TINJAUAN PUSTAKA
volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan makanan normal. Gagal
ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif &
Kusuma, 2013).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah
tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang
biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana
keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum. Pada
pasien gagal ginjal kronis mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa
peritoneal, hemodialysis dan rawat jalan dalam waktu yang lama (Desfrimadona,
2016)
6
7
2.1.2. Patofisiologi
Bagan 2.1
Pathway Gagal Ginjal Kronik
(Sumber: Brunner&Sudart, 2013, NANDA NIC NOC, 2015 )
8
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron-nefron rusak. Beban bahanyang harus dilarut menjadi lebih besar daripada
yang bisa di reabsorbsi berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus.
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala pada pasien menjadi lebih
jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian lebih rendah
2.1.3. Etiologi
iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl. Lesi yang paling sering adalah
Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang
3. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang
berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini
mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden
dari traktus urinarius bagiab bawah lewat ureter ke ginjal sehingga dapat
berat.
kontstriksi uretra.
keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau kantong berisi cairan
didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat
(1) Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun
Cocksroft-Gault:
(140−𝑢𝑚𝑢𝑟)𝑥(𝐵𝐵/𝑘𝑔)
Untuk pria : GFR = 72𝑥𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚 (𝑚𝑔%)
𝐵𝐵
(140−𝑢𝑚𝑢𝑟)𝑥( )𝑥0.85
𝑘𝑔
Untuk Perempuan: GFR =
72𝑥𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚 (𝑚𝑔%)
(2) Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan BUN
(3) Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, letargi,
ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar serum kreatinin dan
11
BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang
komplek.
2.1.5. Komplikasi
1) Hiperkalemia
Komplikasi pertama yang mungkin terjadi ketika didiagnosa terkena gagal ginjal
kronik adalah kelebihan kadar kalium dalam darah atau hiperkalemia. Pasien akan
mengakibatkan tubulus di ginjal tidak dapat lagi menukar ion K+/H+ dengan Na+,
2) Edema Paru
3) Asidosis
Penderita gagal ginjal kronik akan mengalami gangguan pada proses eksresi
menumpuk dalam tubuh. Hal ini menyebabkan ammonia dapat masuk kedalam
12
aliran darah sistemik dan terbawa sampai ke otak. Amonia akan menyebabkan
5) Anemia
merah menyebabkan penurunan produksi sel darah merah hingga terjadi anemia.
2.1.6. Penatalaksanaan
1) Dialisis
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode terpi
sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja
ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu untuk
menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini
dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada proses ini, darah dipompa
keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser. Didalam mesin dialiser, darah
dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat,
lalu setelah darah selesai di bersihkan, darah dialirkan kembali kedalam tubuh.
Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah salit dan setiap kalinya
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah dengan
bantuan membrane peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu
dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
2) Koreksi hiperkalemi
menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus diingat adalah jangan
dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka
3) Koreksi anemia
Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Tranfusi
14
darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada infusiensi
coroner.
4) Koreksi asidosis
Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan 100
5) Pengendalian hipertensi
6) Transplantasi ginjal
2.2.1. Pengkajian
1) Identitas pasien
Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku bangsa,
2) Keluhan utama
bagaimana cara minum obatnya apakan teratur atau tidak, apasaja yang
4) Aktifitas/istirahat :
5) Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina),
hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak
jarang pada penyakit tahap akhir, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning,
kecenderungan perdarahan.
6) Integritas ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, taka da kekuatan,
7) Eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut),
8) Makanan/Cairan
anoreksia, nyeriulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
9) Neurosensori
10) Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku berhati-
hati/distraksi, gelisah.
11) Pernapasan
12) Keamanan
mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal, petekie, area ekimosis pada
13) Seksualitas
15) Penyuluhan/Pembelajaran
2.2.2. Diagnosis
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
dua jenis, yaitu diagnosis negatif dan diagnosis positif. Diagnosis negatif
menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit
ini terdiri atas Diagnosis Aktual dan Diagnosis Resiko. Sedangkan diagnosis
positif menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi
yang lebih sehat dan optimal. Diagnosis ini disebut juga dengan Diagnosis
diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai
1) Hipervolemia
2) Defisit nutrisi
3) Ansietas
6) Intoleransi aktivitas
2.2.3. Perencanaan
dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna
mengatasi masalah yang dialami klien. Tahap perencanaan ini memiliki beberapa
tujuan penting, diantaranya sebagai alat komunikasi antar sesama perawat dan tim
serta mendokumentasikan proses dan kriteria hasil asuhan keperawatan yang ingin
Tabel 2.1
Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik
(sumber: NIC NOC, 2015)
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
keperawatan
1. Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji lokasi dan luas edema
keperawatan selama 3x8 2. Monitor masukan makanan dan
jam diharapkan cairan
hipervolemia dapat 3. Pasang urin kateter jika
berkurang dengan kriteria diperlukan
hasil: 4. Batasi masukan cairan pada
1. Terbebas dari edema, keadaan hiponatremi dilusi
efusi, anaskara dengan serum Na ˂130 mEq/l
2. Terbebas dari kelelahan, 5. Kolaborasi pemberian diuretic
kecemasan atau sesuai interuksi
kebingungan 6. Ajarkan pasien tentang penyebab
dan cara mengatasi edema seperti
membatasi asupan nutrisi yang
diberikan
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status nutrisi pasien
keperawatan selama 3x8 2. Jaga kebersihan mulut, anjurkan
jam diharapkan pemenuhan untuk selalu oral hygine
kebutuhan nutrisi pasien 3. Delegatif pemberian nutrisi yang
tercukupi dengan kriteria sesuai dengan kebutuhan pasien:
hasil: diet pasien gagal ginjal
1. intake nutrisi tercukupi 4. Berikan informasi yang tepat
2. asupan makanan dan terhadap pasien tentang
cairan tercukupi kebutuhan nutrisi yang tepat dan
sesuai
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
6. Anjurkan pasien tidak
mengkonsumsi garam yang tinggi
yodium
3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tingkat kecemasan
keperawatan selama 3x8 2. Nyatakan dengan jelas harapan
jam diharapkan tingkat terhadap perilaku pasien
ansietas dapat menurun 3. Temani pasien utnuk memberikan
dengan kriteria hasil: keamanan dan mengurangi takut
1. Pasien mampu 4. Dengarkan pasien dengan penuh
mengidentifikasi dan perhatian
mengungkapkan gejala 5. Instruksikan pasien menggunakan
cemas teknik relaksasi
2. Vital sign dalam batas
normal
20
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
3. Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasan tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
4. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya dehidrasi atau
integritas kulit keperawatan selama 3x8 hidrasi berlebihan yang
jam diharapkan integritas mempengaruhisirkulasi dan
kulit dapat terjaga dengan integritas jaringan
kriteria hasil: 2. Monitor vkulit akan adanya
1. Integritas kulit yang baik kemerahan
bisa dipertahankan 3. Monitor aktivitas dan mobilisasi
2. Perfusi jaringan baik pasien
3. Mampu melindungi kulit 4. Mandikan pasien dengan air
dan mempertahankan sabun dan air hangat
kelembaban kulit 5. Jaga kebersihan kulit agar tetap
kering
6. Anjurkan pasien menggunakan
pakaian yang longgar
5. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji suara napas, frekuensi,
pertukaran gas keperawatan selama 3x8 kedalaman, dan usaha napas
jam diharapkan pertukaran 2. Monitor kelelahan otot
gas tidak terganggu dengak diagfragma
kriteria hasil: 3. Posisikan pasien untuk
1. Tanda-tanda vital dalam memaksimalkan ventilasi
rentang normal 4. Atur intake cairan untuk
2. Tidak terdapat otot bantu mengoptimalkan keseimbangan
napas 5. Kolaborasi pemberian obat (mis.
3. Memlihara kebersihan Natrium Bikarbonat) untuk
paru dan bebas dari mempertahankan keseimbangan
tanda-tanda distress sama basa
pernapasan 6. Ajarkan pasien teknik relaksasi
napas dalam
6. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu pasien mengidentifikasi
Aktivitas keperawatan selama 3x8 aktivitas yang mampu dilakukan
jam diharapkan pasien 2. Bantu untuk memilih aktivitas
bertoleransi terhadap konsisten yang sesuai dengan
aktivitas dengan kriteria kemampuan fisik, psikologi dan
hasil: sosial
1. Berpartisipasi dalam 3. Bantu untuk mendapatkan alat
aktivitas tanpa disertai bantuan aktivitas seperti kursi
peningkatan tekanan roda, krek
darah, nadi dan RR 4. Bantu untuk mengidentifikasi
2. Mampu melakukan aktivitas yang disukai
aktivitas sehari-hari 5. Bantu pasien untuk
secara mandiri mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
21
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
7. Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
pengetahuan keperawatan selama 3x8 dan kelaurga
jam diharapkan pasien 2. Jelaskan patofisiologi dari
menunjukkan pengetahuan penyakit dan bagaimana hal ini
tentang proses penyakit berhubungan dengan anaktomi
dengan kriteria hasil: dan fisiologi, dengan cara yang
1. Pasien dan keluarga tepat
menyatakan pemahaman 3. Gambarkan tanda dan gejala yang
tentang penyakit, kondisi, biasa muncul pada penyakit
prognosis dan program 4. Diskusikan perubahan gaya hidup
pengobatan yang mungkin diperlukan untuk
2. Pasien dan keluarga mencegah komplikasi di masa
mampu menjelaskan yang akan datang dan atau proses
kembali apa yang pengontrolan penyakit
dijelaskan perawat atau 5. Diskusikan pilihan terapi atau
tim kesehatan yang penanganan
lainnya
2.2.4. Implementasi
di prioritaskan.
Menurut Purwaningsih & Karlina (2010) ada 4 tahap operasional yang harus
sebagai berikut :
22
1) Tahap Prainteraksi
ilmiah dan tindakan yang akan dilakukan, mengetahui sumber daya yang
diperlukan, memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan
2) Tahap Perkenalan
alamat pasien, menginformasikan kepada pasien tujuan dan tindakan yang akan
3) Tahap Kerja
hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah energy pasien,
pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, kondisi pasien, respon pasien
4) Tahap Terminasi
dilakukan tindakan oleh perawat, berikan feedback yang baik kepada pasien dan
puji atas kerjasama pasien, kontrak waktu selanjutnya, rapikan peralatan dan
23
2.2.5. Evaluasi
terhadap respon pasien pada tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi
proses atau promotif dilakukan setiap selesai tindakan. Evaluasi dapat dilakukan
dilaksanakan.
dilaksanakan.
klien
1) Masalah teratasi, jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan
kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan
4) Muncul masalah baru, jika klien menunjukkan adanya perubahan kondisi atau