Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jaringan epitel terdiri dari kumpulan sel-sel yang sangat rapat susunannya
sehingga membentuk suatu lembaran, maka disebut sebagai membran epitel
atau disingkat sebagai epitel saja untuk membedakan dengan epitel kelenjar.
Adhesi diantara sel-sel ini sangat kuat, membentuk lembaran sel yang
pmenutupi permukaan tubuh dan membatasi atau melapisi rongga-rongga
tubuh. Jaringan epitel tidak memiliki substansi interseluler dan cairannya
sangat sedikit. Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon atau di
atas dan thele yang berarti nipple atau punting. Penggunaan istilah epitel
meluas untuk semua bentuk lapisan yang terdiri atas lembaran sel-sel (cellular
membrane) baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang tidak. Dengan
berkembangnya pemakaian mikroskop, maka istilah epitel tidak terbatas pada
kumpulan sel yang membentuk membran yang menutupi, tetapi juga
digunakan untuk kelenjar. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian
embriologis yang menyimpulkan bahwa sel-sel epitel pada permukaan
tumbuh ke dalam jaringan pengikat di bawahnya dan berkembang menjadi
kelenjar. Epitel dalam arti luas dikelompokan menjadi jaringan yang sel-
selnya tersusun dalam lapisan yang menutupi permukaan luar atau melapisi
rongga di dalam tubuh yang dinamakan epitel permukaan, mereka dapat
digolongkan sesuai jumlah lapisan sel dan morfologi sel pada lapisan
permukaan dan jaringan epitel yang tumbuh ke dalam jaringan pengikat
menjadi epitel kelenjar, jaringan epitel kelenjar meliputi sel-sel dengan fungsi
khusus menghasilkan cairan sekresi yang komposisinya berbeda dari darah
atau cairan interseluler. Proses ini biasanya disertai proses makromolekul
intraseluler. Persenyawaan ini biasanya ditampung di dalam sel dalam vesikel-
vesikel kecil bermembran yang disebut granul sekresi.
(Tadeus 2009 : 1-2)
Jaringan epitel memiliki bermacam-macam fungsi tergantung jenis dan
lokasi terdapatnya jaringan tersebut. Apabila terdapat di luar permukaan
organ, misalnya epitel kulit, jaringan epitel berfungsi member perlindungan
dari kerusakan (gesekan) mekanis, masuknya mikroorganisme, dan radiasi
ultraviolet. Epitel kulit juga berfungsi mencegah penguapan air yang
berlebihan dan penting sebagai reseptor sensoris karena pada
jaringan tersebut terdapat ujung-ujung saraf sensoris. Fungsi lain dari epitel
adalah sebagai tempat pertukaran gas-gas respirasi dan tempat pelepasan
bahan-bahan buangan. Pada permukaan dalam organ , epitel berfungsi untuk
absorpsi, misalnya epitel usus halus, dan sekresi, misalnya epitel kelenjar
pencernaan.
(Sri pujianto 2008:47)
Semua epitel teletak pada atau dikelillingi oleh suatu lamina basal, yang
memisahkan epitel dari jaingan ikat di bawahnya, dan dari pembuluh darah
serta saf yang terdapat dalam jaringan ikat itu. Secara fungsional epitel
meliputi atau membatasi permukaan, menghasilkan sekret dari epitel membran
maupun dari kelenjar,dan turut serta dalam proses absorpsi. Sebagian kecil sel
epitel bersifat kontraktil (sel mioepitel) dan sebagian kecil lagi bersifat
sensoris (neuroepitel). Karena berhimpitan kebanyakan sel epitel tampak
polygon, walaupun bentuknya dapat sangat teratur. Dua faktor yang menjadi
dasar pembagian epitel, yaitu bentuk sel dan susunannya dalam lapisan.
( Leeson,C.Roland.1996 : 65)

