Disusun oleh:
Yasrina 260112190001
Clara Gracia 260112190023
Amelia Putri Pertiwi 260112190059
Galuh Ayu Wandita 260112190075
M. Naufal Mu’Tashim 260112190105
KELOMPOK 6 – KELAS A
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi
asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan
pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik yang mungkin
berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung
virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi
asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak enteropatogen
terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga
kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak
geografis. Di daerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi
pada musim panas, sedangkan diare karena virus terutama rotavirus
puncaknya terjadi pada musim dingin. Didaerah tropik (termasuk
indonesia), diare yang disebabkan oleh retrovirus dapat terjadi
sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau,
sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim
hujan.
B. Deskripsi Tumbuhan
Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang
gembur maupun liat, pada tempat terbuka dan mengandung air cukup
banyak. Pohon ini banyak ditanam sebagi pohon buah-buahan. Namun,
sering tumbuh liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-1200 m di
atas permukaan laut. Jambu bji berbunga sepanjang tahun. Sekarang
tanaman ini sudah menyebar luas ke seluruh dunia, terutama di daerah
tropis. Diperkirakan terdapat sekitar 150 spesies Psidium yang menyebar
ke daerah tropis dan berhawa sejuk.
Tumbuhan jambu biji termasuk jenis perdu atau pohon kecil,
tinggi 2- 10 m, percabangan banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit
batang licin, mengelupas, berwarna cokelat kehijauan. Daun tunggal,
bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda berambut halus,
permukaan atas daun tua licin. Helaian daun berbentuk bulat telur agak
jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak melekuk ke atas,
pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, berwarna hijau.
Buah tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-3 bunga,
berwarna putih. Buahnya berbentuk bulat sampai bulat telur, berwarna
hijau sampai hijau kekuningan. Daging buah tebal, buah yang masak
bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan atau merah jambu. Biji
banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil, keras, berwarna kuning
kecokelatan (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
C. Nama Daerah
Sumatera: glima breueh (Aceh), galiman (Batak Karo), masiambu
(Nias), biawas, jambu krutuk, jambu krikil, jambu biji, jambu klutuk
(Melayu). Jawa: jambu klutuk (Sunda), hambu bhender (Madura).
Sotong (Bali), guawa (Flores), goihawas (Sika). Sulawesi: gayawas
(Manado), dambu (Gorontalo), jambu paratugala (Makasar). Maluku:
luhu hatu (Ambon), gayawa (Ternate, Halmahera).
D. Kandungan Kimia
Senyawa aktif yang berkhasiat sebagai antidiare pada ekstrak daun
Psidium guajava L. adalah kuersetin, tanin, minyak atsiri dan alkaloid.
Adanya senyawa kuersetin dari esktrak daun Psidium guajava L.
mampu menjadi agen antidiare yang menjadi antispasmogenik pada usus
dan menghambat pelepasan asetilkolin gastrointestinal tetapi juga dapat
memberikan efek sebagai inhibitor pertumbuhan dan perkembangan
bakteri yang dapat menyebabkan diare seperti Escherichia coli,
Salmonella, Shigella, Staphylococus aureus, dan Vibrio cholera (Ajiza,
A., 2010 ; Birdi, T., et al., 2010).
Kandungan daun Psidium guajava L. yang paling efektif sebagai
anti diare adalah kuersetin yang merupakan turunan dari flavonoid.
Kuersetin dapat menghambat berbagai neurotransmiter yang bersifat
spasmogenik. Asetilkolin merupakan salah satu neurotransmiter
spasmogenik usus yang dapat meningkat akibat adanya iritasi dari
bakteri di usus. Penghambatan pada asetilkolin tersebut akan
menyebabkan penurunan kontraksi usus sehingga dapat mengehentikan
diare (Lutterodt, GD., 1989)
E. Indikasi
Mengurangi frekuensi buang air besar
F. Kontraindikasi dan Peringatan
Tidak boleh diberikan pada anak dibawah 5 tahun dan penderita harus
minum oralit. Bila dalam penggunaan 3 hari tidak sembuh, hubungi
dokter anda
H. Efek Samping
Pemakaian secara luas tidak dilaporkan mempunyai efek samping
berbahaya. Hipotensi, hipoglikemia, gangguan keseimbangan elektrolit.
Diapet®
Keterangan :
Tiap kapsul mengandung Ekstrak Phyllanthi niruri Herba 20 mg
Penggunaan :
- Dewasa dan Anak anak :
sehari 2 kali @ 2 kapsul
- Untuk mengurangi diare akut :
2 kali @2 kapsul dengan selang waktu 1 jam.
Kemasan :
Strip @4 kapsul
Golongan :
Jamu
No. Registrasi :
TR. 122 365 721
Produksi :
PT. SOHO Industri Pharmas
J. Uji Praklinik
Ekstrak daun jambu biji diuji untuk keefektifannya dalam
mengobati diare menular menggunakan model tikus C. rodentium. Tikus
pada kelompok uji (diobati dengan ekstrak daun P. guajava)
menunjukkan pembersihan infeksi lebih cepat dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Jumlah bakteri dalam sampel tinja tikus dalam
kelompok uji lebih tinggi pada hari ke- 4 dibandingkan dengan pada
kelompok kontrol, menunjukkan keluarnya bakteri. Pada kelompok uji,
6/7 (85,71%) tikus menunjukkan pembersihan infeksi pada Hari 19.
Kelompok kontrol terus menunjukkan infeksi sampai hari ke-29. Dengan
demikian ekstrak daun jambu biji memiliki potensi untuk digunakan
dalam pengobatan diare akibat infeksi (Birdi, T. & Gupta., P., 2015).
BAB II
KONSTIPASI
A. Klasifikasi
Divisi : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Rosanae
Familia : Phyllanthaceae
Genus : Phyllanthus L.
Species : Phylanthus niruri (Val.)
Bagian yang Digunakan : Herba
B. Deskripsi Tumbuhan
Jati cina atau Senna (Cassia angustifolia Vahl) merupakan
tanaman yang tumbuh subur di daerah tropis. Daun jati cina digunakan
dalam pengobatan sejak dulu sebagai pencahar dan mengandung turunan
antrakuinon dan glikosida. Dalam dunia kedokteran daun jati cina
memiliki efek katarsis sehingga sangat berguna untuk pengobatan
konstipasi (Tripathy, 1999).
Senna terdiri atas daun kering dan buah disebut sebagai
Tinnevelly atau Indian senna (Fam. Leguminosae). Mereka tumbuh
dengan tinggi 20-60 cm dan ditandai oleh senyawa paripinnate daun
diatur dalam 4-7 kelompok daun kecil berlawanan satu sama lain. Daun
berwarna hijaun keabu-abuan dengan bentuk memanjang, runcing. Buah
berwarna kehitaman, memanjang, datar dan berbentuk ginjal. Efek
laksatif dari daun lebih besar dari buah. Antraquinon yang terkandung
dalam senna adalah glikosida diantharone (daun 1,5-3% dan buah 2-5%)
terutama sennosida A dan B (rhein dianthrones) (Supriyatna, et al.,
2015).
C. Kandungan Kimia
Daun dan biji mengandung glikosida antrasena yaitu senosida (A,
B, C, D, E dan F), glikosida rhein, sejumlah kecil aloeemodin, musilago
(10%), glikosida naftalena, isoramnetin, asam krisofanat, senapikrin, dan
katartomanit (Utami, 2008). Flavonoid yang sudah diketahui dari
tanaman ini adalah kaemferol, kaempterin dan isorhamnetin. Jati cina
juga mengandung beta sitosterol (0,33%) (Singh et al, 1997).
