NIM : P07220116051
Kelompok : 1 (Satu)
LAPORAN PENDAHULUAN
3. Patofisiologi
4. Komplikasi
Komplikasi umum akibat anemia dapat dipaparkan sebagai berikut (
Smeltzer, 2002):
a. gagal jantung
b. Kejang
c. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
d. Daya konsentrasi menurun
e. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
5. Penatalaksanaan
Tindapakn penanganan yang diberikan kepada klien dengan anemia dapat
dipaparkan oleh Handayani (2008) Jenis terapi yang dapat diberikan adalah :
a. Terapi gawat darurat, dilakukan pada kasus anemia dengan payah jantung
atau ancaman payah jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat
dengan tranfusi sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk
mencegah pemburukan payah jantung tersebut.
b. Terapi khas untuk masing-masing anemia, terapi ini bergantung pada
jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi untuk anemia
defisiensi besi.
c. Terapi kausal, merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang
menjadi penyebab anemia. Misalnya anemia defisiensi besi yang
disebabkan oleh infeksi cacing tambang diberikan obat anti cacing
tambang.
d. Terapi ex-juvantivus (empiris), terapi yang diberikan sebelum diagnosis
dapat diputuskan. Jika terapi ini berhasil, bererti diagnosis dapat
dikuatkan. Terapi ini hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas
diagnostik yang mencakupi. Pada terapi ini, penderita harus diawasi
dengan ketat, jika terdapat respons yang baik, terapi diteruskan. Tetapi
jika tidak ada respons, maka harus dilakukan evaluasi kembali.
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang:
a. Anemia aplastik:
1) Transplantasi sumsum tulang
2) Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
b. Anemia pada penyakit ginjal
1) Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam
folat
2) Ketersediaan eritropoetin rekombinan
c. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan
yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat
darah, sehingga Hb meningkat.
d. Anemia pada defisiensi besi
1) Dicari penyebab defisiensi besi
2) Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
e. Anemia megaloblastik
1) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
2) Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
f. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan
penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan
gangguan absorbsi.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih,
kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12,
hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial.
b. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum
c. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis (Handayani, 2008).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas / Istirahat
1) Keletihan, kelemahan, malaise umum.
2) Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja
3) Toleransi terhadap latihan rendah.
4) Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
b. Sirkulasi
1) Riwayat kehilangan darah kronis
2) Riwayat endokarditis infektif kronis
3) Palpitasi.
c. Integritas ego
Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan,
misalnya: penolakan tranfusi darah.
d. Eliminasi
1) Riwayat pielonenepritis, gagal ginjal
2) Flatulen, sindrom malabsobsi.
3) Hematemesi, melana
4) Diare atau konstipasi
e. Makanan / cairan
1) Nafsu makan menurun
2) Mual/ muntah
3) Berat badan menurun
f. Nyeri / kenyamanan
Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala.
g. Pernapasan
Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas
h. Seksualitas
1) Perubahan menstuasi misalnya menoragia, amenore
2) Menurunnya fungsi seksual
3) Impotent
2. Diagnosa keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi. (D.0005)
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin. (D.0009)
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik. (D.0077)
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan. (D.0019)
5) Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen. (D.0056)
6) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.
(D.0142)
3. Rencana tindakan
NO INTERVENSI &
INTERVENSI RASIONAL
DX. KRITERIA HASIL
1 Setelah diberikan 1. Kaji frekuensi, 1. Menentukan intervensi
asuhan keperawatan kedalaman, ekspansi selanjutnya.
selama 3x24 jam dada, penggunaan otot 2. Mengetahui setiap
diharapkan pola nafas bantu pernafasan. perubahan yang terjadi
kembali efektif dengan pada klien secara dini
kriteria hasil : 2. Observasi dan catat dan untuk penetapan
- Klien tidak tanda-tanda vital. tindakan yang tepat
mengeluh sesak
- Tidak ada otot bantu 3. Letakkan posisi /kepala 3. Meningkatkan asupan
pernafasan lebih tinggi 15-30 dan oksigen dan
- Tanda-tanda vital dalam posisi anatomis pengembangan paru.
normal (nadi : 60- (posisi semi fowler). 4. Mencukupi kebutuhan
100x/mnt, suhu: 36- sumplai oksigen
37,5ºC, pernafasan 4. Dorong pasien untuk 5. Memenuhi kebutuhan
16-20x/mnt,tekanan melakukan nafas dalam oksigen pasien.
darah 110-120/ 70- 5. Kolaborasi dalam
80mmHg) pemberian oksigen sesuai
indikasi .
2 Setelah diberikan 1. Awasi tanda-tanda vital 1. Memberikan informasi
asuhan keperawatan dan catat. tentang kondisi pasien.
selama 3x24 jam, 2. Cek keluhan adanya rasa 2. Menunjukkan adanya
diharapkan perfusi dingin, mukosi bibir, perubahan perfusi.
jaringan kembali CRT 3. Mengidentifikasi
efektif dengan kriteria 3. Kolaborasi dalam defisiensi dan
hasil: pengawasan hasil kebutuhan pengobatan
Membran mukosa laboratorium Hb, Ht, terhadap terapy.
berwarna merah dan jumlah SDM. 4. Meningkatkan jumlah
muda 4. Kolaborasi dalam sel darah pembawa
Pengisian kapiler memberikan SDM oksigen
baik lengkap atau packed,
Akral hangat produk darah sesuai
Tanda-tanda vital indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Hematologi.
Jakarat: Salemba Medika
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol:2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC