Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN STATUS GIZI DAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG

Yance Ratu*, Abdul Wakhid**, Sukarno**

* Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo


** Dosen Prodi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo

Gambaran Status Gizi dan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang

xv + 97 halaman + 6 tabel + 2 gambar + 15 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Masalah yang sering terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik dengan
hemodialisa yaitu tingginya angka malnutrisi. Status gizi kurang pada pasien HD dapat
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup pada pasien hemodialisis.
Tujuan : Mengetahui gambaran status gizi dan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.
Metode : Desain penelitian ini deskripstif dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah
sampel 40 responden menggunakan metode purposive sampling. Alat pengambilan data
menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan program SPSS. Analisis bivariat diolah
menggunakan distribusi frekuensi
Hasil : Status gizi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis sebagian besar kategori
normal range yaitu sebanyak 24 orang (60,0%). Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis sebagian besar kategori buruk yaitu sebanyak 24 orang (60,0%).
Simpulan : Status gizi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis sebagian besar
kategori normal range dan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis
sebagian besar kategori buruk.
Saran : Sebaiknya pasien hemodialisis meningkatkan status gizi dengan mengikuti atau patuh
terhadap diet yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan meningkatkan spiritualitas yang menjalani
hemodialisa dengan aktif mengikiti kegiatan keagamaan yang diselenggarakan rumah sakit ataupun
di lingkungan tempat tinggal.

Kata Kunci : status gizi, kualitas hidup, hemodialisa


Kepustakaan : 35 (2006-2015)

Overview of Nutritional Status and Quality of Life of Chronic Kidney Failure Patients
Undergoing Hemodialysis in Ungaran Hospital Semarang Regency

xv + 97 pages + 6 tables + 2 images + 15 attachments


ABSTRACT

Background: The problem that often occurs in patients with chronic kidney disease with
hemodialysis is the high rate of malnutrition. Poor nutritional status in HD patients can cause a
decrease in quality of life in hemodialysis patients.
Objective: To determine the description of nutritional status and quality of life of patients with
chronic renal failure undergoing hemodialysis in Ungaran Hospital Semarang Regency.
Method: The design of this study was descriptive with a cross sectional approach with the samples
of 40 respondents using purposive sampling method. The data collection tool used a questionnaire.
Data analysis using the SPSS program. Bivariate analysis was processed by using frequency
distribution
Results: The nutritional status of patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis was
mostly normal range category, many as 24 people (60.0%). The quality of life of patients with
chronic renal failure who undergo hemodialysis was mostly in the bad category, as many as 24
people (60.0%).
Conclusion: The nutritional status of patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis is
mostly in the normal range and quality of life categoriy of patients with chronic renal failure who
undergo hemodialysis is mostly in the poor category.
Suggestion:Hemodialysis patients should improve nutritional status by adhering to or adhering to
the diet provided by health workers and increasing the spirituality of those undergoing hemodialysis
by actively dealing with religious activities held by hospitals or in residential environments.

Keywords: nutritional status, quality of life, hemodialysis.


Literature: 35 (2006-2015)

