Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PEMINATAN TERAPI

PROSTRATRON

Disusun Oleh :

Syifa Luri Sulanjani

P23138116039

JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, atas rahmat dan
karunia-Nyalah tugas makalah Peminatan Terapi yang berjudul “Prostratron”
terselesaikan tepat waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan alam Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, tabi’in, tabi’at, serta
mudah-mudahan sampailah kepada kita selaku umatnya yang beriman.

Makalah ini diajukan sebagai bagian dari tugas mata kuliah Peminatan
Terapi. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak dapat
terselesaikan tanpa bantuan orang lain.

Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya,
serta penulis khususnya.

Jakarta, 2 Juli 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
A. Pengenalan Prostratron .................................................................................... 4
B. Pengertian Transutheral Microwave Thermotherapy (TUMT) ....................... 4
C. Prinsip Kerja Transutheral Microwave Therapy (TUMT) .............................. 5
D. Targis dan Prostratron ...................................................................................... 6
E. Prosedur TUMT dengan alat Prostratron ......................................................... 9
F. Pemeliharaan Alat & Kalibrasi ...................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

3
A. Pengenalan Prostratron

Prostratron merupakan salah satu merk alat yang digunakan untuk


mengobati Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat
jinak. BPH adalah kondisi ketika kelenjar prostat mengalami
pembengkakan, namun tidak bersifat kanker. Sejatinya Prostratron adalah
alat bantu untuk terapi TUMT (Transurethral Microwave Thermotherapy).
Transurethral microwave thermotherapy (TUMT) dengan
Prostatron telah disetujui sebagai pengobatan alternatif untuk pembedahan
untuk gejala benign prostatic hyperplasia (BPH). BPH adalah penyebab
obstruksi saluran kemih yang parah. Perangkat ini menggunakan energi
gelombang mikro untuk memanaskan prostat, dan menghancurkan sebagian
jaringan obstruktif.

B. Pengertian Transutheral Microwave Thermotherapy (TUMT)

Transurethral microwave thermotherapy (TUMT) adalah salah satu


dari berbagai prosedur yang digunakan untuk pengobatan gejala saluran
kemih bagian bawah (LUTS) akibat hipertrofi prostat jinak (BPH) pada pria.
TUMT melibatkan penyisipan kateter kemih yang dirancang khusus ke
dalam kandung kemih, memungkinkan antena microwave diposisikan di
dalam prostat; di sana, ia memanaskan dan menghancurkan jaringan prostat.

TUMT membantu mengurangi gejala kemih yang disebabkan oleh


BPH, termasuk :
 Kebutuhan mendesak untuk buang air kecil
 Kesulitan memulai buang air kecil
 Kencing yang lambat (berkepanjangan)
 Peningkatan frekuensi buang air kecil di malam hari
 Berhenti dan mulai lagi saat buang air kecil
 Perasaan tidak bisa sepenuhnya mengosongkan kandung kemih
 Infeksi saluran kemih

4
Transutheral Microwave Therapy (TUMT) biasanya digunakan untuk
menangani kasus BPH dengan tingkat keparahan sedang hingga tinggi.
Setelah menjalani treatment TUMT, prostat dan uretra akan membutuhkan
beberapa hari pemulihan sebelum proses kencing kembali normal. Selama
waktu ini, pasien dapat dikateterisasi agar saluran kemih dan prostat sembuh
secara optimal. Diperlukan beberapa waktu bagi tubuh untuk menyerap
kembali jaringan prostat yang dirawat dan biasanya akan memakan waktu
sekitar enam hingga dua belas minggu sebelum gejala BPH membaik.
Tujuan akhir TUMT adalah meringankan gejala BPH jangka panjang
dengan efek samping minimal.
Hasil jangka panjang dari TUMT sangat menguntungkan dan banyak
pasien mengalami penyembuhan jangka panjang dari gejala BPH. Beberapa
risiko dan efek samping dapat termasuk darah atau gumpalan dalam urin,
urinasi yang menyakitkan atau sulit, iritasi dubur, inkontinensia urin
sementara, ketidakmampuan singkat untuk mempertahankan ereksi dan
kurangnya cairan mani selama orgasme. Dalam uji klinis, sebagian besar
efek samping ini bersifat sementara.

C. Prinsip Kerja Transutheral Microwave Therapy (TUMT)

Transurethral microwave thermotherapy (TUMT) bekerja dengan


prinsip sebagai berikut. Dokter akan memasukkan alat yang dapat
memancarkan gelombang mikro ke area prostat melalui uretra. Energi
gelombang mikro dari alat tersebut akan menghancurkan bagian dalam dari
kelenjar prostat yang membesar, sehingga mengecilkan ukuran prostat serta
memperlancar aliran urine.

Prosedur ini umumnya hanya dilakukan untuk BPH yang ukurannya


tidak terlalu besar dan sifatnya hanya sementara, sehingga seringkali
dibutuhkan TUMT ulangan. Untuk melakukan prosedur TUMT, dapat
digunakan dua alat yaitu Prostratron atau Targis. Keduanya memiliki fungsi

5
yang sama namun hanya berbeda ukuran dan beberapa spesifikasi yang
dikembangkan.

D. Targis dan Prostratron

Targis merupakan mesin portable berukuran kecil yang


menyalurkan daya dari 0 – 60 W pada frekuensi 902 – 928 MHz. 21F kateter
yang digunakan mengandung 2,8 cm atau 3,5 cm antena bipolar yang
menyediakan impedansi yang cocok dengan jaringan prostat sehingga
energi panas yang dikirimkan maksimal.

