Anda di halaman 1dari 3

BELLS PALSY

No.Dokumen : 440/C.VII.SOP.PU.0012.12/436.6.3.14/2016
No. Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 01 Desember 2016
Halaman : 1/2

UPTD. Puskesmas
Kedungdoro Tanda Tangan : dr.Rr.Endang Dwihastutiningsih
NIP.196709152002122001

1. Pengertian Bells’palsy adalah paralisis fasialis idiopatik, merupakan penyebab


tersering dari paralisis fasialis unilateral. Bells’ palsy merupakan kejadian
akut, unilateral, paralisis saraf fasial type LMN (perifer) yang secara
gradual mengalami perbaikan pada 80-90% kasus.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah bagi petugas untuk melakukan
penatalaksanaan pada penderita bells palsy.
3. Kebijakan Berdasarkan Penetapan Kepala UPTD Puskesmas Kedungdoro Nomor
440/C.VII.SP.0008.11/436.6.3.14/2016 Tentang layanan klinis yang
menjamin kesinambungan layanan
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang
panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama.
5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai rekam medis
2. Petugas melakukan anamnesa
Paralisis otot fasialis atas dan bawah unilateral, dengan onset akut
(periode 48 jam), Nyeri auricular posterior, Penurunan produksi air mata,
penglihatan kabur, Hiperakusis ipsilateral, Gangguan pengecapan pada
lidah ipsilateral dan Otalgia ipsilateral. Onset Bells’palsy mendadak, dan
gejala mencapai puncaknya kurang dari 48 jam
3. Petugas melakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang teliti pada kepala, telinga, mata, hidung dan mulut harus
dilakukan pada semua pasien dengan paralisis fasial.
a. Kelemahan atau paralisis yang melibatkan saraf fasial (N VII)
melibatkan kelemahan wajah satu sisi (atas dan bawah).
b. Saat pasien diminta untuk tersenyum, akan terjadi distorsi dan
lateralisasi pada sisi berlawanan dengan kelumpuhan.
c. Pada saat pasien diminta untuk mengangkat alis, sisi dahi terlihat
datar.
d. Pasien juga dapat melaporkan peningkatan salivasi pada sisi yang
lumpuh.
4. Petugas memberikan terapi
Terapi inisial yang dapat diberikan :
a. Kortikosteroid (prednison) 1mg/ kgBB atau 60 mg/ hari selama 6 hari
diikuti penurunan bertahap total selama 10 hari
b. Asiklovir 5x400 mg sehari selama 7-10 hari. Jika virus Varicella Zooster
dicurigai dosis 5x800 mg sehari
Perawatan mata: lubrikasi okular topical dengan air mata artifisial dapat
mencegah corneal exposure. Fisioterapi atau akupunktur dapat dilakukan
setelah melewati fase akut ±2 minggu.
5. Petugas merujuk pasien bila ada penyulit
Rujuk ke fasilitas sekunder jika dicurigai kelainan lain, tidak menunjukkan
perbaikan dan terjadi kekambuhan atau komplikasi.
6. Petugas mencatat di rekam medis
6. Diagram Alir
Petugas memanggil pasien sesuai rekam medis.

Petugas
Petugas melakukan
melakukan anamnesis
anamnesis

Petugas
Petugas melakukan
melakukan pemeriksaan
pemeriksaan fisik
fisik

Petugas
Petugas memberikan
memberikan terapi
terapi

Petugas
Petugas merujuk
merujuk ke
ke Rumah
Rumah sakit
sakit bila
bila ada
ada penyulit
penyulit

Petugas mencatat di rekam medis


pasien

7. Unit Terkait - Unit Obat


8. Rekaman historis perubahan.
No. Yang dirubah Isi Perubahan Tgl. Mulai
diberlakukan.

2
3

Anda mungkin juga menyukai