OURIER, K
KONSEP DAN TERAP
PANNYA
P
PADA PERSAMAAN G
GELOMBA
ANG SATU DIMENSI
Skripsi
Disajikan seebagai salah satu syarat
Untuk meencapai gelarr sarjana
Disusun Oleh:
JURUSA
AN MATEM
MATIKA
FAKUL
LTAS MAT
TEMATIKA
A DAN ILM
MU PENGET
TAHUAN ALAM
A
UNIIVERSITAS
S NEGERI SEMARAN
NG
2011
PENGESAHAN
Ketua Penguji
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya.
Pendapat atau karya orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
Irpan Susanto
iii
Motto
¥ Niat yang baik adalah kehendak atau kemauan baik untuk diri sendiri dan
orang lain.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rakhmat dan Hidayahnya sehingga skripsi dengan
judul “Deret Fourier, Konsep dan Terapannya Pada Persamaan Gelombang
Satu Dimensi”, ini dapat terselesaikan.
Penulis
v
ABSTRAK
Deret Fourier adalah suatu deret yang mengandung suku-suku sinus dan
cosinus yang digunakan untuk merepresentasikan fungsi-fungsi periodik secara
umum. Selain itu, deret ini sering dijadikan sebagai alat bantu dalam
menyelesaikan persamaan diferensial, baik persamaan diferensial biasa maupun
persamaan diferensial parsial. Salah satu permasalahn yang memerlukan bantuan
deret Fourier adalah solusi dari persamaan gelombang satu dimensi. Persamaan
gelombang merupakan salah satu dari bentuk persamaan diferensial parsial yang
memiliki tiga kondisi batas yaitu Dirichlet, Neuman, dan Robin. permasalahan
yang akan diteliti adalah (a) Bagaimana konversi deret Fourier dalam solusi
umum persamaan diferensial parsial pada persamaan gelombang dimensi satu
untuk kondisi Dirichlet, Neuman, dan campuran (Dirichlet dan Neuman) dengan
menggunakan pemisahan variabel; (b) Bagaimana visualisai deret Fourier dalam
penerapan solusi persamaan gelombang dimensi satu.
Tujuan dari penelitian ini adalah (a) untuk mengetahui konversi deret
Fourier dalam solusi umum persamaan diferensial parsial pada persamaan
gelombang dimensi satu dalam kondisi Dirichlet, kondisi Neuman, dan kondisi
campuran; dan (b) untuk mengetahui visualisasi deret Fourier dalam penerapan
solusi persamaan gelombang dimensi satu. Metode penulisan skripsi ini yaitu
kajian pustaka dengan langkah-langkah: (a) menentukan masalah; (b) perumusan
masalah; (c) studi pustaka; (d) analisis dan pemecahan masalah; dan (e) penarikan
kesimpulan.
Diperoleh hasil (1) solusi persamaan diferensial parsial pada persamaan
gelombang satu dimensi untuk kondisi Dirichlet, Neuman, dan campuran yang
masing-masing memiliki penyelesaian berbeda; dan (2) penerapan deret Fourier
dalam penyelesaian persamaan diferensial parsial pada persamaan gelombang satu
dimensi dapat di visualisaikan dalam bentuk grafik pergerakan gelombang yang
membentuk solusi periodik dengan periode 2π , hal ini disebabkan karena
karakteristik dari gelombang adalah bersifat periodik. Disarankan adanya
penelitian lebih lanjut tentang penerapan deret Fourier untuk permasalahan daya
kekuatan gelombang pada persamaan gelombang satu dimensi dalam kehidupan
sehari-hari.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL. . . . . . . . …. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
PERNYATAAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
ABSTRAK. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi
DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii
DAFTAR GAMBAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . ix
DAFTAR LAMPIRAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x
BAB I PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
vii
BAB IV PEMBAHASAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
BAB V PENUTUP. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71
5.1 Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . 71
5.2 Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 73
DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . 74
LAMPIRAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . 75
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2. Gambar 2. Fungsi f : A → B . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
x
BAB I
PENDAHULUAN
Matematika dikatakan sebagai ilmu yang tumbuh dan berkembang dalam setiap
bidang ilmu pengetahuan. Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan
penerapannya.
Masalah nyata harus dikenali terlebih dahulu melalui beberapa tahapan. Pertama,
yang ada dengan menganut suatu sistem satuan. Keempat, memilah-milah dari
setiap lambang tersebut, mana yang konstanta dan mana yang variabel. Dan
hubungan antara variabel dan konstanta, yang disebut dengan model matematika.
1
2
ditentukan solusi masalah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di
Gambar 1.
Identifikasi besaran
Hukum yang lambang
mengendalikan satuan
Variabel/konstanta
Masalah Model
nyata Matematika
Solusi Solusi Model
Matematika
l h
2008:236)
kalkulus, integral tak wajar, konsep deret Fourier dan lain-lain. Konsep deret
3
sederhana. Deret Fourier banyak digunakan dalam mencari solusi pendekatan dari
didekati dengan deret Fourier dan tidak bisa dilakukan oleh deret Taylor. Hal ini
disebabkan karena dalam banyak permasalahan praktis yang terkait dengan fungsi
periodik dapat diselesaikan dengan menggunakan deret ini dan tidak ditemukan
pada deret Taylor. Oleh karena itu, deret Fourier diterapkan lebih luas pada
Dari uraian di atas, maka dapat dilakukan pembahasan lebih lanjut tentang
deret Fourier dengan bekerja melalui sifat-sifat analisisnya. Dari latar belakang
diatas maka judul skripsi yang akan diajukan adalah deret Fourier, konsep dan
terapannya pada persamaan gelombang satu dimensi. Selain itu penelitian ini
deret Fourier dan terapan pada bidang lainnya. Penulis juga ingin meningkatkan
1.2 Permasalahan
4
lebih banyak lagi khususnya pada bidang deret fourier. Penelitian ini dapat
bagian, yaitu: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir skripsi. Untuk
memberikan gambaran yang jelas tentang skripsi ini dan memudahkan pembaca
5
dalam menelaah isi skripsi ini maka skripsi ini disusun secara sistematis yaitu
sebagai berikut:
kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran dan abstrak.
2. Bagian inti yang terdiri atas lima bab. Kelima bab tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Bab I : Pendahuluan
6
e. Bab V : Penutup
Berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan dan saran yang ditujukan
Bagian akhir berisikan daftar pustaka sebagai acuan penulis dan lampiran-
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Fungsi
Y Rf
y ( x, y )
B
X
x
A
B
A
f(x
x
7
8
Contoh 1:
a. f : R → R, f ( x ) = x + 2 ,
b. g : R → R, g ( x ) = x 3
Penyelesaian :
Pilih y = x + 2
Diperoleh y = f ( x) .
Jadi ∀x ∈ R, ∃y ∈ R, ∋ y = f ( x ) .
Pilih y = x 3 .
Diperoleh y = g ( x ).
Jadi ∀x ∈ R, ∃y ∈ R, ∋ y = g ( x ).
Ambil sembarang a, b ∈ R, a = b.
9
2.1.2 Definisi 2
untuk setiap dua unsur di A mempunyai peta yang beda. Definisi ini dapat
Contoh 2:
a. f : R → R, f ( x) = x 3 + 1
b. g : R → R, g ( x) = x 2 + 2
Penyelesaian:
a. Ambil sembarang x1 , x 2 ∈ R, x1 ≠ x 2 .
Berakibat f ( x1 ) − f ( x 2 ) ≠ 0 ⇔ f ( x1 ) ≠ f ( x 2 ).
Jadi f merupakan fungsi injektif.
b. Pilih x1 = −1 dan x 2 = 1 .
Jadi ∃x1 , x 2 ∈ R, x1 ≠ x 2 , f ( x1 ) = f ( x 2 ).
Jadi g bukan fungsi injektif.
10
2.1.3 Definisi 3
∀x ∈ B, ∃y ∈ A, ∋ f ( y ) = x . (Chotim, 2008:29)
Contoh 3:
bukan.
Penyelesaian:
2.1.4 Definisi 4
f
fungsi f +g, f - g, cf, f.g dan didefinisikan sebagai berikut:
g
(i) ( f + g )( x ) = f ( x ) + g ( x ) ,
(ii) ( f − g )( x ) = f ( x ) − g ( x ) ,
(iii) (c. f )( x ) = c. f ( x ) ,
⎛f⎞ f ( x)
(iv) ⎜⎜ ⎟⎟( x) = , g ( x) ≠ 0
⎝g⎠ g ( x)
Untuk semua x yang terletak pada daerah definisinya. (Chotim, 2008:32)
11
2.1.5 Definisi 5
Contoh 4:
Penyelesaian :
Ambil sembarang x ∈ R .
Pilih T = 2π .
Diperoleh f ( x + 2π ) = sin( x + 2π )
= sin x
.
= f ( x)
Jadi f ( x + 2π ) = f ( x ), ∀x ∈ R .
Jadi f periodik dengan periode 2 π .
2.1.6 Definisi 6
Teorema 1:
L
Sifat dari fungsi ganjil adalah ∫ f ( x)dx = 0 , untuk suatu L > 0 .
−L
Bukti:
L 0 L
Diperoleh ∫ f ( x)dx = ∫ f ( x) dx + ∫ f ( x)dx
−L −L 0
12
0 L
= ∫ − f (− x)dx + ∫ f ( x)dx
−L 0
0 L
= − ∫ f (− x)dx + ∫ f ( x)dx
−L o
L L
= − ∫ f ( x)dx + ∫ f ( x)dx
0 0
=0
2.1.7 Definisi 7
Teorema 2:
L L
Sifat dari fungsi genap adalah ∫ f ( x)dx = 2∫ f ( x) dx , untuk suatu L > 0 .
−L 0
Bukti:
L 0 L
Diperoleh ∫ f ( x)dx = ∫ f ( x)dx + ∫ f ( x)dx
−L −L 0
0 L
= ∫ − f (− x)dx + ∫ f ( x)dx
−L 0
0 L
= − ∫ f ( x) + ∫ f ( x)dx
−L 0
L L
= ∫ f ( x)dx + ∫ f ( x)dx
0 0
L
= 2 ∫ f ( x)dx
0
Teorema 3:
Hasil kali dua fungsi ganjil adalah fungsi genap, sedangkan hasil kali dua fungsi
genap adalah fungsi ganjil, dan hasil kali fungsi genap dengan fungsi ganjil adalah
fungsi ganjil.
13
Bukti:
Misal F(x) dan G(x) : fungsi genap serta P(x) dan Q(x) : fungsi ganjil.
Jadi hasil kali fungsi ganjil dengan fungsi genap adalah fungsi ganjil.
yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel bebas tunggal.
Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang tidak diketahui ini adalah fungsi real
atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa juga berupa fungsi vektor atau
orde tertinggi dari turunan terhadap variabel terikat yang muncul dalam
dy
(manusia, hewan, bakteri dan sebagainya) y ' = (x=waktu) sama dengan
dx
populasi y(x), maka model populasi tersebut adalah y ' = y , berbentuk persamaan
diferensial.
14
melibatkan turunan pertama atau lebih dari fungsi sembarang y terhadap peubah
(variabel) x, persamaan ini dapat pula melibatkan y itu sendiri, fungsi x yang
dy
(1) = 4 x + 16 .
dx
2.2.1 Definisi 8
dy
F ( x, y, y ' ) = 0 . Jika y ' = , maka F ( x, y , y ' ) = 0 dapat ditulis
dx
dy
F ( x, y , ) = 0. (2.1)
dx
dy
= f ( x, y ) . (2.2)
dx
(Waluya 2006)
Contoh persamaan diferensial orde satu sebagai berikut.
Contoh 5:
1
1. y + y '−2e x = 0
2
2. y + y '−2e x − x = 0
15
diferensial tersebut.
Contoh 6:
1. ( x + 1) 2 y ' '+ y ' tan x − y sin x = 0 merupakan persamaan diferensial orde dua.
2. xy ' ' '+ xy ' '− xy '+ y sin x + 2 = 0 bukan merupakan persamaan diferensial orde
dua.
2.2.4 Definisi 9
Bila f ( x, y , y ' , y ' ' ) = 0 linier dalam y, y’, dan y’’ maka persamaan
diferensial f ( x, y , y ' , y ' ' ) = 0 disebut persamaan diferensial linier orde dua.
Secara umum persamaan diferensial orde dua berbentuk :
a ( x ) y ' '+b( x ) y '+ c ( x ) y = g ( x ); (2.3)
dimana a(x), b(x), c(x) dan g(x) merupakan fungsi-fungsi yang kontinu pada suatu
dy
selang I dengan a ( x) ≠ 0 , dan y ' = . (Waluya, 2006).
dx
16
2.2.5 Definisi 10
Contoh 8:
Konstanta
17
1 1
adalah m1 = (− p + p 2 − 4q ) dan m2 = (− p − p 2 − 4q ) . Dari perhitungan
2 2
Bilangan m1 dan m2 dua akar real berbeda maka e m1 x dan e m21 x adalah
⎡⎛ 1 ⎞ 2 − ∫ pxdx ⎤
W ( x) = ∫ ⎢⎜ ax ⎟ e ⎥dx
⎣⎢⎝ e ⎠ ⎦⎥
⎛ 1 ⎞
= ∫ ⎜ 2 ax e − px ⎟dx
⎝e ⎠
18
⎛ 1 ⎞
m1 + m2 = 2a = − p . Jadi W ( x) = ∫ ⎜ 2 ax e 2 ax ⎟dx = ∫ dx = x .
⎝e ⎠
3. Akar Kompleks
y ' '+ py '+ qy = 0 . Jadi solusi umum persamaan diferensial tersebut adalah:
y = C 1 e (α + β ) x + C 2 e (α − β ) x
suatu hubungan yang mengaitkan suatu fungsi yang tidak diketahui, yang
19
dijumpai dalam kaitan dengan berbagai masalah fisik dan geometris bila fungsi
yang terlibat tergantung pada dua atau lebih peubah bebas. Hal ini akan ditujukan
Persamaan tersebut akan diturunkan sebagai model dari sistem fisik dan
mengupas cara-cara untuk memecahkan masalah nilai awal dan masalah nilai
batas, dengan kata lain metode untuk memperoleh solusi bagi persamaan yang
diferensial parsial yang berderajat satu dalam peubah tak bebasnya dan turunan
dapat katakan bahwa suatu persamaan diferensial parsial linier jika persamaan itu
berderejat satu dalam peubah biasanya dan turunan parsialnya. Jika setiap suku
persamaan demikian ini mengandung peubah tak bebasnya atau salah satu dari
∂ 2u 2 ∂ u
2
= c persamaan gelombang dimensi-satu,
∂t 2 ∂x 2
20
∂u ∂ 2u
= c2 2 persamaan panas dimensi-satu,
∂t ∂x
∂ 2u ∂ 2u
+ = f ( x, y ) persamaan poisson dimensi-dua.
∂x 2 ∂y 2
Dalam hal ini c adalah konstanta, t adalah waktu x,y adalah koordinat
dimaksud dengan solusi suatu persamaan diferensial pada suatu daerah R di dalam
ruang peubah (peubah) bebasnya ialah fungsi yang dimiliki turunan parsial yang
∂u ∂ 2u
ux = , u xx = 2 dan sebagainya. Adapun bentuk umum persamaan diferensial
∂x ∂x
Au xx + Bu xy + Cu yy + Du x + Eu y + Fu = G , (2.6)
parabolic, hiperbolik, dan eliptik. Persamaan diferensial parsial orde dua dalam
persamaan (2.6) :
1) Persamaan Parabolik
21
2) Persamaan Eliptik
daerah tinjauan. Seperti aliran air tanah di bawah bendungan dan karena adanya
3) Persamaan Hiperbolik
waktu, seperti gelombang satu dimensi yang terjadi discontinu dalam kecepatan,
Contoh 9:
Waterloo Inc. Kanada untuk keperluan Computer Algebraic System (CAS). Maple
diferensial dapat dipahami dengan baik. Keunggulan dari Maple untuk aplikasi
22
Untuk memulai Maple pada Windows, cukup dengan klik pada icon
“>”. Menu-menu yang terdapat pada tampilan Maple terdiri dari File, Edit, View,
Insert, Format, Spreadsheet, Option, Windows, dan Help. Sebagian besar menu di
atas merupakan menu standar yang dikembangkan untuk program aplikasi pada
sistem operasi Windows. Bahasa yang digunakan pada Maple merupakan bahasa
statement yang merupakan input (masukan) pada Maple berupa deklarasi pada
bahasa program dan command (perintah) yang sering digunakan pada aplikasi.
Simbol “>” ini otomatis dan sebagai tanda bahwa Maple telah siap untuk
ketik setelah simbol “>”. Perintah ini dicetak dalam warna merah, sedangkan
hasilnya dicetak dalam warna biru. Setiap perintah Maple jika ingin ditampilkan
harus diakhiri dengan simbol titik koma (;) dan simbol titik dua (:) jika respon
2.5 Deret Fourier
Deret Fourier adalah suatu deret yang mengandung suku‐suku sinus dan cosinus
itu, deret ini sering dijadikan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan persamaan
diferensial, baik persamaan diferensial biasa maupun persamaan diferensial parsial.
23
2.5.1 Definisi 11
Maka deret Fourier dari f(x) didefinisikan
1 ∞
⎛ nπx nπx ⎞
f ( x) = a 0 + ∑ ⎜ a n cos + bn sin ⎟ (2.7)
2 n =1 ⎝ L L ⎠
L
1
L −∫L
a0= f ( x)dx
nπx
L
1
dengan koefisien a n = ∫
L −L
f ( x) cos
L
dx
nπx
L
1
bn = ∫
L −L
f ( x) sin
L
dx
(Edwards, 1989, 538).
Contoh 10:
π
1
Diperoleh a0 =
π ∫π f ( x)dx
−
24
0 π
1 1
=
π ∫ 0dx +
−π
π ∫0
1.dx
= 0 + π [x ]0
1 π
1
= [π − 0]
π
=1
Jadi a 0 = 1 .
nπx
L
1
Selanjutnya menghitung nilai a n = ∫
L −L
f ( x) cos
π
dx .
Untuk L = π , didapat
π
1 n πx
an =
π −
∫π f ( x ) cos π
dx
π
nπx nπx
0
1 1
=
π ∫π 0. cos
−
π
dx +
π∫
1. cos
0
π
dx
π
1
= 0+
π ∫ cos nxdx
0
=
1
[sin nx]π0
nπ
=
1
[sin nπ − 0]
nπ
1
= [0 − 0]
nπ
=0
Jadi a n = 0 .
nπx
L
1
L −∫L
Selanjutnya menghitung nilai bn = f ( x) sin dx .
