cukup selamat untuk ke luar
e) Waspada kemungkinan lampu padam, aktivasi isyarat dan
sistem pemadam kebakaran.
3) Rumah
a) Jika saat gempa berada di tempat tidur, tetaplah di tempat tidur.
Lindungi kepala dengan bantal dan hindari dari bawah lampu
dan benda – benda gantung lain.
b) Jika di lantai dua, buang benda lunak, misal bantal, kasur
maupun guling, kebawah dan melompatlah keatasnya.
c) Saat keluar gunakan bantal guling atau lainnya untuk lindungi
kepala dan kemungkinan benda jatuh.
d) Jika memasak pastikan mematikan kompor sebelum berlindung
e) Segera setelah goncangan berhenti matikan listrik dan gas serta
bersiap dengan gempa susulan
4) Di sekolah
a) Berlindung di bawah meja dan berpegangan dengan kuat
b) Palingkan wajah dari kaca jendela maupun cermin
c) Ikuti perintah guru dan pengelola sekolah
13
c) Jauhi jendela, kaca dan kanopi atau tempat berteduh yang
terbuat dari bahan berat
d) Setelah berada di tempat terbuka, berdiamlah hingga goncangan
berhenti.
c. Setelah Gempa
Apa yang dilakukan setelah gempa terjadi, berikut hal – hal yang perlu
dilakukan:
1) Waspadai adanya gempa susulan.
2) Gunakan radio berdaya baterai
3) Gunakan telepon hanya untuk keperluan darurat
4) Hindari kawasan yang rusak karena gempa
5) Waspada kemungkinan tsunami
6) Bantu orang yang terluka dan terperangkap
14
7) Bersihkan segera tumpahan obat, bahan kimia, bahan bakar minyak
dan cairan yang mudah terbakar
8) Periksa konstruksi rumah/ bangunan.
9) Periksa utilitas (gas, listrik dan PAM).
B. TSUNAMI
1. Definisi Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang, terbentuk dari kata tsu yang
berarti pelabuhan dan nami yang berarti gelombang. Berdasarkan
terminologi, pengertian tsunami adalah gelombang laut yang terjadi karena
adanya gangguan impulsif pada laut. Gangguan impulsif tersebut terjadi
akibat adanya perubahan bentuk dasar laut secara tiba-tiba dalam arah
vertikal atau dalam arah horizontal. Perubahan tersebut disebabkan oleh
tiga sumber utama, yaitu gempa tektonik, letusan gunung api, atau
longsoran yang terjadi di dasar laut. Tsunami biasa terjadi jika gempa
bumi berada di dasar laut dengan pergerakan vertikal yang cukup besar.
Tsunami juga bisa terjadi jika terjadi letusan gunungapi di laut atau terjadi
longsoran di laut.
15
menimbulkan gelombang panjang di tengah lautan dan berlabuh di pantai
sebagai bencana tsunami.
Selain oleh gempabumi, penyebab tsunami di Indonesia juga
dipicu oleh letusan gunung api. Tsunami akibat meletusnya gunung
Krakatau (1883) adalah salah satu contoh tsunami yang diakibatkan oleh
letusan gunung api, dimana tinggi run-up gelombang Tsunami mencapai
30m dan menewaskan lebih dari 36.000 jiwa. Sedangkan penyebab
lainnya adalah adanya longsoran di dasar laut yang juga dapat memicu
terjadinya tsunami.
Dari tiga komponen tersebut, gempabumi yang terjadi di dasar laut
paling dominan menimbulkan bencana tsunami. Menurut M.T. Zen, pakar
geofisika ITB, setidaknya ada empat kawasan yang dinamakan seismic
gap di Indonesia yang berpotensi menimbulkan tsunami. Kawasan seismic
gap adalah daerah dengan zona seismik, tetapi sudah 50 hingga 100 tahun
tidak diguncang gempa dahsyat. Berdasarkan pengalaman sejarah dan
teori gempa, gempa dahsyat akan kembali terjadi di kawasan seismik yang
memiliki seismic gap. Hal itu pula yang terjadi dengan Aceh. Empat titik
seismic gap di Indonesia tersebut masing-masing berada di Selat Sunda,
pantai selatan Jawa, Selat Bali, dan kawasan di dekat Pulau Alor. Oleh
sebab itu pantai-pantai yang berhadapan dengan kawasan seismic gap
tersebut berpotensi terhadap terjadinya bencana tsunami.
