Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK REMAJA

DI PANTI ASUHAN MUHAMMDIYAH PUTRA TUNTANG

OLEH

NAMA : NURAINI SYAHRAINI RUMAISA

NIM : 010215A051

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan limpahan
nikmat-Nyalah Laporan Pendahuluan tentang komunitas kelompok remaja ini dapat
terselesaikan tepat waktu. Meskipun masih banyak kekurangan baik dari isi, sistematika,
maupun cara penyajiannya.

Laporan Pendahuluan ini adalah sebagai pemenuhan tugas Praktik Klinik Keperawatan
II stase Keperawatan Komunitas bagi semester 3 Program Studi Keperawatan di Universitas
Ngudi Waluyo. Penulis ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Komunitas, Pengasuh Panti Asuhan, serta semua pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari
materi tentang komunitas khususnya pada kelompok remaja. Semoga dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Penyusun

Ungaran, Oktober 2016


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja sebagai calon penerus bangsa, aset bangsa. Tahap perkembangan yang
rawan. Masalah yang paling banyak ditemukan : kehamilan, penyalahgunaan obat dan
alkohol, kecelakaan, bunuh diri, penyakit karena hubungan seks.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin canggih
membawa dampak pada semua kehidupan, terutama pada generasi penerus bangsa
khususnya pada remaja. Salah satunya dampak negatif, banyak para pelajar di kalangan
remaja sudah merokok, berkendaraan dengan kecepatan tinggi, percobaan bunuh diri,
minum-minuman dan penggunaan zat yang merusak kesehatan.
Dampak yang terjadi pada remaja itu merupakan masalah yang komplek, ditandai
oleh dorongan penggunaan yang tidak terkendali untuk terus menerus digunakan,
walaupun mengalami dampak yang negatif dan menimbulkan gangguan fungsi sehari-
hari baik dirumah, sekolah maupun di masyarakat.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang remaja
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada remaja dengan masalah yang ada
c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas remaja
d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada remaja
e. Mampu melakukan implementasi asuhan keperawatan komunitas pada remaja
f. Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada
remaja yang bermasalah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Remaja
Masa remaja ialah periode waktu individual beralih dari fase anak ke fase dewasa
(Bobak, Lowdermik dan Jensen, 2004).
Masa remaja adalah masa peralihan dimana terjadi perubahan secara fisik dan
psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan
psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan
kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi
sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2006).

B. Perkembangan Pada Masa Remaja


1. Perkembangan kognitif dan moral
Secara kognitif remaja tahap awal yang sedang hamil adalah seorang pemikir
konkrit yang memiliki kemampuan berfikir, dugaan akal sehat (reasoning) yang
terbatas atau tidak memiliki kemampuan ini. Remaja tersebut tidak mampu
mengonsepsualisasi apa yang mungkin terjadi.
Perkembangan moralitas bergantung pada perkembangan kognitif. Pada saat
remaja tahap akhir mencapai kematangan secara kognitif dan memperoleh
pengalaman hidup tentang yang baik dan yang buruk, mereka mengembangkan
aturan moral mereka sendiri.
2. Perkembangan fisiologis
Saat anak bertumbuh dari seorang remaja menjadi dewasa, maka harus
menyelesaikan proses yang dibutuhkan untuk perkembangan biologis, kognitif, dan
psikososial. Setiap remaja harus dikaji secara individual untuk membuktikan status
maturitasnya karena setiap orang mencapai kematangan dengan kecepatan yang
berbeda.
3. Perkembangan psikososial
Pencarian identitas diri merupakan tugas utama perkembangan psikososial
adolesens. Erikson memandang bingung identitas (peran) sebagai bahaya utama pada
tahap ini dan menyarankan pengelompokan dan intoleransi perbedaan yang terlihat
pada perilaku adolesens bekerja mandiri secara emosional dari orang tua, dengan
mempertahankan ikatan keluarga. Selain itu, mereka perlu mengembangkan sistem
etisnya sendiri berdasarkan nilai-nilai personal. Pilihan tentang pekerjaan, pendidikan
masa depan, dan gaya hidup harus dibuat. Beragam komponen identitas total di susun
dari tugas-tugas ini dan terdiri dari identitas personal dewasa yang unik bagi
individu.

C. Tahap Perkembangan Masa Remaja


Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara
umur 12-21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18
tahun adalah masa remaja pertengahan, 18-21 tahun adalah masa remaja akhir (Monks,
2009).
Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap
perkembangan yaitu :
1. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain :
a. Lebih dekat dengan teman sebaya
b. Ingin bebas
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak
2. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain :
a. Mencari identitas diri
b. Timbulnya keinginan untuk kencan
c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e. Berkhayal tentang aktivitas seks
3. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain :
a. Pengungkapan identitas diri
b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c. Mempunyai citra jasmani dirinya
d. Dapat mewujudkan rasa cinta
e. Mampu berfikir abstrak.

D. Perubahan-perubahan yang terjadi pada usia remaja


1. Perubahan Fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam
perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer
dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kedua hal
tersebut.
a. Ciri-ciri seks primer
Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2002) disebutkan bahwa
ciri-ciri seks primer pada remaja adalah :
1) Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah
mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki
usia 10-15 tahun
2) Remaja perempuan
Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi), menstruasi
adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa
luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder
Menurut Sarwono (2011), ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah
sebagai berikut :
1) Remaja laki-laki
a) Bahu melebar, pinggul menyempit
b) Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan, dan
kaki
c) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal
d) Produksi keringat menjadi lebih banyak
2) Remaja perempuan
a) Pinggul lebar, bulat dan membesar, putting susu membesar dan menonjol,
serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan
lebih bulat.
b) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori
bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif
lagi.
c) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan
menjelang akhir masa
d) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
2. Perubahan Emosi
Pola emosi pada remaja sama dengan anak-anak yang membedakan terletak
pada rangsangan dan derajat yang membangkitkan emosi. Emosi yang umum yang
dimiliki remaja antara lain : amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira,
sedih, kasih sayang. Remaja yang memiliki kematangan emosi yang memberikan
reaksi emosional yang stabil tidak berubah-ubah dari suasana hati kesuasana hati
yang lain.
3. Perubahan Sosial
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan
dengan penyesuaian sosial, hal tersebut dikarenakan oleh kuatnya pengaruh
kelompok sebaya disebabkan remaja lebih banyak diluar rumah bersama teman
sebaya sebagai kelompok.

E. Identitas Status Kesehatan Anak remaja


1. Identitas Seksual
Pencapaian identitas seksual ditingkatkan dengan adanya perubahan fisik pubertas,
hal ini ditandai dengan minat remaja pada hubungan heteroseksual dengan pasangan
di luar keluarga dan melakukan masturbasi. Tanda fisik maturitas mendorong
perkembangan maskulin dan feminim. Perilaku maskulin dan feminim yang dilihat
remaja mempengaruhi cara mereka mengekspresikan seksualitas. Adolesens memilki
seksualitas sesuai usia setelah merasa nyaman dengan perilaku seksual, pilihan, dan
hubungannya.
2. Identitas Kelompok
Adolesens mencari identitas kelompok karena mereka membutuhkan harga diri dan
penerimaan. Cara berpakaian atau berbicara yang sama merupakan hal yang umum
dalam kelompok remaja. Kecenderungan dalam keinginan terhadap popularitas
belum berubah banyak dimasa sekarang. Anak perempuan pada status kelas
menengah, lebih dari kelompok lain, memandang popularitas sebagai hal utama yang
penting. Kelompok sebaya memberi adolesens perasaan saling memiliki,
pembuktian, dan kesempatan untuk belajar perilaku yang dapat diterima. Popularitas
dengan berjenis kelamin sama dan berbeda adalah penting. Kebutuhan yang kuat dari
identitas kelompok tampaknya merupakan konflik pada saat pencarian jati diri.
Adolesens membutuhkan ikatan kuat dengan sebayanya sehingga mereka kemudian
dapat menemukan kembali diri mereka dalam identitas kelompok ini.
3. Identitas Keluarga
Adolesens perlu membuat pilihan, bersikap mandiri dan mengalami konsekuensi dari
sikapnya. Pengujian ini, bagaimanapun juga baik dilakukan untuk landasan keluarga
yang mendukung dan kuat. Keluarga yang tidak mampu memberi dukungan ini
menyulitkan perpindahan ke bentuk identitas.
4. Identitas Pekerjaan
Pilihan pekerjaan atau arah kejuruan dalam kehidupan membentuk suatu tujuan bagi
adolesens. Karena kebutuhan perubahan masyarakat, adolesens harus berorientasi ke
masa depan saat membuat keputusan ini. Akan tetapi adolesens tidak tahu pekerjaan
mana yang akan ada atau pekerjaan mana yang akan menjamin masa depan 10 atau
20 tahun kemudian, sehingga pemilihan karir merupakan tugas yang rumit.
5. Identitas Moral
Perkembangan moral bergantung sekali pada keterampilan kognitif dan komunikasi
serta interaksi. Adolesens belajar untuk memahami peraturan yang merupakan
persetujuan kooperatif yang dimodifikasi untuk memperbaiki situasi, dari pada
peraturan yang absolute. Mengenai peraturan, adolesens belajar menggunakan
penilaian mereka sendiri daripada menggunakan peraturan untuk menghindari
hukuman pada masa awal. Perkembangan moral terjadi dalam setiap tahap, pada
tingkat tertinggi, moralitas didapat dari prinsip hati nurani individu.
6. Identitas Kesehatan
Komponen lain dari identitas diri adalah persepsi kesehatan. Komponen ini
menimbulkan minat untuk mengunjungi pemberi pelayanan kesehatan. Adolesens
yang sehat mengevaluasi kesehatan diri mereka sendiri berdasarkan perasaan
sejahtera, kemampuan berfungsi secara normal, dan tidak adanya gejala penyakit.
Penelitian menunjukan bahwa adolesens berpartisipasi dalam kesehatan yang
berkaitan dengan melakukan perawatan sendiri. Adolesens mencoba peran baru,
mulai menstabilkan identitas mereka, dan nilai serta perilaku yang didapat dari gaya
hidup orang dewasa.

F. Macam-macam keadaan dalam pembentukan identitas diri


Berdasarkan pada teori Erikson, terdapat empat keadaan atau status yang berbeda-
beda dalam pembentukan identitas. Dia berpendapat bahwa perkembangan identitas itu
terjadi selain dari mencari aktif (eksplorasi) yang oleh Erikson disebut sebagai krisis
identitas, juga tergantung dari adanya komitmen terhadap sejumlah pilihan-pilihan
seperti sistem nilai atau rencana hari depan. Dalam proses perkembangan identitas maka
seseorang dapat berada dalam status yang berbeda-beda. Keempat status tersebut adalah :
1. Diffussion status yaitu suatu keadaan dimana seseorang kehilangan arah, dia tidak
melakukan eksplorasi dan tidak mempunyai komitmen terhadap peran-peran tertentu,
sehingga mereka tidak dapat menemukan identitas dirinya. Mereka akan mudah
menghindari persoalan dan cenderung mencari pemuasan dengan segera.
2. Foreclosure status yaitu suatu keadaan dimana seseorang dapat menemukan diri dan
mempunyai komitmen namun tanpa melalui eksplorasi terlebih dahulu. Mereka
mempunyai pilihan-pilihan terhadap suatu pekerjaan, pandangan keagamaan atau
ideologi namun tidak berdasarkan pertimbangan yang matang dan lebih ditentukan
oleh orang tua atau gurunya.
3. Moratorium status yaitu suatu keadaan yang menggambarkan seseorang sedang
sibuk-sibuknya mencari identitas diri, berada dalam keadaan untuk menemukan diri.
Seseorang tidak membuat komitmen tertentu namun secara aktif mengeksplorasi
sejumlah nilai, minat, ideologi dan pekerjaan dalam rangka mencari identitas dirinya.
4. Identity achievement yaitu suatu keadaan dimana seseorang telah menemukan
identitasnya dari membuat komitmen-komitmen setelah melalui eksplorasi terlebih
dahulu. Status dalam pembentukan identitas tersebut sangat berpengaruh harapan-
harapan, pandangan terhadap diri maupun reaksi terhadap stres.

Kecemasan adalah perasaan yang paling dominan dialami remaja yang sedang
berada dalam status moratorium yang disebabkan oleh persoalan yang tidak terpecahkan.
Mereka berjuang dalam dunia yang penuh pertentangan antara nilai-nilai dan pilihan-
pilihan dan terus menerus dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang kontradiktif dan
tak terduga. Sedangkan remaja yang berada pada status foreclosure mengalami
kecemasan yang paling ringan karena mereka lebih dapat menerima otoritas manusia.
Namun demikian mereka cenderung kurang memiliki perasaan harga diri dibandingkan
dengan mereka yang berada dalam status moratotium. Diffussion status sering dialami
oleh remaja yang ditolak dan tidak mendapat perhatian. Mereka cenderung akan
melakukan hal-hal yang tidak dapat di terima oleh masyarakat, seperti mabuk-mabukan,
penyalahgunaan obat, sebagai cara untuk menghindari tanggung jawab. Dibandingkan
dengan remaja dalam status moratorium, foreclosure, maupun diffussion, maka remaja
yang berada dalam status identy achievement lebih memiliki perasaan stabil karena
mereka telah menemukan identitasnya. Remaja yang berada dalam status identy
achievement akan bertambah seiring dengan pertambahan usianya. Remaja pada usia
awal maupun pertengahan pada umumnya berada dalam status diffussion maupun
foreclosure, namun demikian status identitas ini dapat bervariasi dalam aspek kehidupan.
Siswa sekolah menengah mungkin berada dalam foreclosure status dalam hal peran
sesuai jenis kelaminnya, atau moratorium status dalam hal memilih pekerjaan maupun
keyakinan agamanya dan diffussion status dalam politik.

G. Strategi Meningkatkan Kesehatan Anak Remaja


1. Pendidikan Seks
Strategi pendidikan seks di masa lalu berfokus pada anatomi fisiologi
reproduksi dan penyuluhan perilaku yang khas kehidupan keluarga kelas menengah.
Baru-baru ini pendidikan seks mulai membahas masalah seksualitas manusia yang
dihadapi remaja. Misalnya, program-program yang sekarang berfokus pada upaya
remaja untuk “mengatakan tidak”. Pihak oponen program pendidikan seks di sekolah
percaya bahwa diskusi eksplisit tentang seksualitas meningkatkan aktivitas seksual
diantara remaja dan mengecilkan peran orang tua. Pihak pendukung mengatakan,
tidak adanya diskusi semacam itu dari orang tua dan kegagalan mereka untuk
memberi anak-anak mereka informasi yang diperlukan secara nyata untuk
menghambat, upaya mencegah kehamilan pada remaja. Peran keluarga, masjid,
gereja, sekolah, kompleks dan kontraversial tentang pendidikan seks. Orang tua
mungkin tidak terlibat dalam pendidikan seks anak-anaknya karena beberapa alasan,
seperti :
a. Orang tua tidak memiliki informasi yang adekuat
b. Orang tua tidak merasa nyaman dengan topik seks
c. Para remaja tidak merasa nyaman bila orang tua mereka membahas seks.
Beberapa orang tua mendapat kesulitan untuk mengakui “anaknya” adalah
individu seksual yang memiliki perasaan dan perilaku seksual. Penolakan orang tua
untuk membahas perilaku seksual dengan putri mereka bisa menyebabkan putrinya
merahasiakan aktivitas seksnya dan dapat menghambat upaya untuk mendapat
bantuan.
2. Fungsi Penting Program Promosi Kesehatan Remaja
a. Meningkatkan penerimaan pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan diri
yang kompeten dan menginformasikan pembuatan keputusan tentang kesehatan
b. Memberikan penguatan positif terhadap perilaku sehat
c. Pengaruh struktur lingkungan dan sosial untuk mendukung perilaku peningkatan
kesehatan
d. Memfasilitasi pertumbuhan dan aktualisasi diri
e. Menyadarkan remaja terhadap aspek lingkungan dan budaya barat yang merusak
kesehatan dan kesejahteraan.

H. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapat
ditentukan. Dalam tahap pengkajian ada lima kegiatan yaitu : pengumpulan data,
pengolahan data, analisa data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan
masyarakat dan prioritas masalah.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
a. Data Inti, meliputi : riwayat atau sejarah perkembangan komunitas, data
demografi, nilai dan keyakinan
b. Data lingkungan fisik, meliputi : perumahan, penerangan, sirkulasi, dan kepadatan
c. Pendidikan, meliputi : tingkat pendidikan, sumber pendidikan, fasilitas pendidikan
yang tersedia
d. Keamanan dan transportasi
e. Politik dan kebijakan, meliputi : situasi politik dan pemerintahan di komunitas,
peraturan dan kebijakan pemerintah daerah terkait kesehatan komunitas, dan
adanya program kesehatan yang ditunjukan pada penigkatan kesehatan komunitas
f. Pelayanan kesehatan dan sosial, meliputi : pelayanan kesehatan, fasilitas sosial
g. Sistem komunikasi, meliputi : sarana untuk komunikasi, jenis alat komunikasi
yang digunakan dikomunitas, cara penyebaran informasi
h. Ekonomi, meliputi : jenis pekerjaan, jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
i. Rekreasi, meliputi : kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan hambatan
pengambilan keputusan, strategi koping tidak efektif.
b. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan kurang percaya diri dalam
kemampuan mengatasi masalah
c. Resiko ketidakefektifan pola seksualitas berhubungan dengan kurangnya
informasi.
3. Rencana Keperawatan
a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan hambatan
pengambilan keputusan, strategi koping tidak efektif.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan remaja dapat
melakukan pemeliharaan kesehatan secara optimal
Kriteria hasil (NOC) :
1) Pengetahuan : Promosi Kesehatan
2) Perilaku Promosi Kesehatan