π
π
1 nπx
Diperoleh bn =
π ∫π f ( x) sin
−
π
dx
25
π
nπx nπx
0
1 1
=
π ∫ 0. sin
−π
π
dx +
π∫
1. sin
0
π
dx
π
1
= 0+
π ∫ sin nxdx
0
=
1
[− cos nx]π0
nπ
=
1
[− cos nπ + 1]
nπ
1
= [1 − cos nπ ]
nπ
Jadi bn =
1
[1 − cos nπ ]
nπ
Jadi deret Fourier dari f pada selang ( −π , π ) adalah
a0 ∞ nπx nπx
f ( x) = + ∑ (a n cos + bn sin )
2 n =1 L L
1 ∞ 1
= + ∑ [0. cos nx + (1 − cos nπ ) sin nx]
2 n =1 nπ
1 1 ∞ 1
= + ∑ (1 − cos nπ ) sin nx
2 π n =1 n
1 1 2 2 2
= + [ 2 sin x + 0 + sin 3 x + 0 + sin 5 x + 0 + sin 7 x + ...]
2 π 3 5 7
1 1 2 2 2
= + [2 sin x + sin 3 x + sin 5 x + sin 7 x + ...]
2 π 3 5 7
∞
1 1 1
= + ∑ sin( 2n − 1) x
2 π n =1 2n − 1
2.5.2 Definisi 12
Jika fungsi f terdefinisi pada (-L, L) dan f merupakan fungsi genap maka deret
Fourier dari f pada (-L,L) disebut deret Fourier cosinus dari f pada (-L,L) dan deret
26
a0 ∞ nπx
f ( x) = + ∑ a n cos
2 n =1 L
L L
1 2
a0 = ∫
L −L
f ( x)dx = ∫ f ( x)dx
L0
dengan koefisien
nπx nπx
L L
1 2
a n = ∫ f ( x) cos dx = ∫ f ( x) cos dx
L −L L L0 L
disebut deret Fourier cosinus (Edwards, 1989: 555).
2.5.3 Definisi 13
Jika fungsi f terdefinisi pada (‐L, L) dan f merupakan fungsi ganjil maka deret
Fourier dari f pada (‐L,L) disebut deret Fourier sinus dari f pada (‐L,L) dan deret Forier
tersebut berbentuk :
∞
nπx
f ( x ) = ∑ bn sin
n =1 L
dengan koefisien
nπx nπx
L L
1 2
bn = ∫
L −L
f ( x) sin
L
dx = ∫ f ( x) sin
L0 L
dx
disebut deret fourier sinus (Edwards, 1989: 555).
Contoh 11:
Dipunyai f : R → R , dengan f ( x) = 1 , 0 < x < π , tentukan:
a. Deret Fourier cosinus dari f pada selang (0, π ) ,
Penyelesaian:
a0 ∞ nπx
a. Deret Fourier cosinus dari f pada selang (0, π ) adalah f ( x) = + ∑ a n cos
2 n =1 L
.
27
π
2
a0 =
π ∫ f ( x)dx
0
π
1dx = [x ]
2 2 2
π∫
π
= = (π − 0) = 2 .
π π
0
0
π
2 nπx
π∫
an = f ( x) cos dx
0
L
π π
2 2 ⎡1 ⎤
=
π ∫ cos nxdx =
0
⎢
π ⎣n
sin nx ⎥ = 0 .
⎦0
Jadi deret Fourier cosinus dari f pada selang (0, π ) adalah
2 ∞ nπx
f ( x) = + ∑ 0 cos
2 n =1 L
⇔ f ( x ) = 1 .
∞
nπx
f ( x) = ∑ bn sin .
n =1 L
nπx
L
2
bn =
L0∫ f ( x) sin
L
dx
π π
2 2⎡ 1 ⎤
= ∫ sin nxdx = ⎢− cos nx ⎥ =
π 0 π⎣ n
2
π
− (−1) n + 1 =
2
π
(−1) n +1 + 1 . [ ] [ ]
⎦0 n n
∑ n [(−1) ]
∞
2 1 n +1
f ( x) = + 1 sin nx .
π n =1
Suatu persamaan memiliki lebih dari satu solusi. Agar dapat diperoleh solusi
tunggal dari persamaan diferensial tersebut, maka ditentukan suatu kondisi. Kondisi itu
28
sendiri terdiri dari dua bagian yaitu kondisi awal dan kondisi batas. Suatu kondisi awal
∂u
2. Kondisi Neuman, jika turunan normalnya = un telah ditentukan,
∂n
∂u
3. Kondisi Robin, jika + au telah ditentukan, dengan a adalah sebuah fungsi yang
∂n
∂ ∂
2. Kondisi Neuman, u (0, t ) = h(t ) dan u (l , t ) = i (t ) ,
∂n ∂n
∂ ∂
3. Kondisi Robin, u (0, t ) + au (0, t ) = j (t ) dan u (l , t ) + a.u (l , t ) = k (t ) .
∂n ∂n
Selanjutnya masalah mencari solusi dari suatu persamaan diferensial yang memenuhi
u (0, t ) = 0 = u x (l , t ) .
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini metode yang digunakan penulis adalah studi pustaka.
Dalam tahap ini dilakukan pencarian sumber pustaka dan memilih bagian
ditemukan yaitu:
variabel?
29
30
memecahkan masalah yaitu yang berkait dengan definisi dan teorema yang
dan ( u (0, t ) = 0 = u x (l , t ) ).
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Solusi Umum Persamaan Persamaan Diferensial Parsial Pada Persamaan
Penyelesaian:
u(x,t)=X(x).T(t).
X '' T ''
Diperoleh utt = c 2 u xx ⇔ X ( x).T ' ' (t ) = c 2 X ' ' ( x).T (t ) ⇔ = 2 . (4.1)
X c T
T" X"
Tulis 2
= = −λ (dengan λ = β 2 , β > 0 ). (4.2)
c T X
T" X"
Dari persamaan 2
= = −λ ada dua persamaan diferensial biasa X(x) dan
c T X
T(t) yaitu :
X"
1. − = λ ⇔ X "+ λX = 0
X
T"
2. − 2
= λ ⇔ T "+c 2λT = 0 .
cT
31
32
homogen yaitu:
1. X ( x ) = C cos β x + D sin β x
Diperoleh u (0, t ) = 0
⇔ X (0) = 0
⇔ C cos0 + DSin0 = 0
⇔C +0 = 0
⇔ C = 0.
dan u (l , t ) = 0
⇔ X (l ) = 0
⇔ C cos βl + D sin βl = 0
⇔ 0 + D sin βl = 0
⇔ D sin β l = 0
⇔ βl = nπ
nπ
⇔β=
l
⎛ nπ ⎞
2
Dari persamaan (4.2) diperoleh λn = ⎜ ⎟ .
⎝ l ⎠
nπ
Sehingga X n ( x ) = sin x, (n=1,2,3,.....) karena β > 0 .
l
⎛ nπc nπc ⎞ nπ
Jadi un ( x, t ) = ⎜ An cos t + Bn sin t ⎟ sin x . n=1,2,3,..
⎝ l l ⎠ l
Jadi solusi umum dari persamaan gelombang dalam kondisi Dirichlet adalah
33
∞ ∞
⎛ nπc nπc ⎞ nπ
u ( x, t ) = ∑ u n (x, t ) = ∑ ⎜ An cos t + B n sin t ⎟ sin x .
n =1 n =1 ⎝ l l ⎠ l
(4.3)
∞
nπ
u ( x,0) = φ ( x) ⇔ ∑ ( An cos 0 + Bn sin 0 )sin x = φ ( x)
n =1 l
∞
nπ
⇔ ∑ An sin x = φ ( x) .
n =1 l
nπ
l
2
An = ∫ φ ( x) sin x .
l 0 l
(4.4)
∞
⎛ nπc nπc ⎞ nπ
u t ( x,0) = ψ ( x) ⇔ ∑ ⎜ − An sin 0 + Bn cos 0 ⎟ sin x = ψ ( x)
n =1 ⎝ l l ⎠ l
∞
⎛ nπc nπc ⎞ nπ
⇔ ∑ ⎜ − An .0 + Bn .1⎟ sin x = ψ ( x)
n =1 ⎝ l l ⎠ l
∞
nπc nπ
⇔ ∑ Bn sin x = ψ ( x) .
n =1 l l
nπ
l
2
nπc ∫
Bn = ψ ( x ) sin x.
0
l
(4.5)
34
Jadi solusi persamaan gelombang dimensi satu dengan kondisi Dirichlet adalah
∞
⎛ nπc nπc ⎞ nπ
u ( x, t ) = ∑ ⎜ An cos t + Bn sin t ⎟ sin x
n =1 ⎝ l l ⎠ l
nπ
l
2
An = ∫ φ ( x) sin x n = 1, 2,...
l 0 l
nπ
l
2
nπc ∫
Bn = ψ ( x) sin x n = 1, 2,..
0
l
Penyelesaian:
u(x,t)=X(x).T(t).
X '' T ''
Diperoleh utt = c 2 u xx ⇔ X ( x).T ' ' (t ) = c 2 X ' ' ( x).T (t ) ⇔ = 2 .
X c T
(4.6)
T" X"
Tulis 2
= = −λ (dengan λ = β 2 , β > 0 ). (4.7)
c T X
35
T" X"
Dari persamaan 2
= = −λ ada dua persamaan diferensial biasa X(x) dan
c T X
T(t) yaitu:
X"
1. − = λ ⇔ X "+ λX = 0
X
T"
2. − = λ ⇔ T "+c 2λT = 0 .
c 2T
homogen yaitu :
1. X ( x ) = C cos β x + D sin β x
Diperoleh u x (0, t ) = 0
⇔ X ' (0) = 0
⇔ −C.β.0 + D.β.1 = 0
⇔ 0+ D = 0
⇔ D = 0.
dan u x (l , t ) = 0
⇔ X x' (l ) = 0
⇔ −C.β sin βl + 0.β cos β l = 0
⇔ −C.β sin βl + 0 = 0
⇔ −C.β sin βl = 0
⇔ βl = nπ
nπ
⇔β =
l
36
⎛ nπ ⎞
2
Dari persamaan (4.7) diperoleh λn = ⎜ ⎟ , untuk n = 0,1,2,......
⎝ l ⎠
nπ
Sehingga X n = C cos x , ambil C = 1.
l
nπ
Diperoleh X n = cos x.
l
⎛ nπc nπc ⎞ nπ
Jadi u n ( x, t ) = ⎜ An cos t + Bn sin t ⎟ cos x.
⎝ l l ⎠ l
Jadi solusi umum dari persamaan gelombang dalam kondisi Neuman adalah
∞ ∞
⎛ nπc nπc ⎞ nπ
u ( x, t ) = ∑ u n ( x, t ) = ∑ ⎜ An cos t + B n sin t ⎟ cos x. (4.8)
n =1 n =0 ⎝ l l ⎠ l
∞
nπ
u ( x,0) = φ ( x) ⇔ ∑ ( An cos 0 + Bn sin 0)cos x = φ ( x)
n =0 l
∞
nπ
⇔ ∑ An cos x = φ ( x) .
n =1 l
nπ
l
2
An = ∫
l 0
φ ( x) cos x .
l
(4.9)
∞
⎛ nπc nπc nπc nπc ⎞ nπ
ut ( x, t ) = ∑ ⎜ − An
⎝ l
sin
l
t + Bn
l
cos t ⎟ cos
l ⎠ l
x.
n=0
∞
⎛ nπc nπc ⎞ nπ
u t ( x,0) = ψ ( x) ⇔ ∑ ⎜ − An sin 0 + Bn cos 0 ⎟ cos x = ψ ( x)
n =1 ⎝ l l ⎠ l
∞
⎛ nπc nπc ⎞ nπ
⇔ ∑ ⎜ − An .0 + Bn .1⎟ cos x = ψ ( x)
n =1 ⎝ l l ⎠ l
37
∞
nπc nπ
⇔ ∑ Bn cos x = ψ ( x) .
n =1 l l
nπ
l
2
nπc ∫
Bn = ψ ( x) cos x. (4.10)
0
l
Jadi solusi persamaan gelombang dimensi satu dengan kondisi Neuman adalah
∞
⎛ nπc nπc ⎞ nπ
u ( x, t ) = ∑ ⎜ An cos t + Bn sin t ⎟ cos x
n =0 ⎝ l l ⎠ l
nπ
l
2
An = ∫
l 0
φ ( x) cos x
l
n = 1, 2,...
nπ
l
2
nπc ∫
Bn = ψ ( x) cos x n = 1, 2,...
0
l
Kasus u (0, t ) = 0 = u x (l , t ) :
Penyelesaian :
38
X '' T ''
Diperoleh utt = c 2 u xx ⇔ X ( x).T ' ' (t ) = c 2 X ' ' ( x).T (t ) ⇔ = 2 .
X c T
(4.11)
T" X"
Tulis − 2
=− = λ (dengan λ = β 2 , β > 0 ). (4.12)
c T X
T" X"
Dari persamaan − 2
=− = λ ada dua persamaan diferensial biasa X(x)
c T X
X"
1. − = λ ⇔ X "+ λX = 0
X
T"
2. − 2
= λ ⇔ T "+c 2λT = 0 .
cT
Berdasarkan landasan teori 2.2.7 diperoleh solusi persamaan diferensial biasa
homogen yaitu :
1. X ( x ) = C cos β x + D sin β x
Diperoleh u (0, t ) = 0
⇔ X (0) = 0
⇔ C cos0 + DSin0 = 0
⇔C +0 = 0
⇔ C = 0.
dan u x (l , t ) = 0
⇔ X ' (l ) = 0
⇔ − βC sin βl + Dβ cos βl = 0
⇔ 0 + Dβ cos βl = 0
⇔ Dβ cos β l = 0
39
⎛ 1⎞
⇔ βl = ⎜ n + ⎟π
⎝ 2⎠
⎛ 1⎞
⎜ n + ⎟π
⇔β =⎝
2⎠
l
2
⎛⎛ 1⎞ ⎞
⎜ ⎜ n + ⎟π ⎟
Dari persamaan (4.12) diperoleh λ = ⎜ ⎝ 2⎠ ⎟ , untuk n = 1,2,3,......
n ⎜ l ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
⎛ 1⎞
⎜ n + ⎟π
Sehingga X n = D sin ⎝
2⎠
x , ambil D = 1.
l
⎛ 1⎞
⎜ n + ⎟π
Diperoleh X n = sin ⎝
2⎠
x.
l
⎛ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎞ ⎛ 1⎞
⎜ ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟πc ⎟ ⎜ n + ⎟π
Jadi un ( x, t ) = ⎜ An cos ⎝
2⎠
t + Bn sin ⎝
2⎠
t ⎟ sin ⎝
2⎠
x.
⎜ l l ⎟ l
⎜ ⎟
⎝ ⎠
adalah
⎛ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎞ ⎛ 1⎞
∞ ∞
⎜ ⎜ n + ⎟πc ⎜n + ⎟πc ⎟ ⎜ n + ⎟π
u(x, t) = ∑un (x, t) =∑ ⎜ A cos⎝ 2 ⎠ t + B sin⎝ 2 ⎠ t ⎟ sin⎝ 2 ⎠ x (4.13)
⎜ n l
n
l ⎟ l
n=1 n=1
⎜ ⎟
⎝ ⎠
⎛ 1⎞
∞ ⎜ n + ⎟π
u ( x,0) = φ ( x) ⇔ ∑ ( An cos 0 + Bn sin 0 )sin ⎝
2⎠
x = φ ( x)
n =1 l
⎛ 1⎞
∞ ⎜ n + ⎟π
⇔ ∑ An sin
⎝ 2⎠
x = φ ( x) .
n =1 l
40
⎛ 1⎞
l ⎜ n + ⎟π
An = ∫ φ ( x) sin ⎝
2 2⎠
x.
l 0 l
(4.14)
⎛ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎞ ⎛ 1⎞
∞
⎜ ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟πc ⎟ ⎜ n + ⎟π
⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠ ⎟ ⎝ 2⎠
ut (x, t) = ∑ ⎜⎜ − An sin t + Bn cos t ⎟ sin x.
n=1 l l l l l
⎜⎜ ⎟⎟
⎝ ⎠
Dari kondisi awal ut ( x,0) =ψ ( x) diperoleh
⎛ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎞ ⎛ 1⎞
⎜
∞ ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟πc ⎟ ⎜ n + ⎟π
⎜
ut ( x,0) = ψ ( x) ⇔ ∑ − An ⎝ 2⎠
sin 0 + Bn ⎝ 2⎠
cos0⎟ sin ⎝
2⎠
x = ψ ( x)
n=1
⎜ l l ⎟ l
⎜ ⎟
⎝ ⎠
⎛ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎞ ⎛ 1⎞
∞
⎜ ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟πc ⎟ ⎜ n + ⎟π
⇔ ∑ ⎜ − An ⎝ 2⎠
.0 + B n ⎝ 2⎠
.1⎟ sin ⎝
2⎠
x = ψ ( x)
n =1
⎜ l l ⎟ l
⎜ ⎟
⎝ ⎠
⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞
∞ ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟π
⇔ ∑ Bn ⎝
2⎠
sin ⎝
2⎠
x = ψ ( x) .
n =1 l l
⎛ 1⎞
l ⎜ n + ⎟π
2 ⎝ 2⎠
Bn =
⎛ 1⎞ ∫ψ ( x) sin l x .
⎜ n + ⎟πc 0
⎝ 2⎠
(4.15)
41
Jadi solusi persamaan gelombang dimensi satu dengan kondisi Campuran kasus
u (0, t ) = 0 = u x (l , t ) adalah
⎛ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎞ ⎛ 1⎞
∞ ⎜ ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟πc ⎟ ⎜ n + ⎟π
u( x, t ) = ∑ ⎜ A cos ⎝ 2⎠
t + Bn sin ⎝
2⎠ ⎟ ⎝
t sin
2⎠
x
n =1
⎜ n l l ⎟ l
⎜ ⎟
⎝ ⎠
⎛ 1⎞
l ⎜ n + ⎟π
An = ∫ φ ( x) sin ⎝
2 2⎠
x n = 1, 2,...
l 0 l
⎛ 1⎞
l ⎜ n + ⎟π
2 ⎝ 2⎠
Bn =
⎛ 1⎞ ∫0 ψ ( x) sin l x
⎜ n + ⎟πc
⎝ 2⎠ n = 1, 2,...
Kasus u x (0, t ) = 0 = u (l , t ) :
Penyelesaian :
X '' T ''
Diperoleh utt = c 2 u xx ⇔ X ( x).T ' ' (t ) = c 2 X ' ' ( x).T (t ) ⇔ = 2 .
X c T
(4.16)
42
T" X"
Tulis − 2
=− = λ (dengan λ = β 2 , β > 0 ).
c T X
(4.17)
T" X"
Dari persamaan − 2
=− = λ ada dua persamaan diferensial biasa X(x)
c T X
X"
1. − = λ ⇔ X "+ λX = 0
X
T"
2. − = λ ⇔ T "+c 2λT = 0 .
c 2T
Berdasarkan landasan teori 2.2.7 diperoleh solusi persamaan diferensial biasa
homogen yaitu :
1. X ( x ) = C cos β x + D sin β x
Diperoleh u x (0, t ) = 0
⇔ X ' (0) = 0
⇔ −Cβ sin0 + Dβ cos0 = 0
⇔ 0 + Dβ = 0
⇔ D = 0.
dan u (l , t ) = 0
⇔ X (l ) = 0
⇔ C cos β l + 0.sin β l = 0
⇔ Cβ cos β l + 0 = 0
⇔ Cβ cos β l = 0
43
⎛ 1⎞
⇔ βl = ⎜ n + ⎟π
⎝ 2⎠
⎛ 1⎞
⎜ n + ⎟π
⇔β=⎝
2⎠
l
2
⎛⎛ 1⎞ ⎞
⎜ ⎜ n + ⎟π ⎟
Dari persamaan (4.17) diperoleh λn = ⎜ ⎝
2⎠ ⎟ , untuk n = 1,2,3,......
⎜ l ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
⎛ 1⎞
⎜ n + ⎟π
Sehingga X n = C cos ⎝
2⎠
x , ambil C = 1.
l
⎛ 1⎞
⎜ n + ⎟π
Diperoleh X n = cos ⎝
2⎠
x.
l
⎛ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎞ ⎛ 1⎞
⎜ ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟πc ⎟ ⎜ n + ⎟π
Jadi un ( x, t ) = ⎜ An cos ⎝
2⎠
t + Bn sin ⎝
2⎠
t ⎟ cos ⎝
2⎠
x.
⎜ l l ⎟ l
⎜ ⎟
⎝ ⎠
adalah
⎛ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎞ ⎛ 1⎞
∞ ∞
⎜ ⎜n + ⎟πc ⎜n + ⎟πc ⎟ ⎜n + ⎟π
⎜ ⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠ ⎟ ⎝ 2⎠
u(x, t) = ∑un (x, t) =∑ An cos t + Bn sin t cos x . (4.18)
n=1 n=1
⎜ l l ⎟ l
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dari kondisi awal u ( x,0) = φ ( x) .
⎛ 1⎞
∞ ⎜ n + ⎟π
Diperoleh u ( x,0) = φ ( x) ⇔ ∑ ( An cos 0 + Bn sin 0 ) cos
⎝ 2⎠
x = φ ( x)
n =1 l
⎛ 1⎞
∞ ⎜ n + ⎟π
⇔ ∑ An cos ⎝
2⎠
x = φ ( x) .
n =1 l
44
⎛ 1⎞
l ⎜ n + ⎟π
An = ∫ φ ( x) cos ⎝
2 2⎠
x. (4.19)
l 0 l
⎛ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎞ ⎛ 1⎞
∞
⎜ ⎜n + ⎟πc ⎜n + ⎟πc ⎜n + ⎟πc ⎜n + ⎟πc ⎟ ⎜n + ⎟π
⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠ ⎟ ⎝ 2⎠
ut (x,t) =∑ ⎜− An sin t + Bn cos t cos x
n=1
⎜ l l l l ⎟ l
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dari kondisi awal ut ( x,0) =ψ ( x) diperoleh
⎛ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎞ ⎛ 1⎞
⎜∞ ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟πc ⎟ ⎜ n + ⎟π
⎜
ut ( x,0) = ψ ( x) ⇔ ∑ − An ⎝ 2⎠
sin 0 + Bn ⎝ 2⎠
cos0 ⎟ cos ⎝
2⎠
x = ψ ( x)
n=1
⎜ l l ⎟ l
⎜ ⎟
⎝ ⎠
⎛ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎞ ⎛ 1⎞
∞
⎜ ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟πc ⎟ ⎜ n + ⎟π
⇔ ∑ ⎜ − An ⎝
2⎠
.0 + B n ⎝
2⎠
.1⎟ cos ⎝
2⎠
x = ψ ( x)
n =1
⎜ l l ⎟ l
⎜ ⎟
⎝ ⎠
⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞
∞ ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟π
⇔ ∑ Bn ⎝
2⎠
cos ⎝
2⎠
x = ψ ( x) .
n =1 l l
⎛ 1⎞
l ⎜ n + ⎟π
2 ⎝ 2⎠
Bn =
⎛ 1⎞ ∫0 ψ ( x) cos l x .
⎜ n + ⎟πc
⎝ 2⎠
(4.20)
Jadi solusi persamaan gelombang dimensi satu dengan kondisi Campuran kasus
u x (0, t ) = 0 = u (l , t ) adalah
45
⎛ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎞ ⎛ 1⎞
∞ ⎜ ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟πc ⎟ ⎜ n + ⎟π
u ( x, t ) = ∑ ⎜ A cos ⎝ 2⎠
t + Bn sin ⎝
2⎠
t ⎟ cos ⎝
2⎠
x
n =1
⎜ n
l l ⎟ l
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dengan konversi deret Fourier
⎛ 1⎞
l ⎜ n + ⎟π
An = ∫ φ ( x) cos ⎝
2 2⎠
x n = 1, 2,...
l 0 l
⎛ 1⎞
l ⎜ n + ⎟π
2 ⎝ 2⎠
Bn =
⎛ 1⎞ ∫0 ψ ( x) cos l x . n = 1, 2,...
⎜ n + ⎟πc
⎝ 2⎠
4.2 Visualisasi Deret Fourier Dalam Penerapan Solusi Persamaan Gelombang Satu
Dimensi.
Contoh 4.1:
Gelombang tersebut digetarkan pada 0 < x < 4 dan t > 0 dalam kondisi Dirichlet
u (0, t ) = 0 = u (l , t ) .
Penyelesaian:
46
X '' T ''
Diperoleh u tt = 144u xx ⇔ X .T ' ' = 144 X ' '.T ⇔ = .
X 144T
(4.21)
T" X"
Tulis = = −λ dengan λ = β 2 dan β > 0 konstan.
144T X
(4.22)
T" X"
Dari persamaan = = −λ ada dua persamaan diferensial biasa X(x) dan
144T X
T(t) yaitu :
X"
1. − = λ ⇔ X "+ λX = 0
X
T"
2. − = λ ⇔ T "+144λT = 0 .
144T
homogen yaitu :
1. X ( x ) = C cos β x + D sin β x
Diperoleh u (0, t ) = 0
⇔ X (0) = 0
⇔ C cos0 + DSin0 = 0
⇔C +0 = 0
⇔ C = 0.
dan u (l , t ) = 0
47
⇔ X (l ) = 0
⇔ C cos β l + D sin βl = 0
⇔ 0 + D sin β l = 0
⇔ D sin βl = 0.
⇔ βl = nπ
nπ
⇔β= .
l
⎛ nπ ⎞
2
Dari persamaan (4.22) diperoleh λn = ⎜ ⎟ .
⎝ l ⎠
nπ
sehingga X n ( x ) = D sin x , ambil D = 1.
l
nπ
Diperoleh X n ( x ) = D sin x.
l
⎛ 12nπ 12nπ ⎞ nπ
Jadi u n ( x, t ) = ⎜ An cos t + Bn sin t ⎟ sin x n=1,2,3,..
⎝ l l ⎠ l
Jadi solusi umum dari persamaan gelombang dalam kondisi Dirichlet adalah
∞
⎛ 12nπ 12nπ ⎞ nπ
u ( x, t ) = ∑ ⎜ An cos t + Bn sin t ⎟ sin x
n =1 ⎝ l l ⎠ l
(4.23)
∞
nπ
Diperoleh u ( x,0) = x + 2 ⇔ ∑ (A
n =1
n cos 0 + Bn sin 0 )sin
l
x = x+2
∞
nπ
⇔ ∑ An sin x= x+2
n =1 l
48
⎛ 1 ⎞
1
= 2∫ (x + 2)d (cos nπx )⎜ − ⎟
0 ⎝ nπ ⎠
=−
2
nπ
[
(x + 2) cos nπx − ∫ cos nπxd (x + 2) 0
1
]
1
2 ⎡
=− ⎢ (x + 2)cos nπx − 1 ∫ cos nπxd (nπx)⎤⎥
nπ ⎣ nπ ⎦0
1
2 ⎡
=− ⎢ (x + 2)cos nπx − 1 sin nπx ⎤⎥
nπ ⎣ nπ ⎦0
2(− 2nπ − sin nπ + 3nπ cos nπ )
=−
n 2π 2
Dari persamaan (4.23) diturunkan terhadap t diperoleh
∞
⎛ 12nπ 12nπ nπ 12 nπ 12 ⎞ nπ
u t ( x, t ) = ∑ ⎜ − An sin t + Bn cos t ⎟ sin x
n =1 ⎝ l l l l ⎠ l
Dari kondisi awal u t ( x,0) = 0 .
∞
⎛ 12nπ 12nπ ⎞ nπ
Diperoleh u t ( x,0) = 0 ⇔ ∑ ⎜⎝ − A
n =1
n
l
sin 0 + Bn
l
cos 0 ⎟ sin
⎠ l
x=0
∞
12nπ nπ
⇔ ∑ Bn sin x =0.
n =1 l l
Dengan konversi deret Fourier Sinus diperoleh Bn = 0
Jadi solusi persamaan diferensial parsial dari persamaan gelombang dimensi satu
Ambil sembarang x, t ∈ R .
Pilih T = 2π .
Diperoleh
∞
⎛ 2(− 2nπ − sin(nπ ) + 3nπ cos(nπ ) ) ⎞
u(( x, t ) + 2π ) = ∑ ⎜ − ⎟ cos(12nπt + 2π ) sin(nπx + 2π )
n =1 ⎝ n 2π 2 ⎠
49
∞
⎛ 2(− 2nπ − sin( nπ ) + 3nπ cos(nπ ) ) ⎞
= ∑⎜− ⎟ cos(12nπt + 2π ) sin( nπx + 2π )
n =1 ⎝ n 2π 2 ⎠
∞
⎛ 2(− 2nπ − sin( nπ ) + 3nπ cos(nπ ) ) ⎞
= ∑⎜− ⎟(cos(12nπt ).1 − 0 )(sin(nπx).1 + cos(nπx).0 )
n =1 ⎝ n 2π 2 ⎠
∞
⎛ 2(− 2nπ − sin( nπ ) + 3nπ cos(nπ ) ) ⎞
= ∑⎜− ⎟ cos(12nπt ) sin(nπx)
n =1 ⎝ n 2π 2 ⎠
= u ( x, t ).
∞
⎛ 2(− 2nπ − sin( nπ ) + 3nπ cos( nπ ) ) ⎞
jadi u ( x, t ) = ∑ ⎜ − ⎟ cos(12nπt ) sin( nπx) periodik
n =1 ⎝ n 2π 2 ⎠
dengan periode 2π .
Berikut pergerakan u ( x, t ) pada saat t = 0 hingga t = 0,0009
Gambar 4. Plot persamaan gelombang Contoh 4.1 di dengan kondisi Dirichlet pada
berbagai waktu t = 0 hingga t = 0,0009
Pada Gambar 3 pergerakan gelombang dengan kondisi Dirichlet, x merupakan panjang
gelombang. Untuk waktu yang berbeda terlihat satu bentuk, hal ini disebabkan selang
waktu yang sangat pendek sehingga hanya tampak satu bentuk pergerakan gelombang.
Untuk waktu yang lebih panjang, misal pada selang t = 0 hingga t = 0,09 , maka
Gambar 5. Plot persamaan gelombang contoh 4.1 dengan kondisi Dirichlet pada berbagai
waktu t = 0 hingga t = 0,09 .
50
Contoh 4.2 :
Gelombang tersebut digetarkan pada 0 < x < 4 dan t > 0 dalam kondisi kondisi
Neuman u x (0, t ) = 0 = u x (l , t ) .
Penyelesaian:
u x (0, t ) = 0 = u x (l , t )
u ( x,0) = φ ( x) = x 2
u t ( x,0) = ψ ( x) = 0
51
X '' T ''
Diperoleh u tt = 400u xx ⇔ X .T ' ' = 400 X ' '.T ⇔ = .
X 400T
(4.24)
T" X"
Tulis = = −λ dengan λ = β 2 dan β > 0 konstan.
400T X
(4.25)
T" X"
Dari persamaan = = −λ ada dua persamaan diferensial biasa X(x) dan
400T X
T(t) yaitu:
X"
1. − = λ ⇔ X "+ λX = 0,
X
T"
2. − = λ ⇔ T "+200λT = 0
144T
\
Berdasarkan landasan teori 2.2.7 diperoleh solusi persamaan diferensial biasa
homogen yaitu:
1. X ( x ) = C cos β x + D sin β x
Diperoleh u x (0, t ) = 0
⇔ X ' (0) = 0
⇔ −C sin0 + D cos0 = 0
⇔D=0
dan u x (l , t ) = 0
⇔ X ' (l ) = 0
⇔ −C sin βl + D cos β l = 0
⇔ −C sin βl + 0 = 0
⇔ −C sin βl = 0
Dari persamaan di atas C ≠ 0 , sehingga sin β l = 0
52
⇔ βl = nπ
nπ
⇔β=
l
⎛ nπ ⎞
2
Dari persamaan (4.25) diperoleh λn = ⎜ ⎟ .
⎝ l ⎠
nπ
Sehingga X n ( x ) = C cos x , ambil C=1.
l
nπ
Diperoleh X n ( x ) = cos x .
l
⎛ 20nπ 20nπ ⎞ nπ
Jadi u n ( x, t ) = ⎜ An cos t + Bn sin t ⎟ cos x n=1,2,3,..
⎝ l l ⎠ l
Jadi solusi umum dari persamaan gelombang dalam kondisi Neuman adalah
∞
⎛ 20nπ 20 nπ ⎞ nπ
u ( x, t ) = ∑ ⎜ An cos t + Bn sin t ⎟ cos x (4.26)
n =1 ⎝ l l ⎠ l
Dari kondisi awal u ( x,0) = x 2 .
∞
nπ
Diperoleh u ( x,0) = x 2 ⇔ ∑ (A
n =1
n cos 0 + Bn sin 0 ) cos
l
x = x2
∞
nπ
⇔ ∑A
n =1
n cos
l
x = x 2 \
Dengan konversi deret Fourier Sinus diperoleh
1
An = 2∫ x 2 cos(nπx )d x
0
53
⎛ 1 ⎞
1
= 2 ∫ x 2 d (sin(nπx))⎜ ⎟
0 ⎝ nπ ⎠
=
2 2
nπ
[
x sin( nπx) − ∫ sin nπxd ( x 2 )
1
0
]
1
⎡ 2 ⎤
⎢⎣ x sin( nπx) + nπ ∫ xd (cos(nπx) )⎥⎦
2 2
=
nπ 0
1
2 ⎡ 2 2 ⎛ 1 ⎞⎤
=
nπ ⎢ x sin( nπx) + nπ ⎜ x cos(nπx) − nπ ∫ cos(nπx)d (nπx) ⎟⎥
⎣ ⎝ ⎠⎦ 0
1
2 ⎡ 2 2 2 ⎤
=
nπ ⎢⎣ x sin( nπx) + nπ x cos(nπx) − n 2π 2 sin( nπx)⎥⎦
0
=
(
2 − 4 sin( nπ ) + n 2π 2 sin( nπ ) + 2nπ cos(nπ ) )
n 3π 3
∞
20nπ nπ
⇔ ∑ Bn sin x = 0.
n =1 l l
Dengan konversi deret Fourier Sinus diperoleh Bn = 0
Jadi solusi PDP dari persamaan gelombang dimensi satu dengan kondisi Neuman
adalah
∞
⎛ 2(− 4 sin(nπ ) + n 2π 2 sin(nπ ) + 2nπ cos(nπ ) ⎞
u ( x, t ) = ∑ ⎜⎜ ⎟⎟ cos(20nπt ) cos(nπx)
n =1 ⎝ n 3π 3 ⎠
Ambil sembarang x, t ∈ R .
Pilih T = 2π .
Diperoleh
54
∞
u((x, t) + 2π ) = ∑⎜⎜
(
⎛ 2 − 4 sin(nπ ) + n2π 2 sin(nπ ) + 2nπ cos(nπ ) )⎞⎟ cos(20nπt + 2π ) cos(nπx + 2π )
n3π 3 ⎟
n=1 ⎝ ⎠
∞
= ∑ ⎜⎜
(
⎛ 2 − 4 sin( nπ ) − n 2π 2 sin(nπ ) + 2nπ cos(nπ ) ) ⎞⎟ cos(20nπt + 2π ) cos(nπx + 2π )
n 3π 3 ⎟
n =1 ⎝ ⎠
∞
= ∑ ⎜⎜
(
⎛ 2 − 4 sin( nπ ) − n 2π 2 sin(nπ ) + 2nπ cos(nπ ) ) ⎞⎟(cos(20nπt ).1 − 0)(cos(nπx).1 − 0)
n 3π 3 ⎟
n =1 ⎝ ⎠
∞
= ∑ ⎜⎜
(
⎛ 2 − 4 sin( nπ ) − n 2π 2 sin(nπ ) + 2nπ cos(nπ ) ) ⎞
⎟⎟ cos(20nπt ) cos(nπx)
n =1 ⎝ n 3π 3 ⎠
= u ( x, t ).
Jadi
∞
⎛ 2(− 4 sin(nπ ) + n 2π 2 sin(nπ ) + 2nπ cos(nπ ) ⎞
u ( x, t ) = ∑ ⎜⎜ ⎟⎟ cos(20nπt ) cos(nπx)
n =1 ⎝ n 3π 3 ⎠
peridodik dengan periode 2π .
Gambar 6. Plot persamaan gelombang Contoh 4.2 dengan kondisi Neuman pada berbagai
waktu t = 0 hingga t = 0,0009
55
Gambar 7. Plot persamaan gelombang Contoh 4.2 dengan kondisi Neuman pada
berbagai waktu t = 0 hingga t = 0,09
Deskripsi Gambar 6 sebagai berikut:
1) Warna merah yang pertama menunjukkan pergerakan u ( x, t ) untuk t = 0,015 .
Contoh 4.3:
Sebuah gelombang u tt = 256u xx dengan kondisi awal x + 6 dan kecepatan awal 0.
Gelombang tersebut digetarkan pada 0 < x < 4 dan t > 0 dalam kondisi kondisi
campuran u (0, t ) = 0 = u x (l , t ) .
Penyelesaian:
Dipunyai u tt = 256u xx untuk 0 < x < 1
56
u (0, t ) = 0 = u x (l , t )
u ( x ,0 ) = φ ( x ) = x + 6
u t ( x,0) = ψ ( x) = 0
Misalkan solusi persamaan gelombang di atas adalah u(x,t)=X(x).T(t)
u x = X ' ( x)T (t ) ut = X ( x)T ' (t )
Diperoleh dan .
u xx = X ' ' ( x).T (t ) utt = X ( x).T ' ' (t )
X '' T ''
Diperoleh u tt = 256u xx ⇔ X .T ' ' = 256 X ' '.T ⇔ = . (4.27)
X 256T
T" X"
Tulis = = −λ dengan λ = β 2 dan β > 0 konstan.
256T X
(4.28)
T" X"
Dari persamaan = = −λ ada dua persamaan diferensial biasa X(x) dan T(t)
256T X
yaitu:
X"
1. − = λ ⇔ X "+ λX = 0,
X
T"
2. − = λ ⇔ T "+256λT = 0 .
256T
Berdasarkan landasan teori 2.2.7 diperoleh solusi persamaan diferensial biasa
homogen yaitu:
1. X ( x ) = C cos β x + D sin β x
Diperoleh u (0, t ) = 0
⇔ X (0) = 0
⇔ C cos0 + DSin0 = 0
⇔C +0 = 0
⇔ C = 0.
dan u x (l , t ) = 0
57
⇔ X ' (l ) = 0
⇔ − βC sin βl + βD cos βl = 0
⇔ 0 + βD cos βl = 0
⇔ βD cos βl = 0
1
⇔ β l = (n + )π
2
1
(n + )π
⇔β = 2
l
2
⎛ 1 ⎞
⎜ (n + )π ⎟
Dari persamaan (4.28) diperoleh λn = ⎜ 2 ⎟ .
⎜ l ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
1
(n + )π
Sehingga X n ( x ) = D sin 2 x , ambil D = 1.
l
1
(n + )π
Diperoleh X n ( x) = sin 2 x.
l
⎛ 1 1 ⎞ 1
⎜ 16(n + )π 16(n + )π ⎟ (n + )π
Jadi un ( x, t ) = ⎜ An cos 2 t + Bn sin 2 t ⎟ sin 2 x
⎜ l l ⎟ l
⎜ ⎟
⎝ ⎠
n=1,2,3,..
Jadi solusi umum dari persamaan gelombang dalam kondisi campuran
u (0, t ) = 0 = u x (l , t ) adalah
⎛ 1 1 ⎞ 1
∞ ⎜ 16(n + )π 16(n + )π ⎟ (n + )π
un ( x, t ) = ∑ ⎜ An cos 2 t + B sin 2 t ⎟ sin 2 x.
⎜ ⎟
n
n=1 l l l
⎜ ⎟
⎝ ⎠
(4.29)
58
1
∞ (n + )π
Jelas u ( x,0) = x + 6 ⇔ ∑ ( An cos 0 + Bn sin 0 ) sin 2 x = x+6
n =1 l
1
∞ (n + )π
⇔ ∑ An sin 2 x = x+6
n =1 l
Dengan konversi deret Fourier Sinus diperoleh
⎛ 1 ⎞
1
An = 2∫ (x + 6)sin⎜ (n + )πx ⎟d x
0 ⎝ 2 ⎠
⎛ 1 ⎞ 1
⎜ 16(n + )π
∞ ⎟ (n + )π
ut ( x,0) = 0 ⇔ ∑ ⎜ Bn 2 ⎟ sin 2 x=0
n =1 ⎜ l ⎟ l
⎜ ⎟
⎝ ⎠
1 1
∞ 16(n + )π (n + )π
⇔ ∑ Bn 2 sin 2 x = 0.
n =1 l l
Jadi solusi persamaan diferensial parsial dari persamaan gelombang dimensi satu
dengan kondisi Dirichlet adalah
∞
⎛ 4(12nπ +14nπ sin(nπ) + 2cos(nπ) + 6π + 7π sin(nπ)) ⎞ ⎛
⎟⎟ cos⎜16(n + )π ⎞⎟ sin⎛⎜(n + )π ⎞⎟
1 1
u(x, t) = ∑⎜⎜
n=1 ⎝ π (4n + 4n +1)
2 2
⎠ ⎝ 2 ⎠ ⎝ 2 ⎠
Ambil sembarang x, t ∈ R .
Pilih T = 2π .
59
Diperoleh
u (( x , t ) + 2π )
∞
⎛ 4 (12 n π + 14 n π sin( n π ) + 2 cos( n π ) + 6π + 7π sin( n π ) ) ⎞ ⎛ 1 ⎞ ⎛ 1 ⎞
= ∑ ⎜⎜
n =1 ⎝ π ( 4 n + 4 n + 1)
2 2
⎟⎟ cos ⎜ 16 ( n + )π + 2π ⎟ sin ⎜ ( n + )π + 2π ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
⎠ 2 2
∞
⎛ 4(12nπ + 14nπ sin(nπ ) + 2 cos(nπ ) + 6π ) ⎞ ⎛ 1 ⎞ ⎛ 1 ⎞
= ∑ ⎜⎜ ⎟⎟ cos⎜16( n + )π + 2π ⎟ sin ⎜ (n + )π + 2π ⎟
n =1 ⎝ π (4n + 4n + 1)
2 2
⎠ ⎝ 2 ⎠ ⎝ 2 ⎠
∞
⎛ 4(12nπ + 14nπ sin(nπ ) + 2 cos(nπ ) + 6π ) ⎞⎛ ⎛ 1 ⎞ ⎞⎛ ⎛ 1 ⎞ ⎞
= ∑ ⎜⎜ ⎟⎟⎜⎜ cos⎜16(n + )π ⎟.1 − 0 ⎟⎟⎜⎜ sin ⎜ (n + )π ⎟.1 + 0 ⎟⎟
n =1 ⎝ π (4n + 4n + 1)
2 2
⎠⎝ ⎝ 2 ⎠ ⎠⎝ ⎝ 2 ⎠ ⎠
∞
⎛ 4(12nπ + 14nπ sin(nπ ) + 2 cos(nπ ) + 6π ) ⎞ ⎛ ⎛ 1 ⎞ ⎞ ⎛⎛ 1⎞ ⎞
= ∑ ⎜⎜ ⎟⎟ cos⎜⎜16⎜ n + ⎟π ⎟⎟ sin ⎜⎜ ⎜ n + ⎟π ⎟⎟
n =1 ⎝ π (4n + 4n + 1)
2 2
⎠ ⎝ ⎝ 2 ⎠ ⎠ ⎝⎝ 2⎠ ⎠
= u ( x, t ).
Jadi
∞
⎛ 4(12nπ +14nπ sin(nπ) + 2cos(nπ) + 6π + 7π sin(nπ)) ⎞ ⎛
⎟⎟ cos⎜16(n + )π ⎞⎟ sin⎛⎜(n + )π ⎞⎟
1 1
u(x, t) = ∑⎜⎜
n=1 ⎝ π (4n + 4n +1)
2 2
⎠ ⎝ 2 ⎠ ⎝ 2 ⎠
periodik dengan periode 2π .
60
Gambar 8. Plot persamaan gelombang Contoh 4.3 dengan kondisi Campuran pada
berbagai waktu t = 0 hingga t = 0,0009 .
panjang gelombang. Untuk waktu yang berbeda terlihat hanya satu bentuk, hal ini
disebabkan selang waktu yang sangat pendek sehingga hanya tampak satu bentuk
pergerakan gelombang. Untuk waktu yang lebih panjang, misal pada selang t = 0
Gambar 9. Plot persamaan gelombang Contoh 4.3 dengan kondisi Campuran pada
berbagai waktu t = 0 hingga t = 0,009
61
solusinya akan membentuk solusi periodic dengan periode 2π , hal ini disebabkan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
∞
⎛ nπc nπc ⎞ nπ
u ( x, t ) = ∑ ⎜ An cos t + Bn sin t ⎟ sin x.
n =1 ⎝ l l ⎠ l
nπ nπ
l l
2 2
An = ∫
l 0
φ ( x ) sin x dan Bn =
l ∫
nπc 0
ψ ( x) sin
l
x.
∞
⎛ nπc nπc ⎞ nπ
u ( x, t ) = ∑ ⎜ An cos t + Bn sin t ⎟ cos x.
n=0 ⎝ l l ⎠ l
nπ nπ
l l
2 2
An = ∫
l 0
f ( x) cos x dan Bn =
l ∫
nπc 0
g ( x) cos
l
x.
62
63
⎛ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎞ ⎛ 1⎞
∞ ⎜ ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟πc ⎟ ⎜ n + ⎟π
⎜ A cos ⎝ 2⎠
t + Bn sin ⎝
2⎠
t ⎟ sin ⎝
2⎠
u ( x, t ) = ∑ ⎜ n l l ⎟ l
x.
n =1
⎜ ⎟
⎝ ⎠
⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞
l ⎜ n + ⎟π l ⎜ n + ⎟π
An = ∫ φ ( x) sin ⎝
2⎠
ψ ( x) sin ⎝
2 2 2⎠
l 0 l
x dan Bn =
⎛ 1⎞ 0 ∫ l
x.
