Anda di halaman 1dari 25

RESUME PERENCANAAN PENGAJARAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : Trio Yuvenus Zega

NIM : 212119061

SEMESTER : III

KELAS :1

FAKULTAS : FKIP

PRODI : PPKn

M.K. : PERENCANAAN PENGAJARAN

DOSEN PENGAMPU :

FATIANI LASE S.Pd, M.Pd

UNIVERSITAS NIAS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya kepada saya. Sehingga saya dapat menyelesaikan RESUME ini
dengan sebaik mungkin. Dalam RESME ini saya Merangkum tentang materi
Perencanaan Pembelajaran . Selama pembuatan RESUME ini saya begitu
banyak mengalami kesulitan di sana sini. Baik dari menari bahan/materi, dan
peringkasan materi, yang terdapat dalam buku perencanaan pembelajaran. Akan
tetapi berkat kerja sama dari teman-teman dan juga dukungan dari dosen saya
dan berkat dari Sang Kuasa sehingga saya dapat mengatasi masalah tersebut.
Sehingga saya dapat menyelesaikan RESUME ini dengan baik. Saya
mengharapkan supaya dengan adanya RESUME ini, saya dapat lebih mahir lagi
dalam Meresume/Merangkum sebuah buku.

Gunungsitoli, 26 Oktober 2020

Penulis

TRIO YUVENUS ZEGA


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

IDENTITAS BUKU ........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

A. Latar Belakang ...................................................................................

B. Rumusan Masalah ..............................................................................

C. Tujuan dan Manfaat ...........................................................................

BAB II ISI BUKU ...........................................................................................

BAB I Konsep Dasar Peencanaan Pembelajaran.......................................

BAB II Pendekatan Sistem Dalam Kegiatan Pembelajaran .....................

BAB III Tiga Variabel Pembelajaran...........................................................

BAB IV Sepuluh Langkah Mendesain Pembelajaran

Menurut Dick And Carrey............................................................................

BAB V Tujuan Pembelajaran.......................................................................

BAB VI Strategi Pembelajaran ....................................................................

BAB VII Desain pesan dan Karakteristik siswa Dalam pembelajaran...

BAB VIII Perlunya Mempertimbangkan Faktor

Emosional Anak Dalam Merancang Pembelajaran....................................

BAB IX Merancang Evaluasi Hasil Belajar

BAB X Merancang Kegiatan Pembelajaran

BAB XI Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Pembelajaran


IDENTITAS BUKU

Judul Buku PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Pengarang Dr. Hamzah B. Uno. M.Pd

Penerbit PT Bumi Aksara, 2008

Tahun Terbit 2012

ISBN 979-526-250-5
RINGKASAN ISI BUKU/BAB

BAB 1

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN

A. Definisi Perencanaan

Rumusan baru tentang perencanaan yang diambil dari beberapa


rumusan dapat dikatakan bahwa Perencanaan yakni suatu cara yang
memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai
dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan
yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

B. Perencanaan Pembelajaran

Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau


perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah
sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru
sebagai sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan
sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian
pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “ apa yang
dipelajari siswa”.
C. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran

Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi


sebagai berikut:

1.Untuk memperbaiki kualitas pembelajarn perlu diawali dengan


perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain
pembelajaran.

2.Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan


system Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana
seseorang belajar.

3.Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa


secara perorangan

4.Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan


pembelajaran, dalam hal ini aka nada tujuan langsung pembelajaran dan
tujuan pengiring dari pembelajaran.

5.Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya


siswa untuk belajar.

6.Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semuavariabel


pembelajaran.

7.Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode


pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
D. Prinsip – Prinsip Umum Tentang Mengajar
1.Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan
yang akan diajarkan.
2.Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
3.Mengajar harus memperhatikan perbedaan individu setiap siswa.
4.Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan
dalam mengajar.
5.Tujuan pengajaran harus diketahui siswa.
6.Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.
7.Dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak diketahui
(konsep yang bersifat abstrak)
8.Sering menggunakan penguatan (reinforcement)

E. Tipe – Tipe Belajar

1. Belajar isyarat (signal learning)

2. Belajar stimulus (stimulus respon learning)

3. Belajar rangkaian (chaining)

4. Asosiasi verbal (verbal association)

5. Belajar diskriminasi (discrimination learning)

6. Belajar konsep (concept learning)

7. Belajar aturan (rule learning)

8. Belajar pemecahan masalah (problem solving)


BAB 2

PENDEKATAN SISTEM DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Sistem

Pengertian system adalah suatu kesatuan unsur – unsur yang saling


berinteraksi secara fungsional yang memperoleh masukan menjadi
keluaran.
B. Tujuan Sistem

Tujuan suatu lembaga pendidikan ialah untuk memberikan


pelayanan pendidikan kepada yang membutuhkan. Tujuan instruksional
ialah agar siswa belajar mengalami perubahan perilaku tertentu sesuai
dengan tingkat taksonomi yang telah dirumuskan terlebih dulu.
C. Fungsi-Fungsi Sistem

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagai


fungsi yang beraktivitas.
D. Komponen-komponen sistem

Bagian suatu system yang melaksanakan fungsi untuk menunjang


usaha mencapai tujuan system disebut komponen. Komponen yang
melakukan proses transformasi disebut subsistem, karena masing –
masing bagian atau komponen itu sesungguhnyaadalah suatu system pula.
E. Interaksi atau Saling Hubungan

Semua komponen dalam system pembelajaran haruslah saling


berhubungan satu sama lain.
F. Penggabungan yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan

Penggabungan yang menimbulkan keterpaduan ini berdasarkan pada


hokum Gestalt yang menyatakan bahwa suatu keseluruhan itu mempunyai
nilai atau kemampuan yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
jumlah bagian-bagian.
G. Proses Transformasi

Proses yang mengubah masukan (input) menjadi hasil (output).


Hasil yang dikeluarkan oleh suatu system kepada sebuah atau beberapa
system lainnya sebagai masukan yang akan diproses lebih lanjut, dan
berlangsung secara berkesinambungan melalui tahapan transformasi.

BAB 3

TIGA VARIABEL PEMBELAJARAN

Titik awal upaya memperbaiki kualitas pembelajaran diletakkan pada proses


pembelajaran atau pada metode pembelajarannya. Manipulasi variabel metode
dalam interaksinya dengan variabel kondisi pembelajaran akan menentukan
kualitas hasil pembelajaran.

A. Metode Pembelajaran

Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3


(tiga) jenis, yaitu:

1. Strategi Pengorganisasian (organizational strategy)

2. .Strategi Penyampaian (delivery strategy)

3. Strategi Pengelolaan (management strategy)

B. Kondisi Pembelajaran

Regeluth dan Merril (1979) mengelompokkan variabel kondisi


pembelajaran menjadi tiga (3) kelompok, yaitu:

1. Tujuan Pembelajaran

2. Kendala dan karakteristik bidang studi

3. Karakteristik si belajar
C. Hasil Pembelajaran

1. Keefektivan (effectiveness)
2. Efisien (efficiency)

3. Daya Tarik (appeal)

BAB 4

SEPULUH LANGKAH MENDESAIN PEMBELAJARAN MENURUT


DICK AND CARREY

A. Pendahuluan

Sebagai seorang tenaga pengajar (guru), aktivitas kegiatannya tidak


dapat dilepaskan dengan proses pengajaran. Proses pengajaran merupakan
suatu proses yang sistematis, yang tiap komponennya sangat menentukan
keberhasilan belajar anak didik.
Desain Pembelajaran Menurut Dick and Carrey Model pengajaran
Dick and Carry (1985) dapat disajikan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran

2. Melaksanakan analisis pengajaran

3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa

4. Merumuskan tujuan performansi

5. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan

6. Mengembangkan strategi pengajaran

7. Mengembangkan dan memilih material pengajaran

8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif

9. Merevisi bahan pembelajaran


10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif

BAB 5

TUJUAN PEMBELAJARAN

Pendahuluan

Keuntungan yang dapat diperoleh melalui penuangan tujuan pembelajaran


adalah sebagai berikut:
1. Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara
tepat Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi
pelajaran yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu singkat.
2. Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat
disajikan dalam setiap jam pelajaran.
3. Guru dapat menetapkan urutan atau rangkaian materi pelajaran secara tepat
(memudahkan siswa mempelajari isi pelajaran)
4. Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi
mengajar yang paling cocok dan menarik
5. Guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan
maupun bahan dalam keperluan belajar
6. Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar

7. Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik


dibandingkan dengan hasil belajar tanpa tujuan jelas
B. Arti Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan


menunjukkan penampilan dan keterampilan siswa tertentu yang
diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar.
C. Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Benyamin S. Bloom dan D. Krathwolh (1964) memilah taksonomi
pembelajaran dalam tiga kawasan, yakni : kognitif
tingkatpengetahuan(knowledge), tingkat pemahaman (comprehension),
tingkat penerapan (application),tingkat analisis (analysis), tingkat sintesis
(synthesis), tingkat evaluasi (evaluation), afektif ( sikap dan perilaku),
kemauan menerima, kemauan menanggapi,berkeyakinan,penerapan karya,
ketekunan dan ketelitian, psikomotor, persepsi, kesiapan, mekanisme,
respons terbimbing, kemahiran, adaptasi, originasi format untuk menulis
tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran sebaiknya dinyatakan dalam
bentuk ABCD format, artinya:
A = Audience (petatar, siswa, mahasiswa, dan sasaran didik lainnya) B =
Behavior (perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar)
C = Condition (persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang
diharapkan dapat dicapai D = Degree (tingkat penampilan yang dapat
diterima)

BAB 6

STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Sekilas tentang Strategi Pembelajaran

Paling tidak ada tiga (3) jenis strategi yang berkaitan dengan
pembelajaran, yaitu:

1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran

2. Strategi Penyampaian Pembelajaran

3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran

4. Strategi Pengorganisasian Pengajaran

Strategi pengorganisasian pembelajaran secara khusus merupakan fase


yang amat penting dalam rancangan pengajaran, Synthezing akan
membuat topic-topik dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna
bagi siswa.

BAB 7

DESAIN PESAN DAN KARAKTERISTIK SISWA DALAM


PEMBELAJARAN

A. Konsep Desain dalam Teknologi Pembelajaran

Teknologi pembelajaran adalah penerapan secara sistemik dan


sistematis strategi dan teknik yang diambil dari konsep ilmu perilaku dan
ilmu yang bersifat fisik serta pengetahuan lain untuk keperluan
pemecahan masalah pembelajaran.

Salah satu isu yang berkenaan dengan bidang garapan ini adalah siapakah
yang menjadi sasaran layanan teknologi pendidikan ? bagaimana model
layanan yang cocok diberikan kepada sasaran ? bagaimana karakteristik
yang dilayani ? bagaimana mendesain layanan yang diberikan pada
sasaran layanan?
B. Desain Pesan dalam Teknologi Pembelajaran

Dalam kawasan teknologi pendidikan terdapat lima (5) kawasan


yang menjadi bidang garapan penelitian.
C. Karakteristik Siswa

Variabel ini didefinisikan sebagai aspek – aspek berupa bakat,


minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan
kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya.

Aliran Behaviorisme kaitannya dengan Karakteristik Siswa Aliran


perilaku stimulus dan respon (S – R) adalah suatu aliranperilaku yang
menekankan antecendent sebagai penyebab dari perilaku yang umumnya
disebut metodologi aliran perilaku (Skiner, 1974). Salah satu aspek yang
berbeda dari pendekatan metodologi behavioris adalah pada permintaan
untuk data – data eksperimental (manipulative) untuk membenarkan
setiap interpretasi dari perilaku adalah sebab akibat. Observasi secara
alamiah, pengalaman pribadi, penilaian harus berdasar pada bukti-bukti
untuk mendukung setiap penjelasan secara psikologis. Formula ini berarti
bahwa setiap pendengar harus membuat respons yang tepat ketika ada
rangsangan (stimulus) yang tepat dan ketika terdapat suatu kondisi yang
diperlukan.
D. Analisis Tugas dan Tujuan Perilaku

Kibler dkk (1974) mencatat ada banyak dasar-dasar yang rasional


untuk menggunakan tujuan perilaku. Ini termasuk :
1. Membantu mengevaluasi kinerja pendengar

2. Mendesain dan merancang urutan-urutan dari instruksi

3. Mengkomunikasikan persyaratan dan harapan-harapan

4. Menyediakan dan mengkomunikasikan terlebih dahulu tingkat


kinerja dari instruksi Desain Saat Ini dan Model Penyampaian PSI
(Personalized System of Intructional)
Ada 5 karakter PSI, yaitu :

- Menggunakan instruktur atau pengajar

- Penguasaan materi pelajaran

- Menyusun sendiri kecepatan belajarnya

- Guru sebagai motivator

- Menggunakan kata-kata tertulis

- Ketepatan Mengajar (Precision Teaching)

Suatu metode yang lebih menekankan monitoring kegiatan belajar di


dalam kelas. Guru yang tepat menjadi lebih lancer, akurat, dan cepat
kinerjanya, suatu tujuan yang dapat meningkatkan kemajuan murid.

BAB 8

PERLUNYA MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR EMOSIONAL ANAK


DALAM MERANCANG PEMBELAJARAN

A. Konsep Dasar Emosional

Lawrence Shapiro (1997), kecerdasan emosional anak dapat dilihat


pada (a) keuletan, (b) optimism, (c) motivasi diri, dan (d) antusiasme.
Kecerdasan emosional pengukurannya bukan didasarkan pada kepintaran
seorang anak, tetapi melalui suatu yang disebut dengan karakteristik
pribadi atau “karakter”.
B. EQ Versus IQ

Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau


keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik
pada tingkat konseptual maupun di dunia nyata. Idealnya kedua
keterampilan tersebut dapat dikuasai oleh seseorang.
C. Anatomi Saraf Emosi

Korteks, yaitu bagian otak yang digunakan untuk berpikir. Kadang-


kadang disebut neokorteks sebagai bagian yang berbeda dari bagian
otak yang mengurusi emosi yakni system limbic (hippocampus), tetapi
sesungguhnya hubungan antara kedua bagian inilah yang menentukan
kecerdasan emosional seseorang. Korteks terdiri atas empat lobus
(belahan otak), dan kerusakan pada lobus tertentu akan menyebabkan
masalah tertentu pula. Adapun belahan otak tersebut adalah: Lobus
Oksipitalis terletak dibagian belakang kepala merupakan bagian otak
yang mengendalikan penglihatan. Lobus Temporalis terletak tepat
dibelakang telinga dikedua sisi kepala, kerusakan bagian ini akan
menyebabkan masalah pada memeori jangka panjang.

Menjadi Orang Tua Ber – EQ Tinggi Hasil penelitian


mengungkapkan bahwa hubungan yang terbuka dan saling menyayangi
dengan anak akan memberikan efek jangka panjang berupa meningkatnya
citra diri, keterampilan menguasai situasi, dan mungkin kesehatan anak.
Bagi anak – anak dibawah 9 tahun, Barkley menganjurkan agar orang tua
menetapkan wkatu khususu untuk berpartisipasi dengan anak-anaknya
dalam kegiatan bermain. Selama waktu itu orang tua harus menciptakan
suasana yang tidak menuntut penilaian tetapi menarik, menggairahkan,
dan menunjukkan penerimaan.
D. Emosi dari Segi Moral

Ada dua kelompok emosi, yaitu: Emosi Negatif, sifatnya dapat


memitivasi anak-anak untuk belajar dan mempraktikan perilaku prososial,
termasuk (a) takut dihukum, (b) kekhawatiran tidak diterima oleh orang
lain, (c) rasa bersalah bila gagal memenuhi harapan seseorang, (d) malu
bila berbuat sesuatu yang tidak dapat diterima orang lain. Emosi
Positif akan membentuk moral anak, adalah empati dan apa yang disebut
dengan naluri pengasuhan, yang meliputi kemampuan untuk menyayang.
E. Empati dan Kepedulian Kepada Anak

Salah satu unsure dari emosional adalah empati. Empati merupakan


suatu sikap kepribadian seseorang dimana seseorang mampu
menempatkan diri dalam posisi orang lain.
F. Mengembangkan Empati dan Kepedulian

Keterampilan memahami sesuatu dengan perspektif orang lain ini


memungkinkan seorang anak mengetahui kapan bias mendekati teman
yang sedih dan kapan membiarkannya sendiri.
G. Keterampilan EQ yang Harus Diingat

Hal yang perlu diingat dalam keterampilan EQ ini adalah : Ajarkan


nilai kejujuran kepada anak sejak mereka masih muda dan konsisten
dengan pesan anda waktu usia mereka bertambah. Pemahaman anak
mengenai kejujuran bias berubah, tetapi pemahaman anad jangan
berubah. Anda dapat menjadikan kejujuran dan etika sebagai bahan
perbincangan sejak anak masih sangat muda dengan memilihkan buku-
buku dan video untuk menikmati bersama anak, memainkan permainan
kepercayaan, dan memahami berubahnya kebutuhan anak atas privasi.
H. Emosi Moral Negatif Rasa Malu dan Rasa Bersalah

Membuat anak merasa malu atas perbuatan anti sosialnya


merupakan cara yang manjur untuk mengubah perilaku ini. Emosi
negative rasa malu dan rasa bersalah dapat dimanfaatkan secara
konstruktif untuk membentuk perilaku moral anak:
- Memanfaatkan rasa malu

- Berpikir realistis

- Keuntungan optimis

- Mengubah kelakuan anak dengan mengubah pola piker mereka

- Mendefinisikan masalah sebagai “musuh”

- Membuat kerangka baru suatu masalah dan menuliskannya

I. Aplikasi Pertimbangan Faktor Emosional Anak dalam


Perencanaan Pembelajaran
Masalah kepribadian sering dapat menimbulkan kelakuan yang
menyimpang, lebih-lebih jika seseorang dikategorikan tertekan
perasaannya. Orang yang tertekan perasaannya akan cenderung untuk
melakukan penyimpangan, mungkin terhadap system social ataupun
terhadap pola-pola kebudayaan. Ada beberapa sifat khusus yang dapat
menimbulkan kejahatan, yaitu sebagai berikut: Sakit Jiwa ( konflik
mental yang berlebihan, cenderung antisocial, pernah melakukan dosa
besar/berat)
1. Perkembangan Emosional
Teori Freudianisme dan teori psikobiologi menekankan pada perlunya
peran ego dalam diri setiap individu. Jika ego lemah, emosi akan mudah
terpicu sehingga dapat melakukan hal-hal yang melanggar batas.
2. Perkembangan Mental
Mental ada kaitannya dengan daya inteligensi. Jika seseorang mempunyai
daya inteligensi yang tajam dan dapat menilai realitas, ia semakin mudah
untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat, dan sebaliknya.
3. Anomi
Masa anomi ditandai dengan ditinggalkannya keadaan yang lama dan mulai
menginjak dalam keadaan yang baru. Sebagai ukuran orang akan menjadi
anomi (kebingungan) adalah (a) di kala ia berhadapan dengan suatu
kejadian atau perubqahan yang belum pernah dialaminya, dan (b) di kala
ia berhadapan dengan situasi yang baru, ketika harus menyesuaikan diri
dengan cara-cara yang baru pula.
J. Aplikasi Emosi dalam Kehidupan Sehari – hari

Proses emosi dapat dijelaskan dari proses fisiologik, yaitu


terjadinya perubahan dalam diri (visceral change)akibat dipengaruhi
system saraf autonomic, kelenjar endokrin, dan system saraf pusat.
Hypothalamus bekerja mengontrol system saraf autonomic, selanjutnya
mengawali dan memulai terjadinya kondisi dasar dan emosi. Cerebral
Cortex bertindak sebagai penggerak perbuatan emosi yang keadaannya
tidak teratur.

Perubahan dalam reflek kulit Galvanis – GSR ( Galvanis Skin


Reflex), sirkulasi ( tekanan darah, perubahan kimiawi dan distibusinya),
aktivitas “Gastrointensinal”(panas badan), respirasi/berkeringat,
berdirinya bulu kuduk, ukuran pupil matadan sebagainya. Kondisi
bangkitnya (Arousal State) emosi dan motivasi sangat mirip satu sama
lainnya. Proses Cerebral mempersepsi situasi dan menafsirkan sensasi
selalu berbasis pada keadaan lingkungan.

Takut dan Marah, merupakan akibat dari proses fisiologik berbeda.


Saat takut, adrenalin berada pada aliran darah, respirasi meningkat, reflex
kulit galvanis menurun dan tekanan pada otot-otot terjadi dalam waktu
singkat. Saat marah, nonadrenalin dibawa kealiran darah, meningkatnya
reflex skin galvanis, berkurangnya respirasi, tekanan otot menyeluruh dan
terjadi tekanan darah yang meningkat.

BAB 9

MERANCANG EVALUASI HASIL BELAJAR

A. Pendahuluan

Aspek evaluasi sering diabaikan dalam proses kegiatan belajar


mengajar.jika membuat alat evaluasi apakah memperhatikan
aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
B. Pengukuran, Penilaian, dan Pengevaluasian Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar merupakan proses mulai dan menentukan


objek yang diukur, mengukurnya, mencapai hasil pengukuran,
mentransformasikan ke dalam nilai, dan mengambil keputusan lulus
tidaknya seseorang, efektif tidaknya guru mengajar atau baik- buruknya
interaksi antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar.
C. Fungsi ujian sebagai Instrumen Evaluasi

Suatu ujian dikatakan bermutu baik apabila ujian tersebut: Menguji


apa yang hendak diuji. Dengan perkataan lain, rancangan ujian harus
relevan dengan fungsi evaluasi yang diinginkan. Terdiri atas
serangkaian soal ujian yang baik ( valid, relevan, spesifik, representative
dan seimbang)
D. Struktur Soal Ujian

Apapun materi yang diujikan, hakikatnya didasarkan pada materi


perkuliahan dan buku bacaan wajib serta sejumlah handout yang
dibagikan. Struktur soal harus representative, seimbang dan relevan
dengan sasaran belajar. Perlu dibuat kisi-kisi spesifikasi soal untuk
tingkat kemampuan belajar, membuat pembobotan soal dan transformasi
angka ke nilai.
E. Kriteria Evaluasi

Penilaian tegas dimaksudkan:

- Membedakan secara jelas yang lulus dan tidak lulus

- Mengurangi daerah ketidak pastian

Ada dua acuan penilaian dalam pengambilan keputusan:

- Penilaian Acuan Patokan (Criterion Reference).

- Penilaian Acuan Norma (Norm Reference). Beberapa Konsep yang


berkaitan dengan Evaluasi.
- Validitas Instrumen

- Validitas Isi, mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan


isi pelajaran yang diberikan
- Validitas Konstruksi, butir-butir soal membangun tes tersebut
mengukur setiap aspek berpikir sesuai tujuan instruksional khusus.
- Validitas “ada sekarang” , hasilnya sesuai dengan pengalaman.

- Validitas Prediksi, mampu meramalkan apa yang akan terjadi dimasa


yang akan datang.

- Reliabilitas Instrumen

- Jenis Paralel, dua buah tes yang memiliki kesamaan tujuan, tingkat
kesukaran dan susunan, tetapi soalnya berbeda.
- Jenis Tes Ulang, jenis ini dilakukan untuk menghindari penyusunan
dua seri test

- Jenis belah dua, jenis ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan
dicobakan sekali lagi.
BAB 10

MERANCANG KEGIATAN PEMBELAJARAN

A. Perlunya Penyiapan Rancangan Kegiatan Pembelajaran ( RKP )


Seperangkat ini perlu disiapkan dengan tujuan pembelajaran yang
jelas dan dapat dilaksanakan sesuai kondisi setempat, secara konkrit dapat
diukur sampai seberapa jauh tujuan yang ditentukan tercapai.
B. Bagaimana Menyusun Rancangan Kegiatan Pembelajaran

- Menuliskan pokok bahasan dan sub pokok bahasan

- Merumuskan TIU untuk tiap pokok bahasan

- Menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan dalam skema hubungan

- Menentukan frekuensi kuliah untuk setiap pokok bhasan

- Merumuskan sasaran belajar

- Membuat matriks rencana kegiatan perkuliahan (RKP)

- Menetukan ujian dan bobot soal

- Menyusun pedoman perkuliahan dan RKP

- Menyerahkan rencana kegiatan perkuliahan (RKP)

BAB 11

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DALAM

PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan

Kurikulum berbasis kompetensi sebagai paradima baru dalam


system pembaharuan kurikulum pendidikan disekolah. Muncul akibat
lemahnya lulusan dalam domain pendidikan dan kebijakan pemerintah
untuk demokratisasi pendididkan.
B. Esensi KBK

1. Guru dan siswa bersifat toleran dalam PBM

2. Guru dan siswa belajar bersama menggali potensinya masing –


masing secara optimal.

3. Guru harus mampu mengejawantahkan potensi diri dan bakat peserta


didik.

4. Guru harus mampu menyusun rencana pembelajaran yang mampu


membangun, membentuk serta aplikatif dalam kehidupan.
5. Guru harus mampu mengubah dirinya sendiri

6. Pendekatan yang dilakukan adalah konstruktivisme

7. Sekolah berkewajiban menyelenggarakan bimbingan dan konseling

8. Koordinasi antar personil dan kerjasama secara rutin


berkesinambungan perlu dijalin untuk mewujudkan peran guru.
C. Kompetensi yang diharapkan dalam Pembelajaran
Implikasi penerapan kurikulum berbasis kompetensi adalah
perlunya pengembangan silabus dan system penilaian yang menjadikan
peserta didik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan mengintegrasikan Life
Skill.
D. KBK Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika

- Karakteristik mata pelajaran matematika

- Standar kompetensi mata pelajaran matematika

- Pengembangan silabus dan system penilaian


- Penyusunan dan analisis instrument

- Analisis instrument

- Evaluasi hasil penelitian

- Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya

- Pelaporan hasil penilaian

- Laporan untuk siswa dan orang tua

- Laporan untuk sekolah

- Laporan untuk masyarakat

- Pemanfaatan hasil penilaian

- Untuk siswa

- Untuk orang tua

- Untuk guru dan kepala sekolah


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.


Bandung: Bumi Aksara.
Aslitner, Hermann, Koller, Maria. 2006. “ An Aptitude Treatment Interaction
Approach on Motivation and Student Multimedia Based Learning”. Austria.
http://www.ub.edu/multimedia/lern.
Bekti, Ratih, Pratiwi. “Implementasi tentang Metode Pembelajaran Synergetik
Teaching dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Motivasi dan
Prestasi Belajar”. Skripsi. Surakarta :UMS. Tidak Diterbitkan.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hariwijaya, M. 2009. Cara Mudah Menyusun Proposal. Yogyakarta: pararatan.
Kodir, Abdul. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Muniroh, Lailatul. 2010. “ Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining dengan Mengoptimalkan Media Worksheet untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Matematika”. Skripsi. Surakarta : UMS. Tidak Diterbitkan.
Nurdin, Syarifudin .2005. Model Pembelajaran yang Memperhatikan
Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Quantum
teaching. 73
Subadi, Tjipto. 2010. Lesson Study Berbasis PTK. Surakarta
Sugiyono. 2008. Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sunardi. 2008. Matematika 1 SMA. Jakarta : Bumi Aksara.
Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: Surya Offset.
Sutama. 2011. Penelitian Tindakan. Surakarta: Surya Offset.

Anda mungkin juga menyukai