Anda di halaman 1dari 8

Tata Laksana Konfusio Akut

Rejeki Andayani Rahayu

Pendahuluan

Konfusio akut atau sering disebut sebagai delirium adalah suatu keadaan yang sering terjadi pada
lansia, tapi bisa juga muncul pada dewasa muda dan anak-anak. Konfusio akut sering ditandai dengan
perubahan tingkat kesadaran dan fungsi kognitif, terjadi mendadak dari beberapa jam sampai hari
dan perubahan kesadaran ini bersifat fluktuatif sepanjang hari. Konfusio akut merupakan tanda
bahaya, telah terjadi sesuatu yang berat yang sampai mempengaruhi kerja otak yang normal. Jadi
konfusio akut bukan suatu diagnosis tetapi suatu tanda/simtom penyakit akut yang mendasari yang
umumnya bersifat gawat darurat (1).

Secara epidemiologi angka kejadian konfusio akut dimasyarakat tidak diketahui dengan pasti, tetapi
dari berbagai penelitian di UGD rumah sakit ,terlihat angka kejadian konfusio akut yang sangat
bervariasi antara 10%- 50 % (2)

Dari berbagai penelitian didapatkan bahwa pasien umur 60 tahun keatas ternyata merupakan 35%-
60 % pengunjung unit gawat darurat diberbagai rumah sakit dari berbagai Negara didunia. Di RS Dr
Kariadi Semarang pasien lansia yang datang berkunjung di unit gawat darurat sekitar 30% dari total
pengunjung, dan 60% dari itu memerlukan rawat inap. Alasan pasien lansia memeriksaakn diri di UGD
bermacam-macam, sebagian besar karena menderita penyakit akut atau eksaserbasi akut dari
penyakit yang dideritanya dan trauma. Sebagian besar pasien lansia yang datang di UGD dalam
keadaan kapasitas fungsional yang menurun dan kesadaran menurun/ konfusio akut.

Data berapa banyak penderita lansia berkunjung ke PUSKESMAS di Indonesia setiap tahunnya belum
ada sampai saat ini, tetapi data penderita lansia yang berobat di dokter praktek swasta di Negara-
negara maju seperti AS, United Kingdom hampir sama berkisar antara 30- 40 % jumlah kunjungan
rawat jalan pertahunnya dan 30-50 % dengan gejala awal penurunan kesadaran dan fungsi kognitif.

Beberapa penyakit yang mendasari lansia membutuhkan perawatan akut hampir mirip diseluruh
dunia antara lain infeksi pneumonia, infeksi saluran kemih, infeksi saluran cerna,eksaserbasi akut
PPOK, asma cardiale / bronchiale attack, stroke akut, serangan penyakit jantung koroner,edema paru
dari berbagai sebab. Jatuh dengan berbagai komplikasi dan gangguan pola makan, pola tidur serta
perubahan pola tingkah laku/ gangguan psiko-sosial.

Penurunan fungsi kognitif merupakan faktor prediksi pada perawatan akut lansia. Penurunan fungsi
kognitif ini bisa dihubungkan dengan keadaan delirium, depresi dan demensia. Delirium sering
dihubungkan dengan dehidrasi, gangguan elektrolit, gangguan fungsi otak akut dan akibat
penggunaan obat-obatan. Bila terjadi pemanjangan fase delirium prognosis pasien jelek. Gangguan
mood/ perasaan hati dijumpai pada 20-25 % pasien lansia yang datang ke UGD/PUSKESMAS, tetapi
untuk menapis keadaan depresi pada pasien lansia sangat sulit. Sering score depresi yang didapat
masih normal tapi pasien terus mengalami depresi sehingga susah tidur, susah makan atau minum
obat. Bila tak dikenali,depresi dapat menggagalkan pengobatan yang diberikan.

Definisi Konfusio

Konfusio akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi kognitif yang ditandai oleh
memburuknya secara mendadak derajat kesadaran dan kewaspadaan dan terganggunya proses
berfikir yang berakibat terjadinya disorientasi.

Penyebab dan Patogenesis Konfusio

Tiga kelompok penyebab utama konfusio akut:

a. Keadaan patologi intraserebral

b. Keadaan patologi ekstraserebral

c. Penyebab iatrogenik

Dari penyebab serebral, diantaranya adalah:

a. Penyebab Intra serebral terdiri atas:

a. Ensefalopati hipertensi

b. Oedema serebral

c. Serangan iskemik otak sepintas

d. Lesi desak ruang (SOL) yang cepat membesar

e. Hydrosefalus

f. Defisiensi vitamin B12

g. Ensefalopati Wernicke

h. Psikosis Korsakoff

i. Meningitis/ensefalitis

j. Pengguanaan sedatif/transquilizer/hipotik berlebihan

b. Akibat penurunan pasokan nutrisi serebral:

a. Penyebab kardiovaskuler

a. Infark miokard

b. Iskemik koroner akut


c. Berbagai aritmia

d. Gagal jantung

e. Lain-lain: endokarditis, miokard

b. Penyebab respiratorik

a. Infeksi paru

b. Emboli paru

c. Penyakit obstruksi paru

d. Lain-lain: bronki-ektasis, abses paru, efusi paru, pneumotoraks

c. Iatrogenik dan sebab lain:

a. Obat hipotensif poten

b. Perdarahan dan anemia

c. Hipoglisemia

d. Keracunan

Penyebab ekstra serebral dibagi menjadi:

1. Penyebab toksik:

 Infeksi, misalnya infeksi paru, ISK, endokarditis bakterialis subakut, dan lain-
lian

 Septikemia dan toksemia

 Alkoholisme

2. Kegagalan mekanisme homeostatik:

 Diabetes mellitus (keto-asidosis, asidosis laktat dan hipoglikemia)

 Gagal hati

 Gangguan elektrolit (hiponatremia, hipokalemia dan hiperkalemia

 Hipotermia

 Dehidrasi

 Hipertiroidisme, miksedema
 Pireksia

3. Lain-lain:

 Retensi urin

 Nyeri hebat

 Hilang/gangguan sensorik mendadak (misalnya kebutaan)

 Perubahan lingkungan mendadak

 Ileus paralitik

 Depresi

 Karsinomatosois

 Impaksi fekal

 Insomnia

 Obat-obatan

 Penyebab Iatrogenik

Obat-obat yang dihubungkan dengan konfusio akut


Gambaran klinik konfusio akut:

 Gambaran klasik penderita berupa kesadaran berkabut disertai dengan derajat kewaspadaan
yang berfluktuasi.

 Gangguan pada memori jangka pendek mungkin disertai dengan gangguan mengingat memori
jangka panjang dan halusinasi atau mis-interpretasi visual.

 Tambahan berdasarkan DSM-III R, 2 syarat berikut harus ada

• Derajat kesadaran menurun

• Gangguan persepsi

• Terganggunya siklus bangun-tidur dengan terjadinya insomnia tetapi siang hari


tertidur

• Aktivitas psikomotor meningkat atau menurun

• Disorientasi waktu, tempat dan orang

• Gangguan memori

Kriteria diagnosis konfusio akut (DSM-IIIR)

A. Penurunan kemampuan untuk pertahankan perhatian pada rangsangan eksternal (misalnya


pertanyaan harus diulang-ulang kareana perhatian mengembara kemana-mana) dan untuk
memindahkan perhatian ke rangsangan eksternal yang baru (penderita masih tetap
berusahan untuk menjawad pertanyaan yang terdahulu).

B. Disorganisasi pemikiran yang tampak dengan adanya pembicaraan yang kacau, irelevan dan
inkoheren.

C. Sedikitnya dua dari gejala di bawah ini:

1. Penurunan kesadaran (sulit untuk tetap bangun saat diperiksa)

2. Gangguan perseptual: mis-interpretasi, ilusi atau halusinasi

3. Gangguan siklus tidur-bangun dengan insomnia tetapi siang hari justru tidur

4. Aktivitas psikomotor menurun atau justru meningkat

1. Dosorientasi waktu, orang atau tempat

2. Gangguan memori, a.l: ketidakmampuan mempelajari materi baru

D. Gambaran klinik berkembang dalam waktu yang pendek (antara beberapa jam sampai
beberapa hari) dan cenderung berfluktuasi selama perjalanannya.
E. Salah satu dari yang berikut:

1. Terbukti dari anamnesis, pemeriksaan fisik atau laboratorik adanya faktor (atau
beberapa faktor) organik spesifik yang dinilai bertanggungjawab secara etiologik atas
terjadinya kelainan ini.

2. Bila bukti tersebut tidak didapatkan, faktor organik dapat diperkirakan sebagai
penyebab, bila kelainan ini tidak dapat diduga sebagai diakibatkan oleh gangguan
mental non-organik (misal agitasi atau ganggguan tidur jelas bukan karena gangguan
mania)

Algoritma diagnostik metoda asesmen konfusio

1. Awitan dan perjalanan yang berfluktuasi

a. Gambaran ini biasanya didapat dari anggota keluarga atau perawatdan ditunjukkan
dari jawaban positif atas pertanyaan:”Apakah terdapat bukti perubahan akut dari
status mental penderita sebelumnya?”

b. “Apakah prilaku abnormal ini berfluktuasi sepanjang hari, yaitu hilang timbul atau
derajat beratnya naik-turun?”

2. Kurang/tak ada perhatian

a. Gambaran ini diperlihatkan dengan jawaban positif atas pertanyaan berikut: “Apakah
penderita mengalami kesulitan untuk memfokuskan perhatian, misalnya mudah sekali
berubah perhatian atau sukar mengikuti apa yang sedang dibicarakan”.

3. Fikiran yang kacau

Gambaran dari keadaan ini ditunjukkan dengan jawaban positif atas pertanyaan berikut:
“Apakah fikiran penderita kacau atau inkoheren, misalnya menggumam atau bicarakan
sesuatu tak relevan, tak jelas atau keluarkan pendapat yang alurnya tak logis, atau beralih
dari suatu subyek ke subyak lain tanpa bisa diduga.