⎜ n + ⎟πc
⎝ 2⎠
⎛ ⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞ ⎞ ⎛ 1⎞
∞ ⎜ ⎜ n + ⎟πc ⎜ n + ⎟πc ⎟ ⎜ n + ⎟π
u( x, t ) = ∑ ⎜ A cos ⎝ 2 ⎠ t + B sin ⎝ 2 ⎠ t ⎟ cos ⎝ 2 ⎠ x .
n =1
⎜ n l
n
l ⎟ l
⎜ ⎟
⎝ ⎠
⎛ 1⎞ ⎛ 1⎞
l ⎜ n + ⎟π l ⎜ n + ⎟π
An = ∫ φ ( x) cos ⎝
2⎠
ψ ( x) cos ⎝
2 2 2⎠
l 0 l
x dan Bn =
⎛ 1⎞ 0 ∫ l
x
⎜ n + ⎟πc
⎝ 2⎠
hal ini disebabkan karena karakteristik dari gelombang adalah bersifat periodik.
64
5.2 Saran
Perlunya dilaksanakan penelitian lebih lanjut tentang penerapan Deret Fourier untuk
DAFTAR PUSTAKA
Dwijayono, Kiki., 2008. Aplikasi Persamaan Diferensial Parsial Pada Alat Musik:
Skripsi. UNNES Semarang.
Edwards, C.H dan Penney, D.E. 1989, Elementary Differential Equations With
Boundary Value Problems, University of Georgia.
Golberg, R., 1976, Methods Of Real Analysis, New York : John Wiley & Sons,
Inc.
Hewitt, E., 1969, Real And Abstract Analysis, New York : Springer Verlag.
Romadiastri, Yulia., 2004. Solusi Persamaan Difusi pada Pipa Berhingga Dengan
Kasus Kondisi Robin: Skripsi.UNNES Semarang.
65
66
>restart:with(PDEtools):with(DEtools):with(plots):with(inttrans):
> phi:=(x)->x+2;
psi:=(x)->0;
l:=1;
> An:=2/l*int(phi(x)*sin(n*Pi*x/l),x=0..l);
Bn:=2/(n*Pi*c)*int(psi(x)*sin(n*Pi*x/l),x=0..l);
> u:=(x,t)->sum((An*cos(c*n*Pi*t/l)+Bn*sin(c*n*Pi*t/l))*sin(n*Pi*x/l),n=1..9);
> u(x,t):=sum((An*cos(c*n*Pi*t/l)+Bn*sin(c*n*Pi*t/l))*sin(n*Pi*x/l),n=1..9);
> c:=12;
67
> animate(u(x,t),x=0..4,t=0..0.20,color=red,thickness=6);
> u(x,0):=subs(t=0,u(x,t)):
u(x,1):=subs(t=0.00015,u(x,t)):
u(x,2):=subs(t=0.0003,u(x,t)):
u(x,3):=subs(t=0.00045,u(x,t)):
u(x,4):=subs(t=0.0006,u(x,t)):
u(x,5):=subs(t=0.00075,u(x,t)):
u(x,6):=subs(t=0.0009,u(x,t)):
plot({u(x,0),u(x,1),u(x,2),u(x,3),u(x,4),u(x,5),u(x,6)},x=0..4,thickness=1);
> u(x,0):=subs(t=0,u(x,t)):
u(x,1):=subs(t=0.015,u(x,t)):
u(x,2):=subs(t=0.03,u(x,t)):
68
u(x,3):=subs(t=0.045,u(x,t)):
u(x,4):=subs(t=0.06,u(x,t)):
u(x,5):=subs(t=0.075,u(x,t)):
u(x,6):=subs(t=0.09,u(x,t)):
plot({u(x,0),u(x,1),u(x,2),u(x,3),u(x,4),u(x,5),u(x,6)},x=0..4,thickness=1);
69
Lampiran 2. Plot gambar solusi contoh 4.2 dengan Program Maple
> restart:with(plots):with(inttrans):
> phi:=(x)‐>x^2;
psi:=(x)‐>0;
l:=1;
> An:=2/l*int(phi(x)*cos(n*Pi*x/l),x=0..l);
Bn:=2/(n*Pi*c)*int(psi(x)*cos(n*Pi*x/l),x=0..l);
> u:=(x,t)‐>sum((An*cos(c*n*Pi*t/l)+Bn*sin(c*n*Pi*t/l))*cos(n*Pi*x/l),n=1..9);
> u(x,t):=sum((An*cos(c*n*Pi*t/l)+Bn*sin(c*n*Pi*t/l))*sin(n*Pi*x/l),n=1..9);
> c:=20;
> animate(u(x,t),x=0..4,t=0..0.8,color=red,thickness=6);
70
> u(x,0):=subs(t=0,u(x,t)):
u(x,1):=subs(t=0.00015,u(x,t)):
u(x,2):=subs(t=0.0003,u(x,t)):
u(x,3):=subs(t=0.0006,u(x,t)):
u(x,4):=subs(t=0.00075,u(x,t)):
u(x,5):=subs(t=0.0009,u(x,t)):
plot({u(x,0),u(x,1),u(x,2),u(x,3),u(x,4),u(x,5),},x=0..3,thickness=1);
> u(x,0):=subs(t=0,u(x,t)):
u(x,1):=subs(t=0.015,u(x,t)):
u(x,2):=subs(t=0.03,u(x,t)):
u(x,3):=subs(t=0.045,u(x,t)):
u(x,4):=subs(t=0.06,u(x,t)):
u(x,5):=subs(t=0.075,u(x,t)):
u(x,5):=subs(t=0.09,u(x,t)):
plot({u(x,0),u(x,1),u(x,2),u(x,3),u(x,4),u(x,5),u(x,6)},x=0..4,thickness=1);u(x,0):=subs(t
=0,u(x,t)):
71
72
Lampiran 3. Plot gambar solusi contoh 4.3 dengan Program Maple
> restart:with(plots):with(inttrans):
> phi:=(x)‐>x+6;
psi:=(x)‐>0;
l:=1;
> An:=2/l*int(phi(x)*sin((n+1/2)*Pi*x/l),x=0..l);
Bn:=2/((n+1/2)*Pi*c)*int(psi(x)*sin((n+1/2)*Pi*x/l),x=0..l);
¾ u:=(x,t)‐>sum((An*cos(c*(n+1/2)*Pi*t/l)+Bn*sin(c*(n+1/2)*Pi*t/l))*sin((n+
1/2)*Pi*x/l),n=1..9);
>u(x,t):=sum((An*cos(c*(n+1/2)*Pi*t/l)+Bn*sin(c*(n+1/2)*Pi*t/l))*sin((n+1/2)*Pi*x/l),
n=1..9);
73
> c:=16;
> animate(u(x,t),x=0..4,t=0..0.8,color=red,thickness=6);
74
> u(x,0):=subs(t=0,u(x,t)):
u(x,1):=subs(t=0.00015,u(x,t)):
u(x,2):=subs(t=0.0003,u(x,t)):
u(x,3):=subs(t=0.00045,u(x,t)):
u(x,4):=subs(t=0.0006,u(x,t)):
u(x,5):=subs(t=0.00075,u(x,t)):
u(x,6):=subs(t=0.0009,u(x,t)):
plot({u(x,0),u(x,1),u(x,2),u(x,3),u(x,4),u(x,5),u(x,6)},x=0..4,thickness=1);
75
> u(x,0):=subs(t=0,u(x,t)):
u(x,1):=subs(t=0.0015,u(x,t)):
u(x,2):=subs(t=0.0030,u(x,t)):
u(x,3):=subs(t=0.0045,u(x,t)):
u(x,4):=subs(t=0.0060,u(x,t)):
u(x,5):=subs(t=0.0075,u(x,t)):
u(x,6):=subs(t=0.0090,u(x,t)):
plot({u(x,0),u(x,1),u(x,2),u(x,3),u(x,4),u(x,5),u(x,6)},x=0..4,thickness=1);
76
77
Contoh penggunaannya sebagai berikut :
Pandang persamaan diferensial suatu osilasi dengan gaya luar berkala sebagai berikut :
dan f (t+1) = f (t) untuk setiap t ∈ R .
Kita ingin menentukan penyelesaian khusus dari persamaan diferensial tersebut.
Untuk itu kita nyatakan f (t) sebagai deret Fourier.
2 1 1
f (t ) = (sin 2πt + sin 6πt + sin 10πt + ...)
π 3 5
Maka persamaan diatas dapat dinyatakan sebagai :
d2y dy 2
+ 0,02 + 25 y = sin 2nπt , dengan n=1,3,5,...
dt 2
dt πn
Penyelesaian khusus persamaan diferensial diatas adalah :
− 0,08 50 − 8π 2 n 2
yn (t ) = cos 2nπt + sin 2nπt
D πnD
Dengan alasan kekonvergenan seragam deret, kita dapat menyimpulkan bahwa
diatas.
78
gelombang sebagai berikut:
- Menentukan nilai An .
- Menentukan nilai Bn .
- Menentukan U ( x, t ) dengan rumus yang telah diketahui.
mensubstitusikan nilai‐nilai x dan t untuk rentang tertentu.
- Persamaan diferensial dibedakan menjadi dua yaitu Persamaan Diferensial
sebagai suatu persamaan yang mengandung satu atau lebih turunan biasa
suatu fungsi yang tidak diketahui dengan dua atau lebih peubah bebas.
persamaan yang mengandung satu atau lebih turunan parsial suatu fungsi
yang tidak diketahui dengan dua atau lebih peubah bebas.