Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN

A. Definisi Perencanaan

Rumusan baru tentang perencanaan yang diambil dari beberapa rumusan dapat dikatakan bahwa
Perencanaan yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik,
disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga
kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

B. Perencanaan Pembelajaran

Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk
membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai
sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan
perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “ apa yang dipelajari siswa”.

C. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran

Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut:

1.Untuk memperbaiki kualitas pembelajarn perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang
diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran

2.Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan system

Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar

3.Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan

5. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini
aka nada tujuan langsung pembelajaran dan tujuan pengiring dari pembelajaran

6. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.

7. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran

8. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
D. Prinsip – Prinsip Umum Tentang Mengajar

1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa yang telah dipelajari
merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan.

2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.

3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individu setiap siswa.

4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar.

5.Tujuan pengajaran harus diketahui siswa.

6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.

7. Dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak diketahui (konsep yang bersifat abstrak)

8. Sering menggunakan penguatan (reinforcement)

E. Tipe – Tipe Belajar

1. Belajar isyarat (signal learning)

2. Belajar stimulus (stimulus respon learning)

3. Belajar rangkaian (chaining)

4. Asosiasi verbal (verbal association)

5. Belajar diskriminasi (discrimination learning)

6. Belajar konsep (concept learning)

7. Belajar aturan (rule learning)

8. Belajar pemecahan masalah (problem solving)

BAB 2

PENDEKATAN SISTEM DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Sistem

Pengertian system adalah suatu kesatuan unsur – unsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang
memperoleh masukan menjadi keluaran.

B. Tujuan Sistem
Tujuan suatu lembaga pendidikan ialah untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada yang
membutuhkan. Tujuan instruksional ialah agar siswa belajar mengalami perubahan perilaku tertentu
sesuai dengan tingkat taksonomi yang telah dirumuskan terlebih dulu.

C. Fungsi-Fungsi Sistem

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagai fungsi yang beraktivitas.

D. Komponen-komponen sistem

Bagian suatu system yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan system disebut
komponen. Komponen yang melakukan proses transformasi disebut subsistem, karena masing – masing
bagian atau komponen itu sesungguhnyaadalah suatu system pula.

E. Interaksi atau Saling Hubungan

Semua komponen dalam system pembelajaran haruslah saling berhubungan satu sama lain.

F. Penggabungan yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan

Penggabungan yang menimbulkan keterpaduan ini berdasarkan pada hokum Gestalt yang menyatakan
bahwa suatu keseluruhan itu mempunyai nilai atau kemampuan yang lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan jumlah bagian-bagian.

G. Proses Transformasi

Proses yang mengubah masukan (input) menjadi hasil (output). Hasil yang dikeluarkan oleh suatu system
kepada sebuah atau beberapa system lainnya sebagai masukan yang akan diproses lebih lanjut, dan
berlangsung secara berkesinambungan melalui tahapan transformasi.

BAB 3

TIGA VARIABEL PEMBELAJARAN

Titik awal upaya memperbaiki kualitas pembelajaran diletakkan pada proses pembelajaran atau pada
metode pembelajarannya. Manipulasi variabel metode dalam interaksinya dengan variabel kondisi
pembelajaran akan menentukan kualitas hasil pembelajaran.

A. Metode Pembelajaran

Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

1. Strategi Pengorganisasian (organizational strategy)


2. .Strategi Penyampaian (delivery strategy)

3. Strategi Pengelolaan (management strategy)

B. Kondisi Pembelajaran

Regeluth dan Merril (1979) mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi tiga (3) kelompok,
yaitu:

1. Tujuan Pembelajaran

2. Kendala dan karakteristik bidang studi

3. Karakteristik si belajar

C. Hasil Pembelajaran

1. Keefektivan (effectiveness)

2. Efisien (efficiency)

3. Daya Tarik (appeal)

BAB 4

SEPULUH LANGKAH MENDESAIN PEMBELAJARAN MENURUT DICK AND CARREY

A.Pendahuluan

Sebagai seorang tenaga pengajar (guru), aktivitas kegiatannya tidak dapat dilepaskan dengan proses
pengajaran. Proses pengajaran merupakan suatu proses yang sistematis, yang tiap komponennya sangat
menentukan keberhasilan belajar anak didik.

Desain Pembelajaran Menurut Dick and Carrey Model pengajaran Dick and Carry (1985) dapat disajikan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran

2. Melaksanakan analisis pengajaran

3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa

4. Merumuskan tujuan performansi

5. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan


6. Mengembangkan strategi pengajaran

7. Mengembangkan dan memilih material pengajaran

8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif

9. Merevisi bahan pembelajaran

10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif

BAB 5

TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Keuntungan yang dapat diperoleh melalui penuangan tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat

Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi pelajaran yang dibahas terlalu
mendalam atau terlalu singkat.

2. Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat disajikan dalam setiap jam
pelajaran.

3. Guru dapat menetapkan urutan atau rangkaian materi pelajaran secara tepat (memudahkan siswa
mempelajari isi pelajaran)

4. Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi mengajar yang paling cocok
dan menarik

5. Guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun bahan dalam
keperluan belajar

6. Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar

7. Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar
tanpa tujuan jelas

B. Arti Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan dan
keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.

C. Taksonomi Tujuan Pembelajaran


Benyamin S. Bloom dan D. Krathwolh (1964) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan,
yakni : kognitif tingkatpengetahuan(knowledge), tingkat pemahaman (comprehension), tingkat
penerapan (application),tingkat analisis (analysis), tingkat sintesis (synthesis), tingkat evaluasi
(evaluation), afektif ( sikap dan perilaku), kemauan menerima, kemauan
menanggapi,berkeyakinan,penerapan karya, ketekunan dan ketelitian, psikomotor, persepsi, kesiapan,
mekanisme, respons terbimbing, kemahiran, adaptasi, originasi format untuk menulis tujuan
pembelajaran tujuan pembelajaran sebaiknya dinyatakan dalam bentuk ABCD format, artinya:

A = Audience (petatar, siswa, mahasiswa, dan sasaran didik lainnya)

B = Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar)

C = Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat dicapai

D = Degree (tingkat penampilan yang dapat diterima)

BAB 6

STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Sekilas tentang Strategi Pembelajaran

Paling tidak ada tiga (3) jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yaitu:

1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran

2. Strategi Penyampaian Pembelajaran

3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran

4. Strategi Pengorganisasian Pengajaran

Strategi pengorganisasian pembelajaran secara khusus merupakan fase yang amat penting dalam
rancangan pengajaran, Synthezing akan membuat topic-topik dalam suatu bidang studi menjadi lebih
bermakna bagi siswa.

BAB 7

DESAIN PESAN DAN KARAKTERISTIK SISWA DALAM PEMBELAJARAN

A. Konsep Desain dalam Teknologi Pembelajaran


Teknologi pembelajaran adalah penerapan secara sistemik dan sistematis strategi dan teknik yang
diambil dari konsep ilmu perilaku dan ilmu yang bersifat fisik serta pengetahuan lain untuk keperluan
pemecahan masalah pembelajaran.

Salah satu isu yang berkenaan dengan bidang garapan ini adalah siapakah yang menjadi sasaran layanan
teknologi pendidikan ? bagaimana model layanan yang cocok diberikan kepada sasaran ? bagaimana
karakteristik yang dilayani ? bagaimana mendesain layanan yang diberikan pada sasaran layanan?

B. Desain Pesan dalam Teknologi Pembelajaran

Dalam kawasan teknologi pendidikan terdapat lima (5) kawasan yang menjadi bidang garapan penelitian.

C. Karakteristik Siswa

Variabel ini didefinisikan sebagai aspek – aspek berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar,
kemampuan berpikir dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya.

Aliran Behaviorisme kaitannya dengan Karakteristik Siswa

Aliran perilaku stimulus dan respon (S – R) adalah suatu aliranperilaku yang menekankan antecendent
sebagai penyebab dari perilaku yang umumnya disebut metodologi aliran perilaku (Skiner, 1974). Salah
satu aspek yang berbeda dari pendekatan metodologi behavioris adalah pada permintaan untuk data –
data eksperimental (manipulative) untuk membenarkan setiap interpretasi dari perilaku adalah sebab
akibat. Observasi secara alamiah, pengalaman pribadi, penilaian harus berdasar pada bukti-bukti untuk
mendukung setiap penjelasan secara psikologis. Formula ini berarti bahwa setiap pendengar harus
membuat respons yang tepat ketika ada rangsangan (stimulus) yang tepat dan ketika terdapat suatu
kondisi yang diperlukan.

D. Analisis Tugas dan Tujuan Perilaku

Kibler dkk (1974) mencatat ada banyak dasar-dasar yang rasional untuk menggunakan tujuan perilaku.
Ini termasuk :

1. Membantu mengevaluasi kinerja pendengar

2. Mendesain dan merancang urutan-urutan dari instruksi

3. Mengkomunikasikan persyaratan dan harapan-harapan

4. Menyediakan dan mengkomunikasikan terlebih dahulu tingkat kinerja dari instruksi

Desain Saat Ini dan Model Penyampaian PSI (Personalized System of Intructional)

Ada 5 karakter PSI, yaitu :

- Menggunakan instruktur atau pengajar

- Penguasaan materi pelajaran


- Menyusun sendiri kecepatan belajarnya

- Guru sebagai motivator

- Menggunakan kata-kata tertulis

- Ketepatan Mengajar (Precision Teaching)

Suatu metode yang lebih menekankan monitoring kegiatan belajar di dalam kelas. Guru yang tepat
menjadi lebih lancer, akurat, dan cepat kinerjanya, suatu tujuan yang dapat meningkatkan kemajuan
murid.

BAB 8

PERLUNYA MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR EMOSIONAL ANAK DALAM MERANCANG PEMBELAJARAN

A. Konsep Dasar Emosional

Lawrence Shapiro (1997), kecerdasan emosional anak dapat dilihat pada (a) keuletan, (b) optimism, (c)
motivasi diri, dan (d) antusiasme. Kecerdasan emosional pengukurannya bukan didasarkan pada
kepintaran seorang anak, tetapi melalui suatu yang disebut dengan karakteristik pribadi atau “karakter”.

B. EQ Versus IQ

Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya


berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkat konseptual maupun di dunia nyata. Idealnya kedua
keterampilan tersebut dapat dikuasai oleh seseorang.

C. Anatomi Saraf Emosi

Korteks, yaitu bagian otak yang digunakan untuk berpikir. Kadang-kadang disebut neokorteks sebagai
bagian yang berbeda dari bagian otak yang mengurusi emosi yakni system limbic (hippocampus), tetapi
sesungguhnya hubungan antara kedua bagian inilah yang menentukan kecerdasan emosional seseorang.
Korteks terdiri atas empat lobus (belahan otak), dan kerusakan pada lobus tertentu akan menyebabkan
masalah tertentu pula. Adapun belahan otak tersebut adalah: Lobus Oksipitalis terletak dibagian
belakang kepala merupakan bagian otak yang mengendalikan penglihatan. Lobus Temporalis terletak
tepat dibelakang telinga dikedua sisi kepala, kerusakan bagian ini akan menyebabkan masalah pada
memeori jangka panjang.
Menjadi Orang Tua Ber – EQ Tinggi Hasil penelitian mengungkapkan bahwa hubungan yang terbuka dan
saling menyayangi dengan anak akan memberikan efek jangka panjang berupa meningkatnya citra diri,
keterampilan menguasai situasi, dan mungkin kesehatan anak.

Bagi anak – anak dibawah 9 tahun, Barkley menganjurkan agar orang tua menetapkan wkatu khususu
untuk berpartisipasi dengan anak-anaknya dalam kegiatan bermain. Selama waktu itu orang tua harus
menciptakan suasana yang tidak menuntut penilaian tetapi menarik, menggairahkan, dan menunjukkan
penerimaan.

D. Emosi dari Segi Moral

Ada dua kelompok emosi, yaitu: Emosi Negatif, sifatnya dapat memitivasi anak-anak untuk belajar dan
mempraktikan perilaku prososial, termasuk (a) takut dihukum, (b) kekhawatiran tidak diterima oleh
orang lain, (c) rasa bersalah bila gagal memenuhi harapan seseorang, (d) malu bila berbuat sesuatu yang
tidak dapat diterima orang lain.

Emosi Positif akan membentuk moral anak, adalah empati dan apa yang disebut dengan naluri
pengasuhan, yang meliputi kemampuan untuk menyayang.

E. Empati dan Kepedulian Kepada Anak

Salah satu unsure dari emosional adalah empati. Empati merupakan suatu sikap kepribadian seseorang
dimana seseorang mampu menempatkan diri dalam posisi orang lain.

F. Mengembangkan Empati dan Kepedulian

Keterampilan memahami sesuatu dengan perspektif orang lain ini memungkinkan seorang anak
mengetahui kapan bias mendekati teman yang sedih dan kapan membiarkannya sendiri.

G. Keterampilan EQ yang Harus Diingat

Hal yang perlu diingat dalam keterampilan EQ ini adalah : Ajarkan nilai kejujuran kepada anak sejak
mereka masih muda dan konsisten dengan pesan anda waktu usia mereka bertambah. Pemahaman anak
mengenai kejujuran bias berubah, tetapi pemahaman anad jangan berubah. Anda dapat menjadikan
kejujuran dan etika sebagai bahan perbincangan sejak anak masih sangat muda dengan memilihkan
buku-buku dan video untuk menikmati bersama anak, memainkan permainan kepercayaan, dan
memahami berubahnya kebutuhan anak atas privasi.

