Disusun Oleh :
Kelompok 7
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga Makalah Perancangan Alat Proses dapat diselesaikan
dengan lancar dan sesuai dengan harapan.
Makalah ini merupakan Makalah yang saat ini dapat diajukan. Namun, pasti
masih banyak kekurangan yang mendasar pada Makalah ini dan perlu diperbaiki.
Oleh karena itu, kritik dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Semarang, 12 April
2019
Penyusun
Materi : Crushing, Grinding, and Mixxing Equipment
3. Mengapa pada kristalisasi harus dalam kondisi supersaturasi? Apa peran debu
dalam proses kristalisasi dalam suatu larutan?
Jawab :
Pada dasarnya, kristal dapat terbentuk karena suatu larutan sudah dalam
kondisi atau keadaan lewat jenuh (supersaturasi). Kondisi tersebut terjadi
karena pelarut sudah tidak mampu lagi melarutkan zat terlarutnya (jumlah zat
terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut), sehingga kristal dapat terbentuk
dengan menurunkan daya larutnya atau mengurangi jumlah pelarutnya.
Proses penjenuhan sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti
penguapan pelarut, pemanasan, pendinginan, penambahan senyawa lain, dan
sebagainya.
Juga terdapat dua cara terbentuknya kristal, yakni primer dan sekunder.
Dalam pembentukan kristal primer, kristal terbentuk dengan adanya bijih
kristal yang ada dalam larutan. Kristal “bertumbuh” dengan menempelnya
padatan dari larutan pada bijih. Namun, dengan adanya debu, terjadilah
pembentukan kristal secara sekunder. Padatan menempel pada partikel debu
dan semakin membesar. Maka, kehadiran debu dapat membentuk kristal
sekunder. Debu ialah nama umum untuk sejumlah partikel padat kecil
dengan diamter kurang dari 500 mikrometer.
4. Bagaimana cara melakukan proses screening terhadap padatan yang
menggumpal?
Jawab:
Penyaringan screening dilakukan untuk memisahkan padatan dari
padatan, yaitu dengan membedakan ukuran padatan yang berbeda-beda. Bila
partikel padatan mengandung air, maka sebaiknya bahan yang ingin dipisah
dikeringkan terlebih dahulu karena partikel padatan, khususnya yang kecil
atau halus, dapat menggumpal dan menyumbat penyaring.
5. Apa saja bahan yang dapat dipisahkan pada separator flotasi? Bagaimana
prinsip pemisahannya?
Jawab:
Flotasi dapat digunakan untuk memisahkan mineral logam seperti
tembaga, Pb, seng, nikel, mangan, chromium, cobalt, dan molybdenum.
Dapat juga untuk memisahkan mineral non logam seperti mika, fluorite,
feldspar, dan batubara. Flotasi juga dapat digunakan untuk pengolahan atau
penjernihan air serta untuk mengambil mineral-mineral berbahaya yang
terdapat di dalam air.
Prinsip pemisahan secara flotasi adalah dengan memanfaatkan
perbedaan sifat permukaan mineral terhadap air yaitu sifat hydrophobicity.
Sifat ini merupakan sifat kimia-fisika permukaan mineral. Prinsip flotasi ini
dapat berhubungan dengan tegangan permukaan. Berdasarkan sifat
permukaannya, mineral dibagi menjadi 2 kelompok yaitu mineral
Hydrophobic dan mineral Hydrophilic. Mineral hydrophobic adalah mineral
yang mudah dibasasi atau suka air. Permukaan mineral akan basah ketika
berada dalam air. Sedangkan mineral hydrophilic adalah mineral yang sulit
dibasahi atau tidak suka air. Mineral ini tidak basah atau sulit basah ketika
berada di dalam air.
Materi : Pemisahan Gas – Padat dan Gas- Cair
1. Apakah laju alir pada packed tower di inlet dan outlet perlu diatur?
Bagaimana cara memilih alat separator yang digunakan ?
Jawab :
Laju alir pada packed tower di inlet dan outlet perlu diatur baik dari laju air
cairan maupun laju alir gas. Laju alir tidak boleh terlalu tinggi karena akan
menyebabkan transfer partikel kecil, sedangkan apabila laju alir terlalu
rendah, maka driving force transfer partikel tidak mampu menyebabkan
perpindahan massa. Faktor utama lain yang mempengaruhi packed tower
adalah ukuran partikel dan pressure drop.
Tabel 1. Jenis-jenis alat separator beradasrkan peralatan yang digunakan
Materi : Pemisahan Cair-Cair dan Cairan
Pelarut
1. Apakah spesifikasi bahan untuk proses decanter? Dan apa kelebihan
menggunakan proses decanter? Serta bagaimana pemilihan pelarut untuk
proses leaching?
Jawab :
Spesifikasi bahan :
Apabila bahan didominasi minyak, maka spesifikasinya ksndungan air
kurang lebih 0,75%, kandungan minyak kurang lebih 99%, dan
kandungan zat padat kurang lebih 0,25%. Sedangkan apabila bahan
berupa lumpur spesifikasinya kandungan air kurang lebih 75%,
kandungan minyak kurang lebih 15%, dan kandungan zat padat kurang
lebih 10%.
Kelebihan proses decanter
Menghasilkan hasil akhir atau skudge cake yang lebih kering dalam
waktu yang lebih singkat dan tidak terpengaruh oleh cuaca. Selain itu,
lahan yang dibutuhkan lebih kecil, tidak menimbulkan bau, lumpur
yang terolah lebih banyak, dan tenaga operator yang dibutuhkan lebih
sedikit.
Pemilihan pelarut dalam proses leaching
(1) Memiliki kelarutan yang rendah dalam air
(2) Memiliki selektivitas yang tinggi terhadap solute
(3) Mudah dipisahkan dari solute, agar pelarut dapat digunakan
kembali
(4) Memiliki viskositas kecil dan tidak membentuk emulsi dengan air
(5) Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun
2. Apa pertimbangan untuk memilih proses vertikal atau horizontal pada
decanter?
Jawab :
Dekanter Horizontal :
Tekanan hidrostatik.
Meminimalisasi turbulensi.
Proses pemisahan lebih cepat karena adanya gaya gravitasi yang
lebih besar dibanding tangki horizontal.
Tinggi decanter yang diperoleh tidak memenuhi range untuk
menggunakan dekanter horizontal
Konstruksinya sederhana dan harganya murah.
Dekanter Vertikal
Umpan masuk ke (ertical clarifier tank ada 4 sumber)
Diluted Crude Oil (DCO)
Light phase dari Sludge Centrifuge/Decanter.
Oil eks recovery tank (namun tidak rutin, sehingga diabaikan).
Materi : Perhitungan Distilasi
Latihan Soal!
Sebuah Kolom didesign untuk memisahkan campuran dari etilbenzen dan stirena.
Umpan masuk (Feed) mengandung 0,5 mol stirena dan kemurnian stirena yang
diperlukan 99,5% dengan recovery 85%. Tentukan jumlah state ideal yang
diperlukan saat rasio reflux 8. Tekanan maksimum column bottom 0.2 bar.
Jawab:
Diketahui
Sumber : Dari Smith Van Ness
A Stirena = 9,386 A Etilbenzen = 9,386
B Stirena = 3328,57 x 10−3 B Etilbenzen = 3279,47 x 10−3
C Stirena = -63,72 x 10−6 C Etilbenzen = -59,95 x 10−6
x(stiren) = 0.5
Recovery = 85%
Kemurniaan Stirena = 99,5%
Maksimum Kolom bottom pressure = 0.2 bar
Ditanya = Berapa jumlah stage idela jika reflux rationya 8?
Jawab =
za = 0,5 (Stiren)
za + zb = 1
0,5 + zb = 1
zb = 0,5 (Etilbenzen)
T = 366 K = 93,3˚C
Relative Volatility
p0 Etilbenzen
α= 0 =1,35
p Stirena
8 𝑥 0,5+0,87−(8+1)0,005
𝑠= = 1,084
(8+1)(0,5−0,005)
(𝑧𝑓− 𝑥𝑑 )𝑥𝑏
𝑏= (𝑅+1)(𝑧𝑓− 𝑥𝑏 )
(0,5 −0,87)0,005
𝑏= = −4,15 𝑥 10−4
(8+1)(0,5−0,005)
log[4,17 𝑥 10−3 ]
N= = 24,6 atau ada 25 stage
log 0,8
Sebuah Kolom didesign untuk memisahkan campuran dari benzene dan toluene.
Umpan masuk (Feed) mengandung 0,7 mol benzene dan 0,3 ml toluene dan
kemurnian benzene yang diperlukan 99,93% dengan recovery 85%. Tentukan
jumlah state ideal yang diperlukan saat rasio reflux 8. Tekanan maksimum column
bottom 1 atm.
Diketahui :
Dari (Sumber : Dean, 1999)
A Benzene = 6,95 A Toluene = 6,95
B Benzene = 1211,03 x 10−3 B Toluene = 1344,80 x 10−3
C Benzene = 220,79 x 10−6 C Toluene = 219,48 x 10−6
DAFTAR PUSTAKA
Cahyo, Domas. (2013). Alat Sentrifugal dan Prinsip Kerja. Universitas Brawijaya.
Komariah Leily Nurul, A. F. Ramdja, Nicky Leonard. 2009. Tinjauan Teoritis
Perancangan Kolom Distilasi untuk Pra-rencana Pabrik Skala Industri. Jurusan
Teknik Kimia Faukltas Teknik Universitas Sriwijaya
Michaud, David. (2015). Dense – Heavy Medium Separation HMS/HDS Process.
Orris E. A, Eugene E.G. (1969). Centrifugation of Waste Sludges. Journal Water
Pollution Control Federation, Volume 41, Issue 4, p. 607-628.
Pal, Anju. (2013). Metals and Non Metals.
Santosa, Herry. 2004. Perancangan Packed Tower. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro
Towler, G., Sinnot, R. (2008). Chemical Engineering Design: Principles, Practice
and Economics of Plant and Process Design. Amsterdam:
Elsevier/Butterworth-Heinemann.