4. Perubahan tingkat kesadaran

Gambaran ini ditunjukkan dengan setiap jawaban, kecuali “sadar penuh” atas pertanyaan
berikut: secara keseluruhan, bagaimanakah Saudara menilai derajat kesadaran penderita?,
sadar penuh (normal), letargik (mengantuk), tapi mudah dibangunkan, stupor (sulit
dibangunkan) atau koma (tak bisa dibangunkan) ?”
Diagnosis Banding Konfusio Akut dan Penyakit Alzheimer

Konfusio akut Penyakit demensia alzeimer


Kesadaran berkabut Sadar penuh
Jangka waktu pendek (beberapa hari) Jangka waktu lama (6 bulan atau lebih)
Awitan akut Awitan lambat, menyelinap
Derajat kerusakan kognitif sangat Fungsi kognitifmemburuk lambat tapi
bervariasi dengan periode sadar penuh progesif
Gangguan memori jangka pendek Memori jangka pendek atau lama terganggu
Kecemasan, agitasi, ketakutan, delusi, Tak hirau akan masalah, sering tampak
halusinasi (terutama visual), mis- gembira. Delusi sering pada demensia tahap
interpretasi visual sangat jelas. akhir. Sulit untuk pertahankan pembicaraan,
Disorganisasi pemikiran dan bicara, sering jawaban sering tak sesuai mungkin disfasia
tentang hal yang tampak betul terjadi

Keadaan fisik tampak cepat memburuk, Keadaan fisik memburuk pada derajat akhir
penderita tampak sakit berat penyakit
Pemeriksaan fisik dan penunjang Tak adanya bukti tentang penyakit yang
menunjukkan penyakit yang mendasari mendasari, mendukung diagnosis penyakit
Alzheimer.

Penatalaksanaan:

Diagnosis ditegakkan dengan :

a. Anamnesis

 Tujuan dari anamnesis pada konfusio akut adalah menentukan apakah keadaan
tersebut merupakan suatu konfusio akut (yang dapat disembuhkan) atau suatu
demensia kronik progresif (penyakit Alzheimer).

 Berbagai pertanyaan mengenai riwayat penyakit sebelumnya dan obat-obat yang


diminum bisa membantu menemukan penyebab konfusio

 Pemeriksaan gangguan psikologik dan kognitif  bisa diketahui apakah terdapat latar
belakang psikologik yang mendasari

b. Pemeriksaan fisik

 Meliputi pemeriksaan yang sistematis dari ujung kepala sampai ujung kaki
 Mata yang tidak isokorik, adanya deviasi kesatu arah, paresis atau paralisis satu sisi
syaraf kepala  stroke sebagai penyebab konfusio

 Temperatur diatas atau dibawah normal pada lansia sering terjadi pada keadaan
sepsis atau infeksi berat.

 Udem kaki, asites atau dapatan yang menunjukkan kelainan organ.

c. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan laboratorium: darah, urin dan feses rutin.

 Pemeriksaan kimia klinik: gula darah puasa, tes fungsi ginjal, fungsi hati, dan status
elektrolit.

 Pemeriksaan elektrokardiografi dan foto rontgen.

Terapi diberikan sesuaikan dengan diagnosis yang ditemukan , ingat kita tidak menerapi konfusionya,
tetapi penyakit atau keadaan yang mengakibatkan konfusio tersebut.

Daftar pustaka

1. Hadi Martono. Gangguan Kesadaran dan Kognitif pada Usia Lanjut(konfusio akut dan dementia).
Dalam : Hadi Martono H, Kris Pranarka(ed): Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut)(4th ed). FK UI. 2009. 198-216.
2. Choo PWJ, Lee KS, Owen RE, Jayaratnam FJ. Acute confusion in the elderly. Singapore Med J
1991 ; Vol 32: 79-80.
3. Brocklehurst JC, Allen SC. Confusion. Geriatric Medicine for students, 2°d ed. Bhurchill-
livingstone, 1988.
4. Jaffe FM. Acute confusion, Geriatric Nursing Care Plans. Skidmore Roth Publishing Inc. Texas :
1991.
5. Kris Pranarka. Geriatric Giants. Kursus Geriatri, Ungaran 1999.
6. Kris Pranaka. Keperawatan penderita lanju`t usia dengan penurunan kesadaran dan dekubitus.
Simposium masalah keperawatan penderita lanjut usia, 1998.
7. Mykyta LJ. Pressure ulcers and acute confusion in the Elderly, in Up date in Gerial The MSD
General Practitioner Universities Pr. Gramme, 2003.
8. Vander Cammen TJM. Manual of Geriatric Medicine. Churchil 1991.
9. PERGEMI. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Imobilitas Dan Akibat Imobilitas Pada Orang
Lanjut Usia. Jakarta, Mei 2006.

Anda mungkin juga menyukai