H. Emosi Moral Negatif Rasa Malu dan Rasa Bersalah

Membuat anak merasa malu atas perbuatan anti sosialnya merupakan cara yang manjur untuk
mengubah perilaku ini. Emosi negative rasa malu dan rasa bersalah dapat dimanfaatkan secara
konstruktif untuk membentuk perilaku moral anak:

- Memanfaatkan rasa malu

- Berpikir realistis
- Keuntungan optimis

- Mengubah kelakuan anak dengan mengubah pola piker mereka

- Mendefinisikan masalah sebagai “musuh”

- Membuat kerangka baru suatu masalah dan menuliskannya

I. Aplikasi Pertimbangan Faktor Emosional Anak dalam Perencanaan Pembelajaran

Masalah kepribadian sering dapat menimbulkan kelakuan yang menyimpang, lebih-lebih jika seseorang
dikategorikan tertekan perasaannya. Orang yang tertekan perasaannya akan cenderung untuk melakukan
penyimpangan, mungkin terhadap system social ataupun terhadap pola-pola kebudayaan. Ada beberapa
sifat khusus yang dapat menimbulkan kejahatan, yaitu sebagai berikut: Sakit Jiwa ( konflik mental yang
berlebihan, cenderung antisocial, pernah melakukan dosa besar/berat)

1. Perkembangan Emosional

Teori Freudianisme dan teori psikobiologi menekankan pada perlunya peran ego dalam diri setiap
individu. Jika ego lemah, emosi akan mudah terpicu sehingga dapat melakukan hal-hal yang melanggar
batas.

2.Perkembangan Mental

Mental ada kaitannya dengan daya inteligensi. Jika seseorang mempunyai daya inteligensi yang tajam
dan dapat menilai realitas, ia semakin mudah untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat, dan
sebaliknya.

3. Anomi

Masa anomi ditandai dengan ditinggalkannya keadaan yang lama dan mulai menginjak dalam keadaan
yang baru. Sebagai ukuran orang akan menjadi anomi (kebingungan) adalah (a) di kala ia berhadapan
dengan suatu kejadian atau perubqahan yang belum pernah dialaminya, dan (b) di kala ia berhadapan
dengan situasi yang baru, ketika harus menyesuaikan diri dengan cara-cara yang baru pula.

J. Aplikasi Emosi dalam Kehidupan Sehari – hari

Proses emosi dapat dijelaskan dari proses fisiologik, yaitu terjadinya perubahan dalam diri (visceral
change)akibat dipengaruhi system saraf autonomic, kelenjar endokrin, dan system saraf pusat.
Hypothalamus bekerja mengontrol system saraf autonomic, selanjutnya mengawali dan memulai
terjadinya kondisi dasar dan emosi. Cerebral Cortex bertindak sebagai penggerak perbuatan emosi yang
keadaannya tidak teratur.

Perubahan dalam reflek kulit Galvanis – GSR ( Galvanis Skin Reflex), sirkulasi ( tekanan darah, perubahan
kimiawi dan distibusinya), aktivitas “Gastrointensinal”(panas badan), respirasi/berkeringat, berdirinya
bulu kuduk, ukuran pupil matadan sebagainya.
Kondisi bangkitnya (Arousal State) emosi dan motivasi sangat mirip satu sama lainnya. Proses Cerebral
mempersepsi situasi dan menafsirkan sensasi selalu berbasis pada keadaan lingkungan.

Takut dan Marah, merupakan akibat dari proses fisiologik berbeda. Saat takut, adrenalin berada pada
aliran darah, respirasi meningkat, reflex kulit galvanis menurun dan tekanan pada otot-otot terjadi dalam
waktu singkat. Saat marah, nonadrenalin dibawa kealiran darah, meningkatnya reflex skin galvanis,
berkurangnya respirasi, tekanan otot menyeluruh dan terjadi tekanan darah yang meningkat.

BAB 9

MERANCANG EVALUASI HASIL BELAJAR

A. Pendahuluan

Aspek evaluasi sering diabaikan dalam proses kegiatan belajar mengajar.jika membuat alat evaluasi
apakah memperhatikan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

B. Pengukuran, Penilaian, dan Pengevaluasian Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar merupakan proses mulai dan menentukan objek yang diukur, mengukurnya,
mencapai hasil pengukuran, mentransformasikan ke dalam nilai, dan mengambil keputusan lulus
tidaknya seseorang, efektif tidaknya guru mengajar atau baik-buruknya interaksi antara guru dan murid
dalam proses belajar mengajar.