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Histologi ini adalah :
1. Untuk mengamati berbagai struktur anatomi mikroskopi sel epitel
pipih, kubus, kolumner, dan transisional.
2. Untuk membedakan struktur anatomi mikroskopi sel epitel pipih,
kubus, kolumner, dan transisional.
3. Untuk mengamati berbagai struktur anatomi mikroskopi jaringan ikat.
4. Untuk mengetahui pembagian dan bentuk-bentuk jaringan ikat.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum Histologi ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengamati berbagai struktur anatomi mikroskopi
sel epitel pipih, kubus, kolumner, dan transisional.
2. Mahasiswa mampu membedakan struktur anatomi mikroskopi sel
epitel pipih, kubus, kolumner, dan transisional.
3. Mahasiswa dapat mengamati berbagai struktur anatomi mikroskopi
jaringan ikat.
4. Mahasiswa dapat mengetahui pembagian dan bentuk-bentuk jaringan
ikat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Histologi Dasar

Jaringan epitel tersusun oleh sel-sel berisi dan bersudut banyak (oligonal)
yang berhimpit padat, dengan sedikit atau tanpa substansi interselular di
antaranya. Epitel dapat berupa membran dan dapat pula berupa kelenjar.
Membran dibentuk oleh lembaran sel-sel dan meliputi suatu permukaan luar atau
membatasi suatu permukaan dalam. Kelenjar berkembang dari permukaan epitel
dengan cara tumbuh kedalam jaringan ikat dibawahnya, badan biasanya bagian
yang berhubungan dengan permukaan tetap terpelihara. Kelenjar demikian disebut
kelenjar eksokrin, yang sekret atau hasilnya dicurahkan kepermukaan pada
beberapa kasus hubungan dengan permukaan itu hilang dan kelenjar itu
mencurahkan hasilnya ke suatu sistem pembuluh; inilah yang disebut kelenjar
endokrin. Mengenai bentuk, pada dasarnya sel epitel adalah gepeng, kuboid, dan
silindris, dengan bentuk peralihan (transisional). Sel gepeng itu sangat pipih,
tingginya kurang dari lebarnya. Dari samping terlihat melebar di tempat inti. Sel
kuboid berbentuk kubus, tinggi dan lebarnya kurang lebih sama dan sel silindris
tingginya melebihi lebarnya. Semua inti berderet sejajar dengan sumbu utama sel
denagn bentuk yang sesuai dengan sel nya. Jadi inti itu bulat dan biasanya
ditengah pada sel kuboid, pipih pada sel gepeng, dan lonjong pada sel silindris.
( Leeson,C.Roland.1996 : 65)
Pengkhususan struktur pada permukaan sel epitel merupakan modifikasi pada
permukaan lateral, bagian basal dan bagian apeks. Terjadinya modifikasi untuk
berbagai fungsi seperti mengikat epithelium yang satu dengan yang lainnya,difusi
antar sel, untuk penghalang (barier) antar sel, masuknya zat-zat dari lumen yang
dibatasi oleh jaringan bawahnya, untuk komunikasi antar sel,untuk mengisi celah
antar sel pada tempat tertentu dan merambatkan listrik. (Tadeus 2009 : 8)
Epitel bersilia ada 2 macam silia yaitu silia bergerak (kinosilia), gerak sendiri
contoh pada spermatozoa dan gerak zat lain contoh pada sel respiratorius dan
oviduk. Silia tidak bergerak (stereosilia), seperti mikrovili panjang-panjang saling
bergandengan melalui anastomis yang fungsinya memperluas permukaan
skretorik contohnya pada duktus epididimis. (Anonim2 2002 : 5)
Sel-sel disusun membentuk membrane dalam satu atau lebih lapisan. Epitel
selapis tersusun oleh sel-sel dalam satu lapisan; semua sel terletak diatas
membrane basal dan mencapai permukaan. Epitel berlapis basal yang terletak
diatas membrane basal. Epitel bertingkat disusun oleh sel-sel yang semuanya
berhubungan dengan membrane basal tetapi tidak semua sel mecapai prmukaan.
Pada dasarnya epitel ini dibentuk oleh sel dengan berbagai bentuk dalam satu
lapisan, biasanya dengan inti-inti yang terletak pada berbagai tingkat, sehingga
memberikan gambaran palsu adanya bebeapa lapisan.
( Leeson,C.Roland.1996 : 65)
Menurut DRG.Tadeus (2009 : 3-5) Berdasarkan lapisan penyusunnya, jaringan
epitel dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Epitel gepeng selapis (Epithelium squamous simplex, simple squamous
epithelium).