Daun jati cina juga mengandung diglikosida diantron dan
monoantrakuinon. Senosida A di dalam tubuh akan mengalami suatu
reaksi hidrolisis enzimatik dan reduksi oleh bakteri flora usus
(Entamoeba coli) menjadi rein antron. Rein antron merupakan suatu
senyawa yang menginduksi sekresi air dan mencegah reabsorbsi air
dalam saluran pencernaan, sehingga dapat digunakan dalam upaya
penyembuhan konstipasi akut (Mun’in & Hanani, 2011). Rein–9–antron
yang terkandung dalam daun senna adalah metabolit yang diproduksi
oleh bakteri di usus besar, sehingga membuat daun jati cina memiliki
khasiat sebagai laksatif stimulan (Werner & Merz, 2007).
D. Indikasi
Laksatif
E. Efek Farmakologi
Antraquinon biasanya berada di alam sebagai glikosida yang
mempunyai sifat seperti prodrug, membebaskan aglikon yang mana
bertindak sebagai laksatif. Senyawa ini bertindak pada saraf enterik atau
sel mukosa untuk menstimulasi pembebasan atau sintesis autokoid dan
atau neurotransmitter (prostaglandin, nitrit oksida, dll), yang mana
diketahui meningkatkan pergerakan usus dan menstimulasi akumulasi
caran dalam usus. Aksi laksatif dari antraquinon terjadi selama 6-12 hari
jam setelah pencernaan secara oral. Obat herbal yang mengandung
antraquinon sekarang ini direkomendasikan untuk pengobatan jangka
pendek (1-2 minggu) dalam kasus konstipasi atonis, dalam beberapa
kasus konstipasi akut dan sebelum endoskopi saluran gastrointestinal
obat ini tidak diizinkan untuk konstipasi spastik. Antraquinon dengan
serat juga efektif dan bertoleransi tinggi untuk onstipasi kronis pada
pasien yang sudah tua (Supriyatna, et al., 2015).
Sennosida A dan B dapat dianggap sebagai prodrugs, mereka
mencapai usus besar tanpa perubahan dan hidrolisis oleh flora bakteri
untuk membentuk metabolit aktif utama, rhein dan rhein anthrone. Rhein
anthrone untuk kadar yang lebih rendah bekerja baik sekresi dan
motilitas menyebabkan laktasi dan aksi ini sebagian besar tidak
berhubungan satu sama lain. Sennosida atau senyawa aktif rhein dan
rhein anthron telah terbukti untuk meragsang sintesis atau melepaskan
sejumlah secretagogues ususmeliputi prostaglandin, 5-
hydroxytryptamine dan nitrit oksida (Supriyatna, et al., 2015).
F. Kontraindikasi
Seperti halnya obat pencahar stimulan lainnya, obat ini
dikontraindikasikan pada orang yang memiliki obstruksi usus, stenosis,
atonia radang usus buntu, nyeri perut yang tidak diketahui penyebabnya,
keadaan dehidrasi parah atau sembelit kronis. Folium Sennae tidak boleh
digunakan pada anak di bawah usia 10 tahun (Komission E, 1993).
H. Efek Samping
Penggunaan dosis besar dari senna dapat menimbulkan keluhan
perut (kembung, kram, nyeri, dll) perubahan warna urin dan wasir.
Penggunaan jangka panjang menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit
dehirasi dan perubahan fungsi otot. Studi klinis telah menunjukkan
bahwa pengobatan pada ibu menyusui tidak menimbulkan efek laksatif
pada janin (Supriyatna, et al., 2015).
Senna®
Keterangan :
Tiap kapsul mengandung Sennae Folium Extract 550 mg
Penggunaan :
Minum secara teratur 2 kapsul sebelum tidur malam. Dosis dapat
ditingkatkan atau dikurangi sesuai kebutuhan
Kemasan :
Dus, Botol @ 30, 60 & 100 kapsul
Golongan :
Jamu
No. Registrasi :
TR 062 363 921
Produksi :
PT. Industri Jamu Borobudur Semarang
J. Uji Klinik
Uji toksisitas terhadap ekstrak daun jati cina pada tikus dan kelinci
tidak menunjukkan adanya efek toksik seperti kematian embrio,
teratogenik maupun fetotoksik (Mengs, et al., 1986). Penelitian lagi
terhadap ekstrak daun jati cina dilakukan oleh Hietala (1987) dengan
menggunakan menunjukkan bahwa sennosida sebagai kandungan utama
dari jati cina memiliki LD50 5000 mg/kg pada tikus dan mencit.
Senna merupakan laksatif bahan alam yang direkomendasikan
oleh komisi E Jerman (Supriyatna, et al., 2015). Dosis yang
direkomendasikan sebagai pencahar untuk orang dewasa, orang tua dan
remaja di atas 12 tahun (15-30 mg sekali sehari di malam hari) didukung
oleh pendapat para ahli dan oleh penyelidikan klinis (Kommision E,
1993). Rekomendasi ini juga diberikan dengan mempertimbangkan data
toksikologis, yang dievaluasi dan dipimpin untuk farmakovigilens
Jerman. Studi klinis juga menunjukkan bahwa pengobatan dengan senna
tidak mengakibatkan peningkatan resiko apapun selama kehamilan atau
pada janin. Sebaliknya senna menjadi pencahar pilihan dalam kehamilan
dan selama menyusui.
BAB III
HEPATITIS
B. Deskripsi Tumbuhan
Semak, tanaman semusim. Terna tumbuh tegak, tinggi 0,5-1 m,
bercabang berpencar, cabang mempunyai daun tunggal yang berseling
dan tumbuh mendatar dari batang pokok. Batang berwarna hijau pucat
atau hijau kemerahan. Batang masif, bulat licin, tidak berambut,
diameter 3 mm. Daun majemuk, berseling, anak daun 15-24, berwarna
hijau. Bentuk daun bundar telur sampai bundar memanjang, panjang
daun 5 mm-10 mm, lebar 2,5-5 mm, permukaan daun bagian bawah
berbintik-bintik kelenjar, tepi rata, ujung tumpul, pangkal membulat.
Bunga berwarna putih, tunggal. Bunga keluar dari ketiak daun. Bunga
jantan terletak di bawah ketiak daun, berkumpul 2-4 bunga, gagang
bunga 0,5- 1 mm, helai mahkota bunga berbentuk bundar telur terbalik,
panjang 0,75-1 mm, berwarna merah pucat. Bunga betina di bagian atas
ketiak daun, gagang bunga 0,75-1 mm, helai mahkota bunga berbentuk
bundar telur sampai bundar memanjang, tepi berwarna hijau muda,
panjang 1,25-2.5 mm. Buah kotak, bulat, diameter 2 mm, berwarna hijau
keunguan, licin, panjang gagang buah 1,5-2. Biji kecil, keras, berwarna
coklat.
C. Kandungan Kimia
Katekin, galokatekin, epikatekin, epikatekin-3-galat,
epigalokatekin, 4-hidroksilintetralin, 4-hidroksisesamin, epigalokatekin-
3-O-galat, limonen, norserurinin, 4-metoksinorserurinin, 2,3-dimetoksi-
isolintetralin, 24-isopropil kolesterol, asam askorbat, astragalin, β-
sitosterol, korilagin, simen, demetilenedioksi nirantin, asam
dotriakontanat, asam elagat, eriodiktiol-7-O-α-L-ramnosid, estradiol,
fisetin-41-O-βD-glukosid, asam galat, geranin, hinokinin,
hidroksinirantin, hipofilantin, isolintetralin, isokuersitrin, kaemferol-4-
O-α-Lramnosid, linantin, asam linoleat, asam linolenat, lintetralin, lupeol
asetat, lupeol, nirantin, nirfilin, nirtetralin, nirurin, nirurinetin,
norsekurinin, filantenol, filantenon, filanteol, filantin, filnirurin,
filokrisin, filetetrin, kuersetin, asam repandusinat, asam rikinoleat, rutin,
metal ester asam salisilat, seko-4-hidroksi-lintetralin, trans-fitol. Filantin,
hipofilantin, damar, kalium, tanin. Filantina; hipofilantina; kalium;
damar tanin.
D. Indikasi
Antihepatitis, Hepatoprotektor
Hepacomb®
Keterangan :
Tiap kapsul mengandung Ekstrak Phyllanthi niruri Herba 20 mg
Penggunaan :
Untuk pemeliharaan: 3 x 1 kapsul sehari atau sesuai petunjuk dokter.
Untuk penderita penyakit liver atau yang baru sembuh: 2 kapsul, 2-3
x sehari atau sesuai petunjuk dokter.
Kemasan :
Dus, Botol @ 30 ; @ 50 kapsul
Golongan :
Jamu
No. Registrasi :
TR 102314271
Produksi :
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk.
I. Uji Praklinik
Penelitian in vivo yang dilakukan Nworu (2010) pada mencit
menunjukkan bahwa ekstrak encer dari Phyllanthus niruri dapat
mengaktivasi dan meningkatkan aktivitas mitosis limfosit dalam skala
besar (Nworu, et al., 2010). Kandungan ekstrak Phyllanthus niruri
menyebabkan proliferasi limfosit T dan limfosit B secara signifikan.
Aktivasi limfosit oleh ekstrak Phyllanthus niruri juga berkaitan dengan
meningkatnya pelepasan interferon gamma (IFN- γ) dan interleukin-4
(IL-4). IFN- γ dan IL-4 dapat menginduksi sistem imun dan pada
akhirnya mampu mengeliminasi virus-virus yang melekat pada sel-sel
hati (Sarisetyaningtyas, et al., 2006).
J. Uji Klinik
Phylanthus niruri memperlihatkan aktivitas antihepatitis B virus
surface antigen pada studi in vivo dan in vitro. Studi pada 37 pasien
dengan hepatitis B kronik diterapi dengan Phylanthus niruri 600 mg/hari
selama 30 hari, memberikan hasil 59% pasien HBsAg negatif 2 minggu
pasca terapi. Pada evaluasi 9 bulan, Phylanthus niruri dapat menghambat
proliferasi virus dengan menghambat replikasi materi genetik
A. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Classis : Dycotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma xanthorhiza Roxb.
Bagian yang Digunakan : Rimpang
B. Deskripsi Tumbuhan
Curcuma Rhizoma terdiri atas rimpang Curcuma xanthorriza
Roxb, familia Zingiberaceae. Dalam keadaan utuh atau dipotong-potong.
Bau aromatik; rasa tajam dan pahit, kepingan; ringan, keras, rapuh,
wama coklat kuning sampai coklat. Bagian tanaman yang digunakan
rimpang kering dari tanaman Curcuma xanthorrhiza. Tanaman ini
merupakan tema berbatang semu setinggi kurang lebih 2 m. Rimpang
induk besar mirip dengan tuber, bentuk bulat lonjong, dan rimpang
cabang berukuran lebih kecil. (BPOM, 2006)
C. Kandungan Kimia
Minyak atsiri (3-12 %): komponen utama adalah ar-
kurkumen(alta-kurkumcn). xanthorthtzok beta-kurkumen. germakrene,
furanodien, furanodienon. Kurkuminoid (0.8 - 2%) : terdiri atas
kurkumin dan desmetoksikurkumin. Pati (30-40%). (BPOM, 2006).
D. Indikasi
Hepatoprotektor
E. Kontraindikasi
Belum diketahui
G. Efek Samping
Dosis besar atau pemakaian yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan iritasi membran mukosa lambung. Tidak dapat
digunakan dalam cholangitis akut atau icterus. (BPOM, 2006).
Sari Temulawak
Keterangan :
Ekstrak Curcumae xanthorrhiza Rhizoma 100% (25% kurkuminoid)
Produksi :
PT. Sido Muncul
I. Uji Praklinik
Khasiat antihepatotoksik kurkumin secara in-vitro telah diteliti
yang melakukan induksi hepatotoksik pada hewan percobaan
menggunakan karbon tetraklorida dan d-galaktosamin. Pemberian
kurkumin dosis 1 mg/kg dapat mengurangi aktivitas enzim glutamate
oksaloasetat transaminase (GOT) sebesar 53%, serta menurunkan
aktivitas enzim glutamate piruvat transaminase (GPT) sebesar 20%.
Penelitian histopatologi mengenai aktivitas hepatoprotektor
ekstrak temulawak yang mengandung 5% kurkumin menggunakan
hewan percobaan yang diinduksi hepatotoksik dengan parasetamol dosis
tinggi (2500 mg/kg BB). Dosis ekstrak temulawak yang digunakan pada
penelitian ini terdiri atas dosis rendah (50 mg/kg BB) dan dosis tinggi
(250 dan 1000 mg/kg BB). Dengan menggunakan N-asctilsistein sebagai
pembanding, disimpulkan bahwa ekstrak temulawak dosis rendah tidak
memberikan aktivitas hepatoprotektor, tetapi pada dosis tinggi dapat
menurunkan kadar SGOT dan SG PT, serta menunjukkan perbaikan
gambaran histologi yang sama baik dengan N-asetilsistein. (BPOM,
2011).
Pemberian seduhan rimpang temulawak sebesar 400, 800 mg/kg
bobot mencit selama 6 hari serta 200, 400 dan 800 mg/kg bobot mencit
pada mencit selama 14 hari mampu menurunkan aktivitas enzim
Glutamic Pyruvic Transaminase (GPT) akibat dosis hepatotoksik
parasetamol dan mampu mempersempit luas daerah nekrosis
parasetamol secara nyata. Daya antihepatotoksik tergantung pada
besarnya dosis maupun jangka waktu pemberiannya (Raharjo, 2010).
Penggunaan temulawak sebagai minuman pada ternak kelinci betina
menunjukkan bahwa tidak terdapat lemak tubuh pada karkas dan
jaringan lemak di sekitar organ reproduksi (Raharjo, 2010).
J. Uji Klinik
Kriteria inklusi adalah penderita hepatitis kronik dan tidak sedang
menjalani terapi anti virus. Dasar diagnosis hepatitis kronis adalah
penderita sudah diketahui minimal dalam 6 bulan terakhir mempunyai
kadar SGOT dan SGPT > 1,5 kali diatas batas atas nilai normal.
Terhadap seluruh subyek penelitian dilakukan pemeriksaan SGOT,
SGPT, bilirubin total, PT, INR.
Penderita mendapat kaplet schizandrae tunggal 3 x 1 per hari atau
Schizandrae kombinasi 3 x 1 kaplet per hari selama 28 hari. Jumlah
penderita yang menyelesaikan penelitian dari kelompok schizandrae
tunggal sebanyak 19 orang dan dari kelompok scizandrae kombinasi
sebanyak 18 orang. Lima belas orang perempuan, 22 orang laki-laki,
berumur antara 21 – 76 tahun Hasil dari penelitian tersebut menunjukan
bahwa pemberian kombinasi schizandrae fructus 135 mg, sylimarin
phytosome 35 mg, ekstrak curcuma xanthorizzae rhiz. 150 mg, liquiritiae
radix 135 mg, choline bitartrate 150 mg, B6 2 mg sebanyak 3 x 1 kaplet /
hari selama 28 hari menunjukan penurunan SGOT dan bilirubin total
yang lebih baik dibandingkan schizandrae fructus 135 mg tunggal.
A. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val
Bagian yang Digunakan : Rimpang
B. Deskripsi Tumbuhan
Semak tinggi ±70 cm, batang semu, tegak, bulat, membentuk
rimpang, berwarna hijau kekuningan. Daun tunggal membentuk lanset
memanjang. Helai daun 3-8, ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata,
panjang 20-40 cm, lebar 8-12 cm. Pertulangan daun menyirip, daun
berwarna hijau pucat. Bunga majemuk berambut bersisik. Panjang
tangkai 16-40 cm. panjang mahkota 3 cm, lebar 1 cm, berwarna kuning.
Kelopak silindris,bercangap 3, tipis dan berwarna ungu. Pangkal daun
pelindung putih. Akar serabut berwarna coklat muda. Rimpang warna
kuning jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga
kecoklatan.
C. Kandungan Kimia
Kurkuminoid yaitu campuran dari kurkumin (diferuloilmetan),
monodeksmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin. Struktur
fenolnya memungkinkan untuk menghilangkan radikal bebas. Minyak
atsiri 5.8% terdiri dari a-felandren 1%, sabinen 0.6%, sineol 1%,
borneol 0.5%, zingiberen 25%, dan seskuiterpen 53%. Mono- dan
seskuiterpen termasuk zingiberen, kurkumen, α- dan βturmeron.
D. Indikasi
Hepatoprotektor
G. Efek Samping
Penggunaan pada kehamilan dan menyusui harus dengan pengawasan
dokter. Mual pada dosis tinggi.
SHAD ULIVER®
Keterangan :
Tiap kapsul mengandung: ekstrak daun sambiloto (Andrographis
folium), ekstrak kunyit (Curcuma domisticae rhizoma), ekstrak
temulawak (Curcumae xanthorizae rizhoma), Ecliptica herba,
Plantaginis folium (daun sendok)
Penggunaan :
2 x 2 atau 2 x 3 kapsul sehari
Kemasan :
Botol @ 30 @50 kapsul
Golongan :
Jamu
No. Registrasi :
TR 033321781
Produksi :
PT SHAD GLOBAL INDONESIA
I. Uji Praklinik
Kunyit menunjukan aktivitas hepatoprotektor in vitro maupun in
vivo pada mencit, tikus dan itik yang diinduksi hepatotoksik dengan
karbon tetraklorida, aflatoksin B1, parasetamol, besi dan
cyclophosphamide. Pemberian 30 mg/kg BB kurkumin/hari selama 10
hari efektif sebagai protektor. Pemberian kunyit 80% dan kurkumin
pada konsentrasi 2 µg dapat menghambat induksi mutagen yaitu
aflatoksin B1 pada percobaan pembiakan Salmonella thyphimurium
Strain TA98 dan TA100. Pemberian kunyit 5% dan 10% merangsang
enzim (arylhidrokarbon hidroksilase, UDP glukuronil transferase,
glutathion-S-transferase) yang memetabolisme xenobiotik. Kurkumin
merupakan penghambat sitokrom 450 IA yang kuat yaitu isoenzim yang
terlibat pada beberapa toksin, termasuk benzopyren.
Curcumin melindungi sel terhadap lipid peroxidation yang
diinduksi parasetamol, mungkin karena efek antioxidatif gugus fenol
pada curcumin. Curcumin menurunkan aktivitas aspartate transaminase
and serum fosfatase alkali, serta kadar asam lemak bebas, kolesterol and
fosfolipid. Ekstrak air C. domestica (10 mg/mL) menghambat produksi
toxin 99% pada duckling yang diinduksi oleh aflatoxin. Ekstrak alkohol
menunjukkan penghambatan yang sama namun lebih lemah. Terapi
kunyit dan curcumin menunjukkan perbaikan hampir sempurna dari
perlemakan dan nekrosis yang diinduksi aflatoxin.
J. Uji Klinik
Serbuk kunyit terfermentasi dilakukan pada 60 pasien yang
didiagnosis mengalami peningkatan kadar SGOT antara 40-200 IU/L.
Uji klinik dilakukan dengan metode acak buta ganda selama 12 minggu.
60 pasien secara acak menerima kapsul serbuk kunyit terfermentasi 3
g/hari dan plasebo diberikan dalam dosis terbagi sehari tiga kali. Hasil
menunjukkan adanya penurunan nilai SGOT dan SGPT secara
signifikan sedangkan ALP, TB, kadar lipid tidakberubah bermakna.
A. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Classis : Dicotylledoneae
Ordo : Guttiferales
Familia : Camelliaceae
Genus : Camelia
Species : Camellia sinensis (L.)
Bagian yang Digunakan : Daun
B. Deskripsi Tumbuhan
Camellia sinensis (L.) Kuntze merupakan pohon kecil karena
seringnya pemangkasan maka tampak seperti perdu. Bila tidak
dipangkas, akan tumbuh kecil ramping setinggi 5-10 m, dengan bentuk
tajuk seperti kerucut. Batang tegak, berkayu, banyak cabang, ujung
ranting dan daun muda berambut halus. Daun tunggal, bertangkai
pendek, letak berseling, helai daun kaku seperti kulit tipis, bentuknya
elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus,
pertulangan menyirip, panjang 6-18 cm, lebar 2-6 cm, warnanya hijau,
permukaan mengilap. Bunga di ketiak daun, tunggal atau beberapa
bunga bergabung menjadi satu, berkelamin dua, garis tengah 3-4 cm,
warnanya putih cerah dengan kepala sari berwarna kuning, harum.
Buahnya buah kotak, berdinding tebal, pecah menurut ruang, masih
muda hijau setelah tua cokelat kehitaman. Biji keras, 1-3. Pucuk dan
daun muda yang digunakan untuk pembuatan minuman teh.
C. Kandungan Kimia
Kafein 2-3 %, teobromin, teofilin, tanin, minyak atsiri dan natural
flourida. Teh hijau dibuat melalui penguapan atau pengeringan daun teh
segar, mengandung polifenol, yaitu flavanol (lazim disebut katekin)
flavandiol, flavonoid dan asam-asam fenolat, sebesar 30% dari berat
kering daun. Katekin teh hijau adalah (-)-epigallokatekin-3-gallat
(EGCG), (-)-epigallokatekin (EGC),(-)epikatekin -3-gallat (ECG), (-)-
epikatekin (EC) dan (+)-katekin. Alkaloid utama adalah kafein, teobromin
dan teofilin, sebesar 4 % dari berat kering. Asam-asam fenolat berupa
asam gallat dan asam amino teanin.
Dalam proses pembuatan teh hitam polifenol mengalami
polimerisasi oksidase katalisis oksidatif membentuk bisflavamol,
teaflavin, tearubigin dan oligomeroligomer lain. Teaflavin (1-2% dari
berat kering total) termasuk teaflavin, teafalavin-3-O-galat, teaflavin-3’-
0-galat, dan teaflavin 3,3 ’-O-digalat yang memberi warna dan rasa yang
khas pada teh hitam. Tearubigin terdapat dalam 10-20 % berat kering.
D. Indikasi
Membantu memelihara kesehatan hati.
G. Efek Samping
Belum diketahui
TeGreem®
Keterangan :
Tiap kapsul mengandung Ekstrak daun teh hijau (20:1) (camellia
sinensis) 250mg
Penggunaan :
2-4 kapsul sebelum tidur dan setelah makan pagi.
Kemasan :
Botol @ 30 kapsul
Golongan :
Suplemen
No. Registrasi :
TI 054317151
I. Uji Praklinik
Ekstrak air mengandung polifenol 200 mg/mL yang dapat
menurunkan secara signifikan aktivitas enzim-enzim hati (alkalin
fosfatase, SGOT dan SGPT) serta lipid peroksidase, namun
meningkatkan secara signifikan enzim superoksida dismutase, katalase,
glutation tereduksi (GSH), total tiol, glutation peroksidase (GPx),
glutation reduktase (GR) dan glutation S-transferase (GST) hati mencit.
Ekstrak 2% juga mampu melindungi kerusakan hati dan ginjal akibat
pemberian aflatoksin 25 dan 50 mg selama 30 hari pada mencit. Selain
itu, ekstrak 0,5-1,5 % yang diberikan dalam air minum selama 1 minggu
dapat melindungi kerusakan jaringan prostat, hati dan ginjal mencit
akibat pemberian per oral 7,12-dimetil benz(a)antrsena (DMBA) 50
mg/kg bb.9) Ekstrak 50,100 dan 200 mg/kg BB diberikan per oral 5-kali
sebelum pemberian D-galaktosamin mampu mencegah kenaikan
aktivitas GOT, GPT dan ALP, mencegah penurunan albumin serum dan
kolesterol total pada tikus.
DAFTAR PUSTAKA