D I R E K T O R A T J E N D E RA L C I P T A K A R Y A
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHAT AN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
Jalan Pattimura No. 20, Kebayoran Baru – Jakarta Selatan, Telp. 021-72797175/6/8 – Fax 021-7261939
Sebagai salah satu upaya untuk melindungi permukiman dari daya rusak air sesuai
amanat UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan PP No. 38 Tahun 2011
tentang Sungai, penyelenggaraan sistem drainase perkotaan ditujukan untuk
mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat dan bebas genangan.
Dalam rangka penanggulangan genangan/ banjir pada lokasi dan saat tertentu,
diperlukan juga sistem pemompaan yang memenuhi kaidah teknis yang berlaku.
Untuk mewujudkan penyelenggaraan sistem drainase yang diinginkan tersebut
diperlukan buku tata cara sistem pompa yang memuat sejak dari perencanaan,
pelaksanaan, uji coba, operasi dan pemeliharaan. Diharapkan buku tata cara ini
dapat menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan bidang drainase perkotaan di
seluruh Indonesia.
Penyusunan Tata Cara ini melibatkan para akademisi, pakar dan praktisi bidang
drainase melalui berbagai tahapan-tahapan kegiatan seperti, konsinyasi-konsinyasi
dan workshop. Namun demikian disadari bahwa panduan ini bersifat dinamis dan
apa yang telah disusun dimungkinkan untuk berubah dan berkembang. Oleh karena
itu, kami akan senantiasa terbuka untuk berbagai masukan guna penyempurnaan
lebih lanjut.
Jakarta, 2013
Direktur Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... 6
DAFTAR TABEL......................................................................................................... 8
BAB I .......................................................................................................................... 9
DESKRIPSI ................................................................................................................ 9
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 9
1.2 KONSEP POMPA .................................................................................... 10
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN .......................................................................... 12
1.3.1 Maksud .............................................................................................. 12
1.3.2 Tujuan ............................................................................................... 12
1.4 RUANG LINGKUP ................................................................................... 13
1.5 PENGERTIAN .......................................................................................... 13
1.6. KETENTUAN-KETENTUAN..................................................................... 17
1.6.1 Standar Kriteria.................................................................................. 17
1.6.2. Komponen Sistem Pompa ................................................................. 19
1.6.3. Tahapan Pengembangan Sistem Pompa .......................................... 19
1.6.4. Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan.................................................... 20
BAB II ....................................................................................................................... 22
POMPA DRAINASE ................................................................................................. 22
2.1. KLASIFIKASI POMPA DRAINASE........................................................... 22
2.1.1. Pompa ulir/screw (pompa aliran permukaan bebas).......................... 22
2.1.2. Pompa impeler (pompa aliran pipa bertekanan) ................................ 24
2.1.3. Pompa Submersibel (Submersible Pumps) ....................................... 28
2.1.4. Pump Gate ........................................................................................ 29
2.1.5. Pompa Lumpur (Sludge Pump) ......................................................... 30
2.1.6. Perbandingan Pompa Ulir dan Pompa Impeller ................................. 31
2.2. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPAHAMI DALAM MERENCANAKAN
SISTEM POMPA DRAINASE ................................................................... 38
2.2.1. Hukum-Hukum Keserupaan Pompa .................................................. 38
Dalam perencanaan sistem pompa, pada tahapan awal mengacu pada tata
cara perencanaan sebagaimana dituangkan dalam Petunjuk tentang
Pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan I D: Tata Cara Perencanaan
Kolam Detensi, Kolam Retensi Dan Sistem Polder, dimana diuraikan secara
detil tahapan perencanaan mulai dari tahapan pengumpulan data, survei
topografi, penyelidikan tanah, survei sosial ekonomi, analisis hidrologi, analisis
hidrolika, sampai dengan menentukan sistem aliran saluran dan kapasitas
pompa untuk menghitung volume kolam tampungan yang dibutuhkan serta
perhitungan kebutuhan head pompa dari elevasi muka air minimum di kolam
retensi ke muka air maksimum banjir di sungai atau muka air pasang tertinggi
di laut.
Pada pompa dengan cara kerja mengubah energi mekanik menjadi energi
tekan fluida, pengubahan energi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain:
a) Mengubah energi mekanis dengan menggunakan alat semacam sudu atau
impeller dengan bentuk tertentu.
b) Dengan menggunakan gerak bolak-balik piston atau semacamnya
c) Dengan penukaran energi menggunakan fluida perantara, baik gas atau
cair. Fluida perantara ini diberi kecepatan tinggi dan dicampur dengan
fluida yang dipompa dengan kecepatan rendah. Cara ini bisa
menggunakan pompa jet.
d) Dengan menggunakan udara atau gas bertekanan tinggi yang diinjeksikan
ke dalam suatu saluran yang berisi fluida yang dipompa.
(Sumber: Sunarno, “Mekanikal Elektrikal”. 2005: 55)
Penghisapan fluida pada sisi hisap (suction) pompa dilakukan elemen pompa
dengan menurunkan tekanan di dalam ruang pompa, agar terjadi perbedaan
tekanan antara ruang pompa dengan mulut hisap pompa, sehingga fluida akan
mengalir dari mulut hisap pompa ke ruang pompa. Selanjutnya elemen pompa
akan mendorong fluida atau memberikan tekanan terhadap fluida sehingga
fluida tersebut akan mengalir dari ruang pompa ke dalam saluran tekan
(discharge) melalui lubang tekan.
Untuk menentukan jenis pompa, perlu diketahui karakteristik pada pompa yang
akan dioperasikan, dengan demikian pompa tersebut bisa mencapai efisiensi
maksimum sesuai dengan batas-batas kondisi kerja yang ditentukan.
Positive Displacement
Reciprocating Rotary
Vane Gear
Piston Lobe
Flexible Member Circumerential Piston
Single Suction Mechanical Diaphragm Screw Screw
Double Suction Piston/ Plunger
Hydraucally Actuated
Diaphragm
Simplex Simplex
Duplex Duplex
Triplex Triplex
Multiplex Multiplex
Open Impeller
Semi Open Impeller
Closed Impeller
1.3.2 Tujuan
Tujuan penyusunan pedoman tata cara ini adalah untuk mendapatkan
keseragaman pemahaman dalam melaksanakan perencanaan,
pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan sistem pompa yang handal,
efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan.
1.5 PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan:
Badan air penerima adalah wadah-wadah air alamiah atau buatan seperti
laut, sungai, danau, kolam retensi, kolam detensi, kolam tandon;
Daerah genangan adalah kawasan yang tergenang air akibat tidak
berfungsinya sistem drainase yang mengganggu dan/ atau merugikan
aktivitas masyarakat;
Debit adalah volume air yang dapat dipompa per satuan waktu, dam
dinyatakan dalam liter/detik atau m3/menit;
Debit banjir rencana adalah debit maksimum dari suatu sistem drainase
yang didasarkan kala ulang tertentu yang dipakai dalam perencanaan;
Daerah Pengaliran Saluran (DPSal) adalah daerah yang mengalirkan air
hujan ke dalam saluran dan/ atau badan air penerima lainnya;
Efisiensi Pompa adalah perbandingan antara daya fluida terhadap daya
poros pompa,
Efisiensi Pompa adalah perbandingan antara daya hidraulik yang
dihasilkan pompa dan daya elektrik/mekanik yang dipakai pompa;
Hoist adalah alat pengangkat/ katrol penggerek yang terdapat pada rumah
pompa maupun diletakan pada overhead crane untuk keperluan operasi
dan pemeliharan instalasi pompa maupun saringan sampah
otomatis/manual;
Impeler adalah bagian pompa yang berfungsi memberikan impuls kepada
fluida sehingga energi yang dikandungnya berubah bertambah besar;
1.6. KETENTUAN-KETENTUAN
1.6.1 Standar Kriteria
Beberapa standar kriteria yang digunakan dalam penyusunan Buku Tata
Cara Perencanaan, Pelaksanaan, Operasi dan Pemeliharaan Sistem
Pompa ini adalah:
Pekerjaan Sipil dan Arsitektural:
KP-04 Irigasi, 2011;
AASHTO (American Association of State Highway Transportation
Organisation);
ASTM (American Society for Testing and Materials);
USBR (United State Biro of Reclamation);
ANSI (America National Standards Institute) 98 HI 1998;
Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia, PPBBI 1984;
Peraturan Muatan Indonesia, PMI (pembebanan);
Peraturan Gempa Indonesia;
SNI 03-1729-2002 mengenai Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
untuk Bangunan Gedung;
SNI 02-2406-1991 mengenai Tata Cara Perencanaan Umum Drainase
Perkotaan;
SNI No. 03-3424-1994 atau SNI No. 03-1724-1989 SKBI-1.3.10.1987
mengenai Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidrolika untuk
bangunan di sungai;
SNI 03-1750-1990 mengenai Mutu dan Cara Uji Agregat Beton;
SNI 15-2049-1990 mengenai Mutu dan Cara Uji Semen Portland;
SNI 03-2052-1990 mengenai Baja Tulangan Beton;
SNI 03-6861.1-2002 mengenai Spesifikasi air sebagai Bahan
Bangunan;
Pompa Ulir
(pompa aliran
permukaan bebas)
Pompa Aliran Radial
Pompa Drainase
(Pompa Sentrifugal)
Pompa Impeler
(pompa aliran pipa Pompa Aliran Campur
bertekanan)
Sumber: Pendidikan dan Pelatihan PSDA dan Pantai, Prayogo Endarjo, 2003
Gambar 2.1 Klasifikasi Pompa Drainase
Harga - Mahal karena desainnya perlu Pada aliran volum yang sama
ketelitian dan kepresisian serta harga pembelian lebih murah
toleransi yang tinggi
- Material besar, harga tinggi
Dari uraian yang sudah dipaparkan di atas, jenis dan karakteristik pompa
untuk sistem drainase dapat diichtisarkan seperti terlihat pada Tabel 2.2
di bawah ini.
POMPA ULIR Debit menengah dan Head rendah, Direkomendasikan apabila lahan
(SCREW PUMP) Sampah juga bisa terambil. Dengan range: relatif besar dan jauh dari
Q (200 - 500.000) gpm (0,757 - 1.892) m3/menit dan H (3 - 20 ) ft, pemukiman penduduk
(1 - 6) m.
Bentuk kurva hubungan head dan debit mendatar karena debit
aliran konstan.
Dapat dioperasikan kapan saja tanpa perlu dipanasi terlebih
dahulu.
Pada saat dioperasikan Head mengalami fluktuasi namun debit
aliran konstan.
Komponen pompanya sederhana diantaranya peredam kecepatan,
universal coupling, tangkai ulir yang panjang dan oli sebagai
pelumas.
Dimensinya besar dan agak berat.
Membutuhkan rumah pompa yang besar.
Cara pengoperasian relatif mudah namun membutuhkan
perawatan rutin.
Penggantian komponen pompa sulit dilakukan.
Harga pompa jenis ini relatif mahal.
Pompa ulir membutuhkan lahan yang relatif luas dan kebisingan
relatif besar.
POMPA ALIRAN AKSIAL Debit besar dan Head rendah Direkomendasikan apabila lahan
(AXIAL FLOW) Dengan range: relatif besar
Q (200 - 500.000) gpm (0,757 - 1.892) m3/menit dan H (3 - 20 ) ft,
(1 - 6) m
Hubungan antara Debit dan Head ditunjukkan melalui kurva miring
kebawah (down ward-sloping curve).
Head dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Komponen pompa agak rumit.
Membutuhkan komponen tambahan berupa seal pompa, fasilitas
cooling water, pump priming.
Dimensinya besar dan agak berat.
Membutuhkan rumah pompa yang besar.
Cara pengoperasian yang mudah namun membutuhkan perawatan
pada fasilitas pump priming.
Penggantian komponen yang rusak sulit untuk dilakukan.
Harganya mahal.
Pompa aliran aksial membutuhkan lahan yang relatif luas.
POMPA ALIRAN RADIAL Debit medium dan Head medium-tinggi Direkomendasikan apabila lahan
(RADIAL FLOW) Dengan range : relatif besar
Q (0,5 - 1,5 m3/dt) dan
H (20 - 60) m
Pompa aliran radial membutuhkan lahan yang relatif luas.
POMPA ALIRAN CAMPURAN Debit besar dan Head relatif menengah. Dengan range: Direkomendasikan apabila lahan
(MIXED FLOW) Q (2000 - 500.000) gpm relatif besar
(7,57 - 1.892) m3/menit
dan H (20 - 150) ft, (6 - 45) m
Pompa aliran campuran membutuhkan lahan yang relatif luas.
POMPA SUBMERSIBLE Debit besar dan Head relatif menengah. Dengan range: Dapat diaplikasikan pada daerah
(SUBMERSIBLE PUMP/ MIXED Q (200 - 500.000) gpm (0,757 - 1.892) m3/menit dan H (20 - 150 ) yang lahannya sempit
FLOW) ft, (6 - 45) m.
Hubungan antara Debit dan Head ditunjukkan melalui kurva miring
kebawah (down ward-sloping curve).
Dapat dinyalakan kapan saja tanpa perlu dipanasi terlebih dahulu.
Head dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Komponennya sederhana dan tidak memerlukan komponen
tambahan untuk operasional.
Dimensi pompa kecil dan ringan.
Tidak membutuhkan rumah pompa yang besar.
Cara pengoperasian yang mudah tanpa komponen tambahan, tapi
agak rumit dalam penggantian seal pompa.
Jika ada kerusakan, penggantian komponen mudah.
Harga pompa agak mahal.
Kualitas material harus tahan korosi.
PUMP GATE(* Diaplikasikan pada saluran drainase dengan lebar minimal: 0,85 -3,38 Diaplikasikan pada kawasan yang
m dengan tinggi minimal 1,0-2,25. Dengan range: tidak tersedia lahan untuk
Q (8 - 280) m3/menit. pembangunan Kolam Detensi dan
Power Output (Kw) 7,5 – 400 rumah pompa.
Head (1,8 -12 meter)
Kualitas material harus tahan korosi.
Space kecil dan multi fungsi.
Tidak boleh ada sampah (kondisi air harus bersih) supaya gate
dapat tertutup dan terbuka dengan sempurna.
POMPA LUMPUR Digunakan untuk memompa lumpur. Dengan range : Untuk memompa cairan yang
(SLUDGE PUMP) Q (200–500.000) gpm mengandung lumpur
(0,757-1.892) m3/menit
dan H (20 - 150 ) ft, (6-45) m.
Kualitas material harus tahan korosi.
2.2.2. Kavitasi
Proses terjadinya kavitasi, pada saat dimana pada impeller pompa terjadi
tekanan rendah, dan biasanya nilai tekanan rendah ini dibatasi pada nilai
tekanan uap pada temperatur normal dari cairan yang dipompa. Pada saat
tekanan rendah mencapai nilai tekanan uap, cairan mulai mendidih dan
membentuk gelembung-gelembung yang selanjutnya terangkut bersama
cairan. Ketika gelembung-gelembung ini mencapai daerah bertekanan lebih
tinggi, gelembung-gelembung ini pecah. Gejala ini dikenal sebagai kavitasi
dan kejadiannya disertai dengan bunyi yang tipikal. Pada pompa-pompa
kecil, terjadi getaran ringan sebagai akibat dari suara kavitasi ringan seperti
“menggoreng daging”, sedangkan pada pompa-pompa besar, terjadi getaran
berat sebagai akibat dari suara kavitasi berat seperti “memompa batu-batu”.
Kavitasi secara umum akan berdampak sebagai berikut:
Berkurangnya kapasitas pompa;
Berkurangnya head (pressure);
Terbentuknya gelembung-gelembung udara pada area bertekanan di dalam
selubung pompa (volute);
Kerusakan pada impeller atau selubung pompa (volute);
Suara pompa bising, getaran dan korosi.
Beberapa cara dapat digunakan untuk menghindari kavitasi diantaranya:
1. Tekanan sisi isap tidak boleh terlalu rendah. Pompa tidak boleh diletakkan
jauh di atas permukaan cairan yang dipompa sebab menyebabkan head
statisnya besar;
2. Kecepatan aliran pada pipa isap tidak boleh terlalu besar. Bagian yang
mempunyai kecepatan tinggi maka tekanannya akan rendah. Oleh karena
working point s
NPSH
H
NPSH
Qs
0
Discharge Q
Sumber: Pendidikan dan Pelatihan PSDA dan Pantai, Prayogo Endarjo, 2003
Gambar 2.16 Hubungan Debit-NPSH
h0
NPSH
HA
hv
Sumber: Pendidikan dan Pelatihan PSDA dan Pantai, Prayogo Endarjo, 2003
dimana:
σ = Bilangan Thoma (-);
NPSH = NPSH pada debit normal (m);
H = Tinggi angkat pompa pada debit normal (m)
Lengkung debit-NPSH pada gambar 2.16 memberikan indikasi tinggi tekanan
yang dibutuhkan pada bukaan hisap pompa agar tekanan di pompa selalu
diatas nilai tertentu untuk mencegah apa yang disebut sebagai “besar
kavitasi tertentu”.
Besar kavitasi yang dapat ditoleransi merupakan persoalan ekonomik.
Sebagai contoh, apabila dipakai kriteria tanpa kavitasi sama sekali, maka
diperlukan nilai NPSH yang tinggi, sehingga pompa harus ditempatkan pada
posisi yang sangat rendah.
Berdasarkan hasil sejumlah pengetesan kavitasi terhadap berbagai tipe
pompa, dibuat lengkung hubungan antara kecepatan spesifik pompa, n sq,
pada titik efisiensi terbaik, dan nilai bilangan Thoma, σ, minimum dimana
kinerja pompa yang baik masih dijamin (Gambar 2.18). Lengkung ini dibuat
berdasarkan penurunan tinggi sebesar 0,1 sampai 0,2 % dibandingkan
dengan kondisi pemompaan tanpa kavitasi.
Koefisien Kavitasi
0.40
0.30
0.20
0.15
0.10
0.08
0.06
0.05
0.04
0.03
100 200 300 400 600 800 1000 1500 2000
Kecepatan spesifik n
Sumber: SNI 7518-2009
Gambar 2.18 Hubungan antara koefisien kavitasi dengan kecepatan spesifik (ns)
Commutator
Electric Motor Motor
DC Motor
Sumber Engineering Manual for Irrigation & Drainage, ”Pump Facilities”, The Japanese Institute of Irrigation and
Drainage, 1991.
Gambar 2.19 Tipe Motor Elektrik
Tabel 2.3 Perbandingan antara motor induksi tipe squirrel cage dan wound rotor
Variabel Pembanding Tipe Squirrel Cage Tipe Wound Rotor
Konstruksi Sederhana Agak komplek
Arus Awal Besar (500 – 650%) Small (100 – 150%)
Torsi Awal 100 – 150% 100 – 150%
Efisiensi Torsi Rendah Tinggi
Efisiensi Hampir sama dengan tipe Hampir sama dengan tipe
wound rotor squirrel cage
Faktor Daya Hampir sama dengan tipe Hampir sama dengan tipe
wound rotor squirrel cage
Slip Hampir sama dengan tipe Hampir sama dengan tipe
wound rotor squirrel cage
Pemeliharaan Rendah Agak tinggi
Metode Start Line-start atau reduced Secondary resistance start
voltage start
Dimana:
Nsy = Kecepatan motor tipe synchronous
f = Frekuensi
p = jumlah pole pada motor
2.2.6.2. Voltase Motor
Voltase bergantung pada kapasitas pompa. Apabila pompa yang
direncanakan merupakan kapasitas dengan debit besar, maka akan
berpengaruh pada diameter kabel. Apabila tegangan tinggi, arus
rendah maka dimensi kabel kecil. Pada umumnya laju voltase motor
meningkat sebanding dengan meningkatnya laju keluaran daya.
Voltase yang tersedia sebagai berikut:
Voltase rendah : Kelas 200 V, Kelas 400 V
Voltase tinggi : Kelas 3000 V, Kelas 6000 V (khusus untuk
pompa kapasitas besar)
Voltase tinggi jarang digunakan untuk pompa sedangkan untuk
industri sering menggunakan voltase yang tinggi.
2.2.6.3. Metode Start Motor
1) Metode start untuk motor induksi tipe squirrel cage
Motor induksi tipe squirrel cage mempunyai kelebihan antara lain
mudah dalam pemasangan, konstruksinya kuat dan harganya
murah. Motor induksi tipe squirrel cage memiliki arus awal sebesar
500 – 650% dari tingkat nilai dan faktor tenaga permulaan cukup
Sebagai contoh dalam motor induksi tertera IP.55, artinya: motor tersebut
mampu bekerja dengan baik walaupun dalam kondisi berdebu dan
kehujanan atau kena cipratan air. Dibawah ini juga dilampirkan Tabel IK
(Impact Energy).
Tabel 2.7 Urutan yang diperlukan dari proses desain tergantung pada pendekatan yang
dipilih atau diperlukan
Jika pendekatan perencanaan Maka:
adalah untuk :
Menangani debit puncak Konfigurasi percobaan pompa dapat dilakukan setelah
pengembangan volume inflow kumulatif (kebanyakan mass
inflow curve) dan sebelum mengevaluasi penampungan.
Optimalisasi kapasitas kolam Konfigurasi percobaan pompa harus mengikuti
detensi/ pompa banjir perkembangan hidrograf dan hasil evaluasi sistem
penampungan. Serangkaian iterasi (perulangan) dari ukuran
penampungan dan konfigurasi pompa akan diperlukan untuk
menetapkan kombinasi yang mencapai keseimbangan
antara ukuran pompa, ukuran penampungan unit, dan biaya
konstruksi
Menyesuaikan volume kolam Konfigurasi percobaan pompa harus mengikuti
detensi perkembangan volume aliran kumulatif dan sidang evaluasi
sistem penampungan.
Sumber : Highway Stormwater Pump Station Design, Hydraulic Engineering Circular No. 24, February 2001
Sumber : Highway Stormwater Pump Station Design, Hydraulic Engineering Circular No. 24, February 2001
Gambar 2.22 Contoh Metode Grafik Kurva Massa Inflow
V (req) rendah sekali Kapasitas pompa terlalu besar Mengurangi kapasitas dan jumlah
dibandingkan Vt tetapi pompa
waktu putaran cukup
V (req) < Vt tetapi waktu Volume kolam tampung tidak cukup • Mengatur switching elevasi
putaran terlalu pendek dikarenakan switching elevasi yang untuk meningkatkan
tidak sesuai perbedaan kolam tampung
untuk kebanyakan pompa
yang peka atau
• Meningkatkan volume kolam
tampung
V (req) < Vt dan waktu Skenario pemompaan sesuai Lanjutkan ke proses berikutnya
putaran cukup
Sumber : Highwater Stormwater Pump Station Design, Hdyraulic Engineering Circular No. 24, February 2011
Tabel 2.10 Prosedur untuk Mengestimasi Kapasitas dan Kebutuhan Jumlah Pompa
Jika desain didasarkan Kemudian Gunakan Setelah Itu:
pada: Alternatif
Debit puncak maksimum yang A Lanjutkan ke kolam tampung yang
tetap, QP(req) digunakan dan routing massa kurva.
Kolam tampung yang tetap B Lanjutkan ke kolam tampung yang
digunakan dan routing massa kurva.
Kapasitas/ kolam tampung B Lanjutkan ke kolam tampung yang
yang optimum digunakan dan routing massa kurva,
tetapi beberapa iterasi akan
diperlukan.
Sumber : Highwater Stormwater Pump Station Design, Hdyraulic Engineering Circular No. 24, February 2011
Alternatif A
Lakukan hal berikut:
Langkah 1. Hitung total yang diperlukan pemompaan dalam unit yang
konsisten m3/jam atau gpm
0,4
0,2
0 1 2 3 4 5 6
Waktu
Sumber : Highway Stormwater Pump Station Design, Hydraulic Engineering Circular No. 24, February 2001
Gambar 2.23 Estimating total pumping rate
..........................................................................................2.13
Dimana:
g = percepatan gravitasi m/s2
γ = berat zat cair per satuan volume (kgf/m3).
= tinggi tekan
= tinggi kecepatan
Z = tinggi tempat
Dalam perhitungan head pompa banjir, untuk menghitung kebutuhan
head pompa yang digunakan adalah total head pompa dinamik (TDH =
Total Dynamic Head), yang merupakan kebutuhan energi total dari intake
ke badan air penerima, dimana terdiri dari 4 (empat) komponen yaitu:
Sumber : Highway Stormwater Pump Station Design, Hydraulic Engineering Circular No. 24, February 2001
Gambar 2.24 Komponen-komponen dalam TDH
Dimana:
Hs = Head statis, m.
hf = Total kehilangan head dalam pompa dan pipa karena gesekan,
jenis material dll, m.
hV = Head kecepatan, m.
Hp = Perubahan tekanan antara inlet dan outlet, m. Bila antara inlet
dan outlet merupakan saluran terbuka/ berhubungan dengan
atmosfer/ udara bebas maka Hp = 0, dan ini biasa terjadi pada
stasiun pompa banjir. Sehingga dalam perencanaan pompa
banjir tekanan yang sering berpengaruh hanya head statis (static
head), head karena gesekan (friction head) dan head kecepatan
(velocity head).
HJ = λ .......................................................................................2.16
Keterangan:
HJ adalah rugi ketingginan yang disebabkan oleh gesekan (m)
λ adalah faktor gesekan (lihat Gambar 2.25)
I adalah panjang pipa yang diuji dari tempat tap tekanan sampai
flensa pompa (m)
D adalah diameter dari pipa instalasinya
U adalah laju aliran rata-rata dalam pipa (m/detik)
g adalah percepatan gravitasi = 9,81 (m/detik2)
....................................................................2.17
Hp = ....................................................................... 2.18
Dimana:
Hp = daya air (Kw)
Q = kapasitas air (m3/s)
ρ = massa jenis air (kg/m3)
Htot = Tinggi total pompa (m)
ƞs = n .......................................................................................2.22
dimana:
ns = Kecepatan spesifik (-);
η = Kecepatan impeller (rad/det) = 2πn;
Qo = Debit pada titik efisiensi terbaik (m3/det);
Sumber: Pompa dan Kompresor: Pemilihan, Pemakaian dan Pemeliharaan, Sularso dan Haruo Tahara, PT. Pertja, 2000
Sumber: Pompa dan Kompresor: Pemilihan, Pemakaian dan Pemeliharaan, Sularso dan Haruo Tahara, PT. Pertja ,2000
Gambar 2.26 Tipe Impeller Berdasarkan Kecepatan Spesifik
500
300
Total Head (m) 200
100 Centrifugal
50
30
20 Mixed Flow
10
5
3 Axial Flow
2
1
0.1 0.2 0.3 0.5 1 2 3 5 10 20 30 50 100 200 500 1000
Capacity (m³/min)
Sumber: ..................
Pa Pv
z H h ........................................................................2.23
s
ls
Dimana :
Hpr
H HST
suction level
Hs
HA (positive value)
Pump
Plane of comparison
energy line
pressure line
H manometric of total head
HsT static head
HA suction head
Hs energy loss in suction line
Hpr energy loss in pressure line
NEGATIVE SUCTION HEAD
pressure level
Hpr
80,
6
H
HST plane of comparison
suction level
HA (negative value)
421,
93
Hs
(Sumber : Wijdieks 1972)
Gambar 2.28 Posisi Skematik dari Pompa
. .............................................................................2.25
+
7
+
+ + +
- - - -
- - -
max. attainable efficiency in %
100
90
0,01
80
0,05
70
0,025
60
0, 10
50
0,005
40
3 4 6 8 10 20 30 40 60 80 100 200 300
H0.75
Sumber: Pendidikan dan Pelatihan PSDA dan Pantai, Prayogo Endarjo, 2003
.................................................2.26
Dimana:
Pd = Suplai daya yang dibutuhkan (Watt);
Dimensi yang diberikan pada gambar 2.31 berlaku untuk aliran seragam
pada penampang saluran pendekat yang berjarak 3D b dari as mulut pipa
hisap (Gambar 2.31a).
0,25D b Plane of
uniform flow
S = 1,5D b (min)
Db 2Db
0,5Db
0,5Db
0,5D b Db
3Db
a vertical intake
b horizontal intake
S = 1,5D b
(minimum)
W = 2D b Db
C = 0,5D b
Db
0,25Db
c turned down bellmouth
0,5Db 0,5Db
0,5Db
Db Db 2Db V Db
0,5Db
0,5Db 2Db
V 0,3 m/s T
6Db
V 6Db
0,5Db
2Db
0,5Db
T
Db 2Db
0,5Db
V
plane of
uniform
flow
above max water level
S = 1,5Db (min)
0,5Db
Db 0,5Db
combined curve
H
working point
for one pump in
operation
pump non-return
valve
Sumber: Pendidikan dan Pelatihan PSDA dan Pantai, Prayogo Endarjo, 2003
+ 8
+
+ + +
- - -
- - - -
Head H0 in b.e.p in m
40 1000
20 800
How rate Q0 in b.e.p in m³/h
600
10 500
8 400
6
300
4 a
b
200
2
150
1 100
0.8 80
0.6
60
0.4
50
40
0.2
30
1
0.1
0.08 20
0.06
0.04
10
0.02 8
6
0.01 5
4000
2000
8000
3000
5000
6000
1000
1500
0.008 4
800
400
200
300
500
600
150
0.006
3
0.004
speed in rpm
2
0.002
0.001 1
0.4
D1
0.3
200
300
100
120
160
20
40
30
50
60
80
12
16
100
discharge Q in b.e.p. in m³/s
80
60
40
30
20
10 1000
8
600
6
300
head in b.e.p. in m
4 200
3 100
2 60
30
20
1
0.8 10
0.6 6
3
0.4 2
0.3 1
0.2 0.6
0.3
0.2
0.1
0.1
0.08
0.06
0.04
0.03
0.02
0.01
2.5
2.0
3.0
0.90
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.09
0.08
0.07
0.06
1.5
1.0
0.008
0.006
0.004 D2 in m
0.003
0.002
0.001
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 100
dihasilkan perencanaan dapat sangat bervariasi, seperti terlihat pada
Gambar 2.36 dan Gambar 2.37.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 101
2.3.10. Perencanaan Sistem Tampungan (Storage)
Sistem penampungan pada sistem pompa banjir, terdiri dari 2 (dua)
komponen utama yaitu: unit penampungan dan sistem bak penampung
basah (wet well). Dan pada stasiun pompa terdapat 2 tipe stasiun terkait
jenis penampung basahnya, pit basah (wet-pit) and pit kering (dry-pit).
a. Dry well pumping station
Pompa drainase dengan pemasangan pompa air dan peralatan motor
penggeraknya terpasang diatas (tidak terendam air)
Contoh: pompa tipe axial poros mendatar, pompa tipe mixed flow poros
mendatar
b. Wet well pumping station, dibagi menjadi 2 tipe:
Tipe suspended
Pompa air terpasang dalam keadaan terendam air sedangkan motor
penggerak yang berada diatas tidak terendam air
Contoh: pompa tipe axial poros mendatar, pompa tipe mixed poros
tegak
Tipe submersible
Pompa air dan motor penggerak terpasang dalam keadaan terendam
air dan konstruksi pompa dan motor penggerak dalam satu bagian
Contoh: pompa submersible tipe axial dan pompa tipe mixed flow.
Desain dari pompa banjir perlu disesuaikan dengan kolam tampungan
(detention pond). Semakin besar kolam tampungan yang tersedia maka
semakin kecil kapasitas pompa banjir yang didesain dengan debit yang
sama. Dengan perkataan lain, besarnya debit yang akan dialirkan ke badan
air penerima (outflow) dari suatu sistem polder adalah debit yang masuk ke
dalam sistem pompa (inflow) dikurangi volume air yang dapat disimpan
dalam kolam tampungan.
Semakin tinggi kapasitas pompa maka akan semakin kecil volume air yang
ditampung dalam kolam tampungan. Pada kondisi ekstrim dimana tidak
tersedia kolam tampungan, maka kapasitas pompa sama dengan debit yang
masuk. Begitupun sebaliknya, jika kolam tampungan melebihi dari debit yang
masuk, maka kebutuhan akan pompa akan semakin kecil ataupun tidak ada
sama sekali.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 102
(a) Tipikal Tipe Stasiun Pit-Basah (b) Tipikal Tipe Stasiun Pit-Kering
Gambar 2.38 Tipikal Tipe Stasiun Pompa
Sumber : ..........................................................................................................
Gambar 2.39 Hidrograf disalurkan melalui stasiun pompa
a) Filosofi Desain Penampungan
Ada tiga pendekatan umum dalam merencanakan sistem penampungan
(kolam dan bak) dan kebutuhan kapasitas pompa, yaitu:
1) Dengan menghitung kebutuhan kapasitas sistem jaringan drainase
polder agar memadai dalam hal melayani limpasan hujan sesuai
dengan orde saluran dan perioda waktu ulang (tingkat keamanan
sistem yang direncanakan) mengacu pada tata cara perencanaan
(Lihat Tata Cara Perencanaan 1D: Kolam Detensi, Kolam Retensi
dan Sistem Polder). Pilih dimensi bak/Kolam Detensi, ukuran
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 103
pompa dan setting pengaturan peralihan pompa, dengan
memaksimalkan upaya-upaya penyimpanan/ penampungan
(detensi).
2) Dengan mengidentifikasi target debit outflow yang direncanakan dan
memilih pompa yang memiliki kapasitas sesuai dengan target debit
outflow yang direncanakan. Tetapkan sistem penyimpanan yang
diperlukan untuk menahan hidrograf debit inflow yang didesain.
Pendekatan ini dapat digunakan di daerah di mana debit puncak
dibatasi, atau dimana badan air penerima (sungai) memiliki kapasitas
terbatas.
3) Dengan menggunakan iterasi, dengan cara mengembangkan
perhitungan berdasarkan berbagai bervariasi kemungkinan volume
penyimpanan, berbagai ukuran pompa dan kebutuhan jumlah pompa
untuk menentukan kombinasi yang tepat secara efisien dapat
meminimalkan pembiayaan investasi dan operasi-pemeliharan
sistem pompa (meminimalkan life-cycle cost). Ini adalah pendekatan
yang lebih memakan waktu tetapi akan tetapi menghasilkan desain
terbaik secara keseluruhan.
Pengaruh utama dari kolam penampung adalah untuk mengurangi
tinggi debit puncak. Selain itu, kolam penampung mempengaruhi
frekuensi operasi pompa (khususnya pompa yang beroperasi 24
jam). Seiring dengan meningkatnya volume penampungan, waktu
operasi pompa meningkat. Waktu cycling yang lebih lama dibutuhkan
dan disain waktu cycling harus melebihi dari minimum spesifik
produsen pompa.
b) Prosedur untuk Memperkirakan Kapasitas Penampungan yang
Diperlukan
Prosedur untuk memperkirakan kapasitas penampungan yang
diperlukukan dapat dihitung dengan formula (lihat Prosedur perhitungan
dan operasi sistem polder, Tata Cara Perencanaan 1D: Kolam Detensi,
Kolam Retensi dan Sistem Polder sebagai berikut:
................................................................2.28
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 104
Bila :
ΔS = volume waduk selama waktu interval Δt (m3)
I1 = aliran masuk pada awal interval waktu (m3/dt)
I2 = aliran masuk pada akhir interval waktu (m3/dt)
c) Prosedur untuk menentukan ketinggian muka air pada sumur/bak
penampung basah (Wet Well)
Langkah 1. Tetapkan ketinggian air maksimum yang diijinkan pada titik
terendah di daerah pelayanan (HWR (max)) yang sama
dengan elevasi saluran drainase di inlet pembukaan
terendah lebih rendah di inlet terendah, dengan faktor
keamanan sebesar 0,3 m - 0,6 m (sebagai free board).
Langkah 2. Hitung garis tingkat hidrolik (hydraulic grade line/HGL) dari
bak/sumur basah ke inlet terendah pada saluran masuk
dengan menggunakan:
Dianotasi lay out dan profil dari sistem jaringan
drainase pengumpulan dan bak basah,
dihitung debit desain puncak inflow rata-rata,
melakukan metode coba-coba untuk ketinggian air
dalam bak basah. Tinggi air yang dipakai pada
percobaan pertama harus di bawah tinggi muka air
maksimum pada titik terendah wilayah pelayanan
(HWR (max)) tapi diatas dari level saluran inlet basah,
dan
dapat mengacu pada Tata Cara Perencanaan 1D:
Kolam Detensi, Kolam Retensi dan Sistem Polder.
Langkah 3. Bandingkan garis tingkat hidrolik (HGL) pada titik terendah
daerah pelayanan (sistem polder) dengan ketinggian air
pada titik terendah (HWR (max)). Gunakan tabel keputusan
berikut:
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 105
Tabel 2.13 Tabel Keputusan Hubungan antara titik terendah daerah pelayanan
(sistem polder) dengan ketinggian air pada titik terendah (HWR (max))
Jika HGL adalah: Kemudian Langkah yang diambil Ulasan
Lebih tinggi dari HWR Ulangi Langkah 2 dengan menggunakan Tinggi muka air
(max) tingkat level air lebih rendah dalam air percobaan melebihi
dalam bak basah untuk coba-coba. level yang diijinkan
Lebih dari 75 mm Ulangi Langkah 2 menggunakan level Level air coba-coba
(0,075 m) lebih rendah air coba-coba yang lebih tinggi air dari terlalu rendah
dari HWR (maks) muka air dalam bak/sumur basah.
Pada atau tepat di Lanjutkan ke Langkah 4. Tingkat percobaan
bawah HWR (maks) merupakan HWS
(max).
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 106
Langkah 3. Tambahkan juga bak basah berikut dimensinya kedalam tata
letak (layout) dan profil sistem pengumpulan. Elevasi dasar
sump tidak diperlukan pada tahap ini.
e) Prosedur untuk Menetapkan Dimensi Unit-unit Storage
Karena total storage adalah jumlah dari semua storage pada sistem
pengumpulan, unit storage dan bak basah yang jauh di bawah tinggi
muka air maksimum dan di atas elevasi pompa terendah, maka
diperlukan ukuran unit untuk memastikan bahwa total storage dapat
menampung air yang masuk.
Langkah 1. Buat profil garis aliran dari sistem pengumpul ke bak
penampung yang akan digunakan untuk unit penampung.
Langkah 2. Dengan mengasumsikan elevasi pompa terendah diatur di
invert unit penyimpanan pada pintu masuk bak, hitung
volume dalam sistem pengumpul (VCS).
Langkah 3. Asumsikan bentuk dan ukuran bah yang standar. Hitung
volume bak antara maksimum highwater dan elevasi
terendah pompa bekerja (Vw).
Misalkan dengan menggunakan basah melingkar dengan
diameter dalam 6,4 m dan maksimum highwater yang
diijinkan 22 m dan elevasi memompa terendah 20 m
volume di bak penampung adalah:
Vw = px 0,25 x 6,42 x (22 - 20) = 64,3 m3
Langkah 4. Pilih unit bak penampung standar dan dimensinya.
(sesuaikan dengan ketersediaan lahannya)
Langkah 5. Hitung luas penampang dari saluran yang dipilih, AS.
Misalkan dengan menggunakan pipa 1200 mm, dengan
luas penampang adalah: Sebagai p = x 0,25 x 1,22 = 1,13
m2
Langkah 6. Hitunglah panjang unit penyimpanan yang diperlukan, L S
sebagai:
= .................................................2.29
dimana:
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 107
AS = Cross-section area of conduit, m2
Vreq = Minimum volume storage yang dibutuhkan, m3
Vcs = Volume sistem pengumpulan pada tinggi bawah
air yang diijinkan, m3
Vw = Volume dalam bak basah pada tinggi bawah air
yang diijinkan, m3
Ls(req) = Panjang total unit storage yang dibutuhkan, m
Misalkan dengan menggunakan perhitungan di
atas dan volume perkiraan total yang dibutuhkan
260 m3, panjang yang dibutuhkan diperkirakan
adalah:
Ls = (260 – 0 – 64.3) / 1.13 = 173 m
Langkah 7. Tentukan jumlah barel saluran diperlukan dengan membagi
total panjang yang dibutuhkan, LS (req), dengan panjang
tersedia untuk memenuhi unit storage. Misalkan, panjang
penyimpanan satuan terpanjang adalah 160 m: jumlah
barel yang dibutuhkan = 173/160 = 1,08
Karena penyimpanan yang diperlukan hanya diperkirakan
mencoba hanya 1 barel. Analisis selanjutnya akan
menentukan apakah penyimpanan sudah cukup.
f) Prosedur untuk Mengembangkan Tahap Kurva Storage
Kurva storage menampilkan total yang tersedia dalam sistem pada
setiap tahap antara elevasi inlet (invert) dari stasiun pompa dan elevasi
maksimum yang diijinkan di dalam sumur basah, HWS (max). Total
penampung meliputi penampung dalam sistem pengumpulan, unit
penampung, dan sumur basah. Perencana perlu menghitung banyaknya
tampungan dari elevasi terendah dimana pompa berhenti beroperasi
sampai pada elevasi maksimum yang diijinkan. Jika level air lebih tinggi
dari pada yang diijinkan, maka perlu dilakukan evaluasi pada sistem
tersebut.
Langkah-langkah berikut menunjukkan bagaimana membuat
penampung:
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 108
Langkah 1. Menggunakan plot profil sistem, mengidentifikasi elevasi
terendah pompa mulai bekerja dan menyetel pada zero
stage. Penampung yang tersedia pada tahap ini adalah nol.
Langkah 2. Pilih kenaikan pada setiap tahap. Misalkan perubahan tahap
adalah 0.1 m
Langkah 3. Tetapkan tabel tahap dan penampung untuk berbagai tahap
menggunakan kenaikan yang dipilih. (lihat tabel 2.14)
Langkah 4. Untuk setiap tahap, hitung penampung sebagai jumlah dari
volume penampung pada setiap tahap yang dimaksud.
Catat penampung yang telah dihitung untuk setiap tahap
dalam tabel tersebut.
Misalkan pada stage 0.5 m, volume dalam bak Basah:
Vw = π x 0.25 x 6.42 x 0.5 = 16.08 m3
Diasumsikan bahwa volume dalam sistem pengumpul
diabaikan.
Volume dalam unit penyimpanan Vw = 23,36 m3.
Total volume pada level 0,5 m adalah:
Vt = 16.08 + 23.36 = 39.44 m3
Langkah 5. Plot kurva tahapan tersebut terhadap penyimpanan. Plot ini
sangat berguna dalam membantu mengidentifikasi apabila
ada kesalahan dalam perhitungan volume. Penampung
tersebut harus meningkat hinnga HW S (maks) tercapai.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 109
Tabel 2.14 Tabel Contoh Perhitungan Storage
STAGE (m) Storage (m3)
Sump (Sumuran) Storage Unit Jumlah
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 110
Tabel 2.15 Klasifikasi Umum Material Untuk Komponen-Komponen Pompa
Sumber: Engineering Manual for Irrigation & Drainage, ”Pump Facilities”, The Japanese Institute of Irrigation and Drainage, 1991.
Casing
Casing biasanya terbuat dari besi tuang sesuai standar FC20 atau FC25,
yang bekerja pada tekanan 14 kgf/cm 2 untuk pompa dengan head tinggi dan
casing untuk large-bore pumps kadangkala dibuat dari spheroid-graphite besi
cetakan (besi ductile FCD40 atau FCD55) atau baja karbon tuang (SC46
atau SC49) untuk penggunaan dengan kebutuhan pada kekuatan pompa.
Untuk pompa dengan ukuran lebih besar, beberapa bagian dari casing dibuat
dari plat baja sebagai struktur baja. Tipikal material yang sering digunakan
pada beberapa casing pompa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.16 Tipikal material yang sering digunakan pada beberapa casing pompa
Jenis Air yang
Jenis Material Fitur
Ditangani
Gray iron casting Pada umumnya digunakan Air sungai, Air hujan
(FC20, FC25)
Low Nickel Chrome, Lebih memiliki durabilitas dibandingkan Limbah cair perkotaan
iron casting besi cetakan pada umumnya.
Ductile iron casting Diproses dalam resistensi yang lebih Air sungai, Air hujan
(FCD40, FCD45, baik dari gray iron casting
FCD50, FCD55)
Carbon steel casting Diproses dalam tekanan tinggi dan pada Air sungai
(SC46, SC49) resistensi dampak lebih dari Ductile iron
casting.
Stainless steel casting Diproses dalam tekanan tinggi dan pada Limbah cair perkotaan
(SCS13, SCS14) resistensi dampak lebih dari SCS14
secara khusus memiliki daya resistensi
yang sangat tinggi.
Struktur utama rolled Diproses pada tekanan tinggi dan pada Air sungai, Air hujan
steel plate (SS41) resistensi dampak.
Sumber: Engineering Manual for Irrigation & Drainage, ”Pump Facilities”, The Japanese Institute of Irrigation and Drainage, 1991.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 111
Keterangan:
FC (Besi Cor) menyatakan FC20, FC25
BC (Perunggu Cor)
SC berarti Baja Karbon Cor
SS berarti Plat Baja
Impeller
Perunggu cetakan (BC2, BC3) yang memiliki resistensi terhadap karat dan
memiliki castability adalah bahan yang paling sering digunakan untuk
impeller. Untuk pompa dengan head tinggi dengan kebutuhan material yang
lebih kuat dikarenakan besarnya kecepatan circumferential, maka material
yang sering digunakan adalah baja karbon tuang (SC46, SC49) untuk baja
stainless tuang (SCS1, SCS2, SCS13, SCS14). Tipikal material yang sering
digunakan pada impeller pompa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.17 Tipikal material yang sering digunakan pada impeller pompa
Mengacu pada
Jenis Air yang
Jenis Material Kecepatan Fitur
Ditangani
Circumfertial
Gray iron 35 m/s Suitable untuk medium atau Air Hujan
casting (FC25) small-bore pada pompa head
rendah
Ductile iron 45 m/s Diproses pada tekanan lebih Air sungai, Air hujan
casting (FCD40) tingggi dari Gray iron casting
High Chromium 35 m/s Diproses pada wear dan Pada air yang
cast iron tahanan korosif lebih baik mengandung sedimen,
air hujan
Carbon steel 65 m/s Diproses secara tekanan tinggi Pada air yang
casting (SC46, dan resistensi wear yang lebih mengandung sedimen,
SC49) baik air limbah, air hujan, Air
sungai
Bronze Casting 45 m/s Material yang paling banyak Air Hujan, Air Sungai, Air
(BC2, BC3) digunakan untuk impeller Limbah
Phosfor Bronze 45 m/s Diproses pada resistensi wear Air Hujan, Air Sungai, Air
(PBC) yang lebih tinggi dari perunggu Laut
Stainless steel 70 m/s Diproses resistensi tinggi pada Air hujan, air sungai, air
casting (SCS1, abrasi demikian pula pada limbah yang
SCS2) resistensi pada korosif mengandung sedimen
Stainless steel 65 m/s Diproses resistensi tinggi pada Air limbah perkotaan, air
casting (SCS13, abrasi, demikian juga resistensi laut
SCS14) pada wear dan sedikit
meminimalkan dampak cavitasi
Sumber: Engineering Manual for Irrigation & Drainage, ”Pump Facilities”, The Japanese Institute of Irrigation and Drainage 1991.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 112
Liners, bearing housings dan bases
Karena liner digunakan untuk menghubungkan dengan bagian-bagian yang
berputar, material yang dipilih haruslah yang sifat tahan dan sifat geser (high
sliding) tertinggi yang harus dipilih dari berbagai alternatif, dan bronze
casting (B2, BC6) atau baja stainless castings (SCS1, SCS2, SCS13,
SCS14) adalah yang paling sering digunakan. Untuk casing bearing dan
bases, besi cor biasa (FC20, FC25) sering digunakan.
Pump shafts dan sleeves
Shaft pompa sering dibuat dari mesin-struktur penggunaan baja karbon
(S35C) untuk pompa poros horizontal, dan 13-krom stainless steel (SUS403,
SUS420J1) atau 18-8 stainless steel (SUS304) untuk pompa poros vertikal
(vertical shaft pumps).
Sleeves biasanya terbuat dari 13-krom baja tahan karat (SUS403,
SUS420J1) atau coran perunggu (BC2, BC6), yang sangat tahan pakai.
Bases dan stands
Welded struktur biasanya dibuat dari bahan struktur umum baja digulung
/rolled steel (SS41) digunakan untuk dasar saluran untuk pompa poros
horisontal (horizontal shaft pumps) dan lantai atas singkatan dari pompa
jenis dua lantai.
Untuk material yang digunakan pada perlengkapan tambahan (ancillary
equipment), dimana fasilitas pada unit pompa juga termasuk (1) pipa utama,
(2) katup (valve), (3) Kopling Hidrolik, dan Gear Reducer, pada prinsipnya
material yang digunakan sebagai berikut.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 113
Tabel 2.18 Tipikal Material yang digunakan untuk Perpipaan Utama
Jenis Material Fitur Jenis Air yang Ditangani
Gray iron casting Resistensi terhadap Wear dan Korosif yang Air sungai, Air hujan, air
(FC20, FC25) tinggi. limbah
Ductile iron casting Resistensi terhadap Wear dan Korosif yang Air sungai, Air hujan, air
(FCD40, FCD45, tinggi. limbah
FCD50, FCD55)
Arc Welded Carbon Tahan Tekanan Tinggi (25 kgf/cm2), suitable Air Hujan, Air Sungai
Steel Pipe (STPY41) untuk perpipaan tekanan tinggi
Carbon steel Pipe for Jenis Pipa baja yang paling sering Air Hujan, Air Sungai
Pressure (STPG38, digunakan pada perpipaan utama
STPG42)
Carbon steel pipe for Suitable for small piping and medium-and Air Hujan, Air Sungai
ordinary piping (SGP) small diameter main piping
Sumber: Engineering Manual for Irrigation & Drainage, ”Pump Facilities”, The Japanese Institute of Irrigation and
Drainage, 1991.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 114
Tabel 2.21 Tipikal Material yang digunakan untuk Katup Check
Nama Bagian Jenis Material
Casing Katup Gray Iron Casting (FC25)
Carbon steel casting (SC46, SC49, SCPH2)
Bodi Katup Gray Iron Casting (FC25)
Carbon steel casting (SC46, SC49, SCPH2)
Batang Katup 13-chrome stainless steel (SUS403)
Sumber: Engineering Manual for Irrigation & Drainage, ”Pump Facilities”, The Japanese Institute of Irrigation and
Drainage, 1991.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 115
Tabel 2.24 Tipikal Material yang digunakan untuk Reduction Gears
Nama Bagian Jenis Material
Casing Gray iron casting (FC25)
Struktur utamanya terbuat dari Rolled steel
plate (SS41)
Gear Special Steel (SCM, S40C, S45C)
Main Shaft Carbon steel (S35C, S40C, S45C)
Reducer Pedestal Struktur utamanya terbuat dari Rolled steel
plate (SS41)
Sumber: Engineering Manual for Irrigation & Drainage, ”Pump Facilities”, The Japanese Institute of Irrigation and
Drainage, 1991.
Keterangan:
FC (Besi Cor) menyatakan FC20, FC25
BC (Perunggu Cor)
SC berarti Baja Karbon Cor
SS berarti Plat Baja
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 116
Kelemahan pada mesin diesel antara lain:
Konsentrasi pada polusi suara yang cukup besar
Kemampuan pemeliharaan rendah (suku cadang mahal dan biaya
operasional tinggi)
Modal awal pemasangan mesin genset tinggi
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 117
sampah ukuran besar dan material keras lainnya, seperti potongan kayu
keras yang berpotensi merusak impeller pompa.
Dalam hal ini masih diperbolehkan jika air mengandung sampah dalam
ukuran yang kecil, seperti kantong plastik sejauh sampah tersebut tidak
berpotensi merusak pompa. Oleh karena itu, fasilitas saringan pada pompa
khusus diberikan untuk menyaring sampah berukuran besar
Seperti yang dijelaskan diatas, jika ingin menyaring benda berukuran besar
dan sedang seperti metal atau benda plastik, maka dianjurkan menggunakan
saringan tipe bar rack. Saringan tipe bar rack terdiri dari frame, tiang-tiang
saringan vertikal dan tiang horizontal sebagai struktur pengaman.
Dua jenis saringan yang lain yaitu saringan metal net mesh dan saringan tipe
spesial biasanya dipakai untuk menyaring sampah tidak hanya yang
berukuran besar atau sedang tapi juga sampah yang berukuran kecil untuk
mencegah sampah memasuki sistem pompa. Akan tetapi, tidak dianjurkan
untuk menggunakan saringan metal net mesh dan saringan tipe spesial
karena bentuk saringan yang rumit menyebabkan sulitnya membersihkan
sampah yang tersangkut di saringan. Dalam operasional pompa pun bukan
merupakan keharusan untuk menyaring sampah ukuran kecil, karena pompa
masih dapat beroperasi terutama pompa jenis impeller.
Kehilangan energi pada saringan sampah yang bersih merupakan fungsi dari
kecepatan aliran dan bentuk serta jarak antara kisi-kisi saringan. Untuk
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 118
menentukan kehilangan energi pada saringan sampah dapat digunakan
gambar 2.40 dibawah ini:
V²/2g
1.2
Kt = h
L/T = 5.0
Definition sketch
L
T
43,2
9
flow
1.0
10.0
0.8
0.6
10.9
slightly rounded
corners
0.4
5.0
0.2
9.6
.................................................................................2.30
Dimana:
hr = Kehilangan energi akibat saringan sampah (m)
= Koefisien bentuk kisi-kisi saringan sampah
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 119
s = Lebar kisi-kisi saringan sampah (m)
b = Jarak bersih kisi-kisi saringan sampah (m)
α = Sudut kemiringan saringan sampah (o)
v = Kecepatan di saringan sampah (m/det)
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 120
tetapi kecepatan tersebut tidak terlalu pelan sehingga bahan-bahan lain
selain pasir tidak ikut mengendap.
Persyaratan teknis bak pengendap dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 121
Gambar 2.41 Macam Tipe Overhead Crane
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 122
BAB III
PELAKSANAAN KONSTRUKSI POMPA
3.1. UMUM
Beberapa ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi pompa,
mengacu pada tata cara perencanaan sebagaimana dituangkan dalam
Petunjuk tentang Pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan Jilid II tentang
Tata Cara Pelaksanaan Konstruksi Sistem Drainase Perkotaan, dimana
diuraikan Ketentuan-Ketentuan seperti ketentuan umum, acuan-acuan
pelaksanaan konstruksi, lingkup pelaksanaan konstruksi, sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3), partisipasi stake holder; Tahap dan
Metode Pelaksanaan Konstruksi seperti persiapan dan gambar desain,
persiapan lapangan, persiapan bangunan kantor dan cabang (direksi keet),
pengukuran peil, mobilisasi peralatan dan tenaga kerja, pembersihan lahan,
pengukuran dan pemasangan bouwplank, pelaksanaan sistem dewatering,
pekerjaan struktur bangunan air, pekerjaan beton, pekerjaan pemasangan
saluran drainase pracetak, pekerjaan mekanikal dan elektrikal, pelaksanaan uji
coba; Manajemen Konstruksi seperti lingkup pengendalian, pengendalian
kualitas, pengendalian kuantitas, pengendalian waktu, pengawasan supervisi,
cara pengerjaan pengawasan.
Hal-hal lain yang tidak diatur pada Petunjuk tentang Pengelolaan Sistem
Drainase Perkotaan Jilid II tentang Tata Cara Pelaksanaan Konstruksi Sistem
Drainase Perkotaan dapat mengacu kepada Tata Cara Perencanaan,
Pelaksanaan, Operasi dan Pemeliharaan Sistem Pompa.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 123
mekanika tanah (physical and engineering properties) yang digunakan
mengikuti standar yang berlaku. Penyelidikan lokasi, karakteristik, dan kuantitas
material timbunan diperlukan sebelum pelaksanaan pembangunan rumah
pompa dan kelengkapannya.
2) Pekerjaan Tanah
Lingkup pekerjaan dari pekerjaan tanah adalah sebagai berikut:
- penggalian untuk pondasi dan sum pit pada rumah pompa;
- penggalian outlet air buangan;
- pengurgan tanah untuk area reklamasi;
- pemadatan tanah;
- pembersihan dan penggalian tanah lapis atas di area tanggul;
- pekerjaan pengisian tanah untuk pembuatan tanggul;
Sebelum memulai pekerjaan tanah, kontraktor harus mengajukan suatu metode
kerja yang komprehensif kepada wakil pemberi kerja yang terdiri dari aspek di
bawah ini:
- peralatan yang digunakan dalam jumlah dan kapasitas;
- metode pergerakan/manuver alat;
- metode pelaksanaan penggalian;
- metode pengisian, pembentukan, dan pemotongan sesuai dengan kondisi
awal lokasi, garis, level, kemiringan, dan dimensi-dimensi yang terdapat
pada gambar atau sesuai yang ditentukan oleh wakil pemberi kerja;
- metode dewatering;
- metode untuk penopang dalam menggunakan bracing kayu/ besi atau steel
sheet pile atau sheet pile beton, dengan penguat/ pengait (stiffness) angkur
penambat dan lain-lain termasuk pembongkaran setelah selesai;
- metode penumpukan dan pembuangan material;
- pengadaan seluruh akses sementara, jalan pengalih, dan saluran-saluran;
- metode penanganan dan pengangkutan material galian.
- Sebelum mulai pekerjaan tanah, kontraktor harus mendapatkan, persetujuan
dari wakil pemberi kerja mengenai metode dan sistim yang digunakan.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 124
Pekerjaan galian tanah sekurang-kurangnya mengatur: pekerjaan penggalian
tanah, pekerjaan dewatering, pemeliharaan stabilitas lereng, pengangkutan
tanah, pengisian tanah di area reklamasi, spesifikasi tanah yang dapat
digunakan untuk pekerjaan konstruksi, metodologi pemadatan, serta kontraktor
harus mengukur posisi vertical dari lapisan timbunan dan melakukan
pemantauan penurunan dan tekanan air pada lapisan tanah dibawah area
reklamasi.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 125
Spesifikasi teknis pekerjaan ini sekurang-kurangnya mengatur: Persyaratan
tiang, dokumen-dokumen yang harus diajukan sebelum pelaksanaan (meliputi
Prosedur pemancangan, Quality control pabrikan precast, Gambar kerja,
Metodologi, Laporan test, dan Sertifikat), Jaminan kualitas, metodologi
Pengiriman, penyimpanan dan penanganan, Peralatan serta cara pembayaran)
Material harus memenuhi ketentuan yang disebutkan disini. Semua baut harus
dibuat dari baut baja mutu tinggi (High strength Bolt). Pekerjaan lubang baut
untuk sambungan, angkur, support, bracing, dan segala pekerjaan lain yang
dilaksanakan meskipun tidak dinyatakan secara jelas di dalam item pekerjaan
di Rencana Anggaran Biaya harus termasuk di dalam harga satuan kontraktor.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 126
6) Pekerjaan Metal dan Logam Lain
Pekerjaan dalam spesifikasi ini terdiri dari penyediaan tenaga kerja, material
dan kinerja dari seluruh pekerjaan yang dibutuhkan untuk memasang pekerjaan
baja atau logam lain dengan hubungannya pada non-struktural dan arsitektural
sesuai dengan yang diindikasikan pada gambar.
Pekerjaan ini harus mencakup (namun tidak terbatas pada) hal-hal berikut:
- Baut angkur;
- Baut, mur dan ring;
- rails;
- Kisi kisi logam eksterior;
- Penggantung dan atau tumpuan dari ceiling frame, tambatan untuk
pencahayaan, saluran, pemadam api;
- valley flashing / Eaves fascia;
- dan lainnya yang dispesifikasikan pada gambar.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 127
- penetrasi;
- pelaksanaan struktur beton yang mungkin memerlukan lapis tahan air
dengan kontak langsung ke tanah atau lingkungan;
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 128
3.3 PEKERJAAN MEKANIKAL
Pekerjaan mekanikal sistem pompa terdiri dari kegiatan berikut:
A. Pompa utama
a. Pemasangan over head crane dan real beam;
b. Pemasangan pipa hisap (Column pipe) pipa saluran buang, ADC, guide pipe
dan kelengkapan lainnya;
c. Pemasangan valve : (butterfly valve, flap valve dll);
d. Pemasangan pompa drainase;
e. Pemasangan reducing gear (roda gigi perubah putaran);
f. Pemasangan guide ribe jika diperlukan;
g. Pemasangan penggerak pompa (motor bakar, turbin, motor listrik).
Catatan: untuk pompa tipe axial, mixed dengan tipe submersible, pompa dan
motor listrik terpasang menjadi satu kesatuan dan diletakkan di dalam pipa kolom
(coloumn pipe)
B. Pompa penguras
a. Pompa lumpur umumnya menggunakan tipe submersible;
b. Pemasangan pipa buang, valve dan kelengkapannya lainnya;
c. Pemasangan ADC / pump discharge elbow;
d. Pemasangan guide pipe;
e. Pemasangan pompa penguras.
C. Saringan sampah dan kelengkapannya
a. Pemasangan saringan sampah kasar;
b. Pemasangan saringan sampah halus.
D. Pembersih sampah motoris
a. Pemasangan conveyor;
b. Pemasangan alat pembersih sampah dan kelengkapannya;
c. Pemasangan kabel daya.
E. Peralatan bantu (pemasangan pintu air)
a. Pemasangan base frame dan rail frame
b. Pemasangan daun pintu
c. Pemasangan spindle (as roda gigi)
d. Pemasangan support
e. Pemasangan roda gigi transmisi
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 129
f. Pemasangan penggerak pintu dari motor atau manual
g. Pemasangan panel pintu: untuk pintu air yang menggunakan penggerak motor
listrik
1) Standar pengerjaan
Pekerjaan harus dilaksanakan secara rapi, berurutan dan dengan prinsip
pengerjaan yang baik pada umumnya.
Detail gambar kerja konstruksi diizinkan dengan skala 1:50, 1:20, 1:10,
1:5, 1:2 dan 1:1 termasuk semua komponen dan koneksi, rincian saluran
serta semua tambahan lain yang pernah berlaku.
3) Tanggung jawab
Jika penyedia jasa konstruksi berpendapat bahwa terdapat hal, instruksi
atau perubahan dari manajemen yang dirasa tidak meyakinkan, ia akan
memberikan pernyataan tertulis sebelum dimulainya pekerjaan. Setelah
itu, manajemen akan memutuskan bagian dari instalasi yang akan
diubah.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 130
Persetujuan gambar dan/atau perhitungan dari pemberi kerja tidak akan
mengurangi tanggung jawab penyedia jasa konstruksi. Ia akan tetap
bertanggung jawab atas hasil akhir pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan dokumen-dokumen tender.
Prosedur yang harus diikuti oleh penyedia jasa konstruksi/ suplier dalam
pengadaan pompa antara lain:
Penyedia jasa konstruksi/suplier agar menyiapkan lembar data teknis
untuk seluruh bagian pompa beserta assesoris kepada pemberi kerja
untuk mendapatkan persetujuan sebelum proses manufaktur dimulai;
Data sheet tidak terbatas pada merk, tipe, lokasi pabrik, data elektrik,
data mekanik dan performance chart;
Penyedia jasa konstruksi/suplier harus menyiapkan shop drawing,
yang mengindikasikan pengukuran detail, proses produksi, finishing,
berat total dan posisi terpasang sehubungan dengan kondisi
lapangan;
Segera setelah pompa terkirim di lapangan, harus dilaksanakan
inspeksi visual yang dilaksanakan untuk memastikan bahwa seluruh
ketentuan dalam technical data sheet dipenuhi. Visual inspeksi harus
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 131
disaksikan oleh wakil pemberi kerja. Laporan inspeksi ditanda
tangani oleh semua pihak.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 132
Engsel dan as putar dari katup daun harus mampu menahan
tekanan air dari pipa buang. Katup daun dipasang miring dengan
sudut 150° untuk mendapatkan tekanan hidrolik yang baik;
Penyedia jasa konstruksi harus melaksanakan seluruh pekerjaan
pengelasan (detail pekerjaan pengelasan pada poin 6) dan harus
lolos pengujian dengan NDT X Ray inspection.
6) Pekerjaan pengelasan
Pengelasan harus dilakukan oleh ahli yang terampil, tukang las yang
memiliki ijazah lokal atau bersertifikat Internasional Institute for Welding
Technique. Dimana dalam pekerjaan pengelasan hal-hal yang perlu
menjadi perhatian sebagai berikut:
a. Elektroda dan penambahan bahan harus sesuai dengan peraturan
mengenai hal tersebut. Elektroda harus dalam kondisi sangat baik
dan harus bersih, kering dan tidak rusak. Elektroda harus disimpan
sesuai dengan pedoman dari pemasok.
b. Tepi-tepi las harus mulus, tanpa burr, retak dan sebagainya. Di
bagian depan sisi pembukaan harus bulat.
c. Sisi las dan materi di sekitar langsung mereka harus bersih, kering,
bebas lemak, cat karat bebas dan gratis. Pemindahan cat atau karat
mungkin hanya dilakukan secara mekanis.
d. Pelapisan las harus dalam kualitas setara dan komposisi las akhir
harus sempurna.
e. Diameter elektroda untuk lapisan pertama las sudut adalah 4 mm.
Pengelasan akhir harus hati-hati agar distorsi dan ketegangan
internal dapat dicegah;
f. Bagian-bagian yang terhubung harus disesuaikan sebelum
pengelasan dan tidak bergerak selama pengelasan;
g. Pengelasan harus dijalankan mengikuti panduan yang tepat.
Penghapusan kerak dari setiap pengelasan wajib menggunakan alat
teknik mekanis. Spatters las harus dibuang setelah selesai
pengelasan;
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 133
h. Semua pengelasan harus dilakukan terus-menerus dan di sekeliling
sambungan;
i. Setiap las sambungan tidak boleh ada kesalahan, retakan dan
ketidaksempurnaan lain yang dapat menyebabkan retak, serta
lekukan tajam dan takik;
j. Las harus bebas dari takik, lubang pembakaran dalam takik,
porositas, lubang gas, saluran gas, terak lampiran, trek terak dan
kotoran yang disebabkan oleh perlakuan, oksidasi bahan atau
kerusakan mekanis;
k. Sambungan strip tambahan yg tak penting harus dibuat dari bahan
yang sama seperti bagian-bagian yang akan dilas. Sambungan strip
harus digerinda dengan hati-hati. Las yang dirawat harus bebas dari
retak alur atau takik;
l. Bagian-bagian yang dirakit di lokasi sebelum proses galvanisasi
harusnya hanya disambung sementara dari pabriknya;
m. Pihak pemberi kerja dapat meminta dokumen rencana pekerjaan
pengelasan untuk bagian-bagian utama. Rencana pengelasan ini
harus diajukan paling lambat satu minggu sebelum dimulainya
pengelasan. Aspek-aspek berikut ini harus disertakan dalam rencana
pengelasan:
- Cara dan urutan pekerjaan pengelasan, bahan-bahan serta alat
yang akan digunakan;
- Metode pengelasan, informasi tentang peralatan dan
penggunaan alat pelindung;
- Jenis dan ketebalan elektroda dan/atau kawat yang akan
digunakan;
- Jenis dan cara pretreatment dari sisi yang akan dilas;
- Langkah-langkah yang diambil untuk menempatkan instalasi
yang sudah dilas dengan cara yang benar setelah pengelasan;
- Cara penyambungan;
- Cara Preheating;
- Prosedur pemeriksaan selama pