Anda di halaman 1dari 24

UJIAN TENGAH SEMESTER Nama mahasiswa : Erni Gusniwar

Juli Desember 2019 NIM : 18329111


No. HP : 085272663427
Universitas Negeri Padang Jadwal kuliah/jam : Senin 08.50-10.30

Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran PAI


Bobot : 2 SKS
Jurusan/Fakultas : Ilmu Agama Islam/Ilmu Sosial
Dosen : Syahrul Ismet., S.Ag., M.Pd

Soal:

1. Jelaskan pengertian istilah-istilah berikut dengan merujuk tiga


defenisi dari sumber: a) Pendekatan, b) strategi, c) metode, d)
teknik, e) pembelajaran, dan f) Pendidikan Agama Islam. (skor 15)

2. Jelaskan strategi pembelajaran kooperatif dari segi: pengertian,


langkah-langkah penerapan strategi (sintaks), manfaat strategi,
keunggulannya dan kelemahannya (gunakan minimal dua sumber
referensi). Contohkan dengan satu materi PAI dan langkah-
langkahnya menggunakan strategi tersebut. (skor 15)

3. Jelaskan strategi pembelajaran kontekstual dari segi: pengertian,


langkah-langkah penerapan strategi (sintaks), manfaat strategi,
keunggulannya dan kelemahannya. (gunakan minimal dua sumber
referensi). Contohkan dengan satu materi PAI dan langkah-
langkahnya menggunakan strategi kontekstual. (skor 15)

4. Jelaskan strategi pembelajaran project based learning (PjBL) dari


segi: pengertian, langkah-langkah penerapan strategi (sintaks),
manfaat strategi, keunggulannya dan kelemahannya. (gunakan
minimal dua sumber referensi). Contohkan dengan satu materi PAI
dan langkah-langkahnya menggunakan strategi kontekstual. (skor
15)

5. Jelaskan strategi pembelajaran problem based learning (PBL) dari


segi: pengertian, langkah-langkah penerapan strategi (sintaks),
manfaat strategi, keunggulannya dan kelemahannya. (gunakan
minimal dua sumber referensi). Contohkan dengan satu materi PAI
dan langkah-langkahnya menggunakan strategi PBL. (skor 15)
6. Jelaskan hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan seorang
guru dalam memilih sebuah strategi pembelajaran yang efektif.
(skor 15)

7. Kemukakan satu persoalan praktik pembelajaran guru mata


pelajaran PAI yang anda temukan, analisislah kenapa bermasalah,
selanjutnya kemukakan solusi apa yang paling tepat
menyelesaikannya. (skor 10)

Ketentuan:

1. Jawaban diketik langsung pada file ini, di halaman berikutnya

2. Jawaban (file) dikirim ke email: syahrulsaja4@gmail.com

3. Jawaban dikirim paling lambat Kamis tanggal 24-10-2019 jam 23.50 WIB

4. Report e-mail yang diterima akan diumumkan di group kelas mata kuliah secara berkala.

Jawaban:

1.

 Pendekatan

Pendekatan dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau


sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:

(1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).

 Strategi pembelajaran.

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya


diturunkan ke dalam Strategi Pembelajaran. Newman dan Logan (Abin
Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap
usaha, yaitu:

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out


put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan
aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)
yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan
ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
(achievement) usaha.

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa


strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua


bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual
learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan
cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran
sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan
berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a
plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in
achieving something” (Wina Senjaya (2008).

 Metode pembelajaran

Jadi, metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang


digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat
beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)
demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan;
(7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

 Teknik Pembelajaran

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik


pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara
yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis
akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah
siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan
kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti
teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

 Taktik Pembelajaran.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam


melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam
penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya
pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru,
sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang
bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu
sekalkigus juga seni (kiat)

 Model Pembelajaran

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik


pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil


(Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model
pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi
tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajara

Dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika


strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum
aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada
cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah
ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan
rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis
rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan
sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda
dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah
yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan
langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal
sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.

 Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam


menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, ajaran agama islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar ummat
beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (kurikulum PAI, 3:
2002).

Menurut Zakiyah Dradjat pendidikan agama islam adalah suatu usaha


untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaramn islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang apada akhirnya
dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup.
Menurut Dr. Armai Arief, M.A pendidkan islam yaitu sebuah proses yang
dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan
bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah
allah di muka bumi, yang bersandar kepada ajaran Al-quran dan Sunnah, maka
tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insane-insan kamil setelah proses
berakhir.

2.

 Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif

Strategi pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem


kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Ada lima unsur dalam pembelajaran ini
menurut Johnson & Johnson, 1993, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung
jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses
kelompok. Dalam strategi Pembelajaran ini, mengembangkan diri, dan
bertanggung jawab secara individu.

Kagan (1992) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi


instruksional yang melibatkan interaksi siswa secara kooperatif dalam
mempelajari suatu topik sebagai bagian integral dari proses pembelajaran. Adapun
Jacob (1999) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode
instruksional dimana siswa dalam kelompok kecil bekerjasama dan saling
membantu dalam menyelesaikan tugas akademik.

Pada pembelajaran kooperatif ini, setiap siswa mempunyai kesempatan yang


sama untuk sukses. Pada pembelajaran ini, menekankan pada pemberian
kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif dimana siswa
dapat memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta
keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di
masyarakat. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara
kelompok. Melalui strategi pembelajaran ini, siswa bukan hanya belajar dan
menerima apa yang disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan bisa juga belajar
dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan
siswa yang lain. Memungkinkan juga semua siswa dapat menguasai materi pada
tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.

Disini guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya narasumber dalam PBM,
tetapi sebagai mediator, stabilisator dan manajer pembelajaran. Belajar yang
berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan
kesempatan yang optimal bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih
banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan sekaligus melatih sikap dan
keterampilan sosialnya sebagai bekal dalam kehidupannya di masyarakat.

