Anda di halaman 1dari 9

Handout Statistika 1 Dra. Ingrid M. E.

Rooroh, MM
__________________________________________________________________

BAB II. DISTRIBUSI FREKUENSI

A. PEMBENTUKAN DISTRIBUSI FREKUENSI

1. PENGERTIAN DISTRIBUSI FREKUENSI


Sebagai suatu bentuk penyusunan yang teratur mengenai suatu
rangkaian data dengan menggolongkan besar dan kecilnya angka yang
bervariasi ke dalam kelas tertentu.

2. TUJUAN
Untuk memperoleh gambaran yang sederhana dan sistematis mengenai
peristiwa yang dinyatakan dalam angka.

3. CONTOH 1 :
Berikut ini adalah hasil pencatatan besarnya tabungan perorangan dari
80 orang penabung di BPR ”X” ( data dalam ribuan rupiah) pada tahun 20ZZ

79 49 48 74 81 98 76 80
80 84 90 70 91 93 82 93
70 71 92 38 56 81 74 73
68 72 84 51 65 93 83 86
90 35 data terkecil 83 73 74 43 86 88
92 93 76 71 90 72 67 74
80 91 61 72 97 91 88 81
70 74 99 data terbesar 95 80 59 71 77
63 60 83 82 60 67 89 65
74 63 88 70 60 88 79 75
Cara menyusun data di atas menjadi bentuk distribusi frekuensi adalah
sebagai berikut :
I. 1). Menentukan jumlah kelas (k)
Ada 2 aturan :
a. Menggunakan Rumus Sturgess (1926) :
k = 1 + 3,322 log n
dimana : k = jumlah kelas
n = jumlah data observasi

_______________________________________________________________ 40
Bab 2. Distribusi Frekuensi
Handout Statistika 1 Dra. Ingrid M. E. Rooroh, MM
__________________________________________________________________

Pada contoh 1, diketahui n = 80, maka


Jumlah kelas = k = 1 + 3,322 log 80
= 1 + 3,322 (1,903089987)
= 1 + 6,322064936
= 7,322064936
= 7 (pembulatan)
b. Menggunakan aturan bebas (subyektif)
Jumlah kelas ditentukan sendiri secara bebas, misalnya menjadi 5
s/d 10 kelas. Tidak menggunakan rumus Sturgess.
2). Menentukan interval kelas (CLASS INTERVAL) = i
Range dataterbesar  dataterkecil 99  35
i    9,14
k 7 7

= 9 atau 10
(Pembulatan mencari angka yang mudah)

II. Membuat kelas


Menentukan batas kelas (CLASS LIMITS)
a. Batas kelas bawah (lower class limits)
b. Batas kelas atas (upper class limits)
Batas kelas adalah : nilai batas tiap kelas dalam sebuah distribusi
dan digunakan sebagai pedoman guna memasukkan angka-angka
hasil observasi ke dalam kelas yang sesuai
Menentukan bata kelas :
(1). Diambil data observasi yang terkecil, pada contoh 1 diatas
data observasi terkecil adalah 35. Maka batas kelas bawah
sama dengan 35. Dengan interval kelas = 10 dan jumlah kelas
= 7, maka batas kelas bawah dan atas pada masing-masing
kelas sbb . : 35 – 44
45 – 54
55 – 64
65 – 74
75 – 84
85 – 94
95 – 104

_______________________________________________________________ 41
Bab 2. Distribusi Frekuensi
Handout Statistika 1 Dra. Ingrid M. E. Rooroh, MM
__________________________________________________________________

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa data terkecil 35 dan


data terbesar 99 dapat masuk kedalam kelas-kelas tersebut.

(2). Atau diambil data sembarang untuk menentukan batas kelas


bawah, asalkan setelah semua kelas ditentukan, seluruh data
observasi dapat masuk ke dalam pembagian kelas ( i = 10 dan
k = 7). Misal ditentukan batas kelas bawah secara sembarang
yaitu 30 maka kelas-kelasnya adalah sbb.:
30 – 39
40 – 49
60 – 69 data terkecil 35 masuk kelas
pertama
50 – 59 dan data terbesar 99 masuk
kelas
70 – 79 ketujuh
80 – 89
90 – 99

III. Memasukkan data pada kelas yang sesuai, kemudian menghitung


frekuensinya. {Penentuan batas kelas bawah dan atas yang dipilih
adalah cara II. b. (1) diatas

NO.KELAS BESAR TABUNGAN TABULASI FREKUENSI

1 35 - 44 /// 3
2 45 - 54 /// 3
3 55 - 64 //// /// 8
4 65 - 74 //// //// //// //// /// 23
5 75 - 84 //// //// //// //// 20
6 85 - 94 //// //// //// //// 19
7 95 - 104 //// 4
Jumlah 80

_______________________________________________________________ 42
Bab 2. Distribusi Frekuensi
Handout Statistika 1 Dra. Ingrid M. E. Rooroh, MM
__________________________________________________________________

IV. Membuat tabel (Daftar) Distribusi Frekuensi

TABEL II(1)
DISTRIBUSI FREKUENSI BESAR TABUNGAN
UNTUK 80 PENABUNG PADA BPR " X "
TAHUN 20ZZ
No. Kelas Besar tabungan Frekuensi
(dalam ribuan rupiah) (orang)
1 35 - 44 3
2 45 - 54 3
3 55 - 64 8
4 65 - 74 23
5 75 - 84 20
6 85 - 94 19
7 95 - 104 4
Jumlah 80

Demikianlah telah tersusun suatu bentuk distribusi frekuensi.


Selain hal tersebut diatas, yang perlu mendapatkan perhatian adalah,
bagaimana menentukan tepi kelas, dan titik tengah kelas.

 TEPI KELAS (CLASS BOUNDARIES) ATAU BATAS TEORITIS

Adalah : nilai-nilai yang seharusnya diperhitungkan dalam batas


kelas. Terdiri dari :
a. Tepi kelas bawah
b. tepi kelas atas
Pada tabel 1 diketahui bahwa kelas pertama adalah 35 – 44 , dan
kelas kedua adalah 45 – 54 maka :
45 – 44 = 1, kemudian 1 tersebut dibagi 2 menjadi = 1 : 2 = ½ atau 0,5
Angka 0,5 ini ditambahkan dan dikurangkan pada interval kelas 35 s/d 44
sehingga menjadi :
Tepi kelas bawah = 35 – 0,5 = 34,5
Tepi kelas atas = 44 + 0,5 = 44,5 demikian pula pada kelas
kedua, tepi kelas bawah = 45 – 0,5 = 44,5 dan
_______________________________________________________________ 43
Bab 2. Distribusi Frekuensi
Handout Statistika 1 Dra. Ingrid M. E. Rooroh, MM
__________________________________________________________________

Tepi kelas atas = 54 + 0,5 = 54,5 sehingga


Interval kelas nya = i = 44,5 – 34, 4 = 54,5 – 44, 5 = 10

 TITIK TENGAH KELAS = m

Adalah : nilai rata-rata hitung dari kedua tepi kelas atau batas kelas

bataskelasbawah  bataskelasatas
m
2

Pada tabel 1 diatas maka :

35  44
Titik tengah kelas pertama = m1   39,5
2
45  54
Titik tengah kelas kedua = m2   49,5
2

55  64
Titik tengah kelas ketiga = m3   59,5
2

65  74
Titik tengah kelas keempat = m4   69,5
2

75  84
Titik tengah kelas kelima = m5   79,5
2

85  94
Titik tengah kelas keenam = m6   89,5
2

95  104
Titik tengah kelas ketujuh = m7   99,5
2

Interval kelas ( i ) = m7–m6 = 99,5 – 89,5 = 10 atau

= m6–m5 = 89,5 – 79,5 = 10 atau

= m5–m4 = 79,5 – 69,6 = 10 atau

= m4–m3 = 69,5 – 59,5 = 10 atau

= m3–m2 = 59,5 – 49,5 = 10 atau

= m2– m1 = 49,5 – 39,5 = 10.

_______________________________________________________________ 44
Bab 2. Distribusi Frekuensi
Handout Statistika 1 Dra. Ingrid M. E. Rooroh, MM
__________________________________________________________________

B. PENYAJIAN GRAFIK FREKUENSI


a. Histogram (grafik batang)

25

20

15
Besar
tabungan
10

0
39.5 49.5 59.5 69.5 79.5 89.5 99.5
Titik tengah kelas
Gambar II (1)
b. Poligon (grafik garis)

25

20
Besar tabungan

15

10

0
39.5 49.5 59.5 69.5 79.5 89.5 99.5
Titik tengah kelas
Gambar II (2)
_______________________________________________________________ 45
Bab 2. Distribusi Frekuensi
Handout Statistika 1 Dra. Ingrid M. E. Rooroh, MM
__________________________________________________________________

C. MACAM DISTRIBUSI FREKUENSI


1. Biasa
2. Distribusi Frekuensi Kumulatif
a. Lebih dari
b. Kurang dari
3. Distribusi Frekuensi Relatif
4. Distribusi Frekuensi Persentase (%)

1). Distribusi Frekuensi Biasa : distribusi frekuensi seperti pada tabel 1


2). a. Distribusi Frekuensi Kumulatif “Lebih dari”

TABEL II (2)
DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF "LEBIH DARI"
BESAR TABUNGAN UNTUK 80 PENABUNG
PADA BPR"X" TAHUN 20ZZ
Besar Tabungan Frekuensi Kumulatif
(ribuan Rp) ( orang)
Lebih dari 35 80
Lebih dari 45 80 - 3 = 77
Lebih dari 55 77 - 3 = 74
Lebih dari 65 74 - 8 = 66
Lebih dari 75 66 - 23 = 43
Lebih dari 85 43 - 20 = 23
Lebih dari 95 23 - 19 = 4
Lebih dari 105 4-4=0
b. Distribusi Frekuensi Kumulatif “Kurang dari”

TABEL II (3)
DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF "KURANG DARI"
BESAR TABUNGAN UNTUK 80 PENABUNG
PADA BPR"X" TAHUN 20ZZ
BESAR TABUNGAN FREKUENSI KUMULATIF
(ribuan rupiah) (orang)
Kurang dari 35 0
Kurang dari 45 0+3=3
Kurang dari 55 3+3=6
Kurang dari 65 6 + 8 = 14
Kurang dari 75 14 + 23 = 37
Kurang dari 85 37 + 20 = 57
Kurang dari 95 57 + 19 = 76
Kurang dari 105 76 + 4 = 80
Distribusi frekuensi kumulatif “lebih dari” dan “kurang dari” apabila

_______________________________________________________________ 46
Bab 2. Distribusi Frekuensi
Handout Statistika 1 Dra. Ingrid M. E. Rooroh, MM
__________________________________________________________________

digambar akan membentuk “KURVE OGIVE”, seperti tampak pada


gambar

90
80
70
Jum Penabung

60
50
40
30
20
10
0
34.5 44.5 54.5 64.5 74.5 84.5 94.5 105
Besar tabungan

Gambar II (3)

3). Distribusi Frekuensi Relatif


Adalah distribusi frekuensi yang masing-masing kelas, frekuensinya
dibagi dengan jumlah observasinya.

TABEL II (4)
DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF
BESAR TABUNGAN UNTUK 80 PENABUNG
PADA BPR"X" TAHUN 20ZZ
Besar Tabungan Frekuensi Relatif
(ribuan rupiah)
35 - 44 3/80 = 0,04
45 - 54 3/80 = 0,04
55 - 64 8/80 = 0,10
65 - 74 23/80 = 0,28
75 - 84 20/80 = 0,25
85 - 94 19/80 = 0,24
95 - 104 4/80 = 0,05
4. Distribusi Jumlah 80/80 = 1
Frekuensi Persentase (%)
_______________________________________________________________ 47
Bab 2. Distribusi Frekuensi
Handout Statistika 1 Dra. Ingrid M. E. Rooroh, MM
__________________________________________________________________

Adalah distribusi frekuensi relatif dikalikan dengan persentase (%)

TABEL II (5)
DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF
BESAR TABUNGAN UNTUK 80 PENABUNG
PADA BPR"X" TAHUN 20ZZ
Besar Tabungan Frekuensi Relatif (%)
(ribuan rupiah)
35 - 44 3/80 x 100% = 4
45 - 54 3/80 x 100% = 4
55 - 64 8/80 x 100% = 10
65 - 74 23/80 x 100% = 28
75 - 84 20/80 x 100% = 25
85 - 94 19/80 x 100% = 24
95 - 104 4/80 x 100% = 5
Jumlah 100

Revisi ‘09

_______________________________________________________________ 48
Bab 2. Distribusi Frekuensi

Anda mungkin juga menyukai