3. Dampak Tsunami
Bencana tsunami pastinya berdampak pada lingkungan daerah
tersebut, korban jiwa maupun luka-luka, rusaknya fasilitas publik di
daerah tersebut serta kerugian harta benda. Selain itu juga berdampak pada
psikologis atau mental korban.
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami,
terutama kepulauan yang berhadapan langsung dengan pertemuan
lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik, antara lain bagian Barat
Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, bagian Utara Papua, Sulawesi
16
dan Maluku, serta bagian Timur Kalimantan. Dalam 37 tahun terakhir
terjadi lebih dari 10 kali kejadian tsunami di berbagai tempat di Indonesia
dan dalam satu abad terakhir terjadi 3 kali kejadian Tsunami yang menelan
banyak korban jiwa. Bagi mereka yang selamat, peristiwa bencana alam
itu bukan merupakan bencana yang sifatnya fisik dan harta benda saja,
tetapi lebih pada trauma mental yang tidak mudah dilupakan.
Pada umumnya masyarakat dan pemerintah dalam menyikapi
korban berbagai macam peristiwa, lebih menitik-beratkan pada aspek yang
sifatnya fisik; misalnya bantuan pengobatan, sandang, pangan dan papan.
Aspek kejiwaan/mental/psikologik yang mengarah pada gangguan stress
pasca trauma kurang diperhatikan. Stress pasca trauma itu sendiri bila
tidak ditangani dengan sungguh-sungguh dan profesional dapat berlanjut
pada gangguan jiwa seperti kecemasan, depresi, psikosis (gangguan jiwa
berat) bahkan sampai pada tindakan bunuh diri.
4. Mitigasi Tsunami
Walaupun bencana tsunami adalah efek dari adanya kejadian
gempabumi yang sulit untuk diprediksi, letusan gunung api di laut maupun
longsoran dasar laut, upaya manusia untuk mengantisipasi bencana
tsunami terus dilakukan. Dibandingkan gempabumi, datangnya gelombang
tsunami lebih mudah diketahui dibandingkan datangnya gelombang
gempabumi. Biasanya gelombang gempa lebih dahulu sampai di daratan
dibandingkan datangnya gelombang tsunami, hal ini disebabkan kecepatan
penjalaran gelombang gempabumi lebih cepat dibandingkan gelombang
tsunami.
Kecepatan gelombang gempa berkisar antara 4-11 km/detik,
sedangkan kecepatan penjalaran gelombang tsunami bervariasi antara 10
km/jam (0,0001 km/detik) sampai 800 km/jam (0,01 km/detik),
bergantung pada kedalaman laut. Di tengah lautan dengan kedalam laut
yang cukup dalam (laut dalam) kecepatannya sangat tinggi, bisa mencapai
500 km/ jam dengan amplitudo yang kecil (kurang dari 1 meter) dan
17
panjang gelombang yang besar (dapat mencapai 100 km). Walaupun
demikian, makin ke pantai gelombang tsunami ini mengalami penurunan
kecepatan, hingga mencapai kisaran 40 km/jam saat tiba di pantai. Untuk
itu gelombang tsunami jauh tertinggal dibanding gelombang gempa saat
tiba di daratan, makin jauh jarak penjalaran tsunami makin jauh
gelombang tsunami tertinggal. Adanya perbedaan waktu tiba gelombang
tersebut dapat dimanfaatkan untuk bersiap-siap menghadapi bencana
gelombang tsunami.
Selain melihat karakter alam seperti air di pantai surut sampai
puluhan meter dengan tiba-tiba maupun memakai sistim peringatan dini
yang didukung peralatan elektronik yang dipasang di berbagai tempat baik
di tengah laut maupun di pantai memungkinkan upaya penyelamatan dapat
dilakukan sedini mungkin.
a. Waspada tanda-tanda tsunami
Sebelum datangnya bencana tsunami, sebenarnya ada berbagai
tanda- tanda alam yang dapat dijadikan peringatan bagi masyarakat
untuk mewaspadai datangnya bencana tsunami. Dari berbagai
pengalaman sebelum datangnya bencana tsunami, tanda-tanda alam
akan datangnya bencana tsunami adalah sebagai berikut:
1) Gempa bumi yang dirasakan di daerah pantai
Dengan karakter bahwa gelombang gempa lebih dahulu
sampai di pantai daripada gelombang tsunami, untuk itu bila terjadi
gempabumi yang cukup besar yang dirasakan oleh masyarakat di
pantai, sebaiknya hal tersebut dijadikan peringatan untuk segera
mengevakuasi ke tempat-tempat yang aman dari bencana tsunami.
Hal tersebut lebih baik agar bila terjadi tsunami, banyak jiwa dan
harta yang penting yang dapat diselamatkan. Jika gempa tersebut
bersifat gempa dangkal, maka gempa tersebut berpotensi
membangkitkan gelombang tsunami.
Ditinjau dari lokasi gempa terhadap pantai, gempabumi
yang bersifat nearfield (sumber gempa dekat dengan pantai), maka
18
gelombang rambatan gempa dapat dirasakan oleh masyarakat
secara langsung, dan tak lama kemudian apabila membangkitkan
tsunami, gelombang tsunami tersebut akan datang
menghantampantai. Sebaliknya bila tsunami tersebut bersifat far-
field, gempanyapun tak dapat dirasakan oleh masyarakat di pantai.
Waktu penjalaran tsunami berlangsung lama untuk tiba di pantai.
Sebagai contoh Tsunami Chili 1960, yang menghantam kota pantai
Tohoku Pulau Honso di Jepang setelah 12 jam kemudian (Latief,
2002).
2) Air laut surut secara tiba-tiba
Banyak kejadian tsunami didahului dengan air yang surut di
pantai sampai puluhan, bahkan ratusan meter. Hal ini terjadi karena
memang di sumber gempa terjadi dislokasi yang mengakibatkan
adanya volume air laut yang tersedot atau berpindah sementara di
lokasi dimana bidang permukaan dasar laut terjadi pergerakan.
Bahkan fenomena tersebut banyak menarik masyarakat untuk turun
ke pantai karena banyak ikan-ikan yang menggelepar di pantai
karena air surut tersebut. Tetapi di balik itu, dengan selang waktu
yang tidak begitu lama akan datang gelombang besar yang
menghanyutkan mereka dan merusakkan semua ada yang ada di
pantai tersebut. Tentu saja hal ini menjadi pengalaman yang harus
di sosialisasikan ke masyarakat baik pada generasi tersebut,
maupun turun- temurun untuk mewaspadai fenomena itu.
3) Pengamatan visual dan suara gemuruh
Beberapa pantai yang mempunyai bagian morfologi yang
tinggi, dapat melihat jauh ke tengah laut. Untuk itu gelombang
datangnya tsunami dapat terlihat sejak masih di tengah lautan. Tipe
gelombangnya berbeda dengan gelombang biasanya, beberapa
saksi mata mengatakan gelombang tsunami tersebut menyerupai
tembok yang tinggi dan suara bergemuruh. Setelah semakin dekat,
biasanya suara gemuruh akan terdengar terlebih dahulu sebelum
19
gelombang datang. Tanda-tanda itu dapat menjadi peringatan alam
untuk segera mengevakuasi keluarganya menjauh dari pantai atau
mencari tempat yang tinggi dan aman.
