Anda di halaman 1dari 6

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-6 1

Pembuatan dan Karakterisasi Polimer Ramah


Lingkungan Berbahan Dasar Glukomanan Umbi
Porang
I Made Dani Pradipta dan Lizda Johar Mawarani
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: lizda@ep.its.ac.id

Abstrak— Penggunaan polimer sintesis sebagai kemasan ada dalam hasil pertanian terdapat dalam berbagai bentuk,
plastik menimbulkan masalah pencemaran karena sulit terdegradasi. seperti dalam bentuk pati dan glukomanan. Glukomanan
Solusinya adalah penggunaan polimer dari bahan alami seperti yang merupakan heteropolisakrida yang merupakan paduan antara
bersumber dari umbi-umbian. Umbi porang, yang banyak molekul gula (glukosa) dan manan. Glukomanan terdapat
mengandung polisakarida glukomanan, tersedia melimpah di daerah
pada tanaman umbi-umbian. Umbi yang mengandung
perkebunan karena sukar dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Pada
penelitian ini dibuat polimer ramah lingkungan berbahan dasar glukomanan adalah umbi porang atau iles-iles kuning
glukomanan umbi porang dengan variasi suhu dan konsentrasi (Amorphophallus oncophillus). Dibandingkan dengan pati
plasticizer. Hal ini dilakukan untuk mengkarakterisasi polimer dan komponen lainnya, pada umbi porang, kandungan yang
ramah lingkungan glukomanan yang dipengaruhi oleh konsentrasi lebih banyak dimiliki berupa glukomanan, yaitu sebesar 55%
plasticizer gliserol dan suhu pengadukan agar diketahui sifat [2], sehingga akan lebih efisien jika pemanfaatan umbi
mekanis, derajat penggembungan, dan kemampuan biodegradasi porang untuk pembuatan plastik biodegradable dengan
yang dimiliki. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan metode memanfaatkan kandungan glukomanannya. Umbi porang
solution casting dengan variasi pada suhu pengadukan 80, 90 dan memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan dalam
100°C dan variasi konsentrasi plasticizer 0, 5, 10, dan 15ml. rekayasa material (glukomanan) karena sejak tahun 2003,
Sedangkan pengujian yang dilakukan yaitu uji FTIR, uji mekanis,
produksi umbi porang semakin meningkat setiap tahunnya
uji penggembungan dan uji biodegradasi. Dari hasil pengujian FTIR,
diperoleh bahwa penambahan plasticizer mengakibatkan penurunan [3]. Namun umbi porang sulit diolah sebagai bahan pangan
nilai transmitansi gugus O-H. Dari pengujian yang lain diperoleh secara langsung, secara tradisional, karena pada umbi porang
sampel terbaik, yakni sampel dengan suhu pengadukan 80oC dan terdapat kandungan kristal kalsium oksalat yang dapat
konsentrasi plasticizer 10ml. Sampel tersebut memiliki kekuatan menimbulkan gatal-gatal. Sehingga, umbi ini jarang
tarik 0,035MPa dan derajat penggembungan 61,6%. Dari segi digunakan sebagai bahan pangan di Indonesia.
kemampuan degradasinya, film glukomanan dapat terdegradasi Dalam pembuatan film plastik cara pembuatan dan
biologis selama 9 hari. konsentrasi platicizer akan mempengaruhi sifat produk yang
dihasilkan. Dalam hal cara pembuatan, parameter yang
Kata Kunci—glukomanan, plasticizer gliserol, solution casting,
berpengaruh adalah temperatur stirring yang merupakan
suhu pengadukan.
temperatur yang diterapkan saat pencampuran bahan dasar
glukomanan dan plasticizer. Temperatur stirring ini
I. PENDAHULUAN menentukan tingkat gelatinisasi yang dialami oleh
glukomanan hingga mampu terplastisasi. Pada pati,
P olimer banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari, salah satu contohnya adalah polimer dalam bentuk
plastik. Plastik merupakan material polimer yang banyak
gelatinisasi akan mengakibatkan ikatan molekul pembentuk
pati akan saling berdekatan akibat ikatan hidrogen yang
digunakan sebagai bahan kemasan atau kantong terjadi pada penambahan sejumlah air dan dipanaskan pada
pembungkus. Polimer yang umumnya digunakan sebagai suhu tertentu [4]. Begitu pula dengan glukomanan,
plastik didapat dari turunan minyak bumi. Namun plastik temperatur stirring ini juga akan mempengaruhi ikatan yang
yang berasal dari turunan senyawa dalam minyak bumi terbentuk. Suhu pemanasan yang digunakan akan
memiliki kelemahan, yaitu berasal dari non renewable berpengaruh terhadap elastisitas, prosentase pemanjangan,
source, yang berarti bahan pembuat plastik berasal dari permeabilitas terhadap uap air, dan kelarutan film [4]. Pada
sumber yang terbatas yang sewaktu-waktu dapat habis, dan penelitian yang telah ada sebelumnya oleh Akesowan,
pencemaran limbah plastic [1]. Sehingga penggunaan plastik diketahui bahwa gukomanan mempunyai rentang suhu
organik mudah urai (biodegradable) menjadi solusi dalam gelatinisasi 43-95⁰C [5]. Namun, penelitian lainnya
mengatasi masalah ini. mengenai film glukomanan menggunakan pengaplikasian
Salah satu material yang dapat digunakan sebagai bahan suhu pengadukan larutan glukomanan dengan suhu yang
baku dalam pembuatan plastik biodegradable adalah material berbeda-beda untuk pembuatan film. Pada penelitian oleh
polimer yang bersumber dari biomassa pertanian (agro- Cheng, suhu pembuatan film saat pencampuran bahan baku
resources) yang berbentuk polisakarida. Polisakarida yang yang digunakan adalah 30⁰C [6], sedangkan pada penelitian
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2

oleh Li, suhu untuk mendapat larutan glukomanan adalah • Gliserol/gliserin


70⁰C [7], lain halnya pada penelitian Chen, pencampuran • Minyak goreng (untuk melapisi cetakan kaca)
glukomanan dan gliserol dalam air dilakukan pada suhu • Bakteri efektif EM4
ruang [8]. Oleh karena pengaplikasian suhu pemanasan saat Sedangkan peralatan yang digunakan antara lain:
pengadukan yang berbeda-beda inilah, maka perlu • Gelas ukur, • Lakban,
dialakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui • Timbangan digital, • TGA,
pengaruh suhu pembuatan film glukomanan, karena telah • Magnetic steerer, • Autograph,
diketahui dari penelitian Bertuzzi pada film pati jagung [9], • Plat kaca, • Alat uji FTIR.
bahwa suhu pemanasaan saat pembuatan film akan
mempengaruhi sifat film. Sedangkan plasticizer adalah
bahan tambahan yang ditambahkan pada polimer alami
sebagai bahan pemlastis, karena campuran polimer alami
murni akan menghasilkan sifat yang getas dan rapuh
sehingga akan menambah fleksibilitas dan menghindarkan
polimer dari retakan [10]. Menurut penelitian cheng, antara
plasticizer sorbitol dan gliserol, akan dihasilkan film dengan
sifat yang lebih baik pada penggunaan plasticizer gliserol [6],
dimana konsentrasi gliserol akan berpengaruh pada sifat
mekanis produk akhir yang dihasilkan, yang merupakan sifat
penting pada produk plastik.
Tugas akhir ini dilakukan untuk mengkarakterisasi
polimer ramah lingkungan yang berupa film plastik
biodegradable pada kondisi pembuatan yang dipengaruhi
oleh konsentrasi plasticizer gliserol dan suhu pemanasan agar
dapat diketahui sifat mekanis, derajat penggembungan, dan
kemampuan biodegradasi yang dimiliki. Dengan
dilakukannya penelitian tugas akhir ini, diharapkan diperoleh
solusi dalam menangani masalah limbah plastik dengan
menggunakan plastik ramah lingkungan berbahan dasar
glukomanan umbi porang sebagai pengganti plastik
konvensional.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk eksperimen dengan


metode solution casting dengan penguapan pelarut. Penelitian
dimulai dengan verifikasi bahan baku. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui suhu gelatinisasi glukomanan. Setelah itu,
masuk pada tahapan pembuatan polimer ramah lingkungan.
Gambar. 1. Diagram alir penelitian
Pembuatan diawali dengan pencampuran bahan baku film
dengan variasi konsentrasi plasicizer, kemudian dilakukan
pengadukan dengan variasi suhu. Setelah terbentuk larutan B. Pembuatan Polimer Ramah Lingkungan
film, larutan tersebut dicetak di pelat kaca. Setelah film Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat polimer
terbentuk, film tersebut diuji untuk mengetahui ramah lingkungan:
karakteristiknya. Pengujian yang dilakukan antara lain uji a) Pencampuran bahan baku film
mekanis, uji penggembungan, uji biodegradasi, dan uji FTIR. Bahan dasar film yang digunakan adalah pati
Hasil pengujian yang didapat kemudian dianalisa untuk (glukomanan) umbi porang yang berberbentuk tepung
mendapatkan suatu kesimpulan. glukomanan. Tepung glukomanan dipersiapkan sebanyak
2,5gram. Tepung tersebut kemudian dicampurkan dengan
A. Bahan dan Alat
plasticizer gliserol dengan variasi 5ml, 10ml, dan 15ml,
Bahan dasar glukomanan yang digunakan adalah bahan dalam 100ml air. Selain itu, dipersiapkan juga tepung
dalam bentuk tepung yang diperoleh dari perusahaan glukomanan porang murni tanpa plasticizer (gliserol 0ml)
penyedia tepung gulukomanan yang memiliki perkebunan yang digunakan sebagai bahan pembuat sampel film
porang di daerah Kediri, Jawa Timur. Adapun keseluruhan sebagai variabel kontrol.
bahan yang diperlukan antara lain:
• Tepung glukomanan porang
• Akuades
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3

b) Pengadukan dengan variasi suhu Kemampuan biodegradasi dilihat berdasarkan lamanya


Bahan dasar yang telah dipersiapkan kemudian diaduk waktu degradasi oleh mikroorganisme EM4. Uji
selama 45 menit. Pengadukan dilakukan menggunakan biodegradasi dilakukan dengan menempatkan sampel film
magnetic stirrer yang diatur suhu pengadukannya. Suhu pada suatu wadah kemudian ditambahkan EM4 sebanyak
pengadukan pada masing-masing bahan dasar dengan 10ml dan dibiarkan hingga terdegradasi.
variasi gliserol juga diberikan variasi, yaitu yaitu 80ºC, d) Uji FTIR
90ºC, dan 100ºC. Pengujian dengan FTIR dilakukan pada tiga macam
c) Pencetakan film sampel. Sampel pertama adalah tepung glukomanan,
Larutan yang telah terbentuk dan tergelatinisasi dicetak sampel kedua adalah sampel film glukomanan tanpa
diatas pelat kaca yang telah diberi lakban pada kedua plasticizer, dan sampel ketiga adalah film glukomanan
tepinya sebagai pengatur ketebalan. Agar mudah dalam dengan plasticizer Dengan bantuan alat FTIR akan
pengelupasan lembaran film, pelat kaca dibuat licin terlihat bagaimana serapan gugus polimer pada sampel
dengan menggunakan minyak goreng yang dilapis tipis. berdasarkan grafik yang muncul pada layar komputer
Larutan yang tercetak diatas pelat kaca ditekan dengan sebagai piranti yang terhubung dengan FTIR.
pelat kaca lainnya untuk mendapatkan ketebalan film
yang homogen. Larutan pada cetakan didiamkan selama
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
24 jam pada suhu ruang hingga terbentuk film plastik.
C. Pengujian Sampel A. Verifikasi Bahan
Berikut adalah pengujian yang dilakukan pada sampel Bahan yang digunakan merupakan glukomanan umbi
polimer ramah lingkungan: porang yang berbentuk sebuk. Pengidentifikasian suhu
a) Uji mekanis gelatinisasi dilakukan dengan menggunakan alat thermo-
Film yang telah jadi dipotong dengan ukuran 2 × 6cm gravitimetry analisys (TGA) dilakukan hingga suhu 300°C.
untuk pengujian mekanis. Pengujian mekanis dilakukan
dengan alat Authograph. Dari alat tersebut diperoleh nilai
gaya tarik hingga putus dan perpanjangan hingga putus.
Sehingga untuk mendapatkan nilai tensile strength, daya
elongasi, dan modulus Young, perlu dilakukan
perhitungan terhadap hasil yang diperoleh. Untuk
mendapatkan nilai tensile strength maka digunakan
persamaan
F
σ= (2.1)
A0
untuk mendapatkan nilai elongasi maka digunakan Gambar. 2. Grafik perubahan massa sampel glukomanan terhadap waktu dan
persamaan suhu

