Pencemaran lingkungan atau polusi adalah perubahan pada lingkungan yang tidak dikehendaki
karena dapat memengaruhi kegiatan, kesehatan dan keselamatan makhluk hidup. Perubahan
tersebut disebabkan oleh suatu zat pencemar yang disebut polutan. Suatu zat dapat dikatakan
sebagai polutan apabila bahan atau zat asing tersebut melebihi jumlah normal, berada pada
tempat yang tidak semestinya dan berada pada waktu yang tidak tepat.
Lingkungan yang tercemar, keadaan ekosistemnya tidak seimbang akibat masuknya polutan ke
dalam lingkungan tersebut. Sedangkan lingkungan alami memiliki ekosistem yang seimbang.
Seperti contoh, udara di desa terasa segar karena banyak ditumbuhi pepohonan hijau. Hal ini
menunjukkan di desa itu udaranya belum tercemar. Adapun di kota yang padat penduduknya,
udara akan terasa panas dan pernapasan menjadi tidak nyaman. Hal ini menunjukkan udara
sudah tercemar. Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi: Pencemaran air,
pencemaran udara, pencemaran tanah.
Budaya dan tradisi masyarakat bisa jadi mendukung bagi upaya pelestarian lingkungan hidup,
namun budaya dan tradisi masyarakat juga bisa berakibat buruk bagi lingkungan. Budaya
masyarakat yang berupa hukum-hukum adat dalam kebijaksanaan mengelola lahan biasa disebut
dengan kearifan lingkungan. Jika kearifan lingkungan itu dapat diterapkan secara turun temurun
hal ini tentu baik bagi lingkungan.
Akan tetapi tidak sedikit pula tradisi atau budaya masyarakat tradisional yang justru dapat
merusak lingkungan. Misalnya, masih adanya pandangan masyarakat bahwa sungai adalah
tempat pembuangan. Sehingga sampai detik ini masih banyak masyarakat yang secara
sembarangan membuang sampah ke sungai/kali. Tidak hanya di kota, bahkan di desa pun
dijumpai kasus-kasus pencemaran air sungai/kali akibat pembuangan limbah, baik limbah rumah
tangga maupun limbah industri. Contohnya di Desa Palang, salah satu kali yang terhubung
dengan laut menjadi tempat pembuangan limbah. Berawal dari kebiasaan warga di desa itu,
sehingga warga dari desa lain pun ikut membuang limbah di kali tersebut. Tentu saja karena
tradisi membuang limbah sembarangan ini, selain mengakibatkan masalah bagi lingkungan, juga
dapat merugikan warga di desa itu.
o Pembuangan sampah yang tidak terkontrol dengan baik merupakan tempat yang cocok bagi
beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat
menimbulkan penyakit.
Potensi bahaya yang ditimbulkan adalah sebagai berikut :
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan air minum. Penyakit DBD dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
o Sampah beracun; Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira – kira 40.000 orang meninggal akibat
mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa ( Hg ). Raksa ini berasal dari sampah
yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
Cairan terhadap rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari
air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap dan hal
ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
3. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi - Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat
membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap
dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana – mana.
1. Penanganan
a. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis
remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site
adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan,venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah
yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah
tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan dibak/tanki yang
kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah.
Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
b. Bioremediasi
2. Penanggulangan
· Pabrik tidak boleh menghasilkan produk (barang) yang dapat mencemari lingkungan.
Misalnya, pabrik pembat lemari es, AC dan sprayer tidak boleh menghasilkan produk yang
menggunakan gas CFC sehingga dapat menyebabkan penipisan dan berlubangnya lapisan ozon
di stratofer.
· Industri harus memiliki unit-unit pengolahan limbah (padat, cair, dan gas) sehingga limbah
yang dibuang ke lingkungansudah terbebas dari zat-zat yang membahayakan lingkungan.
· Pembuangan sampah dari pabrik harus dilakukan ke tempat-tempat tertentu yang jauh dari
pemukiman.
· Sebelum dilakukan pembangunan pabrik atau proyek-proyek industri harus dilakukan
analisis mengenai dampak lingkungan (AM-DAL).
· Pemerintah mengeluarkan buku mutu lingkungan, artinya standar untuk menentukan mutu
suatu lingkungan. Untuk lingkungan air ditentukan baku mutu air , sedangkan untuk lingkungan
udara ditentukan baku mutu udara. Dalam buku mutua air, antara lain tercantum batasan kadar
bahan pencemar logam berat, misalnya fosfor dan merkuri. Didalam buku mutu udara, antara
lain tercantum batasan kadar bahan pencemar, misalnya gas CO2 dan CO. Pemerintah akan
memberikan sanksi kepada pabrik yang menghasilkan limbah dengan bahan pencemar yang
melebihi standar baku mutu.
Penangkalan pencemaran secara edukatif dilakukan melalui jalur pendidikan baik formal
maupun nonformal. Melalui pendidikan formal, disekolah dimasukkan pengetahuan tentang
lingkungan hidup tentang lingkungan hidup kedalam mata pelajaran yang terkait, misalnya IPA
dan Pendidikan agama. Melalui jalur pendidikan nonformal dilakukan penyuluhan kepada
masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan pencegahan serta penanggulangan
pencemaran lingkungan.
Dengan penyuluhan dan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran baik secara
individu maupun secara berkelompok untuk memahami pentingnya kelestarian lingkungan.
Kesimpulan
Masalah sosial adalah Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan hidup kelompok sosial. Ada beberapa
persoalan yang dihadapi oleh masyarakat yang pada umumnya sama salah satunya yaitu
pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukakannya
makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya
tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam sehinnga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Fakta-fakta pencemaran lingkungan yang terjadi di
masyarakat yang dapat dengan mudah disaksikan adalah pencemaran air yaitu dengan banyaknya
sampah yang dibuang ke perairan seperti sungai/kali. Pencemaran lingkungan berdampak pada
kesehatan, lingkungan, dan sosial-ekonomi. Penanganan masalah pencemaran lingkungan ada
dua cara, yaitu remediasi dan bioremediasi. Sedangkan penanggulangannya ada tiga cara, yaitu
penanggulangan secara administratif, teknologis, dan edukatif.
Saran
Agar Semua masyarakat baik dari kalangan industri,pendidikan maupun umum, mampu
bekerja sama dalam menjalankan peraturan yang berkaitan dengan upaya menangani
pencemaran lingkungan agar dapat terlaksana dan diterapkan dengan baik dan seksama. Dengan
menjaga kebersihan lingkungan diharapkan akan mampu mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan yang membawa akibat buruk tidak hanya terhadap lingkungan namun terhadap
kelangsungan hidup manusia.