20
5) Teknologi infra red ditempatkan di mulut teluk dan di hulu
teluk
6) Kamera dengan pemantauan secara visual di tempat tempat
ketinggian tertentu (Menara, bukit di pantai dll)
7) DART (Deep-ocean Assessment and Reporting of Tsunamis)
c. Kesiapsiagaan tsunami
Kesiapsiagaan adalah upaya manusia untuk tetap waspada terhadap
bencana tsunami dengan berbagai cara, antara lain :
1) Pembuatan peta rawan tsunami, dan disosialisasikan ke pemda-
pemda serta masyarakat setempat.
2) Proteksi alamiah terhadap gelombang tsunami, seperti
penanaman pohon bakau, kelapa dengan rapat dan lebar
tertentu yang dapat mengurangi laju dan tinggi gelombang
tsunami. Pembuatan green belt pada area 200 meter dari garis
pantai dapat berfungsi sebagai penahan gelombang, sekaligus
melestarikan pantai sebagai ekosistim laut.
3) Pengaturan tata ruang dan tata guna lahan di pantai sehingga
aman dari tsunami dengan meletakkan pemukiman berada di
belakang jalur hijau sehingga terlindung dari ancaman
gelombang tsunami.
4) Membangun sarana evakuasi pada daerah-daerah yang sudah
terlanjur dihuni dan tidak bisa dirubah dengan seketika
sehingga perlu penataan kembali untuk sarana evakuasi.
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gempa bumi adalah getaran asli dari dalam bumi, bersumber di dalam
bumi yang kemudian merambat ke permukaan bumi akibat rekahan bumi
pecah dan bergeser dengan keras. Penyebab gempa bumi dapat berupa
dinamika bumi (tektonik), aktivitas gunungapi, akibat meteor jatuh, longsoran
(di bawah muka air laut), ledakan bom nuklir di bawah permukaan.
Tsunami adalah gelombang laut yang terjadi karena adanya gangguan
impulsif pada laut. Gangguan impulsif tersebut terjadi akibat adanya
perubahan bentuk dasar laut secara tiba-tiba dalam arah vertikal atau dalam
arah horizontal.
B. SARAN
Dengan seringnya bencana gempa bumi yang terjadi di Indonesia, maka
semoga hal itu dapat menjadi pembelajaran bagi pemerintah, pihak terkait
maupun masyarakat agar dapat menanggulangi lebih baik lagi bencana gempa
bumi dan tsunami yang ada di Indonesia agar tidak banyak menelan korban
jiwa serta kerugian harta benda. Hal ini bisa dilakukan dalam perencanaan
penanggulangan bencana serta memberi masyarakat pengetahuan menegnai
bencana alam gempa bumi dan tsunami agar masyarakat dapat lebih waspada.
22
DAFTAR PUSTAKA
Sinaga, Aprina, dkk. 2015. “Penanggulangan Bencana Gempa Bumi Dan Gunung
Meletus”. Pekanbaru.
Mustofa Nur, Arief. 2010. Gempa Bumi, Tsunami Dan Mitigasinya. Jurnal
Geografi [Online]. Vol 7 (1), 66-73. Tersedia :
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JG/article/view/92 [27 Agustus
2019]
Marwanta, Bambang. 2005. Tsunami di Indonesia dan Upaya Mitigasinya. Alami
[Online]. Vol. 10 (2), 29-36. Tersedia :
https://www.neliti.com/id/journals/alami-jurnal-teknologi-reduksi-risiko-
bencana[ 27 Agustus 2019]
Ardiansyah, Tomi. (2018). Tsunami: Pengertian, Jenis, Dampak, dan Mitigasi.
(Online). Tersedia: https://foresteract.com/tsunami-pengertian-jenis-
dampak-dan-mitigasi/ [27 Agustus 2019]
Ilyas, Tommy. 2006. Mitigasi Gempa dan Tsunami di Daerah Perkotaan.
Seminar Bidang Kerekayasaan Fatek-Unstrat. [Online]. Tersedia:
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/tommy.ilyas/publication/mitigasigemp
a.pdf [27 Agustus 2019]
Pedoman Umum Mitigasi Bencana. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri