Anda di halaman 1dari 6

RAMAYANA

Balakanda
Kitab Balakanda merupakan awal dari kisah Ramayana. Kitab Balakanda menceritakan
Prabu Dasarata yang memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Prabu
Dasarata berputra empat orang, yaitu: Rama, Bharata, Lakshmana dan Satrughna. Kitab
Balakanda juga menceritakan kisah Sang Rama yang berhasil memenangkan sayembara
dan memperistri Sita, puteri Prabu Janaka.

Ayodhyakanda
Kitab Ayodhyakanda berisi kisah dibuangnya Rama ke hutan bersama Dewi Sita dan
Lakshmana karena permohonan Dewi Kekayi. Setelah itu, Prabu Dasarata yang sudah tua
wafat. Bharata tidak ingin dinobatkan menjadi Raja, kemudian ia menyusul Rama. Rama
menolak untuk kembali ke kerajaan. Akhirnya Bharata memerintah kerajaan atas nama
Sang Rama.

Aranyakanda
Kitab Aranyakakanda menceritakan kisah Rama, Sita, dan Lakshmana di tengah hutan
selama masa pengasingan. Di tengah hutan, Rama sering membantu para pertapa yang
diganggu oleh para rakshasa. Kitab Aranyakakanda juga menceritakan kisah Sita diculik
Rawana dan pertarungan antara Jatayu dengan Rawana.

Kiskindhakanda
Kitab Kiskindhakanda menceritakan kisah pertemuan Sang Rama dengan Raja kera
Sugriwa. Sang Rama membantu Sugriwa merebut kerajaannya dari Subali, kakaknya.
Dalam pertempuran, Subali terbunuh. Sugriwa menjadi Raja di Kiskindha. Kemudian
Sang Rama dan Sugriwa bersekutu untuk menggempur Kerajaan Alengka.

Sundarakanda
Kitab Sundarakanda menceritakan kisah tentara Kiskindha yang membangun jembatan
Situbanda yang menghubungkan India dengan Alengka. Hanuman yang menjadi duta
Sang Rama pergi ke Alengka dan menghadap Dewi Sita. Di sana ia ditangkap namun
dapat meloloskan diri dan membakar ibukota Alengka.

Yuddhakanda
Kitab Yuddhakanda menceritakan kisah pertempuran antara laskar kera Sang Rama
dengan pasukan rakshasa Sang Rawana. Cerita diawali dengan usaha pasukan Sang Rama
yang berhasil menyeberangi lautan dan mencapai Alengka. Sementara itu Wibisana diusir
oleh Rawana karena terlalu banyak memberi nasihat. Dalam pertempuran, Rawana gugur
di tangan Rama oleh senjata panah sakti. Sang Rama pulang dengan selamat ke Ayodhya
bersama Dewi Sita.

Uttarakanda
Kitab Uttarakanda menceritakan kisah pembuangan Dewi Sita karena Sang Rama
mendengar desas-desus dari rakyat yang sangsi dengan kesucian Dewi Sita. Kemudian
Dewi Sita tinggal di pertapaan Rsi Walmiki dan melahirkan Kusa dan Lawa. Kusa dan
Lawa datang ke istana Sang Rama pada saat upacara Aswamedha. Pada saat itulah mereka
menyanyikan Ramayana yang digubah oleh Rsi Walmiki.
SUNDARA KANDA

Sundarakanda adalah kitab kelima Ramayana.

Dalam kitab ini diceritakan bagaimana sang Hanuman datang ke


Alengkapura mencari tahu akan keadaan Dewi Sita dan membakar kota
Alengkapura karena iseng.

Pada malam hari, Hanuman tiba di ibu kota Alengka Pura. Sembari terbang, ia
mengagumi keindahan ibu kota Alengka Pura. Kemudian, Hanuman sampai pada
pembaringan yang sangat indah. Pada awalnya Hanuman melihat Rahwana sedang
bermesraan dengan seorang wanita. Ia mengira wanita itu adalah Dewi Sita. Namun
setelah Ia mengamati denganlebih teliti Ia menyadari itu bukanlah Dewi Sita. Hanuman
pun melanjutkan perjalanannya. Ia melihat ada sebuah taman yang sangat indah, d taman
itu terdapat banyak bunga asoka. Ia pun menuju kesana, karena ia menduga kemungkinan
besar disanalah Dewi Sita ditahan.
Setibanya disana, Hanuman memanjat sebuah pohon yang rindang Hamuna juga
merubah wujudnya menjadi seekor monyet kecil. Hanuman mendengar suara wanita
menangis yang berasal dari ruangan ditaman itu. Dengan sabar, Hanuman menunggu
siapa empunya suara tangisan itu. Saat matahari mulai muncul, keluarlah seorang wanita.
Wanita itu sangat cantik, tetapi sayang ia terlihat lusuh seperti tidak terurus ibarat berlian
yang tertutup lumpur. Hanuman yakin itulah Dewi Sita, istri Sang Rama.

Tak lama kemudian, datanglah Rahwana. Ia merayu-rayu Dewi Sita. Namun,


Dewi Sita tetap pada pendiriannya bahwa Ia akan selalu setia kepada Sang Rama. Karena
merasa marah, Rahwana mengancam Dewi Sita.

“Aku memberimu waktu selama dua bulan. Jika kau tetap menolak permintaanku
maka terimalah akibatnya”. Setelah mengancam Dewi Sita, Rahwana pun berlalu pergi
dengan kesalnya. Sedangkan Hanuman yang masih diatas pohon merasa amat sangat
kesal kepada raksasa rakus wanita itu.

Dewi Sita terduduk kemudian menangis. Tak lama kemudian, datanglah Trijata,
raksasi baik hati yang selalu setia mendengar keluh kesah kerinduan Dewi Sita kepada
suaminya. Ia mengajak Dewi Sita ke candi pemujaan guna memohon kepada dewata agar
mempertemukannya kembali dengan Sang Rama.

Melihat hal itu, Hanuman merubah wujud ke wujud aslinya dan segera lompat
turun kehadapan Dewi Sita, langsung mernghaturkan sembah dan memperkenalkan diri.

“Hamba adalah utusan Paduka Rama untuk mengetahui keadaan tuan putri”

Dewi Sita yang merasa curiga bertanya

“Apa buktinya jika kau adalah utusan Paduka Rama?”

Hanuman menunjukan cincin sang Rama kemdian Ia bercerita secara singkat


tentang pertemuaannya dengan Sang Rama, Dewi Sita mempercayainya dan memakai
cincin itu dijari manisnya.

“Sekarang, silakan tuan putri menyampaikan pesan”ujar Hanuman.

“Ini cunda manikku, sampaikan kepada Sang Rama bahwa aku ditahan ditaman
bunga asoka dan jika sampai dua bulan aku tidak menerima permintaan Rahwana maka
aku akan menerima akibatnya” jawab Dewi Sita

Setelah menerima cunda manik dan pesan dari Dewi Sita, Hanuman pun pamit.

“Sebenarnya tugasku sudah selesai. Tetapi, aku ingin melihat kekuatan dan
kelemahan dari Rahwana. Akan kumulai dari taman ini.” Ujar Hanuman di dalam hati.

Hanuman pun mulai mengobrak-abrik taman. Para penjaga dari segala penjuru
berdatangan dan melawan Hanuman, namun sayang banyak penjaga yang berguguran
ditangan Hanuman. Seorang penjaga berlari melapor kepada Rahwana. Rahwana menjadi
murka. Ia memerintahkan Sang Aksa, putranya untuk menghabisi Hanuman. Namun
dengan mudahnya Sang Aksa dan prajuritnya dikalahkan.

Setelah Sang Aksa kalah, Rahwana mengutus Indrajit, putranya untuk menghabisi
Hanuman. Awalnya Indrajit melepaskan panah Niraca, panah itu terkena paha Hanuman.
Hanuman tidak mencabut agar ada bukti Ia melakukan pertempuran. Merasa terhina
karena musuhnya tidak hancur, Indrajit melepaskan panah Nagapasa. Hanuman
membiarkan tubuhnya terlilit oleh Nagapasa dan berpura-pura pingsan agar dapat
bertemu dengan Rahwana. Prajurit segera mengikat tangan dan kaki Hanuman.

Singkat cerita, ketika dipersidangan Hanuman diperintahkan untuk duduk oleh


Rahwana. Tetapi Hanuman tetap tidak bergeming. Diam-diam, Hanuman melingkarkan
ekornya dilantai hingga tingginya sama dengan Rahwana. Rahwana menatapnya dengan
tatapan yang sangat amat marah.

“Hai monyet jelek, apa tujuanmu datang kemari. Dan apa yang bisa kamu dapat
dari merusak taman asoka? Dasar monyet bodoh!!!” kata Rahwana dengan sangat murka

Dengan tenang Hanuman menjawab “Namaku Hanuman. Aku diutus oleh rajaku,
Sugriwa atas perintah Sri Rama untuk menyelidiki keadaan Dewi Sita. Sekarang aku
minta agar kau segera mengembalikan Dewi Sita atau kau akan hancur”

Mendengar perkataan seperti itu, Rahwana menjadi sangat murka. Secara spontan
Rahwana memerintahkan untuk membunuh Hanuman. Melihat sikap kakanya yang tidak
bijaksana, Wibisana pun berkata dengan lembut Ia mengingatkan kakanya bahwa seorang
utusan tidak boleh dibunuh.

Rahwana sadar, dan memberikan hukuman lain kepada Hanuman yaitu membakar
ekor Hanuman. Perintah dilaksanakan, ekor Hanuman diikat dengan ijuk kemudian
disulut dengan api. Ketika api mulai disulut, Hanuman menjadi sangat marah. Ia
mengerahkan seluruh tenaga, tali-tali itu terlepas. Ia meloncat keatas atap istana. Atap
istana pun terbakar. Melihat kejadian itu, Wibisana kembali berkata dengan lembut
bahwa ini adalah pertanda awal kehancuran dan Rahwana harus mengembalikan Dewi
Sita kepad Sri Rama. Tidak terima akan perkataan Wibisana, Rahwana memukul kepala
Wibisana hingga Wibisana tersungkur. Setelah dianggap mati, Rahwana memeirntahkan
prajurit untuk membuang Wibisana di Gunung Swela.

Sedang Hanuman yang sedang asyik membakar kota Alengka, tiba-tiba teringat
dan takut akan keadaan Dewi Sita. Bagaimana jika api menyebar hingga taman asoka. Ia
segera memadamkan api dieekornya dengan cara mencelupkan ekornya dilaut. Ketika
hendak memeriksa keadaan Dewi Sita, ia disambut tangisan pilu Trijata. Ia mengira ada
apa-apa dengan Dewi Sita
“Adik Trijata, apa yang terjadi dengan Dewi Sita? Apa Dewi Sita baik-baik saja?”
tanya Hanuman.

“Dewi Sita baik-baik saja Kanda, tetapi ayahku dibunuh oleh Rahwana dan jasad
ayahku dibuang di Gunung Swela. Bantu aku agar dapat menyempurnakan jenasah ayah”
jawab Trijata di sela isak tangisnya.

Hanuman undur diri, dan segera terbang ke Gunung Swela. Berkat kemurahan
Dewata, Hanuman dengan cepat menemukan tubuh Wibisana. Ia memanggul tubuh itu,
dan merasakan tubuh itu masih hangat. Dan kemungkinan besar Wibisana hanya pingsan
saja.

Tubuh Wibisana dibawa oleh Hanuman menuju tempat tinggal Sang Rama.
Setibanya disana, Hanuman bercerita semua tentang pengalamannya, tidak lupa Hanuman
menjelaskan siapa tubuh yang dipanggulnya itu. Sang Rama lalu mecabut panah itu
kemudian meletakan tubuh Wibisana di pembaringan.

Sang Rama merawat Wibisana dengan telaten. Setelah sadar, Wibisana


menyembah Sang Rama. Ia juga menyatakan bahwa putus hubungan dengan Rahwana,
dan berjanji mengabdi pada Sang Rama terutama untuk mengembalikan Dewi Sita.

Setelah mendapat laporan Dewi Sita dikurung di taman Asoka. pasukan pun
diberangkatkan hingga selatan, hingga ujung Gunung Mahendra.

NILAI-NILAI LUHUR YANG TERKANDUNG DALAM


SUNDARAKANDA

a) Nilai kepahlawanan
Yaitu ketika Sang Hanuman diutus untuk melihat keadaan Dewi Sita, dengan teliti
menyusuri setiap tempat yg dilalui, menjalankan amanah dengan baik.
b) Nilai kesetiaan
Yaitu ketika Sita dengan tegas menolak Rahwana
c) Nilai kebijaksanaan
Sang Wibisana yang memberi saran agar tidak membunuh utusan
Hanuman mmeberi saran sebelum ia dibakar

Anda mungkin juga menyukai