 Langkah-langkah Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah dalam strategi pembelajaran kooperatif terdiri sebagai berikut :

1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi pembelajar Pembelajar menyampaikan


semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
pebelajar belajar
2 : Menyajikan informasi Pembelajar menyajikan informasi kepada pebelajar baik
dengan peragaan atau teks

3 : Mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok-kelompok belajar


Pembelajar menjelaskan kepada pebelajar bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan
yang efisien

4 : Membantu kerja kelompok dalam belajar Pembelajar membimbing kelompok-


kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

5 : Mengetes materi Pembelajar memberi tes materi pelajaran, atau kelompok


menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka

6 : Memberikan penghargaan Pembelajar memberikan cara-cara untuk


menghargai baik penghargaan atas tingginya upaya kerjasama dalam proses
belajar kelompok, maupun hasil belajar individu dan kelompok.

 Manfaat strategi pembelajaran kooperatif antara lain adalah sebagai berikut :


1) Mempercepat peningkatan kemajuan belajar siswa. (Pencapaian standar
akademik mencapai nilai yang tinggi)
2) Absensi siswa bertambah baik. Artinya dapat mempertinggi tingkat
kehadiran siswa, berkurangnya kenakalan-kenakalan siswa, dan
berkurangnya jumlah siswa yang membolos.
3) Menimbulkan sikap siswa kearah yang lebih positif.
4) Menumbuhkan rasa senang para siswa untuk berada di sekolahnya.
5) Mampu menambah motivasi dan rasa percaya diri siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Elaborasi siswa meningkat.
6) Menumbuhkan rasa senang dan saling membutuhkan diantara para siswa.
7) Pembelajaran kooperatif mudah diterapkan dan sangatlah murah.

 Keunggulan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Kooperatif

Belajar Kooperatif mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan belajar


kooperatif menurut Hill & Hill (1993:1-6) adalah sebagai berikut.

1. Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa tidak terlalu


menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber,
dan belajar dari siswa yang lain,
2. Meningkatkan prestasi siswa,
3. Memperdalam pemahaman siswa,
4. Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar,
5. Menyenangkan siswa,
6. Mengembangkan sikap kepemimpinan,
7. Mengembangkan sikap positif siswa,
8. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk menhargai
orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima
segala perbedaan,
9. Mengembangkan sikap menghargai diri sendiri,
10. Membuat belajar secara inklusif, dan
11. Mengembangkan rasa saling memiliki.

Selain mempunyai kelebihan pembelajarn kooperatif juga mempunyai


beberapa kelemahan. Menurut Dess (1991: 411) beberapa kelemahan
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

1. Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa, sehingga sulit mencapai target
kurikulum,
2. Membutuhkan waktu yang lama untuk guru sehingga kebanyakan guru
tidak mau menggunakan strategi pembelajaran kooperatif,
3. Menuntut sifat tertentu pada siswa, misalnya sifat suka bekerja sama,
4. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu,
5. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai,
6. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan,
7. Saat diskusi terkadang didominasi seseorang, hal ini meng-akibatkan
siswa yang lain menjadi pasif, dan

Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip. Hal ini terjadi jika anggota
kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat,
mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuann
untuk belajar menjadi sia-sia.

 Contoh Dalam Materi PAI dan Langkah-langkahnya Penggunaan Strategi


Kooperatif

Membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar, di setiap kelompok


belajar tersebut guru memberikan materi yang berbeda beda. Misalnya dalam
pelajaran Fiqih Ibadah,ada kelompok di beri materi mengenai sholat, puasa,
zakat ,haji dan lain lain.Langkahlangkahnya adalah:

1) Persiapan
- Merumuskan topik dan bahan ajar
- Merumuskan tujuan pembelajaran
- Merumuskan langkah kerja kelompok
2) Pelaksanaan
- Berdasarkan tujuan dan bahan yang disiapkan sebelumnya, guru
menjelaskan pokok-pokok bahan pengajaran secara umum
sampai disertai kesempatan tanya jawab dan mencatat bahan
tersebut.
- Dari bahan yang telah dijelaskan tersebut, diangkat beberapa
permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan problematis
yang bisa ditulis guru dalam worksheet PAI
- Bentuk kelompok siswa sesuai dengan jumlah masalah yang
ditentukan pada langkah kedua. Beri siswa kesempatan untuk
menentukan ketua, penulis dan juru bicara secara demokratis
- Siswa melakukan kerja kelompok sesuai dengan masalahnya dan
guru harus selalu memantau proses kelompok yang terjadi
- Laporan setiap kelompok dan tanya jawab antar kelompok dan
antar siswa
3) Penyelesaian
- Setelah selesai laporan kelompok, setiap kelompok
memperbaiki dan menyempurnakan hasil kerjanya berdasarkan
saran dan tanggapan dari kelompok lain, sekaligus mencatat hasil
kelompoknya maupun hasil kelompok lain
- Guru menarik kesimpulan dari hasil-hasil kerja kelompok
sekaligus merangkum jawaban masalah yang telah dibahas oleh
semua kelompok.

3.

 Pengertian Strategi Pembelajaran Kontektual

Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi yang membantu guru


mengkaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata. Pembelajaran ini
memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas
dan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, sebagai
warga masyarakat dan nantinya sebagai tenaga kerja. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
dari pada hasil.

CTL (Contextual Teaching and learning) merupakan suatu pendekatan


pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai individu, anggota (keluarga, masyarakat, dan bangsa)

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai


tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berusaha dengan strategi dari pada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu
yang baru datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata guru. Begitulah
peran guru di kelas yang berbasis CTL.

CTL hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi


pembelajaran yang lain, CTL di kembangkan dengan tujuan agar pembelajaran
berjalan lebih produktif dan bermakna. CTL dapat di jalankan tanpa harus
mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.

Pengajaran dan pembelajaran kontekstual dilakukan dengan berbasis


masalah, menggunakan cara belajar yang diatur sendiri, berlaku dalam berbagai
macam konteks, memperkuat pengajaran dalam berbagai macam konteks
kehidupan siswa, menggunakan penilaian autentik, dan menggunakan pola
kelompok belajar yang bebas.