PENDAHULUAN
Jumlah pasien hemodialisis baru dan aktif di Indonesia 2014-2016 terus mengalami
pengingkatan. Berdasarkan Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2016, sebanyak 98% penderita
gagal ginjal menjalani terapi hemodialisis dan 2% menjalani terapi Peritoneal Dialisis (PD). Data
pasien hemodialisis yang baru di tahun 2014 sebanyak 17.193 orang meningkat di tahun 2015
menjadi 21.050 orang dan 25.448 orang di tahun 2016. Peningkatan juga terjadi pada pasien yang
aktif melakukan hemosialisis yaitu 21.165 di tahun 2014, meningkat menjadi 30.554 orang ditahun
2015 dan 52.835 orang di tahun 2016 (Kemenkes RI, 2018).
Hemodialisa dapat mempertahankan kelangungan hidup sekaligus merubah pola hidup pasien.
Hemodialisa dilakukan untuk mempertahankan kehidupan sampai fungsi ginjal pulih kembali
meskipun terapi ini lama, mahal, serta membutuhkan restriksi cairan dan diet. Pasien akan
kehilangan kebebasan karena berbagai aturan. Pasien sering mengalami perpecahan di dalam
keluarga dan dalam kehidupan sosial. Pendapatan akan semakin berkurang atau bahkan hilang,
akibat pasien tidak produktif. Berbagai faktor tersebut atau bahkan di dukung beberapa aspek lain
seperti aspek fisik, psikologis, sosioekonomi dan lingkungan dapat mempengaruhi kualitas hidup
(Nurchayati, 2011).
Pasien yang menjalani hemodialisis rentan terhadap masalah emosional seperti stress yang
berkaitan dengan pembatasan diet dan cairan, keterbatasan fisik, penyakit terkait dan efek samping
obat, serta ketergantungan terhadap dialisis akan berdampak terhadap menurunnya penerimaan diri
(Son, et al, 2009). Penelitian Wakhid, Rohmah & Trimawati (2018), menunjukkan pasien gagal
ginjal kronik mengalami penerimaan diri kurang baik (73,1%). Pasien yang menjalani hemodialisis
rentan juga rentan terhadap masalah emosional lainnya yaitu kualitas hidup (Son, et al, 2009).
Kualitas hidup menjadi ukuran penting setelah pasien menjalani terapi penggantian ginjal
seperti hemodialisis atau transplantasi ginjal. Menurut Sathvik, et, al (2008), kualitas hidup pasien
yang menjalani hemodialisis semakin menurun karena pasien tidak hanya menghadapi masalah
kesehatan yang terkait dengan penyakit ginjal kronik tetapi juga terkait dengan terapi yang
berlangsung seumur hidup. Akibatnya kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis lebih
rendah dibandingkan pada pasien dengan gagal jantung kongestif, penyakit paru-paru kronis atau
kanker (Mittal, et, al, 2011).
Kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis sangat penting untuk
diperhatikan karena dampak dari penyakit ginjal kronik dan ketergantungan dengan terapi
hemodialisis akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan meliputi fisik, psikologis, sosial dan
lingkungan (Son, et,al, 2009). Penilaian keberhasilan hemodialisis tidak hanya berdasarkan
kecukupan dialisis seperti nilai laboraturium, adekuasi dan penambahan berat badan interdialisis,
tetapi juga berdasarkan kualitas hidup pasien, karena ketika tindakan fisiologis terpenuhi, belum
tentu pasien hemodialisis mempunyai kualitas hidup yang memuaskan. Oleh karena itu, kualitas
hidup juga merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan terapi hemodialisis (Kring, 2008). Selain
itu mengevaluasi kualitas hidup dapat membantu mengidentifikasi perkembangan penyakit
(Jablonski, 2014).
Hemodialisis sebagai salah satu terapi pengganti ginjal buatan dengan tujuan untuk
mengeliminasi sisa-sisa produk metabolisme (protein) dan koreksi gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit antara kompartemen darah dan dialisat melalui selaput membran semi permeabel yang
berperan sebagai ginjal buatan (Kresnawan dan Triyani, 2015). Tindakan dialisis juga dapat
menyebabkan komplikasi atau risiko akibat proses dialisisnya, antara lain mempengaruhi status gizi
(Sukandar, dkk, 2016).
Pasien gagal ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis reguker sering mengalami
malnutrisi, inflamasi dan penurunan kualitas hidup sehingga memiliki morbiditas dan
mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi normal (Zadeh, dkk, 2011). Diperkirakan 50%-
70% pasien dialisis menunjukkan tanda dan gejala malnutrisi (Wingard, dkk, 2009). Faktor
penyebab malnutrisi pada pasien dialisis reguler termasuk di antaranya keluhan uremia, asupan
protein dan kalori yang menurun, inflamasi kronik, dan komorbid akut atau kronik (Campbell,
2009). Mereka mengalami penurunan berat badan, kehilangan simpanan energi termasuk jaringan
lemak dan protein tubuh juga albumin serum, transferin dan protein viseral lainnya (Stenvinkel,
dkk, 2010).
Pasien hemodialisis reguler memiliki kecenderungan untuk jatuh pada keadaan malnutrisi.
Penelitian Jerin, Ladavac, & Kuzmanovic (2011), menunjukkan prevalensi malnutrisi pada
hemodialisis reguler sebesar 40%. Penelitian Qureshi (2012) menunjukkan malnutrisi pada pasien
hemodialisis merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan
infeksi. Penelitian Syaiful (2016), status gizi pada penderita penyakit GGK yang menjalani
hemodialisis sebagian besar kategori malnutrisi (55,39%). Penelitian tersebut tidak didukung
Penelitian Fahmia (2012) menunjukkan status gizi penderita GGK yang menjalani hemodialisa
sebagian besar kategori normal (51,5%). Berdasarkan penelitian diatas menunjukkan
ketidakkonsistenan hasil penelitian, sehingga peneliti ingin menguji kembali temuan empiris
mengenai status gizi pada pasien GGK dengan hemodialisa.
Status gizi kurang pada pasien HD dapat menyebabkan penderita mengalami gejala seperti
lelah dan malaise, sakit kepala, kehilangan berat badan, kelemahan otot, infeksi berulang,
penyembuhan luka yang lambat, serta gangguan tulang, hal ini dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas hidup pada pasien hemodialisis (Afshar et. al, 2009). Bila status nutrisi pada
pasien gagal ginjal semakin buruk maka kualitas hidupnya semakin buruk (Yuwono, 2010).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada Bulan Juni 2018 di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, didapatkan data jumlah pasien hemodialisis berjumlah 46
penderita dengan masing-masing pasien berbeda frekuensi terapi (RSUD Ungaran, 2018).
Berdasarkan hasil pengukuran status gizi (BB per umur) dan kualitas hidup (WHOQOL BREF) dari
pasien yang menjalani hemodialisa terhadap 8 pasien diperoleh 5 pasien mempunyai kualitas hidup
yang kurang baik dimana 3 pasien mempunyai status gizi yang baik dan 2 pasien mempunyai status
gizi yang kurang. Peneliti juga mendapatkan diperoleh 3 pasien mempunyai kualitas hidup yang
baik dimana 1 pasien mempunyai status gizi yang baik dan 2 pasien mempunyai status gizi yang
kurang.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan survey. Penelitian telah dilakukan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada tanggal
10-20 Desember 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang yang jumlah sebanyak 40 orang
(data Bulan Desember 2018). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 40 orang (data
Bulan Desember 2018). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Variabel kualitas
hidup diukur dengan menggunakan skala kualitas hidup dari WHOQOL-BREF Variabel status gizi
diukur dengan menggunakan antropometri gizi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
distribusi frekuensi dan proporsi,

HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Karakteristik Meliputi Umur, Pendidikan dan Pekerjaan
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Meliputi Jenis Kelamin, Pendidikan
dan Pekerjaan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2019, n = 40
Frekuensi Persen
Karakteristik
(f) (%)
Jenis Kelamin
Perempuan 15 37,5
Laki-laki 25 62,5
Pendidikan
SD 9 22,5
SMP, SLTP 10 25,0
SMA, SLTA, SMK, STM 16 40,0
D3 2 5,0
S1 3 7,5
Pekerjaan
Tidak bekerja, IRT 11 27,5
Lap mobil, swasta,koperasi, Satpam, sopir
14 35,0
rental
Wiraswasta, petani, pedagang 7 17,5
PNS, guru, pensiunan 8 20,0
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
yaitu sebanyak 25 orang (62,5%), sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak 16 orang
(40,0%), sebagian besar lap mobil, swasta, koperasi, satpam, sopir rental yaitu sebanyak 14
orang (35,0%).

2. Gambaran Status Gizi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2019, n = 40
Frekuensi Persen
Status gizi
(f) (%)
Underweight 5 12,5
Normal range 24 60,0
Overweight 4 10,0
Obese 7 17,5
Total 40 100,0

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan status gizi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar kategori normal range
yaitu sebanyak 24 orang (60,0%) lebih banyak dari pada kategori obese yaitu sebanyak 7 orang
(17,5%), kategori underweight yaitu sebanyak 5 orang (12,5%) dan kategori overweight yaitu
sebanyak 4 orang (10,0%).

3. Gambaran Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2019, n = 40
Frekuensi Persen
Kualitas Hidup
(f) (%)
Buruk 24 60,0
Baik 16 40,0
Total 40 100,0

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar kategori buruk
yaitu sebanyak 24 orang (60,0%) lebih banyak dari pada kategori baik yaitu sebanyak 16 orang
(40,0%).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Aspek Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2019, n = 40
Buruk Baik
Kualitas Hidup
f % f %
Kesehatan fisik 14 35,0 26 65,0
Psikologis 7 17,5 33 82,5
Hubungan sosial 7 17,5 33 82,5
Lingkungan 18 45,0 22 55,0
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang kategori buruk paling tinggi
pada dimensi lingkungan yaitu sebanyak 18 orang (45,0%).

