Anda di halaman 1dari 14

Latar Belakang

Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat terjadi
pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus,
misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua
terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum. Perdarahan pada kehamilan
muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita
melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan
ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang
peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda, salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak dilaporkan,
kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui 15-20% merupakan
abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan
mengalami keguguran 2 kali yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih
keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan
kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus
sebenarnya bisa mendekati 50%. Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari
janin, oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE pada ibu hamil
untuk selalu memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi. Pada remaja,
remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan
kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu
masalah besar yang mereka hadapi. Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap
remaja meskipun kadarnya berbeda satu dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk
mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan
fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang
seks, meninggalkan remaja dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka. Pandangan
bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat remaja enggan berdiskusi tentang
kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak
nyaman bila harus membahas seksualitas dengan anggota keluarganya sendiri.

Tak tersedianya informasi yang akurat dan “benar” tentang kesehatan reproduksi

memaksa remaja bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri.Arus komunikasi dan
informasi mengalir deras menawarkan petualangan yang menantang.Majalah, buku, dan film pornografi
yang memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab yang harus
disandang dan risiko yang harus dihadapi, menjadi acuan utama mereka.

Mereka juga melalap “pelajaran” seks dari internet, meski s


aat ini aktivitas situs pornografi baru sekitar 2-3%, dan sudah muncul situs-situs pelindung dari
pornografi . Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian abortus? 2. Apa saja penyebab abortus? 3. Bagaimana patofisiologi abortus? 4.
Apa saja macam-macam abortus? 5. Apa saja diagnosa banding perdarahan kehamilan muda? 6.
Bagaimana komplikasi akibat abortus?

C. Tujuan

A. Tujuan umum agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang abortus dan
penatalaksanaan dari abortus. B. Tujuan khusus 1. Menjelaskan pengertian abortus 2. Menjelaskan
penyebab abortus 3. Menjelaskan patofisiologi abortus 4. Menyebutkan macam-macam abortus 5.
Menjelaskan diagnosa banding perdarahan kehamilan muda 6. Menjelaskan komplikasi akibat abortus

D. Manfaat

a.

Bagi masyarakat Agar masyarakat mengetahui tentang penyebab dan dampak dari abortus. b.

Bagi peneliti Mengetahui dan menambah wawasan serta pengetahuan agar dapat melakukan
penatalaksanaan abortus. c.

Bagi institusi Memberikan penambahan informasi tentang abortus khususnya bagi institusi kesehatan
agar dapat mengetahui tentang abortus dan penatalaksanaannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A.
Pengertian Abortus

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram, (prawirohardjo, 2009). Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000). Abortus
adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obat-obatan atau bedah, (Morgan,
2009). Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus.Anak baru
mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28
minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500 gram.
Jika anak yang lahir beratnya antara 500

999 gram disebut juga dengan immature. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-
akibat tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).

B. Penyebab Abortus

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.

Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang
berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan
ini adalah : 1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X Abnormalitas embrio atau
janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh
cacat kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan
kemungkinan pula kelainan kromosom seks. 2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinga pemberian zat-
zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil
konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan. 3)
Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan alcohol

Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat
teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.

Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu,
sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak
kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab,
sehingga palsenta tidak dapat berfungsi. Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes
melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan
keguguran.

3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.

Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi
dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat
mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk
perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat
sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan
menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus. Penyakit infeksi dapat menyebabkan
abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus,
atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin,
kemudian terjadi abortus. Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat
kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko
terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun
tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua),
retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan terhadap pertumbuhan
dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan
pembedahan (dilatasi, amputasi). Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai
keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks
inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.

5. Trauma.

Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual khususnya kalau terjadi
orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.

Faktor-faktor hormonal.

Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia
kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih funngsi korpus luteum dalam
produksi hormon.

7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-hipofise.

8. Penyebab dari segi Maternal 1) Penyebab secara umum:

(1) Infeksi a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus. c. Parasit,
misalnya malaria. (2) Infeksi kronis a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua. b.
Tuberkulosis paru aktif. c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll. d. Penyakit
kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit jantung, toxemia gravidarum e.
Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll. f. Trauma fisik.

2) Penyebab yang bersifat lokal:

(1) Fibroid, inkompetensia serviks. (2) Radang pelvis kronis, endometrtis. (3) Retroversi kronis. (4)
Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus.

9. Penyebab dari segi Janin

1) Kematian janin akibat kelainan bawaan. 2) Mola hidatidosa. 3) Penyakit plasenta dan desidua,
misalnya inflamasi dan degenerasi. 4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya
menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi
malformasi pada tubuh janin. 5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus
adalah kelainan chromosomal. 6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan
implantasi dengan adekuat.

Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi
korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan
terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion
atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

D. Macam-macam Abortus

1. Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).

Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Pada tipe ini terlihat perdarahan pervaginam.
Pada 50% kasus, perdarahan tersebut hanya sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti setelah
berlangsung beberapa hari dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita yang
mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi. Biasanya
kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalu janin mengalamin gangguan, maka
kehamilannya tidak akan berlanjut. Abortus imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi.
Pada abortus ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan
kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan masih bisa berlanjut atau dipertahankan. Setengah dari
abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau komplit, sedangkan sisanya kehamilan akan
berlangsung. Beberapa kepustakaan menyatakan bahwa abortus ini terdapatadanya risiko untuk
terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan dalam rahim. A. Diagnosa pada abortus imminent
adalah : (1) Perdarahan flek-flek (bisa sampai beberapa hari). (2) Rasa sakit seperti saat menstruasi bisa
ada atau tidak . (3) Serviks dan OUE masih tertutup. (4) PP test (+). B. Penanganan abortus imminens
meliputi : (1) Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara
ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. (2) Terapi
hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik peroral atau secara
intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti. (3) Pemeriksaan ultrasonografi
untuk menentukan apakah janin masih hidup.

Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)

Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri
yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan
darah sedang hingga berat, kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri kram pada abdomen bagian bawah
dan dilatasi serviks. Abortus insipiens merupakan keadaan dimana perdarahan intrauteri berlangsung
dan hasil konsepsi masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat
dicegah lagi, OUE terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya beberapa jam saja. A. Diagnosa
abortus insipiens : (1) Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah. (2) Nyeri hebat
disertai kontraksi rahim. (3) Serviks atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah. (4) Ketuban dapat
teraba karena adanya dilatasi serviks. (5) PPtest dapat positif atau negatif . B. Penanganan Abortus
Insipiens meliputi : (1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan : a. Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler
(dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4
jam bila perlu). b. Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus. (2) Jika usia
kehamilan lebih 16 minggu : a. Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil
konsepsi. b. Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
(3) untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

3. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan
(hampir selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti halnya pada
kehamilan aterm. Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera berkurang sementar serviks tetap terbuka.
Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada
vagina (belum keluar semua) dan masih ada sisa-sisa jaringan yang tertinggal (biasanya jaringan
plasenta).

Diagnosa abortus inkomplit adalah: (1) Umur

kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa kurang.š

(2) Perdarahan sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil konsepsi, tidak jarang

pasiendatang dalam keadaan syok.š

(3) Serviks terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan). (4) PP test positif atau negatif, anemia. b.

Penanganan abortus inkomplit : (1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera
taum iso prostol4 00 mcg per oral. (2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan
kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan : a. Aspirasi vakum manual merupakan metode
evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum
manual tidak tersedia. b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang
setelah 4 jam bila perlu). (3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu: a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam
500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg) c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal
dalam uterus. (4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

4. Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)

Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi telah keluar semua dari cavum uteri. Perdarahan segera berkurang
setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali
karena dalam massa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua hasil konsepsi sudah
dikeluarkan. Abortus kompletus terjadi kalau semua produk pembuahan

janin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan berhenti,
serviks menutup dan uterus mengalami involusi. A. Diagnosa abortus komplets adalah : (1) Perdarahan
yang sedikit (2) Ostium uteri telah menutup
Uterus telah mengecil B. Penanganan abortus komplit : (1) Tidak perlu evaluasi lagi. (2) Observasi untuk
melihat adanya perdarahan banyak. (3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
(4) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2 minggu. Jika
anemia berat berikan transfusi darah. (5) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

5. Abortus habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Etiologi abortus
habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab
imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Pasien
dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami abortus. a. Diagnosa abortus habitualis adalah : (1)
Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mulas. (2) Ketuban menonjol dan
pada suatu saat pecah. (3) Timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal
tiap minggu. (4) Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lender dari vagina
(5)Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan histerosalfingografi yaitu ostium
internum uteri melebar lebih dari 8 mm. b. Penanganannya terdiri atas : (1) Memperbaiki keadaan
umum. (2) Pemberian makanan yang sempurna. (3) Anjuran istirahat cukup banyak. (4) Larangan koitus
dan olah raga. (5)Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan lainnyamungkin hanya
mempunyai pengaruh psikologis.

6. Missed abortion

Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih, maka keadaan itu
disebut missed abortion. Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan per vaginam sedikit
hingga menimbulkan gambaran abortus imminens. Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus
ini,sekurang kurangnya terjadi pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga dihasilkan
dengan pemasangan laminaria stift.

