Anda di halaman 1dari 5

BAB I

4. Miopi

a. Definisi
Bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh mata yang tidak
berakomodasi, mata tersebut mengalami miopia, atau nearsight. Bila mata berukuran lebi
panjang daripada normal, kelainan yang terjadi disebut miopois aksial. Untuk setiap
milimeter tambahan panjang sumbu, mata kira-kira lebih miopik 3 dioptri. Apabila unsur
pembias lebih refraktif dibanding dengan rata-rata, kelainan yang terjadi disebut miopia
kurvatura atau miopia refraktif. Jika obejk digeser lebih dekat dari 6 meter, bayangan
akan bergerak mendekati retina dan terlihat lebih fokus. 1

Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata yang
disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang
terlalu cekung. Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan
sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina (bintik
kuning). Pada miopia, titik fokus sistem optik media penglihatan terletak di depan makula
lutea. Hal ini dapat disebabkan sistem optik (pembiasan) terlalu kuat, miopia refraktif
atau bola mata terlalu panjang.2

b. Klasifikasi

Secara klinis dan berdasarkan kelainan patologi yang terjadi pada mata, miopia dapat
dibagi kepada dua yaitu2 :

1. Miopia Simpleks : Terjadinya kelainan fundus ringan. Kelainan fundus yang


ringan ini berupa kresen miopia yang ringan dan berkembang sangat lambat.
Biasanya tidak terjadi kelainan organik dan dengan koreksi yang sesuai bisa
mencapai tajam penglihatan yang normal. Berat kelainan refraksi yang terjadi
biasanya kurang dari -6D. Keadaan ini disebut juga dengan miopia fisiologi.
2. Miopia Patologis : Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna atau
miopia progresif. Keadaan ini dapat ditemukan pada semua umur dan terjadi sejak
lahir. Tanda-tanda miopia maligna adalah adanya progresifitas kelainan fundus
yang khas pada pemeriksaan oftalmoskopik. Pada anak-anak diagnosis ini sudah
dapat dibuat jika terdapat peningkatan tingkat keparahan miopia dengan waktu
yang relatif pendek. Kelainan refrasi yang terdapat pada miopia patologik
biasanya melebihi -6 D (Sidarta, 2007).
Menurut American Optometric Association (2006), miopia secara klinis dapat terbagi
lima yaitu3:

1. Miopia Simpleks : Miopia yang disebabkan oleh dimensi bola mata yang terlalu
panjang atau indeks bias kornea maupun lensa kristalina yang terlalu tinggi.
2. Miopia Nokturnal : Miopia yang hanya terjadi pada saat kondisi di sekeliling
kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang bervariasi terhadap
tahap pencahayaan yang ada. Miopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil
yang membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga
menimbulkan aberasi dan menambah kondisi miopia.
3. Pseudomiopia : Diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap
mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot – otot siliar yang
memegang lensa kristalina. Di Indonesia, disebut dengan miopia palsu, karena
memang sifat miopia ini hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya
dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak boleh buru – buru memberikan lensa
koreksi.
4. Miopia Degeneretif : Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna
atau miopia progresif. Biasanya merupakan miopia derajat tinggi dan tajam
penglihatannya juga di bawah normal meskipun telah mendapat koreksi. Miopia
jenis ini bertambah buruk dari waktu ke waktu.
5. Miopia Induksi : Miopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat – obatan, naik
turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus lensa dan
sebagainya.

Klasifikasi miopia berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan untuk


mengkoreksikannya2:

1. Ringan : lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri

2. Sedang : lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.

3. Berat :lensa koreksinya > 6,00 Dioptri.

Klasifikasi miopia berdasarkan umur adalah2:

1. Kongenital : sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak.


2. Miopia onset anak-anak : di bawah umur 20 tahun.
3. Miopia onset awal dewasa : di antara umur 20 sampai 40 tahun.
4. Miopia onset dewasa : di atas umur 40 tahun (> 40 tahun).
c. Pemeriksaan

Pengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara umum atau
standar pemeriksaan mata, terdiri dari2 :

1. Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen) dan jarak
dekat (Jaeger).
2. Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam pemakaian kaca
mata.
3. Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk membuktikan kemungkinan ada atau
tidaknya kebutaan.
4. Uji gerakan otot-otot mata.
5. Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di retina.
6. Mengukur tekanan cairan di dalam mata.
7. Pemeriksaan retina.

BAB II

4. Manfaat, kekurangan dan efek samping

a. Manfaat
 Meminimalisir Invasif
Dibandingan dengan prosedur Lasik yang kurang lebih membutuhkan
sayatan sekitar 20 mm pada lapisan kornea, ReLEx® SMILE hanya
membutuhkan sayatan kurang dari 4 mm sehingga sayatan lebih kecil 80%
dari pada Lasik biasa. Tidak Ada Proses Menciptakan Flap (Penutup) Dari
Jaringan Kornea Seperti di Lasik. Pada ReLEx® SMILE tidak ada proses
membuat flap (penutup) dari jaringan kornea sehingga nantinya pasien
dari ReLEx® SMILE akan terhindar dari pemasalahan dislokasi flap pasca
prosedur perawatan mata.
 Menjaga Struktur Kornea Bagian Atas
Karena tidak adanya penutup kornea yang dibuat, struktur kornea bagian
atas secara praktis tidak tersentuh sehingga stabilitas struktur kornea akan
tetap terjaga. Kornea yang tidak stabil berisiko menyebabkan ektasia
kornea jika terkena trauma atau cedera. Prosedur SMILE mengurangi
panjang sayatan pada LASIK dari 20 mm menjadi hanya 2-4 mm. Untuk
mereka yang memiliki risiko trauma pada mata seperti atlet akan lebih
banyak mendapatkan keuntungan dengan prosedur SMILE.
 Mengurangi Rasa Tidak Nyaman Karena Mata Kering Pasca Operasi
ReLEx® SMILE dapat mengurangi rasa tidak nyaman karena mata kering
pasca operasi, karena mayoritas struktur kornea bagian atas tidak tersentuh
selama proses operasi berjalan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya lapisan
kornea yang dibuka, sehingga semakin banyak pula saraf pada kornea
yang rusak. Sedangkan pada SMILE, hanya sebagian kecil saraf kornea
yang terpotong sehingga fungsi kornea dalam mempertahankan mata agar
tidak kering dan tetap lembap menjadi tidak terganggu. Anda yang
sebelumnya memiliki masalah dengan mata kering tentu lebih cocok
dengan prosedur SMILE.
 Night Vision
ReLEx® SMILE mengurangi adanya induksi penyimpangan optik
khususnya di malam hari, karena tidak adanya penutup kornea (flap) yang
dibuat saat operasi.

b. Kekurangan
Meskipun SMILE merupakan generasi terbaru, tentu masih ada keterbatasan-
keterbatasan tertentu. Sejauh ini SMILE belum bisa memperbaiki mata plus
(hypermetropia) dan mata silinder (astigmatisma), sehingga penggunaannya
terbatas pada Anda yang memiliki mata minus (myopia). Sedangkan PRK dan
LASIK sudah bisa memperbaiki mata minus, plus, dan silinder.

c. Efek Samping
 Penglihatan berkabut dan rasa kurang nyaman sekitar 4-5 jam
 Silau selama kurang lebih 24 jam
 Sakit kepala karena kelelahan otot mata
 Perbaikan penglihatan yang lama
 Mata kering selama kurang lebih 3 bulan4

DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, Asbury. Oftalmologi umum. anatomi & embriologi mata: Glaukoma.
Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2015. hal.239-240
2. Ilyas S, Sri R. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa
kedokteran. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto; 2002.
3. Diambil dari: https://www.aoa.org/documents/optometrists/CPG-15.pdf
4. Blum M, Täubig K, Gruhn C, Sekundo W, Kunert KS. Five-year results of small

incision lenticule extraction (ReLEx SMILE). British Journal of Ophthalmology.


2016 Sep 1;100(9):1192-5.
b. Efek Samping
Hilangnya BSCVA atau sensitivitas kontras;
 Terlalu koreksi atau kurang koreksi;
Peningkatan silinder bias; 
Kesulitan dengan mengemudi malam hari; 
Sakit kepala atau kelelahan mata karena ketidakseimbangan di antara mata; 
Memburuknya keluhan pasien seperti silau, lingkaran cahaya, starbursts, penglihatan kabur atau kabur,
distorsi, gambar ganda atau hantu, fluktuasi penglihatan, kesulitan fokus, kesulitan dengan persepsi
kedalaman, sensitivitas cahaya; grittiness, dan sakit mata / pegal;  Sindrom sensitivitas cahaya sementara;
 Mata kering;  Ptosis;  Peningkatan TIO;  Opacity lensa;  Konjungtivitis;  Iritis;  Kabut asap / parut
/ infeksi / peradangan / infiltrat / ulkus / cacat epitel / epitel dalam antarmuka / edema / dekompensasi /
striae atau microstriae / ectasia;  Berlubang, salah buat, atau melelehnya tutup;  Gangguan pengobatan,
pengangkatan lenticule yang sulit dengan kerusakan jaringan atau lenticule yang tertahan; mata penetrasi; 
Detasemen retina / detasemen vitreous posterior / kecelakaan pembuluh darah.

Anda mungkin juga menyukai