Anda di halaman 1dari 10

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru


melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21”
Surakarta, 22 Oktober 2016

KONSEP FISIKA DALAM GERAK PERMAINAN ROKET AIR

Fairusy Fitria Haryani1, Rizki Amaliah2, Dian Fitrasari3, Sparisoma Viridi4


1,2,3,4
Insitut Teknologi Bandung, Bandung,

Email Korespondensi: fairusy.fita@gmail.com

Abstrak
Roket air merupakan salah satu jenis mainan edukatif yang menarik untuk dikaji. Meskipun prinsip dasarnya
sederhana, yaitu menggunakan air dan udara sebagai gaya dorong, analisis gerak pada tiap fasenya cukup rumit.
Perumusan analisis gerak roket air melibatkan kajian termodinamika, fisika mekanika, dan algoritma integrasi
numerik Euler. Berdasarkan hasil data yang didapatkan akan dijelaskan pengaruh variasi data masukan
parameter terhadap gerak roket air dan ukuran efisiensi ketinggian maksimum yang mampu dicapai roket.

Kata Kunci: roket air, fraksi volum air, diameter nozzle, adiabatis.

Pendahuluan matematis dengan menggunakan komputasi


digital modern yang sangat cepat dan efisien
Berbagai kemajuan teknologi yang dalam menjalankan operasi aritmatika
telah tercapai selama ini merupakan hasil (Sahara, 2016).
pengembangan fenomena-fenomena fisika Dalam penelitian ini, definisi besaran
sederhana, salah satunya ialah roket. Roket fisis melalui analitik selanjutnya diiterasikan
merupakan kajian astrofisika yang selalu dengan numerik Euler yang didasarkan
menarik untuk dibahas. Pengembangan roket hukum Newton untuk mengetahui pengaruh
ruang angkasa diawali dengan pendekatan variasi parameter masukan terhadap gaya dan
roket-roket sederhana yang telah ketinggian gerak roket air. Variasi data
dikembangkan sebelumnya, seperti roket air. masukan yang digunakan yaitu fraksi volum
Prinsip dasar penggunaan roket air ialah (perbandingan volume air terhadap volum
dengan mengeluarkan sejumlah volume air botol roket), diameter nozzle (diameter
dari nozzle roket yang juga diartikan lubang/mulut keluarnya air pada tubuh roket),
perbedaan tekanan udara sebagai suplai energi dan tekanan udara mula-mula.
untuk roket (Nelson, 1976). Sering kali,
banyak yang beranggapan terkait roket air
sebagai mainan (Finney, 2000). Padahal, jika Metode Penelitian
melihat deskripsi semua variabel fisika yang
terlibat pada gerak roket air cukup kompleks Pada umumnya, percobaan roket air
dan telah digunakan dalam beberapa dekade menggunakan bahan dasar botol plastik. Hal
untuk mengispirasi siswa dalam mempelajari ini dikarenakan botol plastik mudah
ilmu fisika dan terapannya (Gowdy, 1995) dan ditemukan. Oleh karena itu terdapat batasan
Kian (2014). Berbagai metode pun variasi data masukan yang diberikan. Ukuran
dikembangkan dalam menyelesaiakan maksimum variasi diameter nozzle sebesar
permasalahan fisika di kehidupan sehari-hari. lubang/mulut tubuh botol plastik pada
Tingkat kompleksitas analisis umumnya. Sedangkan besarnya fraksi
bergantung pada batasan permasalahan dan maksimum bergantung pada besarnya tekanan
beberapa asumsi yang digunakan. udara mula-mula dalam roket karena akan
Keterbatasan dalam menyelesaikan mempengaruhi besarnya massa jenis udara
permasalahan secara analitik dalam gerak yang ada di botol sesaat setelah seluruh air
roket air dalam penelitian ini, diintegrasikan keluar. Gambar 1 menunjukkan skema
dengan bantuan metode numerik Euler. representasi roket air dengan beberapa
Metode numerik sangat cocok digunakan variabel yang teridentifikasi.
dalam menyelesaikan permasalahan
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 245
Asumsi yang digunakan dalam gerak Ft = ( Pud - Patm ) An (1)
roket dikelompokkan menjadi 4 (empat) fase
(ENGR 112C, 2014) yaitu : Sedangkan besarnya kecepatan roket saat t0
1. Fase 1 – Jika tabung peluncur digunakan, ditentukan dengan mengalirkan
maka akan dihasilkan kecepatan mula- kesetimbangan energi disekitar sistem
mula akibat perbedaan tekanan udara di tertutup. Dengan mengasumsikan bahwa
dalam botol dengan tekanan atmosfer dan terjadi proses ekspansi bebas karena tidak
adanya energi akibat panjang tabung terjadi adanya perubahan suhu dan dengan
peluncur (t0 dihitung tepat saat roket mendefinisikan persamaan (1), maka
lepas dari ujung tabung). kecepatan roket pada fase 1 adalah :
2. Fase 2 – Air yang dikeluarkan berperan é( Pud - Patm ) An Lt - mt gLt ùû
sebagai bahan bakar roket, memberikan vr = 2 ë (2)
gaya dorong yang kemudian mt
mempercepat roket. dimana An merupakan luas mulut/lubang
3. Fase 3 – Udara yang dikeluarkan roket, Lt merupakan tinggi tabung peluncur, g
berperan sebagai bahan bakar roket merupakan percepatan gravitasi dan mt
setelah air di dalam roket kosong, merupakan massa total roket yang besarnya
memberikan gaya dorong yang kemudian merupakan penjumlahan dari massa roket,
mempercepat roket. massa air dan massa udara, seperti persamaan
4. Fase 4 - Roket tidak memiliki gaya (3). Dalam hal ini massa udara
dorong, kemudian melintasi ketinggian dipertimbangkan akibat adanya tekanan udara
maksimum, dan jatuh ke tanah. yang berbeda antara di dalam dan diluar botol.
mt = mbotol + mair + mud (3)
Besarnya massa air dan massa udara
mula-mula dituliskan seperti persamaan (4)
dan (5).
mair,0 = rair fVr (4)
Pud,0
mud,0 = ratmVud,0 (5)
Patm
dimana ρair adalah massa jenis air, ρatm adalah
massa jenis udara di atmosfer, f adalah fraksi
volum air (Vair/Vr), Vr adalah volum roket,
Vud,0 dan Pud,0 masing-masing adalah volum
dan tekanan udara mula-mula, serta Patm
adalah tekanan udara di atmosfer. Dengan
mengaitkan parameter data masukan, volum
udara mula-mula dapat didefinisikan sebagai
berikut :
(
Vud,0 = 1- f Vr ) (6)
Gambar 1. Skema Representasi Roket Air [6] Pada fase 2 dan 3 gaya dorong pada
roket diakibatkan adanya perubahan massa
Asumsi selanjutnya adalah tidak yang dialami roket. Secara matematis untuk
terdapat sirip (fin) yang terlepas pada tubuh fase 2 dan fase 3 besarnya gaya dorong
roket dan tidak memakai parasut. Oleh karena dituliskan berturut-turut oleh persamaan (7)
itu, massa tubuh roket tanpa air tidak akan dan (8).
berubah. dmair
Pada fase 1, gaya dorong pada roket Ft = - vair (7)
dt
diakibatkan oleh adanya perbedaan tekanan dm
dalam roket dan di luar roket, yang secara Ft = - ud vud (8)
matematis dituliskan sebagai berikut : dt