∆l
ε= (2.2) Berdasarkan Gambar. 2., dapat terlihat bahwa sampel
l0 glukomanan dengan massa 6,992mg yang digunakan mulai
sedangkan untuk mendapatkan nilai modulus Young mengalami perubahan massa pada suhu sekitar 60°C
maka digunakan persamaan berselang 4 menit setelah pengujian dengan TGA
σ berlangsung. Gelatinisasi dari glukomanan yang digunakan
E= (2.3)
ε mempunyai suhu aplikasi mulai dari sekitar 60°C hingga
b) Uji penggembungan suhu sekitar 200°C.
Untuk melakukan uji penggembungan, pertama-tama
B. Karakteristik Mekanis
sampel yang telah disiapkan ditimbang dan dicatat massa
awalnya. Sampel yang telah ditimbang kemudian ditetesi Pengujian mekanis dilakukan dengan bantuan alat
air sebanyak 5 kali disepanjang permukaan sampel, autograph Shimadzu AG-10 TE yang berkapasitas
kemudian didiamkan selama 2 menit untuk penyerapan 100kN/10ft. Dalam melakukan pengujian, autograph diatur
airnya. Setelah itu, sampel ditiriskan dengan tisu dengan kecepatan uji sebesar 5mm/menit. Dari pengujian
kemudian ditimbang kembali dan dicatat massa akhirnya. dengan autograph diperoleh data berupa nilai gaya tarik yang
Untuk mendapatkan derajat penggembungan, data massa diterapkan oleh mesin (F) dan perubahan panjang yang
yang telah diperoleh lalu disubstitusikan ke dalam dialami oleh sampel (Δl), yang kemudian dihitung untuk
persamaan mendapatkan kuat tarik (σ), elongasi (ε), dan modulus Young
(E).
m − m1
S= 2 × 100% (2.4) Berdasarkan Tabel 1. terlihat bahwa rentang kekuatan
m1 tarik yang dimiliki oleh film glukomanan berkisar antara
c) Uji biodegradasi 0,0275-0,8MPa, sedangkan elongasi yang dimiliki 5,19%-
26,48%, dan modulus Young-nya 0,2818-15,4202MPa.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4

Dalam bentuk grafik (Gambar. 3.), dapat dilihat bahwa 0ml


0,80 5ml
terdapat pengaruh penambahan plasticizer pada kuat tarik 0,75 10ml
sampel. Terjadi penurunan nilai yang sangat drastis pada 0,70 15ml
0,65
semua sampel di tiap variasi suhu. Contohnya kuat tarik 0,60
sampel dengan suhu pengadukan 100ºC yang semula bernilai 0,55

Kuat Tarik (MPa)


0,8MPa turun menjadi 0,085MPa pada penambahan 0,50
0,45
0,20
plasticizer 5ml. Begitu pula dengan sampel lainnya yang juga 0,18
0,16
mengalami penurunan nilai kuat tarik. 0,14
0,12
0,10
Tabel 1. 0,08
Sifat mekanis film glukomanan 0,06
0,04
Suhu Konsentrasi 0,02
0,00
Proses Plasticizer σ (MPa) ε E (MPa) 80 85 90 95 100
(⁰C) (ml)
Suhu (oC)
0 0,500 ± 0,39 0,07 ± 0,02 7,62 ± 4,20 Gambar. 4. Pengaruh suhu pengadukan terhadap kuat tarik pada variasi
5 0,075 ± 0,06 0,13 ± 0,06 0,59 ± 0,42 konsentrasi plasticizer
80
10 0,050 ± 0,00 0,06 ± 0,01 0,81 ± 0,18
15 0,028 ± 0,01 0,10 ± 0,04 0,28 ± 0,18
0 0,800 ± 0,45 0,05 ± 0,04 15,42 ± 11,64 Konstannya nilai kuat tarik yang ditunjukkan di setiap
5 0,085 ± 0,12 0,13 ± 0,06 0,67 ± 0,38 suhu disebabkan karena suhu gelatinisasi hanya diperlukan
90
10 0,060 ± 0,18 0,08 ± 0,05 0,71 ± 1,11 dalam pengaktifan awal pemutusan ikatan pada rantai
15 0,085 ± 0,05 0,13 ± 0,05 0,66 ± 0,41 glukomanan akibat energi termal dari suhu pemanasan.
0 0,618 ± 0,25 0,07 ± 0,03 9,37 ± 6,22
5 0,160 ± 0,10 0,26 ± 0,09 0,60 ± 0,42 Peristiwa gelatinisasi ini kemudian diikuti dengan plastisasi.
100
10 0,035 ± 0,01 0,06 ± 0,04 0,64 ± 0,54 Setelah energi yang diperlukan cukup untuk memutuskan
15 0,048 ± 0,02 0,07 ± 0,03 0,70 ± 0,56 ikatan, maka peningkatan energi yang diberikan kemudian
tidak akan memberikan efek apapun.
80oC Penurunan nilai kuat tarik terjadi pada peningkatan suhu
0,9 90oC
100oC 80oC menjadi 90oC. Penurunan tersebut terjadi akibat pada
0,8
kondisi tanpa plasticizer, dengan peningkatan suhu maka
0,7
polisakarida glukomanan akan mengalami swelling berlebih.
0,6 Pada suhu yang lebih tinggi terjadi peningkatan deformability
Kuat Tarik ( MPa)

0,5 yang akan menurunkan sifat mekanis akibat lebih tingginya


0,4 swelling degree pada granula polisakarida [14]. Naiknya
0,3
kembali nilai kekuatan tarik pada suhu 100oC dikarenakan
pada suhu tersebut air telah mencapai titik didihnya sehingga
0,2
mengalami penguapan yang besar. Besarnya tingkat
0,1
penguapan air yang menurunkan jumlah penetrasi air
0,0 kedalam molekul glukomanan sehingga swelling-nya
-2 0 2 4 6 8 10 12 14 16 berkurang dan kuat tariknya meningkat.
Konsentrasi Plasticizer (ml)
Gambar. 3. Pengaruh penambahan plasticizer terhadap kuat tarik pada variasi
suhu pengadukan C. Derajat Penggembungan
Derajat penggembungan (swelling degree) didapatkan
Penambahan plasticizer akan menurunkan nilai kekuatan
melalui uji penggembungan. Uji penggembungan dilakukan
tarik dari film disebabkan karena plasticizer menempati
untuk mengetahui kemampuan serap air dari polimer yang
ruang intermolekul dalam rantai polimer, sehingga molekul-
ditunjukkan dengan perbedaan massa awal polimer dan
molekul zat pemlastis dapat mengurangi energi yang
massa polimer setelah menyerap air.
dibutuhkan molekul untuk melakukan suatu pergerakan
Berdasarkan Tabel 2. terlihat bahwa kemampuan serap air
(mudah bergerak) sehingga kekakuannya menurun yang
yang dimiliki glukomanan sangat besar hingga lebih dari
menyebabkan menurunnya kekuatan tarik. Ketika film
50%. Dari hasil pengujian diperoleh nilai penggembungan
glukomanan yang terplastisisasi diberi tegangan, maka
berkisar antara 61,6%-391,42%. Penggembungan terbesar
plasticizer akan bertindak sebagai pelumas dan
diantara semua variasi yang diberikan terjadi pada sampel
meningkatkan aliran antar rantai polimer [6].
dengan konsentrasi plasticizer 0 ml, sedangkan paling rendah
Gambar. 4. menunjukkan pengaruh suhu pengadukan film
dimiliki oleh sampel dengan konsentrasi plasticizer 15ml.
glukomanan terhadap kekuatan tarik. Terlihat bahwa suhu
Bila dilihat pada Gambar. 7. tiap suhu di variasi konsentrasi
tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap nilai kuat tarik
plasticizer memiliki nilai yang cenderung menurun sehingga
pada setiap variasi konsentrasi plasticizer. Kecuali kondisi
dapat dikatakan bahwa dengan penambahan plasticizer
tanpa plasticizer, grafik yang ditunjukkan cenderung konstan
gliserol akan menurunkan daya penggembungan sampel.
pada konsentrasi 5ml, 10ml, dan 15ml.
Karakteristik film glukomanan dengan penambahan gliserin
akan menghasilkan film yang kedap air [13]. Hal ini berarti
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5

penambahan gliserol akan mempengaruhi sifat ketahanan terjadinya peningkatan penetrasi air pada peningktan suhu
film terhadap air, sehingga semakin banyak konsentrasi pada molekul glukomanan, sehingga berkurangnya active site
plasticizer yang digunakan maka semakin baik ketahan film pada rantai polimer yang mampu ditempati oleh plasticizer
yang dihasilkan atau dengan kata lain semakin kecil derajat gliserol yang mengakibatkan meningkatnya serapan air pada
penggembungannya. Pada penambahan konsentrasi film/derajat penggembungan. Namun, pada suhu 100oC nilai
plasticizer yang semakin tinggi akan meningkatkan sifat derajat penggembungan mengalami penurunan. Penurunan
adhesive antar molekul sehingga jumlah air yang terikat ini dikarenakan pada suhu tersebut terjadi penguapan air
dengan senyawa polisakarida akan mengalami penurunan yang besar, sehingga ruang bagi plasticizer gliserol dalam
yang menyebabkan kadar airnya semakin rendah [15]. pembentukan film semakin besar yang berimbas pada
penurunan derajat penggembungan karena berkurangnya
Tabel 2. serapan air. Pada konsentrasi 0ml, grafik yang dihasilkan
Hasil uji penggembungan
menurun pada peningkatan suhu. Hal ini terjadi karena
Suhu Konsentrasi Derajat
dengan peningkatan suhu maka polisakarida glukomanan
Pembuatan (⁰C) Plasticizer (ml) Penggembungan (%)
akan mengalami swelling (penetrasi air) berlebih. Penetrasi
0 391,42 ± 170,22
5 188,02 ± 125,35 air berlebih saat pembuatan ini membuat ruang bebas pada
80
10 61,60 ± 42,02 ikatan intermolekuler berkurang, sehingga setelah terbentuk
15 91,61 ± 31,92 film, film yang dihasilkan akan memiliki serapan air yang
0 272,37 ±76,12
5 234,71 ± 96,22 lebih rendah akibat berkurangnya penetrasi air pada film.
90
10 187,40 ± 50,53
15 98,10 ± 19,81
0 176,00 ± 66,56 D. Biodegradasi Film Glukomanan
5 139,21 ± 45,00
100
10 132,71 ± 31,23
Film polimer ramah lingkungan yang telah dibuat diuji
15 82,80 ± 53,36 kemampuan biodegradasinya dengan bantuan Effective
Microorganism atau bakteri EM4, yang merupakan bakteri
pengompos. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa film
80oC glukomanan terdegradasi biologis pada hari ke-9. Dengan
90oC
400 100oC rentang degradasi 45%-100%. Contoh sampel uji
360 biodegradasi terlihat pada Gambar. 9.
320
Derajat Penggembungan (%)

280

240

200

160

120

80

40 (a) (b)
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Konsentrasi Plasticizer (ml)
Gambar. 7. Pengaruh penambahan plasticizer terhadap derajat penggembungan Gambar. 9. Film glukomanan 80oC-10 ml: (a) sampel awal; (b) sampel setelah
terdegradasi 9 hari

0ml
5ml Degradasi film glukomanan lebih cepat daripada film pati
10ml
400
15ml [12]. Kemampuan degradasi biopolimer glukomanan
350 dikarenakan pendeknya rantai ikatan yang dimiliki. Semakin
Derajat Penggembungan (%)

300
rendah berat molekul (semakin pendek rantai), maka polimer
akan semakin cepat terdegradasi [16].
250

200
E. Gugus Fungsi Glukomanan
150
Gugus fungsi dari film glukomanan diketahui dengan
100 menggunakan pengujian FTIR. Spektrum inframerah (IR)
50 terabsorpsi oleh pita-pita adsorpsi gugus fungsional, sehingga
80 85 90 95 100
dapat mengkarakterisasi struktur polimer yang diuji.
Suhu (oC)
Gambar. 8. Pengaruh suhu pengadukan terhadap derajat penggembungan Pengujian FTIR menghasilkan grafik transmitansi sampel
pada suatu nilai panjang gelombang seperti yang tampak
Sedangkan apabila ditinjau dari segi pengaruh suhu pada Gambar. 10. Pada glukomanan murni, terdapat tiga
pengadukan grafik yang dihasilkan naik dan turun seperti puncak wave number yaitu pada 3276,122 yang senyawa
yang terlihat pada Gambar. 8. hampir disemua konsentrasi berikatan hidrogen, yaitu gugus O-H (gugus asam karboksil)
plasticizer. Naiknya derajat penggembungan pada dari glukomanan, 2360,544 yang menunjukkan adanya ikatan
peningkatan suhu 80oC menjadi 90oC disebabkan oleh karbon-karbon dengan ikatan rangkap tiga, dan 1011,524 cm-
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6

1
yang menunjukkan adanya ikatan karbon-oksigen dengan tersebut, kondisi optimal dalam pembuatan polimer plastik
ikatan tunggal (C–O). Pada sampel film glukomanan tanpa ramah lingkungan berbahan dasar glukomanan adalah
plasticizer, atau film dari glukomanan dan air dihasilkan dengan menggunakan suhu pengadukan 80°C dengan
nilai gelombang yang berbeda, yakni terjadi pergeseran nilai konsentrasi plasticizer gliserol 10 ml.
gelombang pada gugus O-H menjadi 3322,407. Hal ini • Film glukomanan dapat terdegradasi biologis dalam waktu
diakibatkan karena adanya tambahan gugus O-H yang berasal 9 hari.
dari molekul air yang masuk dalam polisakarida melalui • Plastik yang dihasilkan tidak cocok digunakan sebagai
mekanisme gelatinisasi yang menghasilkan interaksi ikatan kemasan plastik.
hidrogen yang menguat. Pada sampel film glukomanan
dengan plasticizer 5 ml, dihasilkan nilai gelombang yang
DAFTAR PUSTAKA
berbeda, yakni pergeseran nilai gelombang ikatan O-H
menjadi 3290,104 cm-1 Pergeseran nilai gelombang ikatan O- [1] Adiwijaya, Michael. Peran Pemerintah, Industri Ritel, dan Masyarakat
Dalam Membatasi Penggunaan Kantong Plastik Sebagai Salah Satu Upaya
H menjadi lebih menurun yang menunjukkan bahwa terdapat Pelestarian Lingkungan. Available: http://fportfolio.petra.ac.id/ARTIKEL-
pengaruh penambahan plasticizer pada senyawa hidroksil MICHAEL.ADIWIJAYA-UK.PETRA.doc
yang terjadi. [2] Koeswara, S. (2006). Iles-iles dan Hasil Olahannya, Available:
http://www.scribd.com/doc/70498974/Iles-Iles-Dan-Hasil-Olahannya
[3] Departemen Kehutanan RI. (2005). Budidaya Umbi Porang LMDH Argo
(a) Mulyo di KPH Nganjuk, Available:
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/Web%20HHBK/Porang1.html
[4] Wahyu, M.K. (2008). Pemanfaatan Pati Singkong Sebagai Bahan Baku
Edible Film, Available:
http://www.beswandjarum.com/article_download_pdf/article_pdf_22.pdf
[5] Akesowan, A. (2002, Januari). Viscosity and Gel Formation of a Konjac
Flour from Amorphophallus oncophyllus. AU Journal of Technoloy. 5(3),
pp. 139-146. Available: http://www.konjacfoods.com/pdf/viscosity.pdf
[6] Cheng, L.H. , A. Abd Karim, Norziah, M.H., Fazilah, A., and C.C. Seow.
(2006). Interactive Effect Of Water-Glycerol And Water-Sorbitol On
Physical Properties Of Konjac Glucomannan Films. J Food Sci. 71,
(b) 2:E62-7. Available: http://eprints.usm.my/10163/1/Interactive_
Effects_of_Water-Glycerol_and_Water-Sorbitol_on_Physical_
Properties_of_Konjac_Glucomannan_Films_%28PPTekIndustri%29.pdf
[7] Li.B, J. F. Kennedy, Q.G. Jiang, B. J. Xie. (2006, June). Quick
dissolvable, edible and heatsealable blend films based on konjac
glucomannan – Gelatin”. Food Research International. 39(5), pp. 544-
549. Available: http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S09
63996905002310
[8] Chen, Jianguang, Changhua Liu, Yanqing Chen, Yun Chen, Peter R.
Chang. (2008, November). Structural characterization and properties of
starch/konjac glucomannan blend films. Carbohydrate Polymer 74(4), pp.
(c) 946-952. Available: http://www.sciencedirect.com/science/article/
pii/S0144861708002646
[9] Bertuzzi, M.A., M. Armada, dan J.C. Gottifredi. (2007, Sepember).
Physicochemical Characterization of Starch Based Film, Journal of Food
Engineering. 82(1), pp. 17-25. Available:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0260877407000246
[10] Vieira, M.G.A, Mariana A. da Silva, Licielen O. dos Santos, And Marisa
M.B. (2011, March). Natural-Based Plasticizers And Biopolymer Films: A
Review. European Polymer Journal. 47(3), pp. 254-263. Available:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0014305710004763
[11] Damat. (2008, Maret). Efek Jenis dan Konsentrasi Plasticizer Terhadap
Karakteristik Edible Film Dari Pati – Garut Butirat. Agritek. 16, pp. 333-
500.
Gambar. 10. Grafik nilai transmitansi gugus fungsi pada: (a) polisakarida [12] Sanjaya, I Gede dan Tyas Puspita. (2011). “Pengaruh Penambahan
glukomanan, (b) film glukomanan tanpa plasticizer, (c) film glukomanan Khitosan dan Plasticizer Gliserol Pada Karakteristik Plastik Biodegradable
dengan plasticizer 5ml Dari Pati Limbah Kulit Singkong”. Tugas Akhir Jurusan Teknik Kimia,
FTI, ITS. Belum dipublikasikan.
[13] Mulyono, Edi. (2010). Peningkatan Mutu Tepung Iles-Iles
(Amorphophallus Oncophillus) (Food Grade: Glukomannan 80%) Sebagai
IV. KESIMPULAN
Bahan Pengelastis Mi dan Pengental Melalui Teknologi Pencucian
Berdasarkan hasil dari pengujian yang telah dilakukan Bertingkat dan Enzimatis. Available:
http://km.ristek.go.id/assets/files/KEMTAN/670%20D%20n/670.pdf
pada semua sampel dalam pembuatan polimer ramah [14] BeMiller, James, dan Roy Wistler, Starch: Chemistry and Technology ,
lingkungan berbahan dasar glukomanan ini diperoleh 3rd ed. New York: Academic Press (2009) 745-752.
beberapa kesimpulan, yaitu: [15] Darni, Yuli, Cici. A, Sri Ismiyati D, ”Sintesa Bioplastik Dari Pati Pisang
• Sifat mekanis sampel tergolong rendah, dengan nilai dan Gelatin Dengan Plasticizer Gliserol,” dalam Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi-II, Universitas Lampung (2008) III-9 –
maksimal kekuatan tarik 0,8 Mpa dan modulus Young 15,4 III-20.
MPa. [16] Steven, Malcolm. P diterjemahkan oleh Dr. Ir. Iis S., Kimia Polimer.
• Derajat penggembungan sampel cukup besar, yakni berkisar Jakarta: Pradnya Paramita (2001).
antara 61,6%-391,42%. Dengan derajat penggembungan

Anda mungkin juga menyukai