Rectal thermosensing unit terbuat dari balon dengan 5 sensor suhu


yang memonitor temperatur rektum dan menyediakan mekanisme shut-
down otomatis jika temperatur rektum mencapai 42.5°C (108.5°F).

Temperatur yang digunakan untuk memanaskan prostat berkisar


antara 60-80°C (140-176°F) selama terapi berlangsung, sedangkan sirkulasi
pendingin yang berada di uretra juga bekerja untuk mempertahankan suhu
rektum di kisaran 39-41°C (102.2-105.8°F) atau 42°C [107.6°F])

Sebaliknya, Prostratron adalah mesin yang lebih besar yang


menggunakan antena monopolar. Program software awalnya yaitu
Prostasoft 2.0 merupakan protokol energi rendah dengan energi maksimum
60 W dan waktu terapi selama 60 menit. Prostasoft 2.5 memungkinkan
peningkatan energi bertahap tanpa menginterupsi jalannya prosedur untuk
mencapai temperatur 75°C dan menggunakan sistem pendingin dengan air
bersuhu 20°C . Lamanya prosedur tersebut juga memakan waktu sekitar 60
menit namun dengan hasil yang lebih baik dibanding software awalnya.

6
Dengan kemunculan software yang lebih unggul, Prostasoft 3.5,
waktu prosedur dapat dipersingkat hingga hanya 30 menit. Dibandingkan
dengan Prostasoft 2.5, pasien melaporkan rasa sakit yang sedikit lebih tinggi
di awal prosedur disebabkan oleh penggunaan energi yang lebih tinggi, tapi
secara keseluruhan kenyamanan yang dihasilkan sama seperti sebelumnya.
Namun protokol ini juga menyebabkan kemungkinan retensi urin yang lebih
tinggi paska prosedur.

Bagian – bagian alat Prostratron :

Tampak alat Prostratron

7
Kateter TUMT
Keterangan :
A. Ujung kateter dan balon
B. Sensor suhu dan antena gelombang mikro
C. Port sirkulasi pendingin
D. Port sensor suhu
E. Port drainase
F. Port gelombang mikro
G. Port gelombang mikro

TUMT Rectal Thermosensing Unit


Keterangan :
A. Balon rectal
B. Connection port
C. Syringe untuk memompa balon

8
E. Prosedur TUMT dengan alat Prostratron

1. Pasien diinstruksikan untuk berbaring


2. Pertama, pasien diposisikan menyamping untuk mempermudah
masuknya probe kecil ke rektum
3. Probe tersebut dilengkapi dengan sensor suhu yang akan mengukur suhu
rektum secara kontinu selama jalannya prosedur
4. Kemudian uretra dibius secara lokal. Kandung kemih juga akan
dikosongkan dengan memasukkan kateter uretra
5. Alat TUMT mengirim gelombang mikro yang sudah diatur lewat
komputer melalui kateter untuk memanaskan bagian tertentu dari prostat

Setelah menjalani prosedur, pasien mungkin mengalami keinginan


untuk buang air kecil. Hal ini tidak disebabkan oleh kandung kemih yang
penuh, melainkan karena panas yang disalurkan ke prostat. Jika keinginan
buang air kecil tersebut terlalu mengganggu, dapat diberikan obat untuk
mengatasinya.

Prosedur itu sendiri membutuhkan waktu sekitar satu jam. Jika digabung
waktu untuk persiapan, treatment dan waktu pemulihan, keseluruhan
prosedur dapat memakan waktu sekitar 2 jam.

Setelah prosedur selesai dan kateter yang digunakan sebelumnya sudah


dilepas, prostat bisa saja membengkak dan menyebabkan kesulitan buang
air kecil untuk sementara (pada sekitar 30% kasus, hal ini dapat
menyebabkan retensi urin). Jika pasien tidak dapat buang air kecil, mungkin
perlu dimasukkan kateter. Pada kebanyakan kasus, kateter tersebut dapat
dilepas dalam satu minggu.

9
F. Pemeliharaan Alat & Kalibrasi

Pemeliharaan Alat
1. Cek dan bersihakan seluruh bagian alat
2. Cek sistem catu daya
3. Cek fungsi selektor dan tombol
4. Cek sistem pengaman
5. Cek dan periksa lampu – lampu indikator
6. Cek dan periksa sensor dan antena
7. Lakukan pengukuran tahanan kabel
8. Lakukan pengukuran arus bocor
9. Lakukan uji kinerja alat
10. Lakukan kalibrasi alat

Kalibrasi
1. Siapkan peralatan kalibrasi yang akan digunakan
2. Lakukan pendataan administrasi meliputi no order, merk, model/tipe,
no.seri, tanggal pengujian / kalibrasi, tempat atau lokasi kalibrasi, no.
sertifikat dan ruangan alat
3. Lakukan pengukuran kondisi lingkungan
4. Pengujian dan pengamatan
Pengujian keselamatan listrik meliputi :
- Kebocoran arus pada selungkup
- Kebocoran arus pada antena
- Kebocoran kabel pembumian
- Nilai resistansi kabel pembumian
- Nilai tahanan kabel isolasi catu daya
- Nilai tahanan isolasi selungkup
5. Pengamatan fisik dan fungsi alat
Periksa kondisi fisik dan fungsi dari UUT meliputi :
- Badan dan permukaan
- Kotak kontak alat

10
- Kabel catu utama (Line cord)
- Kabel antena
- Tombol, saklar dan kontrol

11
DAFTAR PUSTAKA

http://www.readabstracts.com/Health/The-prostratron-microwaves-for-benign-
prostatic-hyperplasia.html

http://www.urologix.com/patients/transurethral-microwave-thermotherapy-
tumt.php

https://emedicine.medscape.com/article/1950546-overview

12

Anda mungkin juga menyukai