246 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
Pada dasarnya laju perubahan massa dari dan γ merupakan konstanta adiabatik. Pada
roket sebanding dengan laju ekspansi zat, sistem roket fase 2, volum mula-mula
dalam hal ini air dan udara sebagai berikut. didefinisikan sebagai volum udara mula-mula
dmex V0=Vud,0. Sedangkan besarnya volum udara
= CAn rex vex (9) Vud selama fase 2 ditentukan oleh perubahan
dt
dimana dimana C merupakan koefisien volum udara di dalam roket yang besarnya
gesekan nozzle, yang nilainya mengacu pada sebanding dengan laju air yang keluar. Secara
bentuk geometri nozzle (Bailio, 2004), yaitu matematis dituliskan sebagai berikut :
0.98; An adalah luas lubang/mulut botol; ρex dV = An vex (12)
merupakan massa jenis zat yang keluar; dan Apabila besarnya volum udara sudah
vex merupakan laju ekspansi zat. Pada fase 2, mencapai volum roket (Vud=Vr), maka
zat yang berekspansi adalah air, sehingga tekanan udara di dalam botol akan dengan
ρex=ρair dan vex=vair. Sedangkan pada fase 3, cepat menyesuaikan diri terhadap lingkungan
zat yang berekspansi adalah udara, sehingga untuk mencapai kesetimbangan. Hal ini
ρex=ρud dan vex=vud. dilakukan dengan melakukan ekspansi volum
Finney (2000) melakukan beberapa udara ke luar roket, seperti diilustrasikan pada
asumsi dalam solusi numeriknya, yaitu : udara Gambar 2. Volum bayangan yang
dalam roket berlaku seperti gas ideal dan memfasilitasi pertambahan volum udara
udara berkespansi secara isotermal. Sifat hingga tekanan udara di dalam roket sama
isotermal diterapkan karena untuk dengan tekanan atmosfer (Pud=Patm) dan
menyederhanakan perhitungan. Namun massa jenis udara di dalam roket sama dengan
selanjutnya Gommes (2010) menjelaskan massa jenis atmosfer (ρud=ρatm). Dengan
untuk proses isotermal, panas seharusnya demikian besarnya massa udara akhir di
berdifusi ke dalam roket dari luar untuk dalam roket dapat dituliskan :
menjaga suhu dalam roket konstan. Namun mud, f = ratmVr (13)
karena perubahan posisi akibat difusi panas Pada fase 3 telah disinggung bahwa
udara jauh lebih kecil dari pada jari-jari roket, gaya dorong oleh roket diakibatkan adanya
sehingga ekspansi gas dimodelkan dengan sejumlah volum udara yang keluar dari roket
proses adiabatik. Dengan demikian, asumsi supaya besarnya tekanan udara akhir di dalam
ekspansi udara dan air yang bekerja pada roket roket sama dengan tekanan di luar roket,
diasumsikan sebagai proses adiabatik dimana seperti digambarkan pada Gambar 2.
udara bersifat sebagai gas diatomik dengan γ
= 1.4. Dalam papernya, Kian (2014)
menyebutkan ekspansi yang dialami roket air
yaitu isotermal mesakipun persamaan yang
diungkapkannya adiabatik.
Berdasarkan persamaan Bernouli,
didapatkan perumusan laju keluarnya air yaitu
:

vair = C 2
( Pud - Patm ) (10)
rair
Karena sistem udara diasumsikan mengalami
proses adiabatis, artinya tidak terjadi
perubahan kalor, sehingga persamaan tekanan
gas ideal yang digunakan selama proses
keluarnya air yaitu : Gambar 2. Ekspansi volume udara bayangan
g
æV ö
Pud = Pud,0 ç 0 ÷ (11) Sedangkan perumusan laju udara yang keluar
è Vud ø sama dengan ekspansi laju air, sehingga
dimana V0 sebagai volum mula-mula, Vud perumusannya dapat dituliskan sebagai
sebagai volum udara yang ada di dalam roket berikut.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 247
Pud - Patm 0.1
vud = 2 (14) 0.01
ratm Time step 0.001
0.0001
s

Selain gaya dorong, roket mengalami 0.00001


gaya gravitasi dan gaya gesek terhadap udara,
yang besarnya masing-masing didefinisikan Input variabel f, Pud,0, dn
sebagai berikut :
Fg = -mt g (15)
Tentukan tbeg, tend, Tdata
1 v
Fd = - Cd Ar vr2 r (16)
2 vr
Definisi Parameter fisis
mt merupakan massa total roket; g merupakan
dan besaran fisis
percepatan gravitasi yang besarnya 9.81 m/s2;
Cd merupakan koefisien hambatan udara yang
besarnya untuk roket adalah 0.7 [4]; Ar adalah
luas permukaan roket; dan vr merupakan t=tbeg
kelajuan roket yang besarnya ditentukan
dengan analisis numerik. Dengan demikian
besarnya gaya total yang bekerja pada roket Syarat kondisi fase 2
adalah :
å F = Ft + Fg + Fd (17)
Berdasarkan hukum II Newton dapat Perhitungan Numerik
dituliskan bahwa :

ar =
åF (18) maiir =0
Tidak
mt Ya
Melalui integrasi numerik Euler
besaran fisis hasil keluaran dapat dituliskan Syarat kondisi fase 3
sebagai berikut :
vr = vr + ar dt (19)
h = h + vr dt (20)
Perhitungan Numerik
Secara keseluruhan analisis gerak roket dalam
program ini dilakukan secara komputasi
dengan definisi besaran melalui analitik dan mud < ρatm Vr or
diintegrasikan dengan metode numerik Euler. Pud < Patm
Algoritma program diungkapkan Tidak
seperti Gambar 3. Program dijalankan dengan Ya
menggunakan C++ dengan menggunakan
variasi data masukan parameter seperti pada Syarat kondisi fase 4
Tabel 1, 2 dan 3. Parameter data masukan
pada Tabel 1 dilakukan untuk mendapatkan
nilai optimasi dt. Tabel 2 merupakan
parameter konstan untuk mendapatkan hasil Perhitungan Numerik
akhir yang divariasikan oleh data masukan
seperti Tabel 3.
h=0
Tabel 1: Parameter Masukan Penentuan dt
Ya Tidak
Variabel Nilai Satuan
Tekanan udara mula-mula 600000 Pa Selesai
Diameter nozzle 0.022 m
Fraksi volum 0.467 - Gambar 3. Algoritma Perhitungan

248 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
Tabel 2: Parameter Masukan Konstan Variabel Nilai Satuan
Parameter Nilai Satuan
0.1
g 9.81 m/s2 0.2
0.3
Patm 101325.000 Pa Fraksi volum (f) m
0.4
ρatm 1.23 kg/m 3 0.5
0.6
ρair 1000 kg/m3
γ 1.4 -
Setelah tahapan fiksasi didapatkan nilai
C 0.98 -
dt, langkah selanjutnya adalah
CD 0.7 -
membandingkan beberapa variasi data
dr 0.09 m masukan, seperti pada Tabel 3, terhadap hasil
Vr 0.0015 m3 keluaran yaitu gaya total yang bekerja dan
m0 0.214 kg ketinggian roket.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Optimasi nilai dt (time step) diperlukan
untuk mendapatkan data yang konvergen.
Selain itu untuk meningkatkan akurasi data
yang diperoleh dapat dilakukan perbandingan
terhadap data dari program lain atau data
percobaan sebagai acuan. Dalam hal ini data
acuan yang digunakan yaitu data numerik oleh (a)
Kian (2014), karena asumsi dan sistem fisis
yang digunakan tidak jauh berbeda. Parameter
data masukan dalam menentukan dt
ditunjukkan pada Tabel 1. Hasil data yang
diperoleh dalam menentukan hubungan antara
gaya terhadap waktu data acuan [4]
ditunjukkan pada Gambar 1(a). Apabila
dibandingkan dengan data hasil program,
seperti pada Gambar 1(b), maka distribusi
gaya total dmendekati grafik acuan saat dt ≤
0.0001, dan saat dt = 0.0001 data mulai
bersifat konvergen. Oleh karena itu dt yang
digunakan dalam program yaitu 0.0001. (b)

Tabel 3: Variasi Data Masukan Gambar 4. (a) Grafik hubungan gaya total roket
terhadap waktu [4] (b) Grafik hubungan gaya total yang
Variabel Nilai Satuan bekerja pada roket terhadap waktu dengan program.
0.010
0.014 Pengaruh diameter nozzle terhadap
Diameter nozzle (dn) 0.018 m
0.022
gaya total yang bekerja pada gerak roket air
0.026 dijelaskan pada Gambar 5. Dalam simulasi
300 tersebut dilakukan variasi diameter nozzle
350 dengan nilai Pud,0 = 450 kPa dan f = 0.3.
Tekanan udara mula-mula 400 Berdasarkan Gambar 5 dapat dinyatakan
Pa
(Pud,0) 450
500 bahwa semakin besar ukuran nozzle, maka
550 laju berkurangnya air akan semakin besar. Hal
ini mengakibatkan waktu pengosongan air
jauh lebih cepat. Hal serupa juga berlaku
untuk laju berkurangnya massa udara, karena
semakin besar diameter nozzle akan
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 249
menyebabkan sistem semakin cepat Berdasarkan hukum Newton, semakin
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Selain besar gaya total yang bekerja pada roket air,
itu, berdasarkan Gambar 5 juga maka roket air akan memiliki percepatan yang
mengungkapkan bahwa dengan ukuran nozzle lebih besar. Dengan demikian, lebih besar
yang lebih besar, maka roket air akan kemungkinannya untuk dapat mencapai
mengalami fase perlambatan lebih awal, ketinggian yang lebih tinggi. Hal ini
karena gaya dorong akibat air dan udara diilustrasikan pada Gambar 7, yaitu hubungan
bekerja lebih singkat, namun besarnya gaya antara ketinggian maksimum dengan diameter
yang bekerja jauh lebih besar. nozzle. Namun demikian, semakin besar
Sedangkan pengaruh variasi diameter lubang, maka akan menyebabkan fase roket
nozzle terhadap ketinggian gerak roket semakin sulit diamati, karena gaya dorong
diilustrasikan pada Gambar 6. Semakin besar akibat udara dan air akan semakin cepat. Oleh
ukuran nozzle, ketinggian maksimum yang karena itu, besar lubang yang dipilih untuk
dicapai roket air semakin besar. Rentang simulasi selanjutnya tidak lebih besar
perbedaan ketinggian untuk variasi diameter daripada diameter mulut botol mula-mula,
nozzle mencapai 5 m. Namun demikian, yaitu 0.022 m.
perbedaan waktu tempuh untuk mencapai
ketinggian maksimum pada variasi diameter
nozzle terbesar dan terkecil kurang dari 0.1
sekon.

Gambar 7. Hubungan diameter nozzle (dn) terhadap


ketinggian maksimum (ht) yang dicapai roket air

Pengaruh variasi selanjutnya adalah


tekanan udara mula-mula terhadap gaya total
Gambar 5. Pengaruh variasi diameter nozzle (dn) yang dialami roket air, seperti Gambar 8, dan
terhadap gaya total (Ft) yang bekerja pada roket air terhadap ketinggian roket air, seperti Gambar
9. Dalam simulasi tersebut, data masukan
untuk f dan dn berturut-turut sebesar 0.3 dan
0.022 m. Gambar 8 dan 9 mengungkapkan
bahwa tekanan udara yang makin besar akan
mengakibatkan roket memiliki gaya dorong
yang makin besar dan hasilnya, ketinggian
maksimum yang dapat dicapai roket juga
makin tinggi.

Gambar 6. Pengaruh variasi diameter nozzle (dn)


terhadap ketinggian (ht) roket air.

250 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
Gambar 8. Pengaruh variasi tekanan udara mula-mula Gambar 10. Hubungan tekanan udara mula-mula (Pud,0)
(Pud,0) terhadap gaya total (Ft) yang bekerja pada roket terhadap ketinggian maksimum (hmax) roket air
air
Fraksi perbandingan maksimum hanya
Namun demikian Finney (2000) dapat dilakukan hingga 0.65, namun 0.6
menyebutkan berdasarkan eksperimen yang dipilih untuk menyamaratakan selisih
dilakukan untuk bahan botol plastik tekanan kenaikan tiap fraksi. Hal ini dikarenakan
udara mula-mula yang diberikan harus kurang massa jenis udara yang ada di roket sesaat
dari 500 kPa, karena jika tidak botol plastik setelah kondisi pengosongan air akan lebih
akan meledak. Dengan demikian untuk variasi kecil daripada massa jenis udara pada suhu
diameter nozzle dan fraksi volum dilakukan normal (Patm). Dengan demikian penentuan
pada tekanan udara mula-mula sebesar 450 nilai variasi fraksi maksimum bergantung
kPa. Gambar 10 merangkum hubungan variasi pada besarnya tekanan udara mula-mula yang
tekanan udara mula-mula (Pud,0) terhadap diberikan pada roket.
ketinggian maksimum (hmax) roket air. Pengaruh variasi fraksi volum terhadap
gaya total yang bekerja pada roket,
diilustrasikan pada Gambar 11. Gaya
maksimum yang paling besar dicapai oleh f =
0.1, namun dalam waktu yang jauh lebih
singkat dibanding fraksi volum lainnya.
Sedangkan untuk ketinggian maksimum yang
paling tinggi dicapai oleh roket dengan
rentang f = 0.3 – 0.4, seperti diilustrasikan
pada Gambar 12.

Gambar 9. Pengaruh variasi tekanan udara mula-mula


(Pud,0) terhadap ketinggian (ht) roket air

Gambar 11. Pengaruh variasi fraksi volum air (f)


terhadap gaya total (Ft) yang bekerja pada roket air.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 251


ketinggian maksimum yang paling efektif
berada pada rentang f = 0.3 - 0.4, dan jika
tekanan udara mula-mula yang diberikan lebih
besar, maka ketinggian maksimum yang
dicapai pada fraksi tersebut akan lebih besar.
Tidak jauh berbeda dengan Gambar 15,
Gambar 16 juga mengungkapkan bahwa
ketinggian maksimum yang paling besar
dicapai roket pada rentang f = 0.3 – 0.4.

Gambar 12. Pengaruh variasi fraksi volum air (f)


terhadap ketinggian (ht) roket air.

Berdasarkan Gambar 7, 10 dan 13 dapat


diilustrasikan efisiensi untuk ketinggian
maksimum terkait hubungannya dengan
diameter nozzle, fraksi volum dan tekanan
udara mula-mula yang digambarkan secara
berturut-turut pada Gambar 14, 15, dan 16.
Gambar 14 mengilustrasikan efisiensi Gambar 14. Efisiensi ketinggian maksimum variasi dn
ketinggian maksimum dalam variasi diameter dan Pud,0
nozzle dan tekanan udara mula-mula. Semakin
besar ukuran diameter nozzle dan semakin Hal yang cukup menarik adalah
besar tekanan udara mula-mula pada roket, ketinggian maksimum tidak didasarkan
ketinggian maksimum yang dicapai akan semakin besar fraksi volum, melainkan hanya
makin besar. Namun demikian perlu pada rentang f = 0.3 - 0.4, seperti yang
diperhatikan besarnya gaya gesek pada roket diungkapkan pada Gambar 16. Pada dasarnya
akan semakin besar jika diameter nozzle ketinggian maksimum dipengaruhi oleh
makin besar dan besarnya tekanan udara banyak faktor besaran fisis seperti gaya gesek,
mula-mula terbatas terkait dengan jenis botol bahan botol roket air, dan lain sebagainya.
roket air. Namun keterkaitan besaran fisis yang dibahas
yaitu hanya pada gaya total yang bekerja.
Besar kemungkinan dalam rentang fraksi
tersebut yaitu f = 0.3 – 0.4 adalah rentang
fraksi volum yang dianggap paling seimbang
untuk kondisi dan asumsi roket air yang
digunakan. Pada rentang fraksi volum tersebut
waktu tempuh gaya total baik oleh air ataupun
udara dianggap lebih stabil, seperti
ditunjukkan pada Gambar 11. Meskipun pada
f = 0.6 waktu tempuh untuk gaya dorong
akibat ekspansi air jauh lebih lama, namun
besar gaya yang bekerja tiap waktunya lebih
kecil dibandingkan variasi fraksi lainnya.
Gambar 13. Hubungan fraksi volum air (f) terhadap Sedangkan untuk fraksi terendah yaitu f = 0.1
ketinggian maksimum (hmac) roket air
memiliki gaya yang paling maksimum selama
masa pengosongan air, namun waktu
Sedangkan efisiensi ketinggian
tempuhnya jauh lebih singkat, akibatnya gaya
maksimum dalam variasi fraksi volum dan
gesek yang bekerja selama masa pengosongan
tekanan udara mula mula diilustrasikan pada
Gambar 15. Berdasarkan Gambar 15,
252 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
udara lebih besar dibanding variasi fraksi Berbagai analisis dan studi kajian
volum lainnya. tentang roket air dengan berbagai metode
dirangkum Tabel 4. Asumsi dan batasan yang
digunakan semakin berkembang supaya
meruncing pada keadaan riil roket air dan
dihasilkan optimasi keluaran yang presisi dan
akurat.

Tabel 4: Perbandingan Hasil Penelitian


Peneliti Eksperimen Output
Fairusy, Pud,0 dan f terhadap
-
dkk ketinggian dan gaya

Finney - Vair,0 terhadap ketinggian

Grafik gerak roket


(ketinggian, percepatan,
Gambar 15. Efisiensi ketinggian maksimum variasi f Kian -
gaya dan kecepatan) untuk
dan Pud,0 satu ukuran tertentu
Lockette, Pud,0 dan f terhadap
Pada persamaan (16) dijelaskan bahwa gaya 
dkk jangkauan terjauh
gesek yang bekerja sebanding dengan Pud,0 , mair, C (koef. gesek
kecepatan roket tiap waktunya dan kecepatan nozzle), koefisien eksponen
Dietzel,
- polytropik terhadap
roket sangat dipengaruhi oleh laju ekspansi M
kecepatan relatif,
akibat air dan udara pada roket. Laju ekspansi kecepatan roket, ketinggian
tersebut terkait dengan besarnya tekanan Barjah,

Sudut kemiringan terhadap
dkk jangkauan terjauh
udara dalam botol roket. Berdasarkan
Pud,0 terhadap ketinggian
persamaan (11) besarnya tekanan udara dalam Gommes 
dan kecepatan
botol sangat berkaitan dengan jumlah volum
air yang ada dalam botol roket. Oleh
karenanya, pada f = 0.1 besarnya tekanan Simpulan, Saran, dan Rekomendasi
udara dalam botol sesaat setelah air habis jauh
lebih besar, akibatnya gaya gesek yang Berbagai asumsi dan batasan kasus
bekerja saat itu jauh lebih besar dibandingkan sangat penting dalam analisis penyelesaian
variasi fraksi volum lainnya. Sebaliknya, pada kasus fisika sederhana, seperti roket air.
f = 0.6, gaya gesek yang bekerja selama masa Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
pengosongan air jauh lebih besar yang dilakukan dengan analisis numerik dapat
dibandingkan fraksi volum lain dan besarnya disimpulkan pengaruh variasi masukan
tekanan udara sesaat setelah air habis jauh terhadap besaran fisis dalam gerak roket air
lebih kecil, akibatnya gaya total yang bekerja sebagai berikut : (1) diameter nozzle, tekanan
selama masa pengosongan udara jauh lebih udara mula-mula dan fraksi volum sangat
singkat. berpengaruh terhadap gerak roket air; (2)
semakin besar diameter nozzle semakin besar
gaya dan ketinggian maksimum gerak roket;
(3) semakin besar tekanan udara mula-mula,
semakin besar pula gaya dan ketinggian
maksimum roket; (3) semakin besar fraksi
volum, semakin besar pula gaya maksimum
gerak roket; namun ketinggian maksimum
tertinggi didapatkan untuk fraksi volum f = 0,3
– 0.4.
Diharapkan, hasil analisis yang telah
dilakukan dapat dijadikan sebagai referensi
Gambar 16. Efisiensi ketinggian maksimum variasi dn pendukung dalam melakukan percobaan
dan f (eksperimen) roket air dan dapat

