Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Disusun untuk memenuhi tugas sebagai materi presentasi


pada Mata Kuliah Supervisi Pendidikan

Disusun oleh:

Hasrianti (80300220026)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji hanya layak kita panjatkan
kehadirat Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran”.
Penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak atas penyusunan
makalah ini, karena itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen pengampu mata kuliah Supervisi Pendidikan yang telah
memberikan dukungan, dan kepercayaan yang begitu besar kepada saya.
Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun
pada langkah yang lebih baik lagi kedepannya. Meskipun kami berharap isi dari
makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan namun tak ada gading yang tak
retak, saya senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.

Makassar, 25 Juni 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3

A. Latar Belakang............................................................................................3

B. Rumusan Masalah.......................................................................................4

C. Tujuan Makalah..........................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................5

A. Taksonomi Variabel Pembelajaran...........................................................5

B. Karakteristik Sekolah yang Efektif...........................................................7

C. Pendekatan Guru dalam Pembelajaran...................................................9

D. Metode Pengembangan dan Evaluasi Pembelajaran Guru..................13

BAB III..................................................................................................................17

PENUTUP.............................................................................................................17

A. Kesimpulan................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen


dan variabel yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Pada hakikatnya
pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi transksional yang bersifat
timbal balik, baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai
tujuan yang telah dicapai. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi
yang dapat diterima, dipahami, dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait
dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran komponen-komponenya
dan variabelnya saling keterkaitan yang mengacu pada suatu tujuan yang ingin
dicapai.
Ketika adanya suatu pendidikan tentu di dalamnya ada peran seorang guru
sebagai pengajar. Dalam dunia pendidikan kedudukan guru sangat penting
karena merupakan orang yang terlibat langsung dalam menyiapkan generasi
penerus untuk menghadapi tantangan zaman dengan perkembangan zaman yang
terus melaju guru juga merupakan orang yang terlibat langsung dalam
peningkatan kualitas. Guru telah ditempatkan dalam situasi yang menuntut
pembaharuan dan penyesuaian diri secara menyeluruh, baik pengetahuan,
kemampuan melaksanakan pendidikan, dan pembelajaran, bahkan berbagai
keterampilan yang sesuai dengan pembaharuan yang melingkupinya, ataupun
kepribadian guru itu sendiri.
Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan. Guru juga sangat menentukan keberhasilan
siswa, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar serta
membentuk kompetensi siswa menjadi yang lebih baik. Peningkatan kualitas
pembelajaran dalam proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar apabila
guru berhasil mengelola kelasnya dengan baik. Kualitas pembelajaran dapat

3
dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-buruknya hasil dan pemahaman
yang dicapai oleh siswa setelah pembelajaran dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan membahas secara


singkat setiap pokok bahasan saja, yaitu:
1. Bagaimana variable pembelajaran di kelas?
2. Bagaimana karakteristik sekolah yang efektif?
3. Bagaimana pendekatan guru dalam pembelajaran?
4. Bagaimana metode pengembangan dan evaluasi pembeljaran guru?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui variable pembelajaran di kelas?


2. Untuk mengetahui karakteristik sekolah yang efektif?
3. Untuk mengetahui pendekatan guru dalam pembelajaran?
4. Untuk mengetahui metode pengembangan dan evaluasi pembeljaran guru?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Taksonomi Variabel Pembelajaran

Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk
mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan1. Taksonomi dapat diartikan
sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan, dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor.[2]
Kembali pada taksonomi variable pembelajaran, Banyak upaya yang
dilakukan ilmuwan pembelajaran dalam mengklasifikasikan variabel dalam
pembelajaran, misalnya yang dikemukan Regeluth, dkk (1977). Klasifikasi
variabel pembelajaran ini terbagi atas 3 variabel, yaitu : kondisi pembelajaran,
metode pembelajaran dan hasil pembelajaran.[3]
1. Kondisi pembelajaran
Penggunaan variabel metode dipengaruhi oleh variabel kondisi
pembelajaran. Reigeluth dan Merril mengelompokkan variabel kondisi
pembelajaran menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah gambaran tentang hasil pembelajaran
yang diharapkan.
b. Karakteristik bidang studi dan kendalanya
Karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang
memberi landasan penting dalam menentukan strategi pembelajaran.
Kendala adalah keterbatasan sumber-sumber seperti waktu, media,
personalia, dan uang.

5
c. Karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek kualitas individu siswa
yang mencakup bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah diperoleh.
2. Metode Pembelajaran
Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Organizational strategy (strategi pengorganisasian)
Merupakan metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang
telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada
kegiatan pemilihan isi, pembuatan diagram, format, dst. Strategi
pengorganisasian dibedakan menjadi 2 yaitu strategi makro dan
strategi mikro. Strategi makro mengacu pada metode untuk
mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu
konsep, prosedur, atau prinsip. Strategi mikro mengacu metode untuk
mengorganisasi isi pembelajaran yang hanya satu konsep, prosedur,
atau prinsip.
Strategi makro berkaitan erat dengan proses memilih, menata
urutan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran. Pemilihan
isi dikaitkan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Pembuatan sintesis mengacu pada menunjukan kaitan antar konsep,
prosedur, atau prinsip. Pembuatan rangkuman mengacu pada cara
melakukan tinjauan ulang konsep, prosedur, atau prinsip, dan
kaitannya.
b. Delivery strategy (strategi penyampaian)
Merupakan metode untuk menyampaiakn pembelajaran kepada
siswa dan untuk menerima serta memberikan respon siswa. Bidang
kajian utama strategi ini adalah media pembelajaran. Dua fungsi
strategi penyampaian adalah (1) menyampaikan isi pembelajaran
kepada siswa, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang
diperlukan siswa untuk menampilkan unjuk kerja.

6
c. Management strategy (strategi pengelolaan)
Merupakan metode untuk menata interaksi antara peserta didik
dengan variabel pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi
penyampaian yang akan dipilih dan digunakan selama proses
pembelajaran. Ada 3 klasifikasi penting variabel strategi pengelolaan,
yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, dan
motivasi.
3. Hasil Pembelajaran
Secara umum, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Effectiveness (efektivitas)
Efektivitas pembelajaran diukur dengan tingkat pencapaian hasil
belajar peserta didik. 4 aspek yang digunakan sebagai tolak ukur
adalah tingkat kesalahan, kecepatan unjuk kerja, tingkat alih belajar,
tingkat retensi dari materi yang dipelajari.
2. Efficiency (efisiensi)
Efisiensi pembelajaran diukur dengan rasio antara efektivitas dan
jumlah waktu serta jumlah biaya dalam proses pembelajaran.
3. Appeal (daya tarik)
Daya tarik pembelajaran diukur dengan mengamati kecenderungan
siswa untuk tetap belajar. Ini juga erat kaitanya dengan daya tarik
bidang studi.

B. Karakteristik Sekolah yang Efektif

 Efektivitas sekolah menunjukan adanya proses perekayasaan berbagai sumber


dan metode yang diarahkan pada terjadinya pembelajaran di sekolah yang
optimal. Efektivitas sekolah merujuk pada pemberdayaan semua komponen
sekolah sebagai tempat belajar berdasarkan tugas pokok dan fungsinya masing-
masing struktur program dengan tujuan agar siswa belajar dan mencapai hasil
yang ditetapkan secara tepat yaitu kompetensi. Tidak semua sekolah yang

7
memiliki kelengkapan semua komponen sistem dikatakan efektif. Hal ini sangat
tergantung pada tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan pada masing-
masing komponen, terutama tercapainya output sekolah yaitu menghasilkan
lulusan yang bermutu, sesuai dengan standar kompetensinya. Penekanan
keefektivan sekolah adalah pada proses belajar yang berlangsung secara aktif atau
ada keterlibatan berbagai pihak terutama siswa dan guru sebagai subjek belajar.

1. Ciri-ciri sekolah efektif

Sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki standar pengelolaan yang


baik, transparan, responsibel dan akuntabel, serta mampu memberdayakan
setiap komponen penting sekolah, baik secara internal meupun eksternal.
dalam rangka pencapaian visi-misi-tujuan sekolah secara efektif dan efesien.

David A. Squires, eLal. (1983) cir-ciri sekolah efektif yaitu: (a) adanya
standar disiplin yang berlaku bagi kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan
di sekolah; (b) memiliki suatu keteraturan dalam rutinitas kegiatan di kelas;
(c) mempunyai standar prestasi sekolah yang sangat tinggi; (d) siswa
diharapkan mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan; (e) siswa
diharapkan lulus dengan menguasai pengetahuan akademik; (f adanya
penghargaan bagi siswa yang berprestasi; (g) siswa kerja keras dalam meraih
prestasi: (h) para siswa diharapkan mempunyai tanggung jawab.

Menurut Peter Mortimoe (1991) sekolah efektif dicirikan sebagai berikut:


(1) Sekolah memiliki visi dan misi yang jelas dan dijalankan dengan
konsisten; (2) Lingkungan sekolah yang baik, dan adanya disiplin serta
keteraturan di kalangan pelajar dan stat, (3) Kepemimpinan kepala sekolah
yang kuat; (4) Penghargaan bagi guru dan staf serta siswa yang berprestasi;
(5) Pendekgasian wewenang yang jelas; (6) Dukungan masyarakat sekitar (7)
Sekolah mempunyai rancangan program yang jelas; (8) Sekolah mempunyai
fokus sistemnya tersendiri; (9) Pelajar diberi tanggung jawab; (10) Guru
menerapkan strategi pembelajaran inovatif; (11) Evaluasi yang berkelanjutan;
(12) Kurikulum sekolah yang terancang dan terintegrasi satu sama lain; (13)
Melibatkan orang tua dan masyarakat.

8
2. Karakteristik Sekolah Efektlf

Shannon dan Bylsma (2005) mengidentifikasi 9 karakteristik sekolah-


sekolah berpenampilan unggul (high performing schools). Kesembilan
karakteristik sekolah efektif berpenampilan unggul itu meliputi: (a) Fokus
bersama dan jelas; (b) Standar dan harapan yang tinggi bagi semua siswa; (c)
Kepemimpinan sekolah yang efektif; (d) Tingkat kerja sama dan komunikasi
inovatif; (e) kurikulum, pembelajaran dan evaluasi yang melampaui standar;
(f) Frekuensi pemantauan terhadap belajar dan mengajar tinggi; (g)
Pengembangan staf pendidik dan tenaga kependidii‹an yang teriokus; (h)
Lingkungan yang mendukung belajar; (i) Keterlibatan yang tinggi dari
keluarga dan masyarakat.

C. Pendekatan Guru dalam Pembelajaran

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendekatan adalah proses, cara


perbuatan mendekati. Sedangkan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya) mengajar.[1]

Dengan demikian dapat disimpulkan pendekatan guru adalah proses, cara atau
perbuatan mendekati yang dilakukan seorang guru kepada peserta didik untuk
menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, dalam mengajar, guru
harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, pandangan guru
terhadap siswa akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu
mempunyai pandangan yang sama dalam menilai siswa, hal ini akan
mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.

Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki


kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang
efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif dan menyenangkan. Cara guru melakukan sesuatu kegiatan pembelajaran
mungkin memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran

9
lainnya. E. Mulyasa mengungkapkan lima pendekatan pembelajaran yang perlu
dipahami guru untuk dapat mengajar dengan baik, yaitu: [4]
1. Pendekatan kompetensi
Kompetensi menunjukkan kepada kemampuan melaksanakan
sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam
hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi menunjukkan
kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu
dalam proses belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan kompetensi
merupakan indikator yang menunjukkan kepada perbuatan yang bisa
diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap, serta tahap-tahap pelaksanaanya secara
utuh.
2. Pendekatan keterampilan proses
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas, kreativitas
siswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap,
serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian
tersebut termasuk di antaranya keterlibatan fisik, mental, dan sosial siswa
dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan.
Pendekatan keterampilan proses bertolak dari suatu pandangan
bahwa setiap siswa memiliki potensi yang berbeda, dan dalam situasi yang
normal, mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh
karena itu tugas guru adalah memberikan kemudahan kepada siswa dengan
menciptakan lingkungan yang kondusif agar semua siswa dapat
berkembang secara optimal. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
untuk mendorong aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam
pembelajaran antara lain: diskusi, pengamatan, penelitian, praktikum,
tanya jawab, karya wisata, studi kasus, bermain peran, dan kegiatan-
kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

10
3. Pendekatan lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui
pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini
berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian jika apa
yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari
berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungan.
Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti siswa mendapatkan
pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa
yang ada di lingkungan sekitar, baik di lingkungan rumah maupun di
lingkungan sekolah. Dalam hal ini siswa dapat menanyakan sesuatu yang
ingin diketahui kepada orang lain di lingkungan mereka yang dianggap
tahu tentang masalah yang dihadapi.
4. Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia
kehidupan siswa secara nyata, sehingga para siswa mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran kontekstual ini tugas guru adalah memberikan
kemudahan belajar pada siswa, dengan menyediakan berbagai sumber
belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi
pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan
strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar. Lingkungan
belajar yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran
kontekstual, dan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan.
5. Pendekatan tematik
Pendekatan tematik merupakan pendekatan pembelajaran untuk
mengadakan hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang
mempengaruhi siswa dalam proses belajar. Oleh karena itu pendekatan

11
tematik sering juga disebut pendekatan terpadu. Pendekatan tematik atau
pendekatan terpadu merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
menyatupadukan serangakaian pengalaman belajar, sehingga terjadi saling
berhubungan satu dengan yang lainnya.
6. Pendekatan individu
Dalam sebuah ruangan kelas terdapat berbagai macam jenis
kepribadian peserta didik yang berbeda-beda, hal ini mesti diperhatikan
oleh seorang guru agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Perbedaan individu siswa memberikan wawasan kepada guru bahwa
strategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan siswa pada aspek
individul ini.
Pendekatan indvidual ini mempunyai arti yang sangat penting bagi
kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan
individual ini. Dalam pemilihan metode juga seorang guru tidak bisa
sembarangan dalam pendekatan individu, sehingga seorang guru dalam
proses kegiatan pembelajaran harus memperhatikan individual yang
dihadapinya.
7. Pendekatan kelompok
Dalam kegiatan pembelajaran terkadang guru juga memerlukan
pendekatan kelompok, pendekatan kelompok ini diperlukan sewaktu
membina dan mengembangkan sikap sosial siswa. Dengan pendekatan
kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi
pada diri setiap siswa.
Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka guru
harus mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan,
fasilitas, metode dan bahan yang diberikan. Dalam pengelolaan kelas
terutama berhubungan dengan penempatan siswa pendekatan kelompok
sangat diperlukan. Perbedaan individual siswa dijadikan sebagai pijakan
dalam melakukan pendekatan kelompok.
8. Pendekatan bervariasi

12
Dalam belajar siswa mempunyai motivasi yang berbeda-beda, pada
satu sisi siswa mempunyai motivasi yang rendah, tapi pada saat yang lain
siswa mempunyai motivasi yang tinggi. Dalam mengajar, guru yang hanya
menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang
kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana
kelas, sulit menormalkannya kembali.
Pendekatan bervariasi ini bertolak dari konsepsi bahwa
permasalahan yang dihadapi oleh setiap siswa dalam belajar bermacam-
macam. Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran dengan berbagai
motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus.
9. Pendekatan edukatif
Apapun yang dilakukan guru dalam pendidikan dan pengajaran
dengan tujuan mendidik, bukan karena motif-motif lain. Dalam
pendekatan edukatif ini tujuannya adalah untuk membina watak siswa
dengan pendidikan yang bersifat positif.

D. Metode Pengembangan dan Evaluasi Pembelajaran Guru

Evaluasi adalah kata Indonesia yang diterjemahkan dari bahasa Inggris


evaluation yang diterjemahkan menjadi penilaian.[5] Evaluasi menurut Ramayulis
mengandung dua makna, yaitu; measurenment dan evaluation itu sendiri.
Measurenment (pengukuran) merupakan proses untuk memperoleh gambaran
beberapa angka dan tingkatan ciri yang dimiliki individu. Sedang evaluation
(penilaian) merupakan proses mengumpulkan, menganalisis dan
mengintepretasikan informasi guna menetapkan keluasaan pencapaian tujuan oleh
individu.

Sementara pembelajaran merupakan kata yang berasal dari kata dasar belajar
yang berarti sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.[6]

13
Dengan demikian pembelajaran sendiri merupakan proses dalam melakukan
perubahan yang dilakukan oleh perubah dan yang akan dirubah. Dengan kata lain
pembelajaran adalah proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan
peserta didik. Tujuan pembelajaran menggambarkan kemampuan atau tingkat
penguasaan yang diharapkan dicapai oleh siswa setelah mereka mengikuti suatu
proses pembelajaran.[7]

Dengan demikian evaluasi pembelajaran adalah penilaian terhadap kompetensi


yang sudah dicapai oleh peserta didik setelah melakukan proses belajar mengajar.
[8] Evaluasi pembelajaran sebagai tolak ukur keberhasilan proses belajar
mengajar. Sebagaimana yang diutarakan dalam pendahuluan diatas, bahwa
seorang evaluator dalam melakukan kegiatan evaluasi harus mengikuti prosedur-
prosedur yang digariskan. Tujuannya adalah agar evaluasi yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan, sistematis, efisien dan dapat dipertanggung jawabkan. Diantara
prosedur tersebut adalah; perencanaan evaluasi, monitoring pelaksanaan evaluasi,
pengolahan data dan analisis, pelaporan hasil evaluasi, dan pemanfaatan hasil
evaluasi.

1. Perencanaan Evaluasi.

Perencanaan evaluasi dimaksudkan agar hasil yang diperoleh dari


evaluasi dapat lebih maksimal. Perencanaan ini penting bahkan
mempengaruhi prosedur evaluasi secara menyeluruh. Perencanaan
evaluasi dilakukan untuk memfasilitasi pengumpulan data, sehingga
memungkinkan membuat pernyataan yang valid tentang pengaruh sebuah
efek atau yang muncul di luar program, praktek, atau kebijakan yang di
teliti.

2. Pelaksanaan Evaluasi.

Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu


evaluasi sesuai dengan perencanaan evaluasi. Dengan kata lain tujuan
evaluasi, model dan jenis evaluasi, objek evaluasi, instrumen evaluasi,
sumber data, semuanya sudah dipersiapkan pada tahap perencanaan
14
evaluasi yang pelaksanaannya bergantung pada jenis evaluasi yang
digunakan.

3. Monitoring Pelaksanaan Evaluasi.

Monitoring dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan evaluasi


pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang telah
ditetapkan atau belum, dengan tujuan untuk mencegah hal-hal negatif dan
meningkatkan efisiensi pelaksanaan evaluasi. Monitoring mempunyai dua
fungsi pokok (1) melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan
perencanaan evaluasi; (2) melihat hal-hal apa yang terjadi selama
pelaksanaan evaluasi dengan mencatat, melaporkan dan menganalisis
faktor-faktor penyebabnya. Dalam pelaksanaannya dapat digunakan teknik
(1) observasi partisipatif; (2) wawancara bebas atau terstruktur; (3) studi
dokumentasi. Hasil dari monitoring dapat dijadikan landasan dan acuan
untuk memperbaiki pelaksanaan evaluasi selanjutnya.10

4. Pengolahan Data.

Mengolah data berarti mengubah wujud data yang sudah


dikumpulkan menjadi sebuah sajian data yang menarik dan bermakna.
Data hasil evaluasi yang berbentuk kualitatif diolah dan dianalisis secara
kualitatif, sedangkan data hasil evaluasi yang berbentuk kuantitatif diolah
dan dianalisis dengan bantuan statistika deskriptif maupun statistika
inferensial.

5. Pelaporan Hasil Evaluasi.

Laporan kemajuan belajar peserta didik merupakan sarana


komunikasi antara sekolah, peserta didik dan orang tua dalam upaya
mengembangkan dan menjaga hubungan kerja sama yang harmonis, oleh
karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (a) konsisten dengan
pelaksanaan nilai di sekolah; (b) memuat perincian hasil belajar peserta
didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan

15
penilaian yang bermanfaat bagi perkembangan peserta didik; (c) menjamin
orang tua akan informasi permasalahan peserta didik dalam belajar; (d)
mengandung berbagai cara dan strategi berkomunikasi; (d) memberikan
informasi yang benar, jelas, komprehensif dan akurat.

6. Penggunaan Hasil Evaluasi.

Salah satu penggunaan hasil evaluasi adalah laporan. Laporan yang


dimaksudkan untuk memberikan feedback kepada semua pihak yang
terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran sama artinya


dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk
menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pembelajaran merupakan suatu sistem,
yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang
lain. Komponen tersebut meliputi: kurikulum, guru, siswa, materi, metode, media
dan evaluasi.

Semua komponen dan variabel pembelajaran merupakan satu kesatuan, jika


ada salah satu komponen dan variabel yang bermasalah, maka proses belajar-
mengajar akan terganggu. Sehingga hasil yang dicapai dalam pembelajaran tidak
memuaskan.

Pengertian sekolah efektif yaitu sekolah yang memiliki sistem pengelolaan


yang baik, transparan dan akuntabel, serta mampu memberdayakan setiap
komponen penting sekolah, baik secara internal maupun eksternal, dalam rangka
pencapaian visi misi tujuan sekolah secara efektif dan efesien.

Konsep sekolah efektif adalah sekolah yang mampu mengopfmalkan semua


masukan dan akses bagi ketercapaian output pendidikan. Karekteristik sekolah
efektif yaitu: (1) kepemimpinan kepala sekolah kuat. (2) harapan yang tinggi
terhadap prestasi pelajar. (3) menekankan pada keterampilan dasar. (4) keteraturan
danatmosferterkendali.
Pengembangan evaluasi pembelajaran merupakan langkah-langkah yang harus
diikuti oleh seorang evaluator atau tim evaluator dalam melakukan kegiatan
evaluasi. Prosedur-prosedur tersebut adalah; perencanaan evaluasi, monitoring
pelaksanaan evaluasi, pengolahan data dan analisis, pelaporan hasil evaluasi, dan
pemanfaatan hasil evaluasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zainal, Evaluasi Pembelajaran Remaja Rosdakarya.: Bandung 2011.

Bloom, B.S. et.al. (1981). Evaluation to Improve Learning. New York: McGraw-
Hill

Daryanto. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka. 2007

http://alisadikinwear.wordpress.com/2011/10/20/prosedur-pengembangan-
evaluasi-pembelajaran/

Kamaruddin. Organisasi dan Kepemimpinan. Jakarta: Mutiara Hati. 1992.

Mavin, Sharon dkk. (2010). The Evaluation of Learning and Development in the
Workplace: A Review of the Literature

Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2008.

Stufflebeam, D.L. et.al. (1977). Educational Evaluation and Decision Making.


Illinois:F.E. Peachock Publisher. Inc

Sudijono, Anas. (1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada

Taufik. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Inti Prima. 2010.

Taufik. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Inti Prima. 2010.

Tayibnapis, Farida Yusuf, Evaluasi Program, Jakarta: Rineka Cipta, 2000

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum dan


Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

18

Gambar 2.1 : Ruang Lingkup Evaluasi


[1] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011.
hal. 88
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Prosedur
[3] Kamaruddin. Organisasi dan Kepemimpinan. Jakarta: Mutiara Hati. 1992. hal.
32
[4] http://www.artikata.com/arti-367883-pengembangan.html
[5] Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
2008. hal. 400
[6] http://belajar.ws/pengertian-belajar-dan-definisi-belajar.html
[7] http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-pembelajaran-menurut-
para.html
[8] Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. hal. 400
[9] Taufik. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Inti Prima. 2010. hal. 91
[10] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran. Bandung. hal. 88

19

Anda mungkin juga menyukai