Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Tuberculosis
Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan Tuberculosis
TUBERCULOSIS (TBC)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala Puji hanya bagi Allah yang telah memberikan rahmat serta
petunjuknya-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal “Laporan Kegiatan Promosi
Kesehatan” ini. Proposal Laporan kegiatan ini disusun dengan maksud untuk mempermudah para
pembaca khususnya para mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan proposal ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Komunitas yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga proposal ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari bahwa proses penyusunan proposal laporan kegiatan ini tidaklah mudah
sehingga memungkinkan adanya banyak kekurangan dan kesalahan dalam teknik penulisan, tata
bahasa maupun isinya. Oleh karena itu, kami sangat harapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, guna penyempurnaan proposal yang selanjutnya.
Semoga proposal laporan kegiatan promosi kesehatan ini dapat bermanfaat. Akhir kata,
kami sampaikan terima kasih.
(Kelompok 3)
LAPORAN KEGIATAN
PROMOSI KESEHATAN TUBERCULOSIS
(TBC)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... .... 1
1. LATAR BELAKANG ................................................................................... 1
2. TUJUAN ........................................................................................................ 3
3. MANFAAT .................................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat menurut WHO merupakan suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, sosial dan
spiritual serta tidak hanya bebas dari penyakit ataupun kelemahan. Kesehatan merupakan
kebutuhan dasar setiap manusia. Hal ini sangat penting dalam membantu kita untuk melakukan
aktivitas kehidupan serta rutinitas kita sehari-hari. Bila keadaan kita tidak baik (sakit) maka itu
akan mempengaruhi produktifitas kita juga. Melihat pentingnya hidup sehat tersebut, maka
sudah semestinya kita menjaga perilaku kita dan sadar akan pentingnya hidup sehat agar
terhindar dari serangan penyakit. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang
belum sadar akan pentingnya hidup sehat tersebut, sehingga mereka kurang memperhatikan
masalah kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal mereka dan mengakibatkan rentannya
terserang oleh suatu penyakit, baik yang sifatnya tidak menular bahkan sampai penyakit menular
seperti TBC, dan lain-lain.
Di Indonesia, masalah kesehatan masih menjadi masalah yang serius dan sulit
dihindarkan oleh karena kurangnya kesadaran diri dari penduduknya. Salah satu masalah
kesehatan yang saat ini marak dibicarakan di semua kalangan bahkan di seluruh penjuru dunia
adalah masalah penyakit menular yang merupakan ancaman bagi kehidupan. Salah satunya
adalah penyakit Tuberculosis (TBC). Penyakit Tuberculosis (TBC) merupakan penyebab
kematian terbanyak dibanding dengan penyakit infeksi lain. Di Indonesia TBC merupakan
penyebab kematian peringkat ketiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit pernafasan
serta menjadi peringkat pertama dari golongan penyakit infeksi. Setiap tahunnya, WHO
memperkirakan terjadi 583.000 kasus TBC baru di Indonesia dan kematian karena TBC sekitar
140.000 orang (Depkes, 2008). TBC adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah penderita TBC BTA (Basil Tahan
Asam) positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet. Orang dapat terinfeksi kalau droplet terhirup ke dalam saluran pernafasan
(Depkes, 2008).
Adanya fenomena insidensi dan prevalensi kasus TBC di seluruh dunia, yang dikenal
sebagai fenomena TBC global, telah mendorong Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mendeklarasikanglobal health emergency pada bulan maret 1993, untuk menyadarkan dunia
bahwa kita sedang menghadapi ancaman serius penyakit TBC. Pada bulan September 2000,
diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
yang di ikuti oleh 189 negara anggota. Konferensi itu menyepakati untuk mengadopsi tujuan
Pembangunan Milenium atau Milenium Development Goals (MDGs). MDGs memiliki 8 tujuan
yang ingin dicapai sampai dengan tahun 2015, salah satunya adalah memerangi HIV/AIDS,
malaria dan penyakit menular lain seperti TBC dan lain-lain.
Dengan adanya MDGs ini, diharapkan dapat membantu mengurangi masalah yang ada
khususnya mengenai insidensi dan prevalensi penyakit TBC, seperti yang telah tercantum dalam
tujuan dari pembangunan MDGs itu sendiri. Jelaslah bagi kita bahwa penurunan insidensi dan
prevalensi penyakit TBC menjadi salah satu tujuan MDGs yang mesti kita perjuangkan bersama-
sama, karena tercapainya satu tujuan akan mendekatkan pada pencapaian tujuan yang lainnya.
Sebagai tenaga kesehatan, tentunya kita juga memiliki tanggung jawab sendiri untuk mencapai
tujuan MDGs tersebut khususnya dalam kasus pencegahan insidensi penyakit TBC. Oleh karena
itu, menyadarkan masyarakat akan pentingnya hidup sehat merupakan pokok utama yang harus
dilakukan sebagai upaya pencegahan dini terhadap penularan penyakit TBC ini.
Berdasarkan hal tersebut di atas, kami mahasiswa STIKES YARSI Mataram berinisiatif
untuk mengadakan Penyuluhan Kesehatan tentang Penyakit TBC yang bertujuan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat khususnya keluarga-keluarga pengidap TBC tentang
cara penularan serta pencegahan penyakit tersebut. Selain itu, setelah melakukan penyuluhan
kesehatan ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC
dan pencegahannya sehingga masyarakat sadar dan dapat mengubah paradigma tentang
pentingnya pola hidup sehat, khususnya dalam mencegah terjadinya penularan penyakit TBC
secara luas yang pada akhirnya dapat menurunkan insidensi dan prevalensi kasus TBC di NTB
khususnya dan dunia pada umumnya.
B. Tujuan
1. Jangka Panjang
Membantu menurunkan terjadinya penularan TBC, sehingga dapat menurunkan insidensi
dan prevalensi kasus TBC.
2. Jangka Pendek
Untuk memberikan pengetahuan tentang TB Paru dan pencegahan pada keluarga-
keluarga dengan TB Paru.
C. Manfaat
1. Manfaat Umum
Mahasiswa memahami makna promosi kesehatan beserta beserta perkembangannya.
2. Manfaat khusus
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencegahan dan pencarian
pengobatan TBC.
b. Meningkatkan aksi nyata berbagai komponen masyarakat dalam pengendalian TBC.
c. Meningkatkan penyebarluasan informasi tentang TB secara terkoor-dinasi dan
berkesinambungan
BAB II
METODE PELAKSANAAN
A. Metode Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan dengan metode dua arah yaitu penyampaian teori dan
pembagian leafletTBC yang diikuti kegiatan tanya jawab. Penyampaian materi akan dilakukan
oleh mahasiswa stikes yarsi mataram dan didampingi oleh dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Komunitas STIKES YARSI Mataram. Dengan memberikan materi yang mudah di
mengerti dan menggunakan bahasa yang mudah dicerna oleh sasaran. Kami menggunakan
motode pendekatan dengan sasaran agar lebih dapat mengetahui masalah apa yang ada pada
sasaran dan sasaran lebih nyaman pada saat kami memberikan penyuluhan. Leaflet TBC yang
kami buat dengan kata-kata yang mudah dimengerti dan mudah dibaca oleh sasaran dan kamipun
menyertai gambar agar sasaran lebih dapaat memahami tentang TBC tersebut.
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Metode Pelaksanaan
Strategi yang digunakan dalam penyampaian penyuluhan ini berupa
1. Ceramah, dan
2. Tanya Jawab
3.
F. Rencana Proses Pelaksanaan
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 2 Menit Pembukaan :
Memberi Salam Menjawab Salam
Menjelaskan tujuan Mendengarkan dan
Pembelajaran Memperhatikan
Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akandisampaikan
2 10 Menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi Menyimak dan
penyuluhan secara berurutan memperhatikan
dan teratur
Materi :
1. Pengertian TBC Menyimak dan
2. Gejala – gejala TBC memperhatikan
3. Proses penularan TBC
4. Pencegahan TBC
5. Pengobatan TBC
3 6 Menit Evaluasi :
Meminta sasaran menjelaskan Bertanya dan
atau menyebutkan kembali : menjawab pertanyaan
1. Pengertian TBC
2. Gejala – gejala TBC
3. Cara pencegahan TBC
Memberikan pujian atas
keberhasilan sasaran menjawab
pertanyaan
4 2 Menit Penutup :
Mengucapkan terimakasih dan Menjawab salam
mengucapkan salam
G. Media Penyuluhan
Media Penyuluhan yang digunakan:
1. Materi SAP
2. Leaflet
H. Metode Evaluasi
1. Metode Evaluasi : Tanya jawab
2. Jenis Evaluasi : Lisan dan Tulisan
I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat digunakan dalam
penyuluhan yaitu :
Materi SAP
Leaflet
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk Madding dan leaflet dengan ringkas, menarik, lengkap mudah di
mengerti oleh peserta penyuluhan.
c. Persiapan Peserta
Penyuluhan mengenai TBC diberikan kepada seluruh keluarga Tn. “A” yang telah
diinformasikan sebelum dilaksanakan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan memahami materi
penyuluhan yang diberikan.
b. Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
c. Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan sasaran.
d. Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
a. Masyarakat mampu menjelaskan dan memahami pengertian TBC.
b. Masyarakat mahami dan mengetahui bagaimana gejala – gejala yang ditimbulkan dari penyakit
TBC
c. Masyarakat mengetahui dan memahami bagaimana proses penularan TBC.
d. Masyarakat mengetahui dan memahami cara pencegahan penyakit TBC
e. Masyarakat mengetahui pengobatan yang tepat dan benar terhadap penyakit TBC.
C. Materi
1. Pengertian TBC
2. Proses penularan TBC
3. Gejala – gejala TBC
4. Cara Pencegahan TBC
5. Pengobatan TBC
A. Pengertian TBC/Tuberkulosis
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-
paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari
sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan
terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga
setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC
terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa
Tuberkulosis / TBC merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986
merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun
dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian
akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini
setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita
baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat
TBC di Indonesia.
Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .
2. Gejala khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit
dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis
(radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-
kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5
tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan
30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
b. Pencegahan Sekunder
Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC
yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan.
Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi
spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak langsung
dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan
dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga
penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif.
Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan
imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan
membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi
epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap
epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus
dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.
c. Pencegahan Tersier
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan
diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis,
rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi
pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan
penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan
perlunya rehabilitasi.
2. Pengobatan
Pengobatan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan.
Lama pengobatan 6-8 bulan, tergantung berat ringannya penyakit. Penderita harus minum obat
secara lengkap dan teratur sesuai jadwal berobat sampai dinyatakan sembuh. Dilakukan tiga kali
pemeriksaan ulang dahak untuk mengetahui perkembangan kemajuan pengobatan, yaitu pada
akhir pengobatan tahap awal, sebulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatan.
3. Mendiagnosa TBC
Harus dilakukan pemeriksaan dahak dengan miskroskop. Seseorang dipastikan menderita
TBC bila dalam dahaknya terdapat kuman TBC.
Dahak yang diambil adalah dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu:
a. Pada waktu datang pertama kali untuk periksa ke unit pelayanan kesehatan, disebut dahak
Sewaktu pertama (S).
b. Dahak diambil pada pagi hari berikutnya segera setelah bangun tidur, kemudian dibawa dan
diperiksa di unit pelayanan kesehatan, disebut dahak Pagi (P).
c. Dahak diambil di unit pelayanan kesehatan pada saat menyerahkan dahak pagi, disebut dahak
Sewaktu kedua (S).
http://www.keepkidshealthy.com/welcome/infectionsguide/tuberculosis.html
http://www.medicastore.com/tbc/%20http://update.tbcindonesia.or.id/index.php
www.tbcindonesia.or.id