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 253


dikembangkan berbagai asumsi yang semakin Lockette, P.V., Acciani, D., Courtney, J.,
memperkecil tingkat perbedaan kondisi riil Diao, C., Riddell, W., Dahm, K.,
yang ada. Harvey, R. (2016). Bottle Rockets and
Parametric Design in A Converging-
Diverging Design Strategy. American
Daftar Pustaka Society for Engineering Educartion,
497.
Bailio, P.A. (2004). Simple orifices have an
Muslow, M. (2011). Modelling and
edge – Complex entrance profiles boost
Optimization of multi-stage water
orifice-flow efficiency but at the
rockets, Bachelor Thesis. Mathematish-
expense of repeatability. Retrieved 12
Naturwissenschaftliche Fakultat. Ernst-
Mei 2016.
Moritz-Arndt-Universitat Greifswald.
http://machinedesign.com/article/simpl
Nelson, Robert A, Wilson, Mar E. (1976).
e-orifices-have-an-edge-0318.
Mathematical Analysis of a Model
Barjah, N.N., Sambas, A., Sanjaya, M.
Rocket Trajectory. Part I : The powered
Rancang Bangun Alat Eksperimen
phase. The Physics Teacher, 150-161.
Roket Air dari Barang Bekas Sebagai
Santanu Sahara. (2016). Numerical Analysis
Media Pembelajaran Mekanika.
with Algorithm and Programming.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI
Boca Raton : CRC Press.
Jateng & DIY.
Singleton IV, L.C. (2001). Bottle Rocket
Dietzel, M. (2000). Modelling and Simulation
Handbook.
of a Model Rocket Driven by Pressured
Water as a Function of Start Parameter
Pertanyaan:
Variations
ENGR 112C (527). (2014). Water Rocket
1. Apa yang perlu diperhatikan jika ingin
Project. Retrieved 12 Meri 2016.
http://research.che.tamu.edu/groups/Se membuat roket air agar aman dan tidak
minario/ENGR112_Spring_2014_files terjadi hal yang membahayakan?
/Water%20Rocket%20Project_19js_FI (Muryanto)
NAL%20INSTRUCTIONS.doc. 2. Dewasa ini sering diadakan perlombaan
Finney, G.A. (2000). Analysis of a water- roket air baik di jenjang SMA, SMP
propelled rocket : A problem in honors bahkan SD, bagaimana menjelaskan
physics”. American Journal of Physics,
konsep fisika dalam gerak permainan
68 (3), 233-237.
Gommes, C.J. (2010). A more thorough roket air terutama berkaitan dengan
analysis of water rockets: Moist variasi dn, dan lain sebagainya agar siswa
adiabats, transient flows, and inertial tidak sekedar membuat saja ?
forces in a soda bottle. Am. J. Phys. 78,
(3). March Jawaban:
Gowdy, Robert H. (1995). The Physics of Kapasitas penelitian saya belum mencakup
Perfect Rocket. American Journal of
Physics, 63 (3), 229-232. hal tersebut. Mungkin hal buruk (insiden)
H, Rodrigues and N, Panda. (2014). The dapat diminimalisir dengan penggunaan
Motion of Leaking Oscillator : A Study komputasi dalam kegiatan tersebut
for the Physics Class. Rio de Janeiro,
RJ, Brazil.
Kian, J.T. (2014). Learn Physics with a Water-
Propelled Rocket. Journal National
Sapce Agency. Retrieved 12 Mei 2016.
http://stemstates.org/assets/files
/430_fullpaper_abstract%20number%2
0430.pdf.

254 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21

Anda mungkin juga menyukai