C. Fungsi ujian sebagai Instrumen Evaluasi

Suatu ujian dikatakan bermutu baik apabila ujian tersebut: Menguji apa yang hendak diuji. Dengan
perkataan lain, rancangan ujian harus relevan dengan fungsi evaluasi yang diinginkan. Terdiri atas
serangkaian soal ujian yang baik ( valid, relevan, spesifik, representative dan seimbang)

D. Struktur Soal Ujian

Apapun materi yang diujikan, hakikatnya didasarkan pada materi perkuliahan dan buku bacaan wajib
serta sejumlah handout yang dibagikan. Struktur soal harus representative, seimbang dan relevan
dengan sasaran belajar. Perlu dibuat kisi-kisi spesifikasi soal untuk tingkat kemampuan belajar, membuat
pembobotan soal dan transformasi angka ke nilai.

E. Kriteria Evaluasi

Penilaian tegas dimaksudkan:

- Membedakan secara jelas yang lulus dan tidak lulus

- Mengurangi daerah ketidak pastian


Ada dua acuan penilaian dalam pengambilan keputusan:

- Penilaian Acuan Patokan (Criterion Reference).

- Penilaian Acuan Norma (Norm Reference).

Beberapa Konsep yang berkaitan dengan Evaluasi.

- Validitas Instrumen

- Validitas Isi, mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan isi pelajaran yang diberikan

- Validitas Konstruksi, butir-butir soal membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir
sesuai tujuan instruksional khusus.

- Validitas “ada sekarang” , hasilnya sesuai dengan pengalaman.

- Validitas Prediksi, mampu meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

- Reliabilitas Instrumen

- Jenis Paralel, dua buah tes yang memiliki kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan, tetapi
soalnya berbeda.

- Jenis Tes Ulang, jenis ini dilakukan untuk menghindari penyusunan dua seri test

- Jenis belah dua, jenis ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan sekali lagi.

BAB 10

MERANCANG KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. Perlunya Penyiapan Rancangan Kegiatan Pembelajaran ( RKP )

Seperangkat ini perlu disiapkan dengan tujuan pembelajaran yang jelas dan dapat dilaksanakan sesuai
kondisi setempat, secara konkrit dapat diukur sampai seberapa jauh tujuan yang ditentukan tercapai.

B. Bagaimana Menyusun Rancangan Kegiatan Pembelajaran

- Menuliskan pokok bahasan dan sub pokok bahasan

- Merumuskan TIU untuk tiap pokok bahasan

- Menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan dalam skema hubungan

- Menentukan frekuensi kuliah untuk setiap pokok bhasan

- Merumuskan sasaran belajar


- Membuat matriks rencana kegiatan perkuliahan (RKP)

- Menetukan ujian dan bobot soal

- Menyusun pedoman perkuliahan dan RKP

- Menyerahkan rencana kegiatan perkuliahan (RKP)

BAB 11

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DALAM PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Kurikulum berbasis kompetensi sebagai paradima baru dalam system pembaharuan kurikulum
pendidikan disekolah. Muncul akibat lemahnya lulusan dalam domain pendidikan dan kebijakan
pemerintah untuk demokratisasi pendididkan.

B. Esensi KBK

1. Guru dan siswa bersifat toleran dalam PBM

2. Guru dan siswa belajar bersama menggali potensinya masing – masing secara optimal.

3. Guru harus mampu mengejawantahkan potensi diri dan bakat peserta didik.

4. Guru harus mampu menyusun rencana pembelajaran yang mampu membangun, membentuk serta
aplikatif dalam kehidupan.

5. Guru harus mampu mengubah dirinya sendiri

6. Pendekatan yang dilakukan adalah konstruktivisme

7. Sekolah berkewajiban menyelenggarakan bimbingan dan konseling

8. Koordinasi antar personil dan kerjasama secara rutin berkesinambungan perlu dijalin untuk
mewujudkan peran guru.

C. Kompetensi yang diharapkan dalam Pembelajaran

Implikasi penerapan kurikulum berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan silabus dan system
penilaian yang menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan mengintegrasikan Life Skill.

D. KBK Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika


- Karakteristik mata pelajaran matematika

- Standar kompetensi mata pelajaran matematika

- Pengembangan silabus dan system penilaian

- Penyusunan dan analisis instrument

- Analisis instrument

- Evaluasi hasil penelitian

- Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya

- Pelaporan hasil penilaian

- Laporan untuk siswa dan orang tua

- Laporan untuk sekolah

- Laporan untuk masyarakat

- Pemanfaatan hasil penilaian

- Untuk siswa

- Untuk orang tua

- Untuk guru dan kepala sekolah

Anda mungkin juga menyukai