Seluruh sel yang menyusun epitel ini berbentuk gepeng dan tersusun
dalam satu lapisan. Batas-batas sel baru jelas apabila sediaan diwarnai
dengan AgNO3. Epitel jenis ini terdapat, misalnya pada : permukaan
dalam membrane tympani, lamina parietalis capsula bowmani, Rete testis,
Pars descendens ansa henlei pada ginjal, mesotil yang membatasi rongga
serosa, endotel yang membatasi permukaan sistem peredaran, duktus
alveolaris dan alveoli paru-paru.
2. Epitel kuboid selapis (Epithelium cuboideum simplex, simple cuboidal
epithelium).
Susunan epitel ini terdiri atas selapis sel yang berbentuk kuboid dengan
inti yang bulat ditengah, epitel ini dapat dijumpai pada pleksus coroideus,
diventriculus otak, folikel glandula thyreoidia, epithelium germanitivum,
pada permukaan ovarium, epithelium pigmentosum retinae dan duktus
ekskretorius beberapa kelenjar.
3. Epitel silindris selapis (Epithelium cilindricum simplex, simple columnar
epithelium).

Epitel jenis ini terdiri atas selapis sel-sel yang berbentuk silindris sehingga
inti yang berbentuk oval tampak terletak pada satu deretan. Epitel ini dapat
ditemukan pada permukaan selaput lendir tractus digestivus dari lambung
sampai anus, vesica fellea, dan ductus excretorius beberapa kelenjar. Pada
beberapa tempat tempat kadang-kadang pada permukaan selnya
mengalami modifikasi yaitu dengan adanya silia, misalnya dapat dijumpai
pada permukaan uterus dan bronchiolus. Epitel pada permukaan usus
selain berfungsi sebagai pelindung juga berfungsi sekresi karena
diantaranya terdapat sel-sel yang mampu menghasilkan lendir. Pada
beberapa tempat terdapat epitel yang hampir seluruhnya terdiri atas sel
kelenjar yang berbentuk sebagai piala, sehingga dinamakan sebagai Sel
Piala.
4. Epitel gepeng berlapis (Epithelium squmosum complex, stratified squamos
epithelium).

Epitel ini lebih tebal dari epitel selapis. Bentuk gepeng pada sel epitel ini
hanyalah sel-sel yang terletak pada lapisan permukaan, sedangkan sel-sel
yang terletak lebih dalam bentuknya berubah. Sel-sel yang terletak paling
basal berbentuk kuboid atau silindris melekat pada membrana basalis. Di
atas sel-sel silindris ini terdapat lapisan sel yang berbentuk polihedral yang
makin mendekati permukaan makin memipih.Epitel ini cocok untuk fungsi
proteksi, tetapi kurang cocok untuk fungsi sekresi. Jika pada permukaan
epitel gepeng berlapis terdapat cairan, maka cairan tersebut bukan berasal
dari epitel melainkan berasal dari kelenjar yang terdapat di bawah
epitel.Epitel jenis ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a) Epitel gepeng berlapis tanpa keratin

Epitel jenis ini terdapat pada permukaan basah, misalnya pada cavum oris,
oesophagus, cornea, conjunctiva, vagina, dan urethra feminine.
b) Epitel gepeng berlapis berkeratin
Struktur jenis ini mirip dengan epitel gepeng berlapis tanpa keratin, tetapi
terdapat perubahan pada sel-sel permukaannya yang menjadi suatu lapisan
yang mati dan tidak jelas lagi batas-batas selnya. Lapisan permukaan
tersebut dinamakan lapisan keratin. Jenis epitel ini dapat ditemukan pada
epidermis kulit.
Lapisan-lapisan sel pada epidermis kulit adalah sebagai berikut :
a. Stratum basale
Merupakan selapis sel berbentuk silindris pendek yang terletak pada
lapisan paling bawah. Dalam sitoplasmanya terdapat butir-butir pigmen
melanin.
b. Stratum spinosum
Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk polihedral. Pada
pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya terlihat seakan-akan
sel-selnya berduri (spina) yang sebenarnya disebabkan adanya bangunan
yang disebut desmosome. Adanya desmosome menyebabkan eratnya
hubungan antar sel.
c. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri dari 2-4 lapis sel yang berbentuk belah ketupat dengan
sumbu panjangnya sejajar permukaan. Di dalam selnya terdapat butir-butir
keratohialin, oleh karena mulai lapisan ini terjadi perubahan-perubahan
fisiologis.
d. Stratum lucidum
Lapisan ini terkadang tidak jelas karena tampak sebagai garis jernih yang
homogen. Sebenarnya lapisan ini terdiri atas sel-sel tidak berinti yang telah
mati dan mengandung zat eleidin dalam sitoplasmanya.
e. Stratum corneum
Merupakan lapisan teratas dari epidermis. Pada lapisan ini zat eleidin telah
berubah menjadi keratin. Bagian terluar dari lapisan ini, terdapat bagian-
bagian epidermis yang dilepaskan sehingga merupakan lapisan tersendiri
yang disebut dengan Stratum disjunctum.
5. Epitel silindris berlapis (Epithelium cilindricum complex, stratified
columnar epithelium).

Epitel ini terdiri atas beberapa lapisan sel dengan lapisan yang teratas
berbentuk silindris dan bagian basal selnya tidak mencapai membran
basalis. Lapisan sel-sel di bawah sel silindris berbentuk lebih pendek
bahkan bagian yang terbawah berbentuk kuboid. Jenis epitel ini dapat
ditemukan pada peralihan oropharing ke laring, fornix conjunctivae,
urethra pars cavernosa dan ductus excretorius beberapa kelenjar. Pada
beberapa tempat tertentu permukaan sel dari lapisan teratas dilengkapi
dengan silia, seperti pada facies nasalis palatum molle, laring dan
oesophagus dari fetus.
6. Epitel cuboid berlapis (Epithelium cuboideum complex ).

Merupakan epitel berlapis yang terdiri atas sel-sel permukaan yang


berbentuk kuboid. Jenis epitel ini tidak terlalu banyak di dalam tubuh yaitu
pada ductus excretorius glandula parotis dan dinding anthrum folliculi
ovarii.

7. Epitel silindris bertingkat (Epithelium cilindricum pseudocomplex, epitel


silindris berlapis semu).

Pada jenis epitel ini, semua sel-sel yang menyusunnya mencapai


membrane basalis. Tinggi sel-sel penyusunnya tidak sama sehingga letak
inti-inti selnya nampak bertingkat atau berlapis. Sel-sel yang berukuran
pendek memiliki inti yang pendek dan berfungsi sebagai penyokong.
Epitel jenis ini mempunyai modifikasi dengan adanya silia pada
permukaan sel yang berukuran tinggi, sehingga epitel ini disebut sebagai
epitel silindris bertingkat bersilia. Epitel ini dapat ditemukan pada trachea,
bronchus yang besar, dan ductus deferens. Pada trachea sel-sel yang
mencapai permukaan terdapat dua jenis yaitu sel bersilia dan sel piala
(Goblet cell) sebagai sel kelenjar.
8. Epitel transisional (Transisional epithelium ).
Epitel ini merupakan bentuk peralihan tergantung dari keadaan ruangan
organ yang dibatasi. Epitel jenis ini cocok untuk melapisi permukaan suatu
organ berongga yang selalu mengalami perubahan volume seperti kandung
kemih dan juga saluran kemih mulai dari calyces renales sampai sebagian
dari urethra.
Jaringan epitel merupakan salah satu jaringan dasar penyususn organ tubuh
yang tersusun atas kumpulan sel-sel yang saling berikatan erat sehingga
membentuk lapisan sel yang menutupi permukaan tubuh dan menyusun kelenjar-
kelenjar. Dibawah jaringan ini terdapat lapisan tipis yang disebut Lamina basalis.
Lapisan ini terdiri dari bahancair yang amorf dan begranula (buturan), bersama
dengan jalinan serat halus. Dibawah lamina basalis sering ditemukan kolagen atau
retikulosa yang bersusun rapat. Sel-sel epitel berlekatan kuat dan berhubungan
sesamanya oleh adanya Junctional complex, yang terdiri dari Zonula occludens,
Zonula adhens, dan Gap junction. Anonim 3 2007 : 1)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Hari/Tanggal : Sabtu, 19 Oktober 2019
Waktu : 10.30 s/d selesai
Tempat : Laboratorium Terpadu 1 Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Al-Azhar Mataram

3.2 Alat dan Bahan

1. Mikroskop binokuler Olympus CX23


2. Preparat Histologi Dasar
 4C Simple Columar ephitelium Gallblader
 12A Ephitelium simplex squamosum
 3C Simple Cuboidal ephitalium, Thyroid
 16A Ephitalium Pseudosratificatum columnare
 5C Stratified Squamosum Ephitelium, Skin
 19A Ephitelium Transitionale
 22A Textus Connectives Areolaris
 25A Textus Connectives Elasticus
 26A Textus Connectives adiposus
 21A Textus Connectives Gelatinosus
 23A Textus Connectives Collagenosus Compactus Irregularis
 24A Textus Connectives Collagenosus Compactus Regularis
1. Buku Atlas Histologi

1.3 Cara Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang telah disediakan di Laboratorium Terpadu 1
2. Periksa keadaan mikroskop yang akan digunakan, cek pencahayaan, lensa
okuler dan binokulernya.
3. Siapkan preparathistologi yang telah disediakan
4. Mula-mula lihatlah jaringan epitel dan jaringan ikat dengan pembesaran
(10 x 10) setelah itu ke perbesaran (40 x 10).
5. Dokumentasikan hasil pengamatan
6. Buat laporan sementaranya dengan memakai pedoman atlas histologi yang
telah disiapkan.
7. Rapikan seluruh alat dan bahan setelah selesai digunakan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengambilan Foto dari Mikroskop

1. 4C Simple Columar ephitelium Gallblader

Perbesaran (10 x 10)


2. 12A Ephitelium simplex squamosum
Perbesaran (10 x 10 )
3. 3C Simple Cuboidal ephitalium, Thyroid

Perbesaran (10 x 10)


4. 16A Ephitalium Pseudosratificatum columnare
Perbesaran ( 40 x 10 )
5. 5C Stratified Squamosum Ephitelium, Skin

Perbesaran ( 10 x 10 )
6. 19A Ephitelium Transitionale
Perbesaran ( 10 x 10 )
7. 22A Textus Connectives Areolaris

Perbesaran ( 10 x 10 )
8. 25A Textus Connectives Elasticus

Perbesaran ( 10 x 10 )
9. 26A Textus Connectives adiposus
Perbesaran ( 10 x 10 )
10. 21A Textus Connectives Gelatinosus

Perbesaran ( 10 x 10 )
11. 23A Textus Connectives Collagenosus Compactus
Irregularis

Perbesaran ( 10 x 10 )
12. 24A Textus Connectives Collagenosus Compactus
Regularis

Perbesaran (40 x 10)

4.2 Pembahasan Hasil Pengamatan

Pada pengamatan di atas digunakan 12 preparat jaringan epitel dan


jaringan ikat.

a. Jaringan Epiltel

Jaringan epitel, yaitu jaringan yang terdiri atas sel-sel yang biasanya
bentuknya sama yang berkumpul dengan sangat erat dengan bahan ekstra
seluler atau matriks yang sangat sedikit.

Jaringan epitel terbagi berdasarkan bentuk selnya dan jumlah susunan


jaringannya. Berdasarkan bentuk selnya, jaringan epitel dibagi menjadi tiga
betuk yaitu epitel pipih (squamosa), kubus dan silindris. Berdasarkan jumlah
lapisan yang menyusunnya, jaringan epitel dibedakan atas jaringan epitel
selapis, jaringan epitel berlapis, dan jaringan epitel berlapis semu.

Jaringan epitel penutup merupakan jaringan yang sel-selnya tersusun


dalam lapisan yang menyerupai membran dan menutupi permukaan luar atau
melapisi rongga-rongga tubuh atau lumen.

1. Epitel selapis
Jaringan epitel selapis adalah jaringan epitel yang terdiri
atas satu lapisan sel, dan semua sel-selnya duduk bertumpu pada
membran basalis dan mencapai permukaan. Dijumpai pada tempat-
tempat yang tidak banyak mengalami kerusakan mekanis, seperti
rongga tubuh bagian ventral, membatasi jantung dan pembuluh
darah, bagian dari tubulus ginjal, membatasi bagian dalam kornea,
dan biasanya berperan di dalam absorbsi mengontrol permiabilitas
pembuluh, absorbsi, sekresi dan filtrasi. Jaringan epitel selapis
terdiri atas epitel selapis pipih, epitel selapis kubus, dan epitel
selapis selindris.

2. Epitel Berlapis banyak Palsu


Epitel ini dikatakan berlapis banyak palsu karena pada
penampang tegak lurus tampak seperti berlapis banyak. Hal ini
disebabkan karena letak inti dari sel-sel yang membangunnya tidak
sama tingginya. Semua sel yang membangunnya berhubungan
langsung dengan membrane basal. Epitel ini dibangun atas tiga
macam tipe sel, yaitu sel basal, sel selindris bersilia, dan sel goblet.

3. Epitel Berlapis Banyak


Berbeda dengan jaringan epitel selapis. Jaringan epitel
berlapis banyak terdapat pada tempat-tempat yang banyak
mengalami kerusakan mekanis, dan umumnya tidak memiliki fungsi
absorbsi atau filtrasi, tetapi berfungsi sebagai proteksi. Pada semua
jaringan epitel berlapis banyak, terdapat lapisan sel-sel kubus atau
selindris kecil yang termodifikasi yang terletak setelah membran
basal. Di atas sel-sel basal, biasanya terdapat satu atau lebih sel-sel
polygonal. Pada permukaan bebasnya terdapat lapisan sel yang
bentuknya berbeda dari lapisan sebelumnya.

Jaringan epitel memiliki fungsi yang sangat luas, tergantung lokasi


epitel pada suatu organisme. Jaringan epitel berfungsi, antara lain :

1. Sebagai alat proteksi, baik terhadap pengaruh mekanis, fisik,


maupun secara kimiawi, misalnya epitel yang terdapat pada kulit,
2. Sebagai organ eksteroreseptor yang mampu menerima rangsangan
dari luar, seperti sel-sel neuroepitel pada puting pengecap,
3. Sebagai alat eksresi untuk membuang sisa-sisa hasil metabolisme
(air, garamgaram, aminoak, dan CO2),
4. Sebagai alat osmoregulasi (pengaturan tekananosmosis cairan
tubuh) dengan cara pembuangan garam-garam melalui permukaan
kulit,
5. Membantu proses respirasi, khususnya pada hewan-hewan
akuatik,
6. Sebagai alat gerak, misalnya sayap pada kelelawar dan selaput
renang pada katak sawah,
7. Sebagai alat nutrisi, misalnya kelenjar susu pada mamalia,
8. Sebagai alat absorbsi, misalnya absorbsi sari-sari makanan pada
dinding usus, dan
9. Membantu pembentukan vitamin D dari provitamin D melalui
bantuan cahaya matahari.
10.
b. Jaringan Ikat
Jaringan penyambung atau ikat dapat berfungsi sebagai penyokong,
pengikat, pengisi, pembungkus, penyimpanan, pertahanan, perbaikan,
transportasi dan nutrisi pada berbagai jenis hewan.
Ada tiga jenis serabut jaringan ikat yaitu serabut kolagen, serabut
elastik, dan serabut retikuler. Ketiga jenis serabut tersebut didistribusi secara
seimbang diantara berbagai jenis jaringan penyambung.
a. Serabut Kolagen
Merupakan serabut yang paling banyak dijumpai dalam jaringan
ikat. Dalam keadaan segar berupa benang-benang yang tidak berwarna.
Tetapi bila terdapat dalam jumlah besar, ia tampak berwarna putih
misalnya pada tendon. Serabut kolagen juga dapat dijumpai pada
mesenterium dan terlihat sebagai struktur panjang silindris yang berliku-
liku dan memiliki garis-garis lngituginal.
b. Serabut Elastik
Serabut elastik mudah dibedakan dari serabut kolagen, sebab
serabut elastik lebih tipis dan tidak memiliki garis-garis longituginal.
Selain itu serabut elastik bercabang-cabang dan satu sama lainnya bersatu
membentuk suatu jaringan yang tidak teratur. Dalam keadaan segar dan
dalam jumlah yang banyak tampak berwarna kuning.

