Kebijakan Pelayanan Anestesi
Kebijakan Pelayanan Anestesi
1. PENDAHULUAN
sebagai bagian dari tindakan diagnostik anterapeutik. Kebijakan pelayanan anestesi ini
2. TUJUAN
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menetapkan kebutuhan dan standar minimal pada
3. RUANG LINGKUP
3.1. Pelayanan anestesi yang diberikan adalah seragam di seluruh unit dimana pelayanan
anestesi dilakukan.
3.2. Pelayanan anestesi meliputi: penilaian pre-anestesi, tindakan anestesi yaitu sedasi,
anestesi umum dan anestesi regional (spinal, epidural dan blok saraf perifer), pemantauan
selama anestesi, pelayanan pasca anestesi, tatalaksana nyeri, management ICU, Resusitasi
Jantung Paru dan transportasi medis pasien. (sesuai lampiran – 1 Ruang lingkup pelayanan
departemen anestesi)
3.3. Dokter spesialis anestesi melakukan tindakan anestesi yang meliputi: sedasi sedang dan
dalam, anestesi umum dan anestesi regional (spinal, epidural dan blok saraf perifer) dengan
perawat anestesi bertugas sebagai asisten saat dokter spesialis anestesi melakukan tindakan
anestesi
3.4. Pelayanan anestesi dapat diberikan untuk kebutuhan tindakan diagnostik dan terapeutik.
3.5. Penjelasan dan inform consent diberikan kepada pasien, keluarga atau penanggung jawab
pasien atas risiko, manfaat dan alternatif dari tindakan anestesi yang akan dilakukan Dokter
spesialis anestesi
implementasi, pemantauan dan perbaikan secara keseluruhan dari kebijakan ini telah berjalan
dan dijalankan dengan menghormati hak pasien, serta dapat diakses dan dimengerti oleh
4.2.1. Menyebarkan kebijakan ini di bagian yang menjadi tanggung jawab mereka
4.2.2. Melakukan implementasi dari kebijakan ini di dalam bagian yang menjadi tanggung jawab
mereka
4.2.3. Mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber daya yang sesuai agar terpenuhinya
kebijakan ini
5. DEFINISI
5.2.3. Jalan nafas paten (tidak ada hambatan), pernafasan spontan adekuat
5.3.2. Pasien sulit dibangunkan. Respons terhadap stimulus nyeri atau stimulus
untuk menjaga patensi jalan nafas. Pernafasan spontan mungkin tidak adekuat
5.4.1. Hilangnya kesadaran karena pengaruh obat, pasien tidak dapat dibangunkan
5.5. Pelayanan anestesi yang dimaksud dalam kebijakan ini adalah pelayanan anestesi
5.5.3. Anestesi regional (anestesi spinal, epidural dan blok saraf perifer)
5.6. Perawat anestesi adalah perawat yang telah terlatih dan bekerja di kamar operasi
di bidang anestesi selama paling tidak1 tahun, dengan memiliki sertifikasi BTCLS
(Basic trauma cardiac life support)dan ACLS (Advance Cardiac Life Support)
6.1. Di poliklinik, emergency, ruang rawat inap ataupun kamar operasi dilakukan
pemeriksaan pre-anestesi
6.2. Di kamar operasi dilakukan tindakan anestesi umum dan anestesi regional
6.3. Tindakan sedasi sedang dan dalam dilakukan di kamar operasi, ruang perawatan
intensif, ruang tindakan endoskopi dan unit radiologi. Pada kondisi emergency tindakan
7. PELAYANAN ANESTESI
7.1. Tindakananestesimeliputi
7.1.3. Anestesi regional, yang terdiri dari anestesi spinal, regional dan blok saraf perifer
7.2. Tindakan anestesi dilakukan hanya oleh dokter spesialis anestesi dengan asisten
perawat anestesi
Hal. 3 dari 5
pasien
7.5.1. Dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu, termasuk hari libur.
diantaranya teknik dan obat-obat anestesi yang akan digunakan, persiapan yang
8.2.1. Pemeriksaan pre-induksi bertujuan untuk menilai kondisi fisiologis pasien sesaat
8.3. Penilaian pre-anestesi dan pre-induksi dilaksanakan sesuai dengan prosedur pre-
9. PEMANTAUAN
9.1. Pemantauan dan evaluasi kondisi fisiologis pasien dilakukan sebelum, selama dan
sesudah anestesi
9.2.1. Menjaga kondisi hemodinamik pasien berada dalam kondisi yang optimal
9.3. Pemantauan minimal yang dilakukan adalah sama disemua unit dimana anestesi
9.3.5. Saturasioksigenperifer
9.3.6. Suhutubuh
9.5. Pemantauan yang dilakukan sesuai dengan SOP pemantauan dalam anestesi
9.6. Untuk mengantisipasi resiko pasien jatuh dalam pemantaun selama proses
Hal. 4 dari 5
10.1. Dokter spesialis anestesi memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga atau
penanggung jawab pasien tentang manfaat, resiko dan alternatif serta tata cara
menghadapi resiko yang mungkin terjadi dari tindakan anestesi yang akan diberikan.
10.2. Pasien, keluarga atau penanggung jawab pasien memberikan persetujuan atas
11. DOKUMENTASI
11.3. Lembar catatan anestesi, yaitu: catatan selama pasien dalam anestesi, berisikan
antara lain:
13.3. Puasasebelumanestesi
13.4. Anestesiumum
13.5. Sedasi sedang dan dalam yang dilakukan oleh dokter spesialis anestei
14. REFERENSI
14.2. The Joint Commission (2010) Accreditaion Program: Anesthesia and Surgical
2011
Hal. 5 dari 5
Lampiran 1 – Ruang Lingkup Pelayanan Departemen Anestesi RS Sehat Sejahtera
Reanimasi di
RSNo.779/Menkes/SK/VII/2008
Ruang Lingkup
1. Penilaian pre-anestesi
5. Tatalaksana nyeri
6. Management ICU
8. Transportasi
ICU.
Pasien
1. Neonatus – geriatris
2. Pasien Operasi
3. Pasien endoscopy GI
4. Pasien Melahirkan
7. ICU
Staff
3. 6 perawat anestes