Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Makalah ini Kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu Kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
1
DAFTARISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTARISI.......................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................3
B. TUJUAN.............................................................................................................4
C. MANFAAT..........................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................5
A. PENGERTIAN....................................................................................................5
B. FAKTOR PREDISPOSISI..................................................................................6
C. PATOFISIOLOGI................................................................................................7
D. MANIFESTASI KLINIK....................................................................................9
E. PENATALAKSANAAN...................................................................................11
BAB III.........................................................................................................................17
A. PENGKAJIAN..................................................................................................17
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG......................................................................19
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................19
D. INTERVENSI....................................................................................................20
E. EVALUASI.......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................26
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perdarahan setelah melahirkan atau postpartum hemorrhagic (PPH)
adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta,
trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya
(Cunningham, 2005).
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap
tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai
meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam
setelah melahirkan (Sheris, 2002).
Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan
disebabkan oleh perdarahan postpartum (Cunningham, 2005). Di Indonesia,
sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien
yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan postpartum terlambat
sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum atau hemodinamiknya
sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi (Winkojosastro, 2005).
Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu
tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh
perdarahan postpartum (Sheris, 2002).
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus
dicari etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta
akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan
penyebab sebagian besar perdarahan postpartum. Dalam 20 tahun terakhir,
plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering
perdarahan postpartum yang keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan
histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab
perdarahan postpartum antara lain laserasi perineum, laserasi vagina, cedera
levator ani dan cedera pada serviks uteri (Cunningham, 2005).
3
B. TUJUAN
Secara umum diharapkan kepada pembaca terutama mahasiswa agar
dapat mengetahui dan memahami tentang gangguan asuhan keperawatan
dengan perdarahan pstpartum.
Secara khusus diharapkan setelah mempelajari makalah ini, mahasiwa
dapat menjelaskan kepada masyarakat umum mengenai pengertian, tanda dan
gejala, klasifikasi, manifestasi, penanganan dan komplikasi dari perdarahan
postpartum ini.
C. MANFAAT
Bagi pemerintah dan instansi kesehatan
Mahasiswa dan pemerintah maupun instansi kesehatan, dapat bekerja sama
dalam memberikan pengetahuan mengenai perdarahan postpartum
terhadap masyarakat.
Bagi profesi keperawatan
Mahasiswa dan profesi keperawatan dapat bekerja sama dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien perdarahan postpartum.
Bagi mahasiswa keperawatan
Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan mengenai tentang
perdarahan postpartum ini dan mampu mengaplikasikannya di saat praktek
klinik.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml
selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio
plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari
500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam
Mochtar, MPH, 1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500
ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah
kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001).
- Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
1. Menghentikan perdarahan.
A. ETIOLOGI
5
Perlukaan jalan lahir : ruptur uteri, robekan serviks, vagina dan
perineum, luka episiotomi
Sisa plasenta
Bekuan darah
B. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Perdarahan Pascapersalinan dan Usia Ibu
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan
pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Pada usia
dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang
dengan sempurna, jalan lahir mudah robek, kontraksi uterus masih kurang
baik, rentan terjadi perdarahan. Pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi
seorang wanita mengalami penurunan kemungkinan komplikasi
pascapersalinan terutama perdarahan lebih besar.
6
3. Perdarahan Pascapersalinan dan Paritas
C. PATOFISIOLOGI
a. Atonia Uteri
a) Robekan Serviks
7
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, serviks
seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan
pervaginam. Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan
dapat menjalar ke segmen bawah uterus.
b) Perlukaan Vagina
Kolpaporeksis
Fistula
c) Robekan Perineum
8
dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito
bregmatika.
c. Retensio Plasenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan menimbulkan
perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada
perdarahan dengan sisa plasenta.
e. Inversio Uterus
D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam
jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah,
haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah
rendah, ekstremitas dingin, mual.
1. Atonia Uteri
Gejala yang selalu ada : Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan
perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer).
3. Retensio Plasenta
5. Inversio Uterus
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa,
tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan
nyeri sedikit atau berat.
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Umum
10
b) Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman
2. Penatalaksanaan Khusus
1) Atonia Uteri
c) Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir
11
dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehata
rujukan.
3) Plasenta Inkaserata
12
b) Siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan kontriksi
serviks yang kuat, tetapi siapkan infus fluothane atau eter untuk
menghilangkan kontriksi serviks yang kuat, tetapi siapkan infus
oksitosin 20 Untuk500 NS atau RL untuk mengantisipasi gangguan
kontraksi uterus yang mungkin timbul
e) Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan
spekulum
f) Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak
jelas
4) Ruptur Uteri
13
d) Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien
mengkwatirkan lakukan histerektomi
5) Sisa Plasenta
14
Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul
sub mukosa, menggunakan benang polyglikolik No 2/0
( deton/vierge ) hingga ke sfinter ani, jepit kedua sfinter ani
dengan klem dan jahit dengan benang no 2/0
7) Robekan Serviks
a) Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan
mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh
kepala bayi
c) Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga
perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi
lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan
dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga
semua robekan dapat dijahit
15
BAB III
16
A. PENGKAJIAN
1) Identitas Klien
2) Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah
banyak (> 500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus,
pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan
mual.
4) Riwayat Obstetri
18
Personal Hygiene, meliputi: Pola atau frekuensi mandi, menggosok
gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan
mengganti balutan atau duk.
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam
D. INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam.
19
Tujuan: Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume
cairan.
Rencana Tindakan:
20
8) Berikan uterotonika (bila perdarahan karena atonia uteri)
9) Berikan antibiotik
Rencana Keperawatan :
2) Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
4) Tindakan Kolaborasi :
Monitor kadar gas darah dan PH (perubahan kadar gas darah dan
PH merupakan tanda hipoksia jaringan)
21
Berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan
transportasi sirkulasi jaringan).
Rencana Tindakan :
Tujuan : Tidak terjadi infeksi (Lokea tidak berbau dan TV dalam batas
normal)
22
Rencana Tindakan :
6) Tindakan Kolaborasi:
5) Tindakan Kolaborasi:
E. EVALUASI
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
Pernafasan : 20 – 24 x/menit
Suhu : 36 – 37 oC
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB. Lippincot
Company, Pholadelpia.
25
Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.
Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year
Book, Philadelpia.
RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK.
UNAIR, Surabaya
26