c. Serabut Retikuler
Serabut retikuler sangat halus dengan diameter kurang lebih sama
dengan fibril pada kolagen, dan terutama dijumpai pada organ-organ
hematopoietik misalnya lien, nodus limpatikus dan sumsum tulang
merah.

Pembagian Jaringan Pengikat :

1. Jaringan ikat sesungguhnya


a. Jaringan ikat longgar
b. Jaringan ikat padat
1. Jaringan adipodsa
2. Jaringan ikat padat tidak teratur
2. Jaringan ikat dengan sifat-sifat khusus
a. Jaringan adipose atau jaringan lemak
b. Jaringan retikuler
c. Jaringan hematopoietic.

Disini akan dijelaskan beberapa pembagian jaringan ikat


diantaranya jaringan sesungguhnya dan jaringan ikat dengan sifat-sifat
khusus. Dan yang pertama ,Jaringan sesungguhnya merupakan jaringan
yang terdiri dari jaringan ikat longgar dan padat serta jaringan ikat dengan
sifat-sifat khusus.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa kita dapat
mengetahui beberapa pembagian preparat histologi dasar menggunakan
mikroskop dan dari sanalah kita mengetahui sistem pewarnaan dalam ilmu
histologi dasar atau yang dikenal dengan ilmu pengetahuan yang penuh dengan
visual warna. Dan dari pengertian jaringan sendiri adalah sekelompok sel yang
memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Oleh karena itu, kita mengetahui tentang
jaringan – jaringan yang ada pada ilmu histologi dasar.
Dan dari praktikum ini juga kita dapat mengetahui pembagian jaringan epitel dan
ikat berdasarkan susunan dan bentuknya , Oleh karena itu secara jelas dalam pengamatan
menggunakan mikroskop juga dinyatakan jaringan- jaringan yang terdapat pada histologi
dasar serta preparat yang ada di dalamnya. Tidak hanya itu, ukuran dari masing-masing
preparat juga berbeda. Dari nama dan ukuran yang mulai dari 10 x 10 hingga 40 x 10
disana sudah jelas bentuk dan preparatnya. Dan kita dapat melihat bentuk preparat dalam
jaringan ikat dan epitel tersebut menggunakan mikroskop.

4.2. Saran
Dan adapun saran dalam praktikum ini adalah sebaiknya di dalam
pelaksanaan praktikum kali ini waktu yang telah ditetapkan digunakan sebaik-
baiknya sehingga praktikum dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Setiap pengamatan harus dilakukan dengan teliti untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Dalam proses pengamatan objek dengan menggunakan mikroskop
pengaturan focus sebaiknya dilakukan pelan-pelan.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, 2010, Jaringan Epitel, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Malang
Adnan, 2010, Jaringan Ikat, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Malang
Eroschenko, Victor P. 2015.Atlas Histologi difiore. Jakarta. EGC.
Staff Uny. 2015. Jaringan Epitel. Petunjuk praktikum Histologi dan Mikroskopi
Anatomi Universitas Negeri Yogyakarta.Yogyakarta.
Mescher,Anthony L PhD.2013.Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas.MGH.
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………..1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..


1.2 Tujuan……………………………………………………………………
1.3 Manfaat………………………………………………………………….

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Histologi Dasar………………………………………………………….

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat……………………………………………………..

3.2 Alat dan Bahan…………………………………………………………

3.3 Cara Kerja………………………………………………………………

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengambilan Foto Dari Mikroskop……………………………..

4.2 Pembahasan Praktikum………………………………………………..

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai