Anda di halaman 1dari 13

Nama : Guswanti

NIM : P07220116051

Kelompok : 1 (Satu)

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Perubahan massa SDM (Sel Darah Merah) menimbulkan dua keadaan
yang berbeda. Jika jumlah SDM berlebih, makan timbul polisitemia, dan jika
keadaan SDM kurang, maka timbul anemia. Anemia adalah berkurangnya
hingga dibawah nilai normal jumlah SDM (Sel Darah Merah), kuantitas
hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematokrit) per 100 ml
darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan suatu
cerminan perubahan patofisiologi yang mendasar yang diuraikan melalui
anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium
(Price, 2006).
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia
bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan
suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen
ke jaringan (Smeltzer, 2002).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
anenia merupakan pencerminan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh
dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar di bawah
batas normal sehingga mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen darah.
2. Etiologi
Secara garis besar, anemia dapat disebabkan karena ( Sloane, 2003) :
a. Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada penyakit gangguan sistem
imun, talasemia.
b. Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastik,
kekurangan nutrisi.
c. Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat perdarahan akut,
perdarahan kronis, menstruasi, ulser kronis, dan trauma.

3. Patofisiologi
4. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia dapat dipaparkan sebagai berikut (
Smeltzer, 2002):
a. gagal jantung
b. Kejang
c. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
d. Daya konsentrasi menurun
e. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
5. Penatalaksanaan
Tindapakn penanganan yang diberikan kepada klien dengan anemia dapat
dipaparkan oleh Handayani (2008) Jenis terapi yang dapat diberikan adalah :
a. Terapi gawat darurat, dilakukan pada kasus anemia dengan payah jantung
atau ancaman payah jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat
dengan tranfusi sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk
mencegah pemburukan payah jantung tersebut.
b. Terapi khas untuk masing-masing anemia, terapi ini bergantung pada
jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi untuk anemia
defisiensi besi.
c. Terapi kausal, merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang
menjadi penyebab anemia. Misalnya anemia defisiensi besi yang
disebabkan oleh infeksi cacing tambang diberikan obat anti cacing
tambang.
d. Terapi ex-juvantivus (empiris), terapi yang diberikan sebelum diagnosis
dapat diputuskan. Jika terapi ini berhasil, bererti diagnosis dapat
dikuatkan. Terapi ini hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas
diagnostik yang mencakupi. Pada terapi ini, penderita harus diawasi
dengan ketat, jika terdapat respons yang baik, terapi diteruskan. Tetapi
jika tidak ada respons, maka harus dilakukan evaluasi kembali.
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang:
a. Anemia aplastik:
1) Transplantasi sumsum tulang
2) Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
b. Anemia pada penyakit ginjal
1) Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
2) Ketersediaan eritropoetin rekombinan
c. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
d. Anemia pada defisiensi besi
1) Dicari penyebab defisiensi besi
2) Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
e. Anemia megaloblastik
1) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
2) Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
f. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.

6. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12,
hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial.
b. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum
c. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis (Handayani, 2008).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas / Istirahat
1) Keletihan, kelemahan, malaise umum.
2) Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja
3) Toleransi terhadap latihan rendah.
4) Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
b. Sirkulasi
1) Riwayat kehilangan darah kronis
2) Riwayat endokarditis infektif kronis
3) Palpitasi.
c. Integritas ego
Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan,
misalnya: penolakan tranfusi darah.
d. Eliminasi
1) Riwayat pielonenepritis, gagal ginjal
2) Flatulen, sindrom malabsobsi.
3) Hematemesi, melana
4) Diare atau konstipasi

e. Makanan / cairan
1) Nafsu makan menurun
2) Mual/ muntah
3) Berat badan menurun
f. Nyeri / kenyamanan
Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala.
g. Pernapasan
Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas
h. Seksualitas
1) Perubahan menstuasi misalnya menoragia, amenore
2) Menurunnya fungsi seksual
3) Impotent
2. Diagnosa keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi. (D.0005)
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin. (D.0009)
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik. (D.0077)
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan. (D.0019)
5) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen. (D.0056)
6) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.
(D.0142)
3. Rencana tindakan
NO INTERVENSI &
INTERVENSI RASIONAL
DX. KRITERIA HASIL
1 Setelah diberikan 1. Kaji frekuensi, 1. Menentukan intervensi
asuhan keperawatan kedalaman, ekspansi selanjutnya.
selama 3x24 jam dada, penggunaan otot 2. Mengetahui setiap
diharapkan pola nafas bantu pernafasan. perubahan yang terjadi
kembali efektif dengan pada klien secara dini
kriteria hasil : 2. Observasi dan catat dan untuk penetapan
- Klien tidak tanda-tanda vital. tindakan yang tepat
mengeluh sesak
- Tidak ada otot bantu 3. Letakkan posisi /kepala 3. Meningkatkan asupan
pernafasan lebih tinggi 15-30 dan oksigen dan
- Tanda-tanda vital dalam posisi anatomis pengembangan paru.
normal (nadi : 60- (posisi semi fowler). 4. Mencukupi kebutuhan
100x/mnt, suhu: 36- sumplai oksigen
37,5ºC, pernafasan 4. Dorong pasien untuk 5. Memenuhi kebutuhan
16-20x/mnt,tekanan melakukan nafas dalam oksigen pasien.
darah 110-120/ 70- 5. Kolaborasi dalam
80mmHg) pemberian oksigen sesuai
indikasi .
2 Setelah diberikan 1. Awasi tanda-tanda vital 1. Memberikan informasi
asuhan keperawatan dan catat. tentang kondisi pasien.
selama 3x24 jam, 2. Cek keluhan adanya rasa 2. Menunjukkan adanya
diharapkan perfusi dingin, mukosi bibir, perubahan perfusi.
jaringan kembali CRT 3. Mengidentifikasi
efektif dengan kriteria 3. Kolaborasi dalam defisiensi dan
hasil: pengawasan hasil kebutuhan pengobatan
 Membran mukosa laboratorium Hb, Ht, terhadap terapy.
berwarna merah dan jumlah SDM. 4. Meningkatkan jumlah
muda 4. Kolaborasi dalam sel darah pembawa
 Pengisian kapiler memberikan SDM oksigen
baik lengkap atau packed,
 Akral hangat produk darah sesuai
 Tanda-tanda vital indikasi.

normal (nadi : 60-


100x/mnt, suhu:
36-37,5ºC,
pernafasan 16-
20x/mnt,tekanan
darah 110-120/
70-80mmHg)
 Hb, jumlah SDM
dalam batas yang
normal
3 Setelah diberikan 1. Kaji secara 1. Untuk mengetahui
asuhan keperawatan komphrehensif lokasi, sejauh mana
selama 3x24 jam karakteristik, durasi, perkembangan rasa
diharapkan nyeri klien frekuensi, skala, dan nyeri yang
berkurang dengan KH : intensitas nyeri. dirasakan oleh
 Klien mengatakan klien sehingga
nyeri berkurang, 2. Observasi TTV dapat dijadikan
skala nyeri 1(0-10) sebagai acuan
atau hilang. untuk intervensi
 Ekspresi wajah 3. Posisikan pasien untuk selanjutnya.
tenang, tidak memberikan 2. Perubahan tanda-
meringis. kenyamanan. tanda vital terutama
 Tanda-tanda vital suhu dan nadi
normal (nadi : 60- merupakan salah
4. Ajarkan penggunaan
100x/mnt, suhu: 36- satu indikasi
teknik non farmakologi
37,5ºC, pernafasan peningkatan nyeri
(relaksasi, guided
16-20x/mnt,tekanan yang dialami oleh
emergency, relaksasi
darah 110-120/ 70- klien.
progresif).
80mmHg). 3. Dapat
mempengaruhi
5. Berikan informasi
kemampuan klien
mengenai nyeri klien
untuk
meliputi penyebab nyeri
rileks/istirahat
dan intensitas nyeri.
secara efektif dan
dapat mengurangi
nyeri.
4. Teknik relaksasi
6. Kolaborasi dalam
dapat membuat
pemberian analgetik klien merasa
pilihan, rute pemberian sedikit nyaman dan
dan dosis optimal distraksi dapat
mengalihkan
perhatian klien
terhadap nyeri
sehingga dapat
membantu
mengurangi nyeri
yang dirasakan.
5. Klien dapat
mengontrol nyeri.
6. Obat-obatan
analgetik akan
memblok reseptor
nyeri sehingga
nyeri tidat dapat
dipersepsikan

4 Setelah diberikan 1. Kaji factor penyebab 1. Memmberikan


asuhan keperawatan yang mempengaruhi gambaran dalam
selama 3x24 jam, kemampuan menerima menentukan
diharapkan ketidak makan/minum. intervensi
seimbangan kebutuhan 2. catat status nutrisi selanjutnya.
nutrisi teratasi dengan pasien (ABCD), catat 2. Berguna dalam
kriteria hasil: turgor kulit, berat badan mendefinisikan
- A: dan derajat kekurangan derajat / luasnya
Berat badan dapat berat badan, masalh dan pilihan
dipertahankan/ kemampuan / intervensi yang tepat.
ditingkatkan, IMT ketidakmampuan 3. Memaksimalkan
dlm batas normal menelan, riwayat mual masukan nutrisi dan
(18-22). muntah. menurunkan iritasi
- B: 3. Dorong makan sedikit gaster.
Hb dalam batas dan sering dengan 4. Memberikan bantuan
normal (12.0-16.0), makanan tinggi protein dalam perencanaan
albumin (3,7-5,2 dan karbohidrat. diet dengan nutrisi
gr/dl), BUN (8,00- 4. Kolaborasi dengan ahli adekuat untuk
23,00 mg/dl). diet untuk menentukan kebutuhan metabolik
- C: komposisi diet. dan diet.
Mukosa bibir 5. Kolaborasi : 5. Hasil laboratorium
lembab,konjungtiva Pemeriksaan lab(Hb, dapat mendukung
ananemis. Albumin, BUN), adanya ketidak
- D: pemasangan NGT, seimbangan
Klien tidak konsul ahli gizi kebutuhan nutrisi.
mengeluh mual,
muntah, anoreksia,
dan menunjukkan
perubahan pola
makan.
5 Setelah diberikan 1. Kaji keterbatasan 1. Mempengaruhi
asuhankeperawatan aktivitas, perhatikan pilihan intervensi.
selama 3x24 jam adanya keterbatasan. 2. Menurunkan resiko
diharapkan klien terjadinnya iskemia
mampu melaksanakan 2. Ubah posisi klien bila jaringan akibat
aktivitas fisik sesuai pasien tirah baring. sirkulasi darah yang
dengan kemampuannya jelek pada daerah
dengan kriteria hasil: yang tertekan.
3. Bantu dalam latihan
- Tidak terjadi 3. Mempertahankan
rentang gerak aktif atau
kontraktur sendi kelenturan sendi,
pasif.
- Bertambahnya mencegah kontraktur,
kekuatan otot dan membantu dalam
4. Bantu pasien dalam
- Klien menunjukkan menurunkan tegangan
tindakan untuk memenuhi otot.
meningkatkan kebutuhannya bila tidak 4. Memenuhu
mobilitas dapat dilakukan sendiri. kebutuhan dasar
pasien.
7 Setelah diberikan 1. Kaji adanya tanda-tanda 1. mencegah infeksi
asukan keperawatan infeksi secara dini.
selama 3x24 jam, 2. Kaji tanda-tanda vital. 2. perubahan tanda
diharapkan infeksi tidak vital terutama
terjadi dengan kriteria 3. Siapkan lingkungan peningkatan suhu
hasil: kamar yang bersih. dan nadi merupakan
 tidak terjadi tanda- tanda awal terjadi
tanda infeksi: 4. Siapkan alat-alat dalam infeksi.
rubor, kalor, dolor, memberikan tindakan 3. Mencegah terjadinya
tumor, fungsio lesia yang bersih dan steril. infeksi.
 Tanda vital dalam 4. Dengan alat yang
batas normal : 5. Kolaborasi dalam steril dapat
Tanda-tanda vital pemberian antibiotika. meminimalkan
normal (nadi : 60- terjadinya infeksi.
100x/mnt, suhu: 36- 5. Dapat diberikan
37,5ºC, pernafasan secara profilaksis
16-20x/mnt,tekanan bila dicurigai
darah 110-120/ 70- terjadinya infeksi
80mmHg) atau kontaminasi.

DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Hematologi.
Jakarat: Salemba Medika
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol:2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai