Anda di halaman 1dari 13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMP ISLAM JIKEN


Matapelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn
Kelas/Semester : VII/ 1
Materi Pokok : Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar
Negara
Sub Materi : 1. Sejarah Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
2. Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1 x pertemuan )

A. Kompetensi Inti (KI)


1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompentensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompentensi

1.1. Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha 1.1.1 Bersyukur atas perumusan Pancasila
Esa atas semangat dan komitmen para sebagai Dasar Negara.
pendiri negara dalam merumuskan dan 1.1.2 Bersyukur memiliki para pendiri Negara
menetapkan Dasar Negara Pancasila yang memiliki komitmen terhadap
bangsa dan negara.
2.1. Mengembangkan sikap bertanggung 2.1.1 Berperilaku peduli sebagai wujud
jawab dan berkomitmen sebagai warga pelaksanaan semangat dan komitmen para
negara indonesia seperti yang pendiri negara.
diteladankan para pendiri negara dalam
perumusan dan penetapan Pancasila
sebagai dasar negara
3.1 Menganalisis proses perumusan dan 3.1.1 Mendeskripsikan perumusan Pancasila
penetapan Pancasila sebagai Dasar sebagai Dasar Negara dalam Sidang
Negara BPUPKI.
3.1.2 Membandingkan pendapat para pendiri
negara tentang isi Pancasila.

4.1. Menyaji hasil analisis proses perumusan 4.1.1Menyusun laporan hasil telaah
dan penetapan Pancasila sebagai perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Dasar Negara 4.1.2 Menyajikan hasil telaah penetapan
Pancasila sebagai Dasar Negara.

Nilai Karakter yang dikembangkan dalam pembelajaran : Peduli, Santun, Toleransi,


Nasionalisme.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 :

Kompetensi Spiritual :
1.1.1 Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semangat dan komitmen para pendiri
negara dalam merumuskan dan menetapkan Dasar Negara Pancasila

Kompentesi Sosial :
2.2.1. Mengembangkan sikap bertanggung jawab dan berkomitmen sebagai warga
negara indonesia sepeti yang diteladankan para pendiri negara dalam perumusan dan
penetapan Pancasila sebagai dasar negara semangat dan komitmen para pendiri
negara.

Kompetensi Pengetahuan :
1. Peserta didik mampu mendeskripsikan proses perumusan Pancasila sebagai Dasar
Negara dalam Sidang BPUPKI melalui berbagai sumber
2. Peserta didik dapat menjelaskan perbedaan Kalimat Pancasila pada Piagam Jakarta
dan Pembukaan UUD 1945
3. Peserta didik mampu membuat tulisan singkat mengenai urutan peristiwa Sejarah
perumusan dan penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara.

Kompetensi Ketrampilan :
4.1.1.Menyusun laporan hasil kajian pustaka dan sumber lainnya mengenai peristiwa
pembentukan BPUPKI dan PPKI.
4.1.2. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang Perumusan dan penetapan
Pancasila sebagai Dasar Negara

D. MATERI PEMBELAJARAN

Materi regular:

A. Sejarah Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara

1. Latar belakang Pembentukan BPUPKI


Kemenangan Jepang di Asia tidak bertahan lama, pihak Sekutu (Inggris,
Amerika Serikat, Belanda) melakukan serangan balasan. Satu persatu daerah yang
dikuasai Jepang, kembali ke tangan Sekutu. Melihat hal itu, pada peringatan
Pembangunan Djawa Baroe tanggal 1 Maret 1945, Jepang mengumumkan
pembentukan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI) untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan.
Janji Jepang membentuk BPUPKI direalisasikan, pada tanggal 29 April 1945
bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Secara resmi BPUPKI dilantik
oleh Jepang, dengan anggota berjumlah enam puluh dua (62) orang yang terdiri atas
tokoh-tokoh bangsa Indonesia dan tujuh (7) orang anggota perwakilan dari Jepang.
Ketua BPUPKI adalah dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat, dengan dua wakil ketua,
yaitu Ichibangase Yosio (Jepang) dan R.P Soeroso. Setelah mengatahui hal itu, carilah
dari berbagai sumber tentang tokoh-tokoh BPUPKI dan tempelkanlah di dinding kelas,
agar kalian selalu mengingat jasa-jasa para pendiri negara

2. Sidang BPUPKI I Perumusan Dasar Negara


BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali sidang resmi dan satu kali sidang tidak
resmi. Sidang resmi pertama dilaksanakan tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945,
membahas tentang dasar negara. Sidang kedua berlangsung tanggal 10 sampai dengan
17 Juli 1945 dengan membahas rancangan Undang- Undang Dasar.
Pada pelaksanaan sidang tidak resmi hanya dihadiri oleh tiga puluh delapan (38) orang
kegiatan ini berlangsung di masa reses antara sidang pertama dan sidang kedua,
tujuannya untuk membahas rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
dipimpin oleh anggota BPUPKI Ir. Soekarno. Sidang BPUPKI dilaksanakan di gedung
”Chuo Sangi In”, dan kini gedung itu dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila.
3. Tokoh yang Mengusulkan Ide tentang Rumusan Dasar Negara
a. Usulan mengenai dasar Indonesia merdeka dalam sidang pertama BPUPKI secara
berurutan dikemukakan oleh Muhammad Yamin, Soepomo, dan Ir. Soekarno.
b. Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin, saat
mengusulkan rancangan dasar negara Indonesia secara lisan lima dasar bagi
negara Indonesia merdeka, yaitu sebagai berikut.

Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri Ketuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan Sosial

Selanjutnya, pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo menyampaikan pidatonya tentang


dasar negara. Menurut Soepomo, dasar negara Indonsia merdeka adalah sebagai
berikut.

Persatuan
Kekeluargaan
Keseimbangan lahir dan batin
Musyawarah
Keadilan rakyat
Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 menyampaikan pidato tentang dasar negara
Indonesia merdeka. Usulannya berbentuk philosophische grondslag atau
weltanschauung. Philosophische Grondslag atau Weltanschauung adalah
fundamen, filsafat, pikiran, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya
didirikan Indonesia merdeka yang kekal dan abadi. Negara Indonesia yang kekal
abadi itu dasarnya adalah Pancasila. Rumusan dasar negara yang diusulkan
olehnya adalah sebagai berikut.

Kebangsaan Indonesia
Internasionalisme atau peri kemanusiaan
Mufakat atau demokrasi
Kesejahteraan sosial
Ketuhanan yang berkebudayaan

4. Panitia Sembilan

Pada akhir masa persidangan pertama, Ketua BPUPKI membentuk Panitia Kecil
yang bertugas untuk mengumpulkan usulan para anggota yang akan dibahas pada
masa sidang berikutnya. Panitia Kecil beranggotakan delapan orang di bawah
pimpinan Ir. Soekarno, dengan anggota terdiri atas Ki Bagoes Hadikoesoemo, Kyai
Haji Wachid Hasjim, Mr. Muhammad Yamin, Sutardjo Kartohadikoesoemo, A.A
Maramis, Otto Iskandardinata, dan Drs. Mohammad Hatta.
Panitia sembilan mengadakan rapat di rumah kediaman Ir. Soekarno di Jalan
Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Setelah itu, pada tanggal 22 Juni 1945
Panitia Sembilan telah mencapai satu persetujuan atau kesepakatan tentang
rancangan pembukaan hukum dasar (Undang-Undang Dasar). Rapat
berlangsung secara alot karena terjadi perbedaan paham antarpeserta tentang
rumusan dasar negara terutama soal agama dan negara. Persetujuan Panitia
Sembilan ini termaktub di dalam satu rancangan pembukaan hukum dasar
(Undang-Undang Dasar). Oleh Ir. Soekarno, rancangan pembukaan hukum dasar
ini diberikan nama ”Mukadimah”, oleh Mr. Muhammad Yamin dinamakan
”Piagam Jakarta”, dan oleh Sukiman Wirjosandjojo disebut ”Gentlemen’s
Agreement”. (Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Tim Penyusun,
2012 : 35-36).

5. Perubahan pada Piagam Jakarta

Naskah ”Mukadimah” yang ditandangani oleh sembilan orang anggota Panitia


Sembilan, dikenal dengan nama ”Piagam Jakarta” atau ”Jakarta Charter”. Panitia
Kecil penyelidik usul-usul berkeyakinan bahwa ”Mukadimah” dapat menghubungkan,
mempersatukan paham-paham yang ada di kalangan anggota-aggota BPUPKI.
Selanjutnya, naskah ”Mukadimah” tersebut dibawa ke sidang kedua BPUPKI
tanggal 10 – 17 Juli 1945. Pada tanggal 14 Juli 1945, mukadimah disepakati oleh
BPUPKI. Dalam alinea keempat naskah Piagam Jakarta tersebut, terdapat
rumusan dasar negara sebagai berikut.
Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dengan demikian, rumusan dasar negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 yang ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 adalah sebagai berikut.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusya-
waratan/perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
“Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya”, diubah menjadi ”Ketuhanan Yang Maha Esa”.

B. Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI melaksanakan sidang, salah satu keputusan
sidang PPKI adalah mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pada alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 tercantum rumusan sila-sila Pancasila sebagai Dasar
Negara.

Materi Pengayaan:
1. Perbedaan antara Hari Lahir Pancasila dan Hari Kesaktian Pancasila
2. Biografi para tokoh perumus Dasar Negara
3. Semangat para pendiri negara dalam merumuskan Dasar Negara

Materi Remidial :
1. Perbedaan tiga rumusan dasar negara oleh para pendiri negara
2. Perubahan Piagam Jakarta

E. METODE PEMBELAJARAN

Model =Problem Based Learning (PBL)


Metode = Diskusi dan Studi Kasus

F. MEDIA / ALAT, BAHAN dan SUMBER BELAJAR :


1. Media :
a. Gambar tentang perjuangan Bangsa Indonesia pada masa pendudukan Jepang
b. Artikel/ Berita mengenai perumusan Pancasila, Hari Lahirnya Pancasila dan Hari
Kesaktian Pancasila

2. Bahan :
a. Lembar kerja Siswa ( LKS )
b. Alat Tulis
c. Buku Teks
3. Sumber Belajar:

- Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 buku siswa mata pelajaran


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMP/MTs Kelas VII
- Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 buku guru mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMP/MTs Kelas VII.
- Pendidikan Pancasila da Kewarganegaraan untuk SMP/MTs Kelas VII Buku
siswa; Penerbit Erlangga; Penulis Yuyus Kardiman, Dkk; Revisi 2016
- https://blog.ruangguru.com/kehidupan-bangsa-indonesia-masa-pendudukan-
jepang
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Penyelidik_Usaha_Persiapan_Kemerdekaan
_Indonesia
- http://www.dakta.com/news/9353/perdebatan-sengit-di-bpupki-1
- http://bogor.tribunnews.com/2017/10/01/apa-bedanya-hari-lahir-pancasila-
dengan-hari-kesaktian-pancasila-ini-penjelasannya.

G. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN

Pertemuan 1.

Pendahuluan ( 10 menit)
1. Guru mempersipakan secara fisik dan psikis peserta didik untuk mengikuti pembelajaran
dengan melakukan berdoa, mengecek kehadiran siswa, kebersihan dan kerapihan
kelas, kesiapan buku tulis, serta sumber belajar
2. Guru memotivasi dengan membimbing peserta didik menyanyikan lagu Garuda
Pancasila.
3. Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab atau problem solving mengenai
Indonesia Pada masa penjajahan.
4. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi yang akan
dicapai
5. Guru membimbing peserta didik melalui tanya jawab tentang manfaat proses
pembelajaran
6. Guru menjelaskan materi pokok dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
peserta didik.
7. Guru menjelaskan penilaian yang akan dilakukan pada pembelajaran

Kegiatan Inti (60 menit)


1. Guru membimbing peserta didik berkelompok menjadi 2 kelompok
2. Guru meminta peserta didik mengkaji gambar tentang Masa pendudukan Jepang dan
Sidang BPUPKI dari buku teks dan artikel yang sudah dibagikan
3. Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk mengidentifikasi pertanyaan
berkaitan dengan usaha persiapan kemerdekaan Indonesia
4. Guru dapat membimbing peserta didik menyusun pertanyaan agar terarah sesuai
dengan indikator pencapaian kompetensi, seperti contoh berikut ini :
a. Mengapa Jepang membentuk BPUPKI?
b. Kapan BPUPKI dibentuk? Siapa saja anggota BPUPKI?
c. Apa tujuan pembentukan BPUPKI?
d. Kapan sidang BPUPKI?
5. Guru memberi motivasi dan penghargaan bagi kelompok yang menyusun pertanyaan
terbanyak
6. Guru membimbing peserta didik untuk mencari informasi dengan melakukan kajian
dokumen historis dan mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang sudah disusun,
juga mencari melalui sumber belajar lain seperti buku referensi lain di perpustakaan
sekolah atau dan artikel dari berbagai sumber
7. Guru mengamati keterampilan peserta didik secara perorangan dan kelompok dalam
menyusun pertanyaan.
8. Guru membimbing peserta didik untuk mendiskusikan hubungan atas berbagai informasi
yang sudah diperoleh sebelumnya, seperti :
a. Mengapa ada orang Jepang menjadi anggota BPUPKI?
b. Apa hubungan kekalahan Jepang dengan pembentukan BPUPKI?
c. Apa hubungan perumusan dasar negara Pancasila dengan Kemerdekaan
Indonesia

9. Guru membimbing peserta didik secara kelompok untuk menyimpulkan Sejarah


perumusan dan penetapan Pancasila sebagai Dasar negara
10. Guru membimbing kelompok untuk menyusun laporan hasil telaah tentang
pembentukan BPUPKI. Laporan berupa kertas lembaran.
11. Guru mendiskusikan dan membuat kesepakatan tentang tata tertib selama penyajian
materi oleh kelompok, seperti berikut ini:
a. Setiap peserta didik saling menghormati pendapat orang lain.
b. Mengangkat tangan sebelum memberikan pertanyaan atau menyampaikan
pendapat.
c. Menyampaikan pertanyaan atau pendapat setelah dipersilahkan oleh guru
(moderator).
d. Menggunakan bahasa yang sopan saat menyampaikan pertanyaan atau
pendapat.
e. Berbicara secara bergantian dan tidak memotong pembicaraan orang lain.

12. Guru membimbing sebagai moderator kegiatan penyajian kelompok secara bergantian
sesuai tata cara yang disepakati sebelumnya.
13. Guru memberikan konfirmasi terhadap jawaban peserta didik dalam diskusi, dengan
meluruskan jawaban yang kurang tepat dan memberikan penghargaan bila jawaban
benar dengan pujian atau tepuk tangan bersama.
14. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi kelompok
penyaji

Penutup (10 menit)


1. Guru melakukan refleksi dengan peserta didik atas manfaat proses pembelajaran yang
telah dilakukan dengan menentukan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan
sejarah perumusan dan penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara.
2. Guru membimbing peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran melalui tanya
jawab secara klasikal. Mintalah peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut
ini :
a. Apa sikap yang perlu dilakukan selanjutnya dengan memelihara nilai - nilai
Pancasila sebagai Dasar Negara
b. Apa sikap yang kalian peroleh dari proses pembelajaran yang telah dilakukan?
c. Apa manfaat yang diperoleh dari proses pembelajaran yang telah dilakukan?

3. Guru memberikan umpan balik atas proses pembelajaran dan hasil laporan individu
4. Guru menjelaskan rencana pembelajaran selanjutnya dan menugaskan peserta didik
membaca sub materi pertemuan berikutnya, yaitu Komitmen Para pendiri Negara dalam
Perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara

H. Penilaian:
Penilaian Pertemuan 1.
1. Penilaian Kompetensi Sosial
Teknik : Observasi
Bentuk : Jurnal dan Penilaian Antar Teman

Jurnal Perkembangan Sikap


Kelas / Semester :.............................................................
No. Tanggal Nama Peserta Didik Catatan Perilaku Butir Sikap

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan


Instrumen Observasi Pengetahuan
Kelas / Semester :..........................................................
Pengetahuan Yang Dinilai : Rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Jawaban Peserta Dididk
Mendifinisikan & Mendifinisikan
No. Nama PD Menjawab Mendifinisikan Sedikit Uraian & Penjelasan Jumlah
Saja Logis Nilai
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1

Observasi Pengetahuan peserta didik dilakukan dalam bentuk mengamati diskusi dan
pemikiran logis yang berkembang dalam diskusi.
Penskoran aktifitas diberi skor rentang 1-4, dan nilai maksimal 100.
Kriteria Penskoran :
Skor 1 jika jawaban hanya berupaya menjawab saja
Skor 2 jika jawaban berupa mendifinisikan
Skor 3 jika jawaban berupa mendifinisikan dan sedikit uraian
Skor 4 jika jawaban berupa mendifinisikan dan penjelasan logis

Nilai = Skor Perolehan x 25

3. Penilaian Kompetensi Ketrampilan


Rubrik Penilaian Penyajian dan Laporan Hasil Telaah
Sejarah Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara
Aspek Yang Dinilai

Kemampuan Kemampuan Kemampuan Memberi Meng


No Nama P.D
Bertanya Menjawab Berargument Saran apresiasi
.
si
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Keterangan : Diisi dengan tanda ceklist


Katagori Penilaian : 4 = Sangat Baik, 3 = Baik , 2 = Cukup, 1 = Kurang

Nilai = Skor Perolehan x 50


2
Pedoman Penskoran (Rubrik)
No. Aspek Penskoran skor

1 Kemampuan Bertanya 4 = apabila selalu bertanya


3 = apabila sering bertanya
2 = apabila kadang-kadang bertanya
1 = apabila tidak pernah bertanya

2 Kemampuan Menjawab / 4 = apabila materi / jawaban benar, rasional dan jelas


Argumentasi 3 = apabila materi / jawaban benar, rasional, dan tidak jelas
2 = apabila materi / jawaban benar, tidak rasional, dan tidak
jelas
1 = apabila materi / jawaban tidak benar, tidak rasional, dan
tidak jelas

3 Kemampuan Memberi 4 = apabila selalu memberi masukan


Saran / Masukan 3 = apabila sering memberi masukan
2 = apabila kadang-kadang memberi masukan
1 = apabila tidak pernah memberi masukan

4 Kemampuan Mengapresiasi 4 = apabila selalu memberikan pujian


3 = apabila sering memberikan pujian
2 = apabila kadang-kadang memberi pujian
1 = apabila tidak pernah memberi pujian

Cepu, Juli 2018

Mengetahui,
Kepala SMP ISLAM CEPU Guru Mata Pelajaran

Sri Purnomowati, S. Sos.I., M. Psi. Laeli Hasanah, S. Pd


Lampiran - lampiran

https://blog.ruangguru.com/kehidupan-bangsa-indonesia-masa-pendudukan-jepang

Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pendudukan Jepang

Pada artikel ini, akan dibahas bagaimana situasi dan kondisi kehidupan bangsa Indonesia dalam aspek
sosial, ekonomi, budaya, politik, militer, dan juga pendidikan.

ASPEK SOSIAL
Pemerintahan Jepang saat itu mencetuskan kebijakan tenaga kerja romusha. Mungkin kamu sudah
sering dengar kalau romusha adalah sistem kerja yang paling kejam selama bangsa Indonesia ini
dijajah. Tetapi, pada awalnya pembentukan romusha ini mendapat sambutan baik lho dari rakyat
Indonesia, justru banyak yang bersedia untuk jadi sukarelawan. Namun semua itu berubah ketika
kebutuhan Jepang untuk berperang meningkat.

Pengerahan romusha menjadi sebuah keharusan, bahkan paksaan. Hal tersebut membuat rakyat kita
menjadi sengsara. Kamu bayangin aja, rakyat kita dipaksa membangun semua sarana perang yang ada
di Indonesia. Selain di Indonesia, rakyat kita juga dikerjapaksakan sampai ke luar negeri. Ada yang
dikirim ke Vietnam, Burma (sekarang Myanmar), Muangthai (Thailand), dan Malaysia. Semua dipaksa
bekerja sepanjang hari, tanpa diimbangi upah dan fasilitas hidup yang layak. Akibatnya, banyak dari
mereka yang tidak kembali lagi ke kampung halaman karena sudah meninggal dunia.

Kerja paksa Romusha di Indonesia (Sumber: www.omucu.com)

Selain romusha, Jepang juga membentuk Jugun Ianfu. Jugun Ianfu adalah tenaga kerja perempuan
yang direkrut dari berbagai Negara Asia seperti Indonesia, Cina, dan korea. Perempuan-perempuan
ini dijadikan perempuan penghibur bagi tentara Jepang. Sekitar 200.000 perempuan Asia dipaksa
menjadi Jugun Ianfu.

ASPEK BUDAYA
Pemerintahan Jepang pernah mencoba menerapkan kebudayaan memberi hormat ke arah matahari
terbit kepada rakyat Indonesia lho! Dalam masyarakat Jepang, kaisar memiliki tempat tertinggi, karena
diyakini sebagai keturunan Dewa Matahari. Nah, Jepang berusaha menerapkan nilai-nilai
kebudayaannya kepada bangsa Indonesia. Tetapi langsung mendapat pertentangan dan perlawanan dari
masyarakat di Indonesia. Bangsa kita ini hanya menyembah Sang Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa
mana mungkin setuju memberi hormat dengan membungkukkan punggung dalam-dalam (seikerei) ke
arah matahari terbit.
Potongan gambar pada film Sang Kiyai, menggambarkan kondisi saat tentara Jepang menangkap ulama-
ulama yang menolak 'Seikerei' (Sumber: berdikarionline.com)

Dahulu, para seniman dan media pers kita tidak sebebas sekarang. Pemerintahan Jepang mendirikan
pusat kebudayaan yang diberi nama Keimin Bunkei Shidoso. Lembaga ini yang kemudian digunakan
Jepang untuk mengawasi dan mengarahkan kegiatan para seniman agar karya-karyanya tidak
menyimpang dari kepentingan Jepang. Bahkan media pers pun berada di bawah pengawasan
pemerintahan Jepang.

ASPEK PENDIDIKAN
Sistem pendidikan Indonesia pada masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa pemerintahan
kolonial Hindia-Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, semua kalangan dapat mengakses
pendidikan, sedangkan masa Hindia-Belanda, hanya kalangan atas (bangsawan) saja yang dapat
mengakses. Akan tetapi, sistem pendidikan yang dibangun oleh Jepang itu memfokuskan pada
kebutuhan perang. Meskipun akhirnya pendidikan dapat diakses oleh semua kalangan, tetapi secara
jumlah sekolahnya menurun sangat drastis, dari semulanya 21.500 menjadi 13.500.

ASPEK EKONOMI
Sewaktu Indonesia masih di bawah penjajahan Jepang, sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem
ekonomi perang. Saat itu Jepang merasa penting untuk menguasai sumber-sumber bahan mentah dari
berbagai wilayah Indonesia. Tujuan Jepang melakukan itu, untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya,
Squad. Nah, wilayah-wilayah ekonomi yang sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri atau yang diberi
nama Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya, merupakan wilayah yang masuk ke dalam
struktur ekonomi yang direncanakan oleh Jepang.

Kalau di bidang moneter, pemerintah Jepang berusaha untuk mempertahankan nilai gulden Belanda. Hal
itu dilakukan agar harga barang-barang dapat dipertahankan sebelum perang.

ASPEK POLITIK dan MILITER


Pada masa pendudukan Jepang, pemerintah Jepang selalu mengajak bekerja sama golongan-golongan
nasionalis. Hal ini jelas berbeda dibandingkan pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Saat itu
golongan nasionalis selalu dicurigai. Golongan nasionalis mau bekerja sama dengan pemerintahan
Jepang karena Jepang banyak membebaskan pemimpin nasional Indonesia dari penjara, seperti
Soekarno, Hatta, dan juga Sjahrir.

Kenapa Jepang mengajak kerja sama golongan nasionalis Indonesia? Karena Jepang menganggap
bahwa golongan nasionalis ini memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat Indonesia. Saat itu, Wakil
Kepala Staf Tentara Keenam Belas, Jenderal Harada Yosyikazu, bertemu dengan Hatta untuk
menyatakan bahwa Jepang tidak ingin menjajah Indonesia, melainkan ingin membebaskan bangsa Asia.
Karena itulah Hatta mererima ajakan kerja sama Jepang. Akan tetapi, Sjahrir dan dr. Tjipto
Mangunkusumo tidak mererima tawaran kerja sama Jepang.
Https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Penyelidik_Usaha_Persiapan_Kemerdekaan_Indones
http://www.dakta.com/news/9353/perdebatan-sengit-di-bpupki-1

Persidangan resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945

Sidang resmi pertama


Pada tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pelantikan dan sekaligus seremonial pembukaan masa
persidangan BPUPKI yang pertama di gedung "Chuo Sangi In", yang pada zaman kolonial Belanda
gedung tersebut merupakan gedung Volksraad (dari bahasa Belanda, semacam lembaga "Dewan
Perwakilan Rakyat Hindia-Belanda" di masa penjajahan Belanda), dan kini gedung itu dikenal dengan
sebutan Gedung Pancasila, yang berlokasi di Jalan Pejambon 6 – Jakarta. Namun masa persidangan
resminya sendiri (masa persidangan BPUPKI yang pertama) diadakan selama empat hari dan baru
dimulai pada keesokan harinya, yakni pada tanggal 29 Mei 1945, dan berlangsung sampai dengan
tanggal 1 Juni 1945, dengan tujuan untuk membahas bentuk negara Indonesia, filsafat negara "Indonesia
Merdeka" serta merumuskan dasar negara Indonesia.
Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan masa persidangan BPUPKI yang pertama ini dihadiri
oleh seluruh anggota BPUPKI dan juga dua orang pembesar militer jepang, yaitu: Panglima Tentara
Wilayah ke-7, Jenderal Izagaki, yang menguasai Jawa serta Panglima Tentara Wilayah ke-16, Jenderal
Yuichiro Nagano. Namun untuk selanjutnya pada masa persidangan resminya itu sendiri, yang
berlangsung selama empat hari, hanya dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI.
Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas pandangan mengenai bentuk negara Indonesia,
yakni disepakati berbentuk "Negara Kesatuan Republik Indonesia" ("NKRI"), kemudian agenda sidang
dilanjutkan dengan merumuskan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk hal ini, BPUPKI
harus merumuskan dasar negara Republik Indonesia terlebih dahulu yang akan menjiwai isi dari Undang-
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia itu sendiri, sebab Undang-Undang Dasar adalah
merupakan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat, maka agenda
acara dalam masa persidangan BPUPKI yang pertama ini adalah mendengarkan pidato dari tiga orang
tokoh utama pergerakan nasional Indonesia, yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara
Republik Indonesia itu adalah sebagai berikut :
1. Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. berpidato mengemukakan
gagasan mengenai rumusan lima asas dasar negara Republik Indonesia, yaitu: “1. Peri
Kebangsaan; 2. Peri Kemanusiaan; 3. Peri Ketuhanan; 4. Peri Kerakyatan; dan 5. Kesejahteraan
Rakyat”.
2. Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo berpidato mengemukakan gagasan
mengenai rumusan lima prinsip dasar negara Republik Indonesia, yang beliau namakan "Dasar
Negara Indonesia Merdeka", yaitu: “1. Persatuan; 2. Kekeluargaan; 3. Mufakat dan Demokrasi;
4. Musyawarah; dan 5. Keadilan Sosial”.
3. Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan
lima sila dasar negara Republik Indonesia, yang beliau namakan "Pancasila", yaitu: “1.
Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme dan Peri Kemanusiaan; 3. Mufakat atau Demokrasi;
4. Kesejahteraan Sosial; dan 5. Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik Indonesia yang dikemukakan oleh Ir.
Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan istilah "Pancasila", masih menurut beliau bilamana
diperlukan gagasan mengenai rumusan Pancasila ini dapat diperas menjadi "Trisila" (Tiga Sila), yaitu: “1.
Sosionasionalisme; 2. Sosiodemokrasi; dan 3. Ketuhanan Yang Berkebudayaan”. Bahkan masih menurut
Ir. Soekarno lagi, Trisila tersebut bila hendak diperas kembali dinamakannya sebagai "Ekasila" (Satu
Sila), yaitu merupakan sila: “Gotong-Royong”, ini adalah merupakan upaya dari Bung Karno dalam
menjelaskan bahwa konsep gagasan mengenai rumusan dasar negara Republik Indonesia yang
dibawakannya tersebut adalah berada dalam kerangka "satu-kesatuan", yang tak terpisahkan satu
dengan lainnya. Masa persidangan BPUPKI yang pertama ini dikenang dengan sebutan detik-detik
lahirnya Pancasila dan tanggal 1 Juni ditetapkan dan diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.
Pidato dari Ir. Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa persidangan BPUPKI yang pertama, setelah itu
BPUPKI mengalami masa reses persidangan (periode jeda atau istirahat) selama satu bulan lebih.
Sebelum dimulainya masa reses persidangan, dibentuklah suatu panitia kecil yang beranggotakan 9
orang, yang dinamakan "Panitia Sembilan" dengan diketuai oleh Ir. Soekarno, yang bertugas untuk
mengolah usul dari konsep para anggota BPUPKI mengenai dasar negara Republik Indonesia.
Masa antara sidang resmi pertama dan sidang resmi kedua
Naskah Asli "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" yang dihasilkan oleh "Panitia Sembilan" pada
tanggal 22 Juni 1945
Sampai akhir dari masa persidangan BPUPKI yang pertama, masih belum ditemukan titik temu
kesepakatan dalam perumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar tepat, sehingga
dibentuklah "Panitia Sembilan" tersebut di atas guna menggodok berbagai masukan dari konsep-konsep
sebelumnya yang telah dikemukakan oleh para anggota BPUPKI itu. Adapun susunan keanggotaan dari
"Panitia Sembilan" ini adalah sebagai berikut :
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (anggota)
5. Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota)
6. Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
7. Raden Abikusno Tjokrosoejoso (anggota)
8. Haji Agus Salim (anggota)
9. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4 orang dari kaum kebangsaan (pihak
"Nasionalis") dan 4 orang dari kaum keagamaan (pihak "Islam"), maka pada tanggal 22 Juni 1945
"Panitia Sembilan" kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang
kemudian dikenal sebagai "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter", yang pada waktu itu disebut-sebut
juga sebagai sebuah "Gentlement Agreement". Setelah itu sebagai ketua "Panitia Sembilan", Ir.
Soekarno melaporkan hasil kerja panitia kecil yang dipimpinnya kepada anggota BPUPKI berupa
dokumen rancangan asas dan tujuan "Indonesia Merdeka" yang disebut dengan "Piagam Jakarta" itu.
Menurut dokumen tersebut, dasar negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rancangan itu diterima untuk selanjutnya dimatangkan dalam masa persidangan BPUPKI yang kedua,
yang diselenggarakan mulai tanggal 10 Juli 1945.
Di antara dua masa persidangan resmi BPUPKI itu, berlangsung pula persidangan tak resmi yang
dihadiri 38 orang anggota BPUPKI. Persidangan tak resmi ini dipimpin sendiri oleh Bung Karno yang
membahas mengenai rancangan "Pembukaan (bahasa Belanda: "Preambule") Undang-Undang Dasar
1945", yang kemudian dilanjutkan pembahasannya pada masa persidangan BPUPKI yang kedua (10
Juli-17 Juli 1945).
Sidang resmi kedua
Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-17 Juli 1945
Masa persidangan BPUPKI yang kedua berlangsung sejak tanggal 10 Juli 1945 hingga tanggal 17 Juli
1945. Agenda sidang BPUPKI kali ini membahas tentang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan
negara, serta pendidikan dan pengajaran. Pada persidangan BPUPKI yang kedua ini, anggota BPUPKI
dibagi-bagi dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang terbentuk itu antara lain adalah: Panitia
Perancang Undang-Undang Dasar (diketuai oleh Ir. Soekarno), Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai
oleh Raden Abikusno Tjokrosoejoso), dan Panitia Ekonomi dan Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad
Hatta).
Pada tanggal 11 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang diketuai oleh Ir.
Soekarno, membahas pembentukan lagi panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus
merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7 orang yaitu sebagai berikut :
1. Prof. Mr. Dr. Soepomo (ketua panitia kecil)
2. Mr. KRMT Wongsonegoro (anggota)
3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)
4. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
5. Mr. Raden Panji Singgih (anggota)
6. Haji Agus Salim (anggota)
7. Dr. Soekiman Wirjosandjojo (anggota)
Pada tanggal 13 Juli 1945, sidang panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang diketuai oleh Ir.
Soekarno, membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya adalah khusus merancang isi
dari Undang-Undang Dasar, yang beranggotakan 7 orang tersebut.
Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang pleno BPUPKI menerima laporan panitia Perancang Undang-Undang
Dasar, yang dibacakan oleh ketua panitianya sendiri, Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut membahas
mengenai rancangan Undang-Undang Dasar yang di dalamnya tercantum tiga masalah pokok yaitu :
1. Pernyataan tentang Indonesia Merdeka
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar
3. Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang kemudian dinamakan sebagai "Undang-
Undang Dasar 1945", yang isinya meliputi :
 Wilayah negara Indonesia adalah sama dengan bekas wilayah Hindia-Belanda dahulu,
ditambah dengan Malaya, Borneo Utara (sekarang adalah wilayah Sabah dan wilayah
Serawak di negara Malaysia, serta wilayah negara Brunei Darussalam), Papua, Timor-
Portugis (sekarang adalah wilayah negara Timor Leste), dan pulau-pulau di sekitarnya,
 Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,
 Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik,
 Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih,
 Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.
Konsep proklamasi kemerdekaan negara Indonesia baru rencananya akan disusun dengan mengambil
tiga alenia pertama "Piagam Jakarta", sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya
diambil dari alinea keempat "Piagam Jakarta". Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara
peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan Islam, Syariat Islam, dalam negara Indonesia baru.
"Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter" pada akhirnya disetujui dengan urutan dan redaksional yang
sedikit berbeda.

http://bogor.tribunnews.com/2017/10/01/apa-bedanya-hari-lahir-pancasila-dengan-hari-
kesaktian-pancasila-ini-penjelasannya.
Apa Bedanya Hari Lahir Pancasila dengan Hari Kesaktian Pancasila ? Ini Penjelasannya

Penulis:Yudhi Maulana Aditama


Hari ini, Minggu 1 Oktober 2017 bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila.Ternyata, ada
juga hari besar nasional lainnya yang berkaitan dengan Pancasila.Yakni Hari Lahir Pancasila
yang jatuh pada 1 Juni.

Lalu, apa bedanya antara Hari Kesaktian Pancasila dengan Hari Lahir Pancasila.

Dikuip dari HAI, secara garis besar, Hari Lahir Pancasila adalah hari di mana Pancasila
pertama kali diperdengarkan kepada umum. Saat itu, 1 Juni 1965 silam, Soekarno berpidato di
hadapan BPUPKI mengusulkan nama dasar negara kita dengan nama Pancasila. Sementara
Hari Kesaktian Pancasila adalah hari di mana Pancasila dianggap sebagai dasar negara yang
tak tergantikan.

Nah, hari ini juga sebagai peringatan tragedi berdarah G30S PKI.

Jadi, pada 30 September 1965 silam, ada sedikitnya enam jenderal dan satu kapten yang
dibunuh oleh oknum PKI sebagai upaya kudeta. Namun, gejolak tersebut berhasil diredam
militer Indonesia. Nah, pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan sebagai Hari Kesaktian
Pancasila.

Asal-Usul Hari Kesaktian Pancasila

Dilansir kompas, Ashadi Siregar, peneliti media dan pengajar jurnalisme mengungkapkan Hari
Kesaktian Pancasila mengandung makna perkabungan nasional. Ditumpasnya kekuatan anti
Pancasila, atau berbagai pemberontakan, perlu disikapi dengan pemahaman kesejarahan yang
bersifat rasional, bukan dengan irasionalitas keyakinan saktinya Pancasila.

Setiap keberhasilan dan kegagalan pada hakikatnya berasal dari strategi dan operasi yang
dijalankan secara rasional.

Dengan rasionalitas ini pula 1 Oktober dapat disikapi sebagai hari perkabungan nasional, bukan
untuk ritual kesaktian Pancasila. Meninggalnya sejumlah perwira TNI pada 1 Oktober 1965
merupakan tragedi yang patut dikenang.

Film Gerakan 30 September karya almarhum Arifin C Noer yang diputar berulang selama Orde
Baru menggambarkan adegan penculikan dan pembunuhan yang dilakukan segerombolan
militer yang disebut sebagai pasukan Cakrabirawa.Begitu juga adegan rapat-rapat yang
berlangsung dihadiri oleh orang sipil yang digambarkan sebagai PKI di satu pihak dan militer di
pihak lainnya.

Menelusuri tragedi 1 Oktober tidak mengurangi makna perkabungan bagi para perwira TNI.

Anda mungkin juga menyukai