PEMBAHASAN
1. Gambaran Status Gizi Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang
Hasil penelitian menunjukkan status gizi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar kategori normal range
yaitu sebanyak 24 orang (60,0%) lebih banyak dari pada kategori obese yaitu sebanyak 7 orang
(17,5%), kategori underweight yaitu sebanyak 5 orang (12,5%) dan kategori overweight yaitu
sebanyak 4 orang (10,0%). Responden mempunyai status gizi kategori underweight mempunyai
IMT sebesar 15,6 (20,0%), IMT sebesar 17,6 (20,0%), IMT sebesar 17,8 (20,0%), IMT sebesar
18,1 (20,0%) dan IMT sebesar 18,4 (20,0%).
Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis ditemukan dengan status gizi
kategori underweight. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar mempunyai jenis kelamin
wanita (60,0%) lebih banyak dari pada laki-laki (40,0%). Pasien tersebut sebagian besar
mempunyai tingkat pendidikan SMA (60,0%) lebih banyak dari pada yang berpendidikan SD
(20,0%) dan SMP (20,0%). Berdasarkan umur yaitu 33 tahun (20,0%), 37 tahun (20,0%) dan 37
tahun (20,0%). Selain itu sebagian besar tidak bekerja (60,0%) lebih banyak dari pada karyawan
(20,0%) dan PNS (20,0%). Data tersebut menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisis ditemukan dengan status gizi kategori underweight sebagian besar
berjenis kelamin perempuan dengan pendidikan SMA, tidak bekerja dan berumur pada usia
dewasa.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kurang gizi pada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani terapi pengganti hemodialisis lainnya adalah asupan zat gizi kurang dan
peningkatan kehilangan zat gizi. Menurut Michael (1993) dalam Utama (2010), akibat
kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Apabila keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi
kemrosotan jaringan. Saat ini orang sudah dapat diakatakan malnutrisi, walaupun baru hanya
ditandai dengan penurunan berat badan dan petumbuhan terhambat (Supariasa, 2014). Menurut
peneliti penyebab responden berada dalam status gizi underweight adalah berkurangnya nafsu
makan karena rasa mual dan muntah akibat terapi hemodialisis yang dilakukan. Responden
yang mengalami overweight ataupun obese disebabkan oleh frekuensi makan yang tidak teratur,
lebih dari tiga kali makan besar dalam sehari.

2. Gambaran Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang
Hasil penelitian menunjukkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar kategori buruk yaitu
sebanyak 24 orang (60,0%) lebih banyak dari pada kategori baik yaitu 16 orang (40,0%). Pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang yang
memiliki kualitas hidup kategori kurang ditunjukkan dengan mereka yang membutuhkan terapi
medis untuk dapat berfungsi dlm kehidupan sehari-hari (48,0%), tidak puas dengan kemampuan
dalam bekerja (47,0%) serta merasa tidak puas dengan kehidupan seksual (44,0%).
Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis ditemukan dengan kualitas hidup
kategori buruk. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar mempunyai jenis kelamin laki-laki
(62,5%) lebih banyak dari pada perempuan (37,5%), berpendidikan SMA (45,8%), berumur 49
tahun (12,5%) dan bekerja sebagai karyawan swasta (25,0%) dan wiraswasta (25,0%). Hasil
tersebut menunjukkan mereka termasuk berusia produktif.
Pasien dengan hemodialisa semakin banyak yang mengalami gangguan fisik dan
psikologis. Menurut Mangoenprasodjo & Hidayati, (2015), kondisi fisik yang semakin lemah,
hubungan personal yang buruk, ketiadaan kesempatan untuk memperoleh informasi,
keterampilan baru, dan sebagainya. Gangguan psikologis yang dialami seperti cemas, stress
hingga depresi. Gangguan psikologi tersebut karena kurangnya aktivitas yang dilakukan oleh
pasien dengan hemodialisa dan didukung dengan kurang perhatian terhadap pelayanan
konsultasi atau pemeriksaan psikologis bagi penderita yang mengalami gangguan psikologi
termasuk depresi. Gangguan psikologis pada pasien dengan hemodialisa akan mempunyai
dampak yang cukup serius pada kehidupan sosial dan fisik dimana hal tersebut akan
menyebabkan penurunan kualitas hidup serta menyebabkan pasien dengan hemodialisa
bergantung pada orang lain.
Menurut Desita (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, diantaranya jenis
kelamin. Hasil penelitian sebagian besar mempunyai jenis kelamin laki-laki (62,5%) lebih
banyak dari pada perempuan (37,5%). Menurut peneliti jenis kelamin laki-laki mempunyai
kualitas hidup yang buruk dibandingkan prempuan, dan semakin lama menjalani hemodialisis
akan semakin rendah kualitas hidup penderita
Laki-laki mempunyai kualitas hidup lebih jelek dibanding perempuan. Sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, manusia dibedakan menurut jenis kelaminnya yaitu pria dan wanita.
Istilah gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin. Gender adalah pembagian
peran kedudukan dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat
berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas sesuai norma-norma dan adat
istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan masyarakat. Secara umum, setiap penyakit dapat
menyerang manusia baik laki-laki maupun perempuan, tetapi pada beberapa penyakit terdapat
perbedaan lama antara laki-laki dan perempuan. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan
pekerjaan, kebiasaan hidup, genetika atau kondisi fisiologis (Budiarto & Anggraeni, 2012).
3. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi dan kualitas
hidup yang tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh peneliti seperti pendidikan, pekerjaan
dan kondisi komorbid dimana dimungkinkan faktor tersebut juga mempengaruhi variabel yang
diteliti.

PENUTUP
Status gizi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang sebagian besar kategori normal range yaitu sebanyak 24 orang (60,0%).
Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang sebagian besar kategori buruk yaitu sebanyak 24 orang (60,0%).
Berdasarkan hasil penelitian sebaiknya pihak RSUD Ungaran khususnya unit hemodialisis
meningkatkan pengetahuan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis tentang
makanan sehat yang mendukung status gizi mereka dan meningkatkan kualitas hidup dengan
bimbingan spiritual yang berkesinambungan sesuai dengan keyakinannya sehingga kualitas hidup
mereka meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Adriani dan Wiradjadmadi, 2014. Gizi dan Kesehatan Balita Peranan Micro Zinc Pada
Pertumbuhan Balita. Jakarta: Kencana.
Afshar, Ali dan Abbas. 2009. Assesment of Nutritional Status in Patients Undergoing Maintenance
Hemodialysis. A Single Center Study: Iran SJKDT.
Almatsier, 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Kesembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Aziz, Witjaksono dan Rasjidi, 2008. Panduan Pelayanan Medik: Model Interdisiplin
Penatalaksanaan Kanker Serviks dengan Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC.
Barbara C. L, 2009. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan). Bandung:
Yayasan IAPK Pajajaran Bandung.
Baughman dan Hackley, 2010. Keperawatan Medikal-Bedah Buku Saku dari Brunner dan
Suddarth. Jakarta : EGC.
Brunner dan Suddarth, 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 3. Jakarta :
EGC
Budiarto dan Anggraeni, 2012. Pengantar Epidemiologi II. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Cahyaningsih, 2011. Hemodialisa: Panduan Praktis Perawatan gagal Ginjal. Jogjakarta: Mitra
Cendekia Press
Chandramulyana, 2007. Pilih Rumah Kejar Hoki, Jakarta : PT Elexmedia Komputindo.
Davids, 2009. Human Anatomy and Physiology. New York : MC Graw Hill.
Dewi 2014. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap dan. Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Hamalik, 2008. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu Pengembangan
Sumber Daya Manusi. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayat, 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Kring, 2008. Psikologi Abnormal. Edisi ke -. 9. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Lukman, 2013. Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik. Jakarta : EGC
Mangoenprasodjo, dan Hidayati, 2015. Mengisi Hari Tua dengan Bahagia. Jogjakarta: Pradipta.
Marmi, 2013. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Pangkahila, 2009. Anti-Aging Medicine: Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup.
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
PERNEFRI. 2011. Konsensus Nutrisi Pada Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta
Potter & Perry, 2010. Fundamental Keperawatan Buku 3. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika.
Rasjidi, 2010. 1000 Questions & Answer. Kanker pada Wanita. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo
Sadli, Saparinah. 2010. Berbeda tetapi Setara. Jakarta: Kompass Media Nusantara.
Sherwood, 2009. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare, 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner &. Suddarth Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Stenvinkel, Alvestrand dan Hergoz, 2010. Inflammation in end-stage renal disease: sources,
consequences and therapy. Semin Dial 2002; 15:329–37
Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata dan Setiati, 2009. Buku Ajar Ilmu. Penyakit Dalam Jilid II
edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Sunaryo, 2008. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:EGC
Supariasa, 2009. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Suwitra, 2009. Penyakit ginjal kronik. In: Setiati S, editor. Ilmu penyakit dalam. 6th ed. Jakarta:
Interna Publishing
Suyanto, 2009. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu
Tim Redaksi Vita Health, 2009. Gagal Ginjal (Informasi Lengkap Untuk. Penderita dan
Keluarganya. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.
Ventegodt, Kandel and Merrick, 2015. Aging and disability. Research and clinical perspectives.
Victoria, BC.: Int Acad Press.

Anda mungkin juga menyukai