Rencana Keperawatan (NIC) :

1) Peningkatan kesiapan pembelajaran


a) Bina hubungan baik yang saling mempercayai
b) Berikan waktu untuk bertanya dan mendiskusikan kekhawatiran-
kekhawatirannya
c) Bantu komunitas untuk melihat pilihan-pilihan tindakan yang kurang
beresiko terhadap gaya hidup, dengan cara yang tepat.
2) Peningkatan efikasi diri
a) Eksplorasi persepsi individu mengenai kemampuannya untuk melakukan
perilaku-perilaku yang diinginkan
b) Eksplorasi persepsi individu mengenai keuntungan melakukan perilaku-
perilaku yang diinginkan
c) Identifikasi hambatan untuk merubah perilaku
d) Berikan informasi mengenai perilaku yang diinginkan
e) Bantu individu untuk berkomitmen terhadap rencana tindakan untuk
merubah perilaku
f) Gunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan budaya dan usia
3) Peningkatan sistem dukungan
a) Identifikasi tingkat dukungan keluarga dan sumber daya lainnya
b) Libatkan keluarga, orang terdekat, dan teman-teman dalam perawatan dan
perencanaan.
b. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan kurang percaya diri dalam
kemampuan mengatasi masalah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan koping remaja
menjadi bagus.
Kriteria Hasil (NOC) :
1) Koping
2) Tingkat stres

Rencana keperawatan (NIC) :

1) Peningkatan koping
a) Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka
panjang yang tepat
b) Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
c) Kenali latar belakang budaya/spiritual
d) Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat
2) Dukungan pengambilan keputusan
a) Tentukan apakah terdapat perbedaan antara pandangan pasien dan
pandangan penyedia perawatan kesehatan mengenai kondisi pasien
b) Informasikan mengenai pandangan-pandangan atau solusi alternatif
dengan cara yang jelas dan mendukung
c) Bantu dalam mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari setiap
alternatif pilihan
d) Bangun komunikasi sedini mungkin
3) Latihan kontrol impuls
a) Pilih strategi pemecahan masalah yang tepat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan fungsi kognitif
b) Berikan dukungan positif
c. Resiko ketidakefektifan pola seksualitas berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan remaja terhindar
dari perilaku terhadap penyimpangan seksual.
Kriteria hasil (NOC) :
1) Identitas seksual
2) Kesadaran diri

Rencana Keperawatan (NIC) :

1) Konseling seksual
a) Bangun hubungan terapeutik, didasarkan pada kepercayaan dan rasa
hormat
b) Tetapkan lamanya hubungan konseling
c) Berikan privasi dan jaminan kerahasiaan
d) Tentukan tingkat pengetahuan dan pengertian seksualitas secara umum
e) Berikan informasi mengenai fungsi seksual, sesuai kebutuhan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa remaja ialah periode waktu individual beralih dari fase anak ke fase dewasa.
Tugas-tugas perkembangan remaja terdiri dari : menerima citra tubuh, menerima
identitas seksual, mengembangkan sistem nilai personal, membuat persiapan untuk hidup
mandiri, menjadi mandiri/bebas dari orang tua, mengembangkan keterampilan,
mengambil keputusan dan mengembangkan identitas seorang yang dewasa. Identitas
status kesehatan anak remaja terdiri dari : identitas seksual, identitas kelompok, identitas
pekerjaan, identitas moral, dan identitas kesehatan. Keluarga, sekolah, dan tetangga
merupakan aspek yang secara langsung mempengaruhi kehidupan remaja. Banyak
remaja mengira bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada intercourse (senggama) yang
pertama kali atau mereka merasa bahwa dirinya tidak akan pernah terinfeksi HIV / AIDS
karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermik, Jensen. 2004. Buku Ajar Fundamental Keperawatan,Edisi 4. Jakarta :


EGC
Efendi, Ferry., Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
http://hizzajaeny.blogspot.co.id/2011/10/komunitas-terhadap-kesehatan-reproduksi.html
Diakses pada tanggal 18 September 2016

Anda mungkin juga menyukai