 Langkah- Langkah Penerapan Strategi Pembelajaran Kontektual

1. Guru mengarahkan siswa untuk sedemikian rupa dapat mengembangkan


pemikirannya untuk melakukan kegiatan belajar yang bermakna, berkesan,
baik dengan cara meminta siswa untuk bekerja sendiri dan mencari serta
menemukan sendiri jawabannya, kemudian memfasilitasi siswa untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan keterampilannya yang baru saja
ditemuinya.
2. Dengan bimbingan guru, siswa di ajak untuk menemukan suatu fakta dari
permasalahan yang disajikan guru/dari materi yang diberikan guru.
3. Memancing reaksi siswa untuk melakukan pertanyaan-pertanyaan dengan
tujuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
4. Guru membentuk kelas menjadi beberapa kelompok umtuk melakukan diskusi,
dan tanya jawab.
5. Guru mendemonstrasikan ilustrasi/gambaran materi dengan model atau media
yang sebenarnya.
6. Guru bersama siswa melakukan refleksi atas kegiatan yang telah dilakukan.
7. Guru melakukan evaluasi, yaitu menilai kemampuan siswa yang sebenarnya.

 Manfaat Strategi Pembelajaran Kontektual

1. Untuk memotivasi siswa memahami makna materi pelajaran yang


dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atu
ketrampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari permasalahan
kepermasalahan lainya.
2. Menjadikan pola pikir dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal
tetapi perlu dengan adanya pemahaman
3. Dapat mengembangkan minat pengalaman siswa.
4. Untuk melatih siswa agar dapat berpikir kritis dan terampil dalam
memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu
yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain
5. Pembelajaran lebih produktif dan bermakna
6. Untuk mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi
akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari
7. Siswa secara individu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-
informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya
sendiri.

 Keunggulan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Kontektual/CTL


1. Keunggulan dari model pembelajaran CTL
a. Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai
dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
b. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,
memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh
guru.
e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
f. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
g.Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
2. Kelemahan dari model pembelajarab CTL
a. Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada
kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya
berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran
karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama
b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
c. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas
antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki
kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri
bagi siswa yang kurang kemampuannya
d. Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini
akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam
model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha
sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan
model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami
kesulitan.
e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL
ini.
f. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki
kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam
bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan
ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
g. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan
tidak merata.
h. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran
guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa
untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan
menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan
 Contoh Dalam Materi PAI dan Langkah-langkahnya Penggunaan Strategi
Kontektual

Contohnya dalam pelajaran zakat. Kompetensi yang harus dicapai oleh siswa
yaitu memahami fungsi dan macam-macam zakat. Untuk mencapai kompetensi
tersebut dirumuskan beberapa indikator hasil belajar sebagai berikut:
- Siswa dapat menjelaskan pengertian zakat.
- Siswa dapat menjelaskan macam-macam zakat.
- Siswa dapat menjelaskan tata cara pelaksanaan zakat fitrah dan zakat mal.
- Siswa dapat menyimpulkan tentang fungsi zakat.
- Siswa bisa membuat karangan yang ada kaitannya dengan zakat.
Untuk mencapai tujuan kompetensi di atas, dengan menggunakan
pembelajaran kontekstual guru dapat melakukan langkah-langkah seperti
berikut:
1. Pendahuluan
a. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai, manfaat dari proses
pembelajaran, dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari
dalam kehidupan.
b. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual:
1) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa.
2) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu: misalkan
siswa kelompok 1 dan 2 melakukan wawancara dengan pengurus
ta’mir masjid yang memang berpengalaman mengelola zakat,
kelompok 3 dan 4 melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat
atau kepada seorang kyai yang faham tentang masalah zakat.
3) Siswa ditugaskan mencatat dari semua hasil wawancara tentang
pengertian, macam-macam, tata cara pelaksanaannya, dan fungsi zakat.
c. Guru melakukan Tanya jawab seputar tugas yang harus dikerjakan oleh
setiap siswa.
2. Inti
Di lapangan, siswa-siswa melakukan hal-hal berikut:
a. Melakukan wawancara sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
b. Mencatat semua hal-hal yang mereka temukan sesuai dengan alat
observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
Di dalam kelas, siswa-siswa melakukan hal-hal berikut:
a. Mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-
masing.
b. Melaporkan hasil diskusi.
c. Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok
yang lain.
3. Penutup
a. Dengan bantuan guru, siswa menyimpulkan hasil wawancara tentang
masalah zakat sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
b. Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman
belajar mereka dengan tema “zakat”.
4.
 Pengertian Strategi Membelajaran Project Based Learning
Project based learning adalah model pembelajaran yang mengorganisasi
kelas dalam sebuah proyek (Thomas, 2000, hlm. 1).
Menurut NYC Departement of Education(2009), PjBL merupakan strategi
pembelajaran dimana siswa harus membangun pengetahuan konten mereka
sendiri dan mendemonstrasikan pemahaman baru melalui berbagai bentuk
representasi (hlm. 8).
Sedangkan George Lucas Educational Foundation (2005) mendefinisikan
pendekatan pembelajaran yang dinamis di mana siswa secara aktif
mengeksplorasi masalah di dunia nyata, memberikan tantangan, dan memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam (hlm. 1).
Berdasarkan beberapa definisi para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa
PjBL adalah model pembelajaran yang terpusat pada siswa untuk membangun dan
mengaplikasikan konsep dari proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan
memecahkan masalah di dunia nyata secara mandiri.
Kemandirian siswa dalam belajar untuk menyelesaikan tugas yang
dihadapinya merupakan tujuan dari PBL. Namun kemandirian dalam belajar perlu
dilatih oleh guru kepada siswa agar terbiasa dalam belajar bila menggunakan
PjBL. Siswa SD maupun SMP masih perlu dibimbing dalam menyelesaikan tugas
proyek bahkan siswa SMA.
Bimbingan guru diperlukan untuk mengarahkan siswa agar proses
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan alur pembelajaran. Pembelajaran
berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan
penuntun (a guiding question) dan membimbing siswa dalam sebuah proyek
kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini
akan berharga bagi atensi dan usaha siswa (Kemdikbud, 2014, hlm. 33)

 Langkah Langkah Penerapan Strategi Pembelajaran Project Based Learning

1. Penentuan Pertanyaan Mendasar atau Esensial

Model pembelajaran berbasis proyek menekankan pada prinsip


konstruktivis, di mana siswa diharapkan dapat membangun sendiri
pengetahuannya berdasarkan pengalaman belajar yang dilakukannya secara
mandiri. Oleh karena itu penting sekali jika pembelajaran berbasis proyek
dimulakan dari sebuah pertanyaan mendasar atau esensial yang nantinya akan
menjadi masalah yang harus dipecahkan melalui proyek yang dibuat oleh siswa.
Guru dapat melakukan hal ini dengan terlebih dahulu memberikan stimulus,
misalnya tayangan-tayangan video yang menarik, atau menghadirkan bentuk-
bentuk permasalahan nyata di sekitar mereka yang kemudian dikemas untuk
disajikan di awal pembelajaran. Dari sinilah kemudian pertanyaan-pertanyaan
muncul untuk diselesaikan oleh siswa melalui proyek. Yah, memang langkah awal
agak mirip-mirip dengan model pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning).

2. Mendesain Perencanaan Proyek

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa model pembelajaran proyek akan


memberikan kemandirian dan keleluasaan kepada siswa untuk berkreasi, maka
setelah mereka dapat merumuskan pertanyaan esensial untuk proyek mereka,
dilanjutkan dengan mendesain perencanaan proyek yang akan mereka lakukan.
Siswa bekerja secara berkelompok untuk membuat sebuah perencanaan
bagaimana proyek mereka dilaksanakan. Tentunya bantuan guru diperlukan untuk
menjaga agar proyek yang direncanakan rasional dan logis serta bermanfaat bagi
pembelajaran mereka.

3. Menyusun Jadwal

Walapun pembelajaran berbasis proyek memberikan keleluasaan kepada


siswa untuk berkreasi menentukan bagaimana proyek mereka dibuat dan
dilaksanakan, mereka tetap harus membuat sebuah penjadwalan yang menjaga
agar proyek dapat terselesaikan secara baik dengan menggunakan waktu yang
efektif. Di sinilah kemampuan berpikir siswa juga dilatih untuk kritis dan pandai
memperkirakan hal-hal apa yang perlu mereka lakukan untuk persiapan,
pembuatan, hingga proyek mereka dapat terselesaikan tanpa harus molor dari
batas waktu yang ditetapkan oleh guru.

4. Memonitor Kemajuan proyek

Langkah keempat ini tidak hanya dilihat daria aspek guru saja, tetapi
jugaharus dilihat dari aspek siswa. Guru dan siswa (kelompok siswa) harus
memonitor kemajuan proyek yang mereka buat. Apakah sudah berjalan sesuai
perencanaan mereka atau belum? Apa hambatan yang ditemui? Lalu apa saja
upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya? Kemajuan proyek perlu tersus
dipantau oleh guru yang mungkin dapat memberikan bantuan tambahan jika
memang diperlukan. Selain itu siswa juga harus belajar bekerja sesuai rencana
jadwal yang mereka buat, apakah semuanya sudah berjalan dengan baik.

5. Menguji Proses dan Hasil Belajar

Guru, dalam pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek harus


menguji (mengevaluasi) proses dan hasil belajar selama siswa melaksanakan
proyek dan di akhir proyek. Keduanya sangat penting, agar nantinya guru dapat
memberikan umpan balik, penguatan, bantuan, fasilitasi, dan sejenisnya.
Kemudian guru juga tetap harus mengevaluasi bagaimana perolehan hasil belajar
siswa, baik dari aspek sikap, keterampilan, maupun pengetahuan.

6. Melakukan Evaluasi Pengalaman Membuat Proyek atau Melaksanakan Proyek

Guru dapat membantu siswa untuk melakukan refleksi diri dalam tujuan
membuat siswa terbiasa untuk selalu mengevaluasi pembelajaran proyek mereka.
Di akhir pembelajaran, selain guru melakukan penilaian (pengujian proses dan
hasil belajar) baik dari aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan, guru juga
memfasilitasi siswa untuk berpikir dan mengingat kembali hal-hal terbaim apa
yang telah dapat mereka buat selama mengerjakan suatu proyek, lalu hal-hal apa
yang masih perlu diperbaiki, sehingga proyek mendatang yang akan dilaksanakan
oleh mereka akan dapat berjalan dengan lebih lancar dan berhasil.

 Manfaat Strategi pembelajaran Project Based Learning

Manfaat dari model pembelajaran Project Based Learning, terutama bagi


guru (Maryani dan Fatmawati, 2015), yaitu:

1. Model pembelajaran ini, akan mendorong guru untuk mengembangkan


motivasi belajar pada diri siswa.
2. Mendorong guru untuk membatu siswa dalam meningkatkan kemampuan
penyelesaian masalah atau problem solving.
3. Guru dapat mendorong siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir
pada tingkat tinggi atau dinamakan dengan higher order thinking.

Manfaat yang diperoleh bagi siswa dalam penerapan model pembelajaran


PjBL, yaitu siswa dapat membuat sebuah keputusan untuk memilih topik tertentu
yang sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, siswa dapat melakukan penelitian
secara nyata, dan mampu menyelesaikan sebuah proyek yang diberikan oleh guru
(Maryani dan Fatmwati, 2015).

Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh oleh guru dan siswa, ketika
model pembelajaran ini diterapkan. Guru mulai belajar untuk menggunakan
model pembelajaran ini, yang nantinya akan berguna bagi masa depan siswa.

 Keunggulan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Project Based Learning

a. Keuntungan pembelajaran berbasis proyek

1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong


kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka
perlu untuk dihargai.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks.
4. Meningkatkan kolaborasi.
5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
6. Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
9. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

b. Kelemahan pembelajaran berbasis proyek

1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.


2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

 Contoh Dalam Materi PAI dan Langkah-langkahnya Penggunaan Strategi


Project Based Learning

Contohnya pada pembelajaran fiqih , ketika guru menggunakan metode


ceramah dan memberi catatan dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini
menyebabkan siswa menjadi cepat jenuh dan kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran.Jika tidak dilakukan perubahan dalam proses pembelajaran, maka
sikap siswa tetap pasif,level berpikirnya pun hanya pada tahap mengingat, hafalan
dan jika diberi soal berpikirdan konseptual mereka tidak mampu
menyelesaikannya. Akhirnya nilai yang dicapairendah.

Oleh sebab itu, untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih


efektif,maka di terapkanlah strategi ini untuk meningkatkan interaksi yang terjadi
pada siswa, meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa, maka perlu ada model pembelajaran yang tepat di dalam
proses pembelajaran.

Upaya yang akan ditempuh untuk meningkatkan kemampuan berpikir


kreatifsiswa dalam mata pelajaran fiqih terutama pada materi tentang sholat yaitu
dengan menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek (Project
BasedLearning). Siswa di minta untuk mengingat dan mengamati pengalaman
mereka dalam hal sholat.Dalam pembelajaran dengan strategi ini siswa akan
bekerjasama dengan guru bidang studi, belajar dalam kelompok. Ketika siswa
belajar dalam kelompok, siswa akan menemukan syarat sah sholat, rukun rukun
sholat, hal hal yang boleh dilakukan ketika sholat dan hal hal yang tidak boleh
dilakukan ketika sholat.Lalu menyampaikan apa yang di ketahuinya tersebut.

Model pembelajaran proyek (projectbased learning)dapat menjadi sebuah


model alternatif dalam semua mata pelajaran dan memberikan nuansa baru dalam
pembelajaran yang cenderung konvensional.Pembelajaran berbasis proyek
memfokuskan pada pertanyaan atau masalah yang mendorong menjalani konsep-
konsep dan prinsip-prinsip. Pembelajaran berbasis proyek juga melibatkan siswa
dalam investigasi konstruktif. Investigasi ini dapat berupa desain,pengambilan
keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, penemuan atau
prosespembangunan model. Dalam Pembelajaran berbasis proyek, aktivitas
tersebut harusmeliputi transformasi dan konstruksi pengetahuan pada pihak siswa.
Pembelajaran ini mendorong siswa mendapatkan pengalaman belajar sampai pada
tingkat yang signifikan.Pembelajaran berbasis pada proyek lebih mengutamakan
otonomi, pilihan, waktu kerjayang tidak bersifat rumit, dan tanggung jawab siswa.
Sasaran bagi pembelajaran berbasisproyek adalah produk yang dihasilkan.

5.

 Pengertian Strategi Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Kamdi (2007: 77), “Problem Based Learning (PBL) merupakan


model kurikulum yang berhubugan dengan masalah dunia nyata siswa. Masalah
yang diseleksi mempunyai dua karakteristik penting, pertama masalah harus
autentik yang berhubungan dengan kontek sosial siswa, kedua masalah harus
berakar pada materi subjek dari kurikulum”. Terdapat tiga ciri utama dari model
Problem Based Learning (PBL).

Pertama, problem based learning merupakan rangkaian aktivitas


pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL ada sejumlah kegiatan yang harus
dilakukan siswa, siswa tidak hanya mendengar, mencatat, kemudian menghafal
materi pelajaran, tetapi melalui model problem based learning (PBL) siswa
menjadi aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
membuat kesimpulan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah. Problem based learning ini menempatkan masalah
sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya tanpa masalah pembelajaran
tidak akan mungkin bisa berlangsung. Ketiga, pemecahan masalah menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah.

Menurut Nurhadi (2004: 65) “Problem based learning adalah kegiatan


interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan antara dua arah
belajar dan lingkungan”. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa
bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan
itu secara efektif sehingga yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta
dicari pemecahannya dengan baik. PBL merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah konstektual sehingga merangsang siswa
untuk belajar. PBL merupakan suatu model pembelajaran yang menantang siswa
untuk belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa
ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.

Berdasarkan uraian mengenai PBL di atas, dapat disimpulkan bahwa PBL


merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata
(real world) untuk memulai pembelajran. Masalah diberikan kepada siswa,
sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah
yang harus dipecahkan. Dengan demikian untuk memeahkan masalah tersebut
siswa akan mengetahui bahwa mereka membutuhkan pengetahuan baru yang
harus dipelajari untuk memecahkan masalah yang diberikan.

 Langkah-langkah model pembelajaran problem based learning

Agar penerapan model pembelajaran problem based learning bisa berjalan


dengan lancar maka paling tidak guru harus faham terlebih dahulu tentang
langkah-langkah model pembelajarannya. Adapun ulasannya adalah sebagai
berikut:

1. Orientasi siswa terhadap masalah

Model pembelajaran problem based learning diawali dengan yang


namanya tahap orientasi atau pengenalan. Didalamnya mencakup:

- Pencapaian akan tujuan yang hendak guru capai


- Pernjelasan akan logistik yang diperlukan
- Pemberian suatu masalah kepada siswa
- Pemberian motivasi agar siswa terlibat langsung dan berperan aktif

2. Mengorganisir peserta didik untuk belajar

Pada tahap ini guru dapat melakukan peranannya untuk membantu peserta
didik dalam mengorganisir tugas belajar yang terkait dengan permasalahan yang
diberikan.

2. Membimbing penyelidikan
Dalam hal ini guru melakukan sebuah bentuk usaha untuk mendorong
siswa mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melakukan eksperimen serta
memecahkan permasalahan yang sudah diberikan.
3. Menyajikan dan mengembangkan hasil karya

Guru memberikan bantuan kepada para peserta didik dalam hal


perencanaan dan penyajian karya misalkan laporan dan lain sebagainya. Selain itu
guru pun ikut membantu para siswa untuk berbagi tugas dalam kegiatan
berkelompoknya.

4. Mengevaluasi serta menganalisa proses pemecahan masalah


Guru melakukan sebuah usaha untuk membantu para siswa dalam
melakukan evaluasi terhadap proses yang telah dilakukan selama kegiatan
pemecahan masalah.

 Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah

Adapun manfaat dari Pembelajaran Berbasis-Masalah diantaranya sebagai berikut:

1. Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based-Learning) akan


terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu
masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya. Artinya belajar
tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin
bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi
dimana konsep diterapkan.
2. Dalam situasi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based-Learning),
siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan
dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang
mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis, sehingga
masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori akan mereka
temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based-Learning) dapat
meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa,
motivasi internal untuk belajar dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam belajar kelompok

 Kelebihanan dan Kelemahan Model Problem Based Learning

Kemendikbud dalam Maryani dan Fatmawati (2015) menyatakan bahwa


terdapat beberapa keunggulan dalam penerapan model pembelajaran PBL.
Keunggulan tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan dalam


memecahkan masalah.
2. Model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kolaborasi diantara siswa.
3. Model pembelajaran PBL dapat meningkatkan keterampilan siswa untuk
melakukan pengelolaan terhadap sumber belajar yang diperoleh.
4. Model pembelajaran ini dapat memberikan suatu pengalaman pada siswa
untuk mengorganisasikan suatu proyek.
5. Model pembelajaran PBL mampu mendorong siswa untuk meningkatkan
atau mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
6. Model pembelajarna ini mampu membuat siswa lebih aktif dan berhasil
dalam memecahkan masalah – masalah yang bersifat kompleks.
7. Model pembelajaran PBL mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
Selain itu, mampu mendorong kemampuan siswa untuk melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan yang bersifat penting dan mereka merasa perlu
untuk dihargai.
8. Model pembelajaran ini mendorong siswa untuk berpikir, bukan hanya
mengerti tentang pembelajaran yang diberikan guru, melalui buku teks
(Wulandari dan Surjono, 2013).
9. Model pembelajaran ini mendorong siswa untuk menciptakan lingkungan
belajar yang menyenangkan (Wulandari dan Surjono, 2013).
Model pembelajaran PBL memiliki tujuh keunggulan yang patut untuk
dipertimbangkan guru, ketika akan menerapkan model ini. Mempelajari
keunggulan tanpa kelemahan, pasti akan menjadikan kita bertanya – tanya tentang
apa saja kelemahan dari model pembejalaran ini. Kelemahan dari model
pembelajaran PBL (Triani, 2015), yaitu

1. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah yang sedang


dibicarakan yaitu lama.
2. Berbagai peralatan harus disediakan untuk melaksanakan model
pembelajaran ini, sebab model pembelajaran PBL dilakukan melalui
sebuah penelitian secara sistematis.
3. Ditinjau dari siswa, terdapat kemungkinan tentang adanya siswa yang
kurang aktif dalam kegiatan bekerja secara berkelompok.
4. Sikap enggan siswa, ketika mengalami kegagalan dalam penelitian,
sehingga mengurangi rasa percaya dirinya dan minatnya untuk mencoba
kembali.

 Contoh Dalam Materi PAI dan Langkah-langkahnya Penggunaan Strategi


Problem Based Learning

Penerapan PBL dalam pembelajaran PAI dilakukan dengan langkah-


langkah sebagai berikut:

Guru memulaipembelajaran PAI dengan mengenalkan masalah kepada


siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang akan
dipelajari, yaitu:

1) Apa nama perjalanan Nabi Muhammadsaw. dari masjidil


haram ke langit tujuh? Ada siswa yang menjawab “hijrah”, ada
yang menjawab “jihad”, ada yang menjawab “Isra”, dan ada
siswa yang menjawab “Isra Mi’raj”.
2) Kapan terjadinya Isra Mi’raj? Ada yang menjawab “12
Rabiulawal”, ada yang menjawab “17 Rajab”, ada yang
menjawab “27 Rajab”, ada yang menjawab “25 Rajab”, dan ada
yang menjawab “17 Ramadhan”.

Semua jawaban siswa diterima,jadi guru belum


memberitahukan mana jawaban yang benar dan mana jawaban
yang salah. Hal itu sesuai dengan pandangan Rusman, bahwa
denganpembelajaran berbasis 11Ibid., hlm.12.masalah (Problem
Based Learning),siswa diharapkan memiliki pemahaman yang
utuh dari sebuah materi yang diformulasikan dalam masalah,
penguasaan sikap positif, dan keterampilan secara bertahap dan
berkesinambungan. Siswa dalam memahami suatu konsep,
prinsip, dan keteram-pilan dilakukan melalui situasi atau
masalah yang disajikan di awal pembelajaran.

a. Guru membagi siswa menjadi empat kelompok dengan cara guru


menyuruh siswa untuk berhitung satu sampai empat diulangi terus sampai
semua siswa mendapat kelompok semuanya. Hal itu sesuai dengan
pandangan Savoie dan Hughes, yang menyatakan bahwa strategi belajar
berbasis masalah memiliki beberapa karakteristik salah satunya adalah
menggunakan kelompok kecil.
b. Guru mendorong dan memerintahkan setiap kelom-pok untuk
berdiskusi untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan Isra
Mi’raj. Setelah siswa mengumpulkan cukup data, guru mengecek data
yang diperoleh setiap siswa. Hal itu sesuai dengan pandangan Rusman,
bahwa guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperi-men untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
c. Guru mengarahkan siswa tentang bagaimana membuat laporan
dengan memberikan urut-urutan isi laporan. Kemudian guru meminta
setiap kelompok untuk mempresen-tasikan hasil karyanya di depan kelas.
Hal itu sesuai dengan pandangan Rusman, bahwa guru membantu siswa
dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
d. Guru mengklarifikasi jawaban siswa dalam presentasi, apakah
jawaban tersebut sudah betul atau belum. Selain itu guru memberikan
evaluasi dari hasil kerja sama setiap kelom-pok dalam diskusi ataupun
presentasi. Hal itu sesuai dengan pandangan Rusman, bahwa guru
membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan dan
proses yang mereka gunakan. Berdasarkan data di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa penerapan PBL dalam pembelajaran PAI di SDII Al
Abidin sudah sesuai dengan tahap-tahap penerapan PBL dalam teori.

6.

Hal-hal yg harus di pertimbangakan dalam memilih strategi pembelajaran yang


efektif

1. Tujuan Pembelajaran

Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru


dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi
pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai
pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran
tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran.
Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan
yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses
pembelajaran tertentu. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi
yang harus digunakan guru.

Misalnya, seorang guru Olahraga dan Kesehatan menetapkan tujuan


pembelajaran agar siswa dapat mendemontrasikan cara menendang bola
dengan baik dan benar. Dalam hal ini metode yang dapat membantu siswa-
siswa mencapai tujuan adalah metode ceramah, guru memberi instruksi,
petunjuk, aba-aba dan dilaksanakan di lapangan, kemudian metode
demonstrasi, siswa-siswa mendemonstrasikan cara menendang bola dengan
baik dan benar, selanjutnya dapat digunakan metode pembagian tugas, siswa-
siswa kita tugasi, bagaimana menjadi keeper, kapten, gelandang, dan apa tugas
mereka, dan bagaimana mereka dapat bekerjasama dan menendang bola.
Dalam contoh ini, terdapat kemampuan siswa pada tingkat kognitif dan
psikomotorik.
Demikian juga diaplikasikan kemampuan Afektif, tentang bagaimana
kemampuan mereka dalam bekerjasama dalam bermain bola dari metode
pemberian tugas yang diberikan guru kepada setiap individu. Dalam silabus
telah dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil yang diperoleh siswa
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Terdapat empat komponen
pokok dalam merumuskan indikator hasil belajar yaitu: a. Penentuan subyek
belajar untuk menunjukkan sasaran relajar. b. Kemampuan atau kompetensi
yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan melalui peformnce siswa. c.
Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan performance-nya
d. Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar. Berdasarkan indikator dalam
penentuan tujuan pembelajaran maka dapat dirumuskan tujuan pembelajaran
mengandung unsur; Audience (peserta didik), Behavior (perilaku yang harus
dimiliki), Condition (kondisi dan situasi) dan Degree (kualitas dan kuantítas
hasil belajar).

2. Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa

Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai


dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat
mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya terbatas pada
aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau
aktivitas mental.

Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi


pengajaran kepada siswa, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah
untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Sewaktu memberi materi
pengajaran kelak guru tidak kecewa dengan hasil yang dicapai siswa, untuk
mendapat pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan pretes tertulis, tanya
jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru
dapat menyusun strategi memilih metode pembelajaran yang tepat pada siswa-
siswa.

Apa metode yang akan kita pergunakan,Sangat tergantung juga pada


pengetahuan awal siswa, guru telah mengidentifikasi pengetahuan awal.
Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan kita ajarkan,
jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau memiliki
pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat dipergunakan
metode yang bersifat belajar mandiri, hanya metode yang dapat diterapkan
ceramah, demonstrasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran,
pratikum, bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika siswa telah memahami
prinsip, konsep, dan fakta maka guru dapat mempergunakan metode diskusi,
studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden, sifat metode ini lebih banyak
analisis, dan memecah masalah.

3. Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan

Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa.


47 Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi
juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Karena itu
strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian
secara terintegritas. Pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah
menengah, program studi diatur dalam tiga kelompok.

Pertama, program pendidikan umum.


Kedua, program pendidikan akademik.

Ketiga, Program Pendidikan Agama, PKn, Penjas dan Kesenian


dikelompokkan ke dalam program pendidikan umum.

Program pendidikan akademik bidang studinya berkaitan dengan


keterampilan. Karena itu metode yang digunakan lebih berorientasi pada
masing-masing ranah (kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang terdapat
dalam pokok bahasan. Umpamanya ranah psikomotorik lebih dominant dalam
pokok bahasan tersebut, maka metode demonstrasi yang dibutuhkan, siswa
berkesempatan mendemostrasikan materi secara bergiliran di dalam kelas atau
di lapangan. Dengan demikian metode yang kita pergunakan tidak terlepas
dari bentuk dan muatan materi dalam pokok bahasan yang disampaikan
kepada siswa. Dalam pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip
yang harus diketahui di antaranya:

a. Interaktif Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik


antara guru dan siswa, siswa dengan siswa atau antara siswa dengan
lingkungannya. Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan
siswa akan berkembang baikmental maupun intelektual.

b. Inspiratif Proses pembelajaran merupakan proses yang inspiratif,


yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu.
Biarkan siswa berbuatdan berpikir sesuai dengan inspirasinya sndiri, sebab
pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh
setiap subjek belajar.

c. Menyenangkan Proses pembelajaran merupakan proses yang


menyenangkan. Proses pembelajaran menyenangkan dapat dilakukan
dengan menata ruangan yang apik dan menarik dan pengelolaan
pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola
dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar yang relevan.

d. Menantang Proses pembelajaran merupakan proses yang


menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni
merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan itu dapat
ditumbuhkan dengan cara mengembangkanrasa ingin tahu siswa melalui
kegiatan mencobaoba, berpikir intuitif atau bereksplorasi.

e. Motivasi Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk


membelajarkan siswa. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang
memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Seorang
guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar
bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya
sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh
keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.

4. Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang

Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran satu jam


pelajaran 45 menit, maka metode yang dipergunakan telah dirancang
sebelumnya, termasuk di dalamnya perangkat penunjang pembelajaran,
perangkat pembelajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-
ulang, seperti transparan, chart, video pembelajaran, film, dan sebagainya.
Metode pembelajaran disesuaikan dengan materi, seperti Bidang Studi
Biologi, metode yang akan diterapkan adalah metode praktikum, bukan berarti
metode lain tidak kita pergunakan, metode ceramah sangat perlu yang
waktunya dialokasi sekian menit untuk memberi petunjuk, aba-aba, dan
arahan. Kemudian memungkinkan mempergunakan metode diskusi, karena
dari hasil praktikum siswa memerlukan diskusi kelompok untuk memecah
masalah/problem yang mereka hadapi.

5. Jumlah Siswa Idealnya

Metode yang kita terapkan di dalam kelas perlu mempertimbangkan


jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar proses belajar mengajar
efektif, ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama pengelolaan kelas dan
penyampaian materi.

49 Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran akan


tercapai apabila mengurangi besarnya kelas, sebaliknya pengelola pendidikan
mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung tingginya biaya
pendidikan dan latihan. Kedua pendapat ini bertentangan, manakala kita
dihadapkan pada mutu, maka kita membutuhkan biaya yang sangat besar, bila
pendidikan mempertimbangkan biaya sering mutu pendidikan terabaikan,
apalagi saat ini kondisi masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi yang
berkepanjangan.

Pada sekolah dasar umumnya mereka menerima siswa maksimal 40


orang, dan sekolah lanjutan maksimal 30 orang. Kebanyakan ahli pendidikan
berpendapat idealnya satu kelas pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan 24
orang Ukuran kelas besar dan jumlah siswa yang banyak, metode ceramah
lebih efektif, akan tetapi yang perlu kita ingat metode ceramah memiliki
banyak kelemahan dibandingkan metode lainnya, terutama dalam pengukuran
keberhasilan siswa. Disamping metode ceramah guru dapat melaksanakan
tanya jawab, dan diskusi. Kelas yang kecil dapat diterapkan metode tutorial
karena pemberian umpan balik dapat cepat dilakukan, dan perhatian terhadap
kebutuhan individual lebih dapat dipenuhi.

6. Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar Guru

Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman, pribahasa


mengatakan ”Pengalaman adalah guru yang baik”, hal ini diakui di lembaga
pendidikan, kriteria guru berpengalaman, dia telah mengajar selama lebih
kurang 10 tahun, maka sekarang bagi calon kepala sekolah boleh mengajukan
permohonan menjadi kepala sekolah bila telah mengajar minimal 5 tahun.
Dengan demikian guru harus memahami seluk-beluk persekolahan. Strata
pendidikan bukan menjadi jaminan utama dalam keberhasilan belajar akan
tetapi pengalaman yang menentukan, umpamanya guru peka terhadap
masalah, memecahkan masalah, memilih metode yang tepat, merumuskan
tujuan instruksional, memotivasi siswa, mengelola siswa, mendapat umpan
balik dalam proses belajar mengajar.

Jabatan guru adalah jabatan profesi, membutuhkan pengalaman yang


panjang sehingga kelak menjadi profesional, akan tetapi profesional guru
belum terakui seperti profesional lainnya terutama dalam upah 50 (payment),
pengakuan (recognize). Sementara guru diminta memiliki pengetahuan
menambah pengetahuan (knowledge esspecialy dan skill) pelayanan (service)
tanggung jawab (responsbility)dan persatuan (unity) (Glend Langford, 1978).

Disamping berpengalaman, guru harus berwibawa. Kewibawaan


merupakan syarat mutlak yang bersifat abstrak bagi guru karena guru harus
berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang akademik dan
sosial, guru merupakan sosok tokoh yang disegani bukan ditakuti oleh
anakanak didiknya. Kewibawaan ada pada orang dewasa, ia tumbuh
berkembang mengikuti kedewasaan, ia perlu dijaga dan dirawat, kewibawaan
mudah luntur oleh perbuatan-perbuatan yang tercela pada diri sendiri masing-
masing. Jabatan guru adalah jabatan profesi terhomat, tempat orang-orang
bertanya, berkonsultasi, meminta pendapat, menjadi suri tauladan dan
sebagainya, ia mengayomi semua lapisan masyarakat.

7.

Persoalan guru dalam pembelajaran PAI

Terdapat siswa yang belum bisa membaca tulisan Arab, faktor waktu, tidak
adanya buku penunjang (LKS), faktor media sosial, kurangnya prasarana.

Cara mengatasi problematika pembelajaran tersebutdengan cara Solusi yang


dilakukan guru adalahmemberikan kegiatan ekstrakurikuler BTA,memberikan
tugas-tugas khusus untuk membaca tulisan Arab, mengoptimalkan waktu yang
tersedia, membebaskan siswa untuk mengkopi LKS yang sudah memdapat
persejutuan dari penerbit,menyita hp saat pembelajaran berlangsung,
memanfaatkan masjidsebagai prasarana pembelajaran.

Faktor-faktor persoalan dalam salah satu persoalan PAI

a) Faktor peserta didik : usia yang belum matang untuk dimasukkan ke


sekolah dasar, daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda, faktor
kemauan dari anak yang kurang, belum bisa baca tulis Al-Qur’an atau kurang
lancar dalam membaca Al-Qur’an, bahkan ada yang masih tahap membaca
buku Iqro’, sifat malas yang ada pada siswa, ketika dirumah sering bergaul
dengan anak-anak yang malas terutama malas dalam menghafal Al-Qur’an.
b) Faktor kurangnya jumlah tenaga pendidik,
c) Faktor Eksternal (orang tua dan lingkungan rumah).

Solusi dari kendala dan problem yang diberikan oleh penulis adalah:

a) Faktor peserta didik:

1. Melakukan seleksi penerimaan siswa baru


2. Menambah tenaga pendidik untuk memberikan bimbingan ke siswayang
membutuhkan,
3. Dirumah orang tua juga harus memotivasi anak,
4. Guru membimbing bacaan siswa sebelum menghafal dengan memperhatikan
tajwid dan makhroj hurufnya dan siswa hendaknya sering membaca Al Qur’an,
5. Guru dan orang tua menumbuhkan cinta anak terhadap Al Qur’an dengan
memberikan tauladan yang baik,
6. Siswa dapat bergabung dengan kelompok penghafal Al Qur’an supaya saling
membantu dan memberi motivasi.

Anda mungkin juga menyukai