A. Gejala-gejala selanjutnya ialah : (1) Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air
ketuban dan macerasi janin. (2) Buah dada mengecil kembali. (3) Gejala-gejala lain yang penting tidak
ada, hanya ammenorhoe berlangsung terus. Biasanya keaddan ini berakhir dengan abortus yang spontan
selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati. Kalau janin mati pada kehamilan yang masih muda
sekali, maka janin lebih cepat dikeluarkan. Sebalikya kalau kehamilan lebih lanjut retensi janin lebih
lama. Sebagai batas maksimal retensi janin diambil 2 bulan, kalau dalam 2 bulan belum lahir disebut
missed abortion (abortus tertunda). B. Diagnosa missed abortion adalah : (1) Gejala subyektif kehamilan
menghilang (2) Mammae agak mengendor lagi (3) Uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil (4) Tes
kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang. (5) Dengan ultrasonografi (USG)
dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan. (6) Perlu
diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai gangguan pembekuan darah karena
hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah ini perlu dilakukan. C. Penatalaksanaan : Setelah
diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan.
Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah
sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak
dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang
bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin
secepatnya dikeluarkan

7. Abortus infeksiosa, abortus septik

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus septik adalah
abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau
peritoneum.

11

Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus kriminalis. Perdarahan hebat, sepsis, syok
bakterial, dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada abortus legal tetapi dengan frekuensi yang jauh lebih
kecil. Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis, peritonitis, endokarditis, dan
septikemia. Dari 300 abortus septik di Parkland Hospital, bahkan darah posotif pada seperempatnya.
Hampir dua pertiga adalah bakteria anaerob sedangkan koliform juga sering dijumpai. Organisme lain
yang dilaporkan menjadi penyebab abortus septik antara lain adalah haemophilus influenzae,
campylobacter jejuni, dan streptokokus grup A. Terapi infeksi antara lain adalah evakuasi segera produk
konsepsi disertai anti mikroba spektrum luas secara intravena. Apabila timbul sepsis dan syok, perlu
diberikan terapi suportif. Abortus septik juga pernah dilaporkan menyebabkan koagulopati intravaskular
diseminata. A. Diagnosa abortus infeksiosa adalah : (1) Abortus yang disertai dengan gejala dan tanda
infeksi alat genitalia, seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang
membesar, lembek serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis. (2) Apabila terdapat sepsis, penderita
tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil. (3) Demam tinggi, dan tekanan darah menurun. (4) Untuk
mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan getah pada serviks uteri.

8.

Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)

80 % dari semua abortus, Yaitu: Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu
akibat suatu tindakan. Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur
28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000
gram dapat terus hidup. A. Macam-macam abortus provokatus : 1) Abortus provocatus artificialis atau
abortus therapeuticus. Abortus provocatus artificialis adalah Pengguguran kehamilan, biasanya dengan
alat-alat, dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya karena
ibu berpenyakit berat. Abortus provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu) dapat dilakukan
dengan pemberian prostaglandin atau curettage dengan penyedotan (vakum) atau dengan sendok curet.
Pada hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan hysterotomi juga dapat disuntikkan garam hypertonis
(20%) atau prostaglandin intra-amnial. Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit jantung
(rheuma), hypertensi essensial, carcinoma daro cervik. Merupakan terminasi kehamilan secara medis
atau bedah sebelum janin mampu hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik
diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan riwayat dekompensasi kordis dan penyakit

12

vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah karsinoma serviks invasif. American College
Obstetricians and Gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk abortus terapeutik : a) Apabila
berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau mengganggu kesehatan secara serius. Dalam
menentukan apakah memang terdapat resiko kesehatan perlu dipertimbangkan faktor lingkungan
pasien. b) Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada evaluasi wanita
yang bersangkutan perluditerapkan kriteria medis yang sama. c) Apabila berlanjutnya kehamilan
kemungkinan besar menyebabkan lahirnya bayi dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang
berat. 2) Abortus provocatus criminalis. Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan
tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum. Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi
kehamilan sebelum janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena
alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar abortus yang dilakukan saat ini
termasuk dalam katagori ini.

E. Tabel diagnosa banding perdarahan kehamilan muda

Perdarahan Serviks Uterus Gejala/ tanda Diagnosis Tindakan Bercak hingga sedang Tertutup Sesuai
dengan usia gestasi Kram perut bawah Uterus lunak Abortus imminens Obserasi perdarahan Istirahat
Hindarkan koitus Sedikit membesar dari normal Limbung atau pingsan Neri perut bawah Nyeri goyang
porsio Masa adneksa Cairan bebas intraabdomen Kehamilan ektopik yang terganggu Laparotomi dan
parsial Salpingektomi Salpingostomi Tertutup/terbuk a Lebih kecil dari usia gestasi Sedikit/tanpa nyeri
perut bawah Riwayat Abortus komplit Tidak perlu terapi spesifik kecuali perdarahan

13

ekspulsi hasil konsepsi berlanjut atau terjadi infeksi Sedang hingga masif/ banyak Terbuka Sesuai usia
kehamilan Kram atau nyeriperut bawah Belum terjadi ekspulsi hasil konsepsi Abortus insipiens Evakuasi
Kram atau nyeri perut bawah Ekspulsi sebagian hasil konsepsi Abortus inkomplit Evakuasi Terbuka Lunak
dan lebih besar dari usia gestasi Mual/ muntah Kram perut bawah Sindroma mirip preeklamsi Tak ada
janin keluar jaringan seperti anggur Abortus mola Evakuasi Tatalaksana mola

F. Komplikasi Akibat Abortus


Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok. 1. Perdarahan

14

Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya. 2. Perforasi Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda
bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan
luka perforasi atau perlu histerektomi. 3. Infeksi Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat
menyebabkan abortus.

Brucella abortus

dan

Campylobacter fetus

merupakan kausa abortus pada sapi yang telah lama dikenal,tetapi keduanya bukan kausa signifikan
pada manusia. Bukti bahwa

toxoplasma gondii

menyebabkan abortus pada manusia kurang meyakinkan.tidak terdapat bukti bahwa

Listeria monocytogenes

atau

Chlamydia trachomatis

menyebabkan abortus pada manusia. Herpes simpleks dilaporkan berkaitan dengan peningkatan
insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan. Abortus spontan secara
independen berkaitan dengan antibodi virus imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu,
seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B. 4. Syok Syok
pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank karena infeksi berat (syok
endoseptik).

G. Hukum Abortus Menurut Undang- Undang

Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) :

Pasal 229
1.

Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan
diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karenapengobatan itu hamilnya dapat digugurkan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.

2.

Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut
sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat
ditambah sepertiga.

3.

Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut
haknya untuk melakukan pencarian itu.

Pasal 314

15

Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak
lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri,
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 342

Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa akan
melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya,
diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun.

Pasal 343

Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta
melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.

Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain
untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

H. CONTOH LAPORAN KASUS TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “U”

DENGAN ABORTUS INSIPIENS

DI PUSKESMAS MATARAM

I. PENGKAJIAN DATA,

Hari/Tanggal : Kamis, 8 maret 2018 Pukul :10.00 wita Data subjektif

A. Identitas / Biodata

Nama

: Ny ’U’

Nama

: Tn. ’H’

Umur : 18 Tahun Umur : 23 Tahun Suku bangsa : Sasak Suku Bangsa : Sasak Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1 Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta Alamat : Samarinda Alamat :
Samarinda

16

B. Anamnese

1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan 2. Riwayat Menstruasi Manarche : 14
tahun Siklus Haid : 28 hari Lama Haid : 7 hari Flour Albus : ada tetapi tidak berbau dan tidak berwarna
Disminore : ada 3. Riwayat Kehamilan sekarang HPHT : 26-03-2009 HTP : 2-01-2010 UK : 3 Bulan a.
Pergerakan janin : belum dirasakan b. Keluhan umum : ibu mengatakan keluar darah segar dari
kemaluan hingga membasahi 1

2 pembalut mulai tanggal 19 Juni 2009, dan tidak ada pengeluaran berbentuk gumpalan Pukul 20.00
Wita dan hari ini keluar darah banyak . c. Tanda-tanda bahaya : tidak ada d. ANC : 2 kali di Puskesmas
Mataram e. Obat-obat yang dikonsumsi (termasuk jamu) : tidak ada dan ibu sudah diberikan tablet
tambah darah pada kunjungan sebelumnya. f. Imunisasi TT: 1 x, pada tanggal 6 Mei 2009 g. Kekhawatiran
Khusus : ibu khawatir dengan keadaan kehamilannya saat ini 4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu: Hamil Ke Usia Kehamilan Tempat Pertolongan Jenis persalinan Penolong Penyakit kehamilan,
persalinan, nifas Anak 5. Riwayat kesehatan/ penyakit yang pernah diderita atau yang sedang diderita

• Penyakit kardiovaskuler

: tidak ada

• Penyakit Hipertensi

: Tidak ada

• Penyakit Diabetes

: Tidak ada

• Penyakit Malaria

: Tidak Ada

• Penyakit kelamin/HIV AIDS

: Tidak pernah dilakukan pemeriksaan lab

• Penyakit Hepatitis

: Tidak pernah dilakukan pemeriksaan lab

• Penyakit Camp

ak : Tidak ada

Anda mungkin juga menyukai