Anda di halaman 1dari 8

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

KOMUNIKASI KEPERAWATAN (SP)

PADA REMAJA

Disusun oleh:

Frida Oktavia (1906428373)


Justitia Intan M.J (1906428404)
Puji Lestari (1906428480)
Rosalina (1906428505)
Venny Hikmarizkika (1906428543)

Program Studi Ekstensi Sarjana Ilmu Keperawatan


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Semester Gasal 2019/2020
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL PADA REMAJA

1. Pengertian
Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai
respons terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya
mempunyai evaluasi diri positif (NANDA, 2005).
2. Tanda dan Gejala
a. Mengungkapkan rasa malu/bersalah
b. Mengungkapkan menjelek-jelekkan diri
c. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya, ketidakberdayaan dan
ketidakbergunaan)
d. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup yang
sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif
e. Kesulitan dalam membuat keputusan
3. Intervensi Generalis Pada Pasien
a. Tujuan
1) Klien mampu meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri
dan pemecahan masalah yang efektif
2) Klien mampu melakukan keterampilan positif untuk meningkatkan harga diri
3) Klien mampu melakukan pemecahan masalah dan melakukan umpan balik yang
efektif
4) Klien mampu menyadari hubungan yang positif antara harga diri dan kesehatan
fisik
b. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan harga diri rendah : penyebab, proses terjadinya masalah, tanda
dan gejala dan akibat
2) Membantu pasien mengembangkan pola pikir positif
3) Membantu mengembangkan kembali harga diri positif melalui melalui kegiatan
positif.
SP1 Pasien: Asesmen harga diri rendah dan latihan melakukan kegiatan positif:
1. Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama
panggilan yang disukai
b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian ansietas agar proses
penyembuhan lebih cepat
2. Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian ansietas
a) Bantu pasien mengenal harga diri rendah:
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
2) Bantu pasien mengenal penyebab harga diri rendah
3) Bantu klien menyadari perilaku akibat harga diri rendah
4) Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi diri yang
positif yang terdahulu
b) Bantu pasien mengidentifikasi strategi pemecahan yang lalu, kekuatan,
keterbatasan serta potensi yang dimiliki
c) Jelaskan pada pasien hubungan antara harga diri dan kemampuan pemecahan
masalah yang efektif
d) Diskusikan aspek positif dan kemampuan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.
Nilai dari tiap-tiap aspek lalu pilih yang mana yang disukai.
e) Latih satu kemampuan positif yang dimiliki
f) Latih kemampuan positif yang lain
g) Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk
menumbuhkan harga diri positif
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH (SP I PASIEN)

Hari/ Tanggal : Senin, 14 Oktober 2019


Pertemuan : Pertama (1)
Nama Klien : An Putri (17 tahun)
Ruangan : Teratai

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Putri 17 tahun dirawat diruang rawat bedah kamar 402. Putri baru saja mengalami cobaan
terberat didalam hidupnya karena kaki kanannya diamputansi 2 hari yang lalu. Putri
tampak murung, tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak mau makan, dan Putri
melarang orang lain menjenguk dirinya. Sesekali Putri tampak menangis memegangi
kakinya. Putri tampak sedih karena sehari-hari ia selalu berlatih basket. Putri adalah atlet
basket di sekolahnya. Putri sering mengatakan dirinya tidak berharga lagi karena kakinya
telah diamputasi.
Analisa Data
Data Subjektif: Putri mengatakan dirinya tidak berharga lagi karena kakinya telah
diamputasi.
Data Objektif : Tampak murung, tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak mau
makan, dan melarang orang lain untuk menjenguknya.
Diagnosa : Harga Diri Rendah Situasional
2. Tujuan
Tujuan Umum :
Klien mampu mengatasi gangguan harga diri rendah.
Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, menilai,
memilih, dan melatih kemampuannya.
3. Tindakan Keperawatan
a. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya mengenai pikiran,
perasaan, dan pandangan dirinya: dulu dan saat ini, serta harapan yang ingin
diwujudkan terhadap dirinya sendiri.
b. Diskusikan aspek positif diri.
c. Bantu pasien untuk menilai kemampuan yang masih dapat digunakan.
d. Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
klien.
e. Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih. Menganjurkan klien
memasukkan kegiatan kedalam jadwal harian.
STRATEGI KOMUNIKASI

A. FASE ORIENTASI
1. Salam Teraupetik
“Selamat pagi”
“Saya Suster Frida. Perawat adek pagi ini sampai pukul 2 siang nanti. Suster boleh tau
nama adek?”
2. Validasi/Evaluasi
“Bagaimna kabarnya Putri hari ini?”
3. Kontrak Waktu dan Tempat
“Putri bagaimana jika kita berbincang-bincang selama 30 menit, apakah putri setuju?”
“Mau dimana Putri berbincang-bincang? Baik kita akan berbincang-bincang di taman
selama 30 menit ya.”
4. Kontrak Topik dan Tujuan
“Kita akan berbincang-bincang tentang hobi yang Putri punya? Tujuannya supaya Putri
bisa menilai dan paham apa saja hobi yang Putri bisa lakukan.”

B. FASE KERJA
1. Pengkajian Lebih Lanjut
“Suster lihat Putri daritadi tampak melamun, apa yang Putri pikirkan?”
“Bagaimana perasaan Putri saat ini?”
“Apa yang membuat Putri tidak mau bertemu dengan orang lain yang ingin
menjenguk Putri?”
2. Diagnosa Kerja
“Putri sedang mengalami perasaan yang tidak berguna ya?”
“Putri merasa bahwa Putri tidak berdaya dan tidak bisa apa-apa?”
“Saat ini Putri sedang mengalami Harga Diri Rendah, setelah kaki Putri diamputasi.
Putri bisa kembali ceria seperti dulu lagi. Suster akan bantu Putri ya.”
3. Tindakan
“Putri hobinya apa saja?”
“Wah banyak sekali yah obi Putri, bermain basket, berenang, menggambar,
menyanyi, dan membaca novel.”
“Dari hobi-hobi tadi menurut Putri masih adakah yang bisa kita lakukan saat ini?”
“Ya benar sekali, walaupun kaki Putri sudah diamputasi. Putri masih bisa melakukan
hobi Putri seperti menggambar, bernyanyi, dan membaca novel.”
“Sekarang Putri boleh bebas memilih hobi apa saja yang mau Putri lakukan di taman
ini?”
“Wah pilihan yang bagus, Suster akan membawakan buku gambar dan pensil warna
untuk Putri. Putri tunggu sebentar saja 5 menit ya,”
“Nah ini dia pensil warna dan buku gambarnya, Putri silahkan menggambar apa saja
yang Putri suka.”
“Putri mau menggambar sendiri di taman atau mau ditemani oleh suster?’
“Baik suster akan temani Putri menggambar disini.”
“Wah bagus sekali gambar Putri. Putri hebat sekali.”

C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi Subjektif
“Bagiamana perasaan Putri setelah kita berbincang-bincang?”
2. Evaluasi Objektif
“Putri bisa sebutkan kembali hobi apa yang bisa Putri lakukan saat ini?”
“Wah pintar sekali Putri.”
3. Rencana Tindak Lanjut
a) Kontrak Topik
“Selanjutkan kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan Putri.”
“Kita akan membuat list apa saja yang Putri bisa lakukan selama Putri di rawat
di rumah sakit dan kemampuan apa saja yang masih bisa Putri lakukan
dirumah. Bagiamana menurut Putri?”
b) Kontrak Waktu dan Tempat
“Besok pagi jam 9 kita akan melanjutkan bincang-bincang kita.”
“Putri mau kita berbincang-bincang dimana?”
“Baik kita akan berbincang-bincang kembali jam 9 di taman ya.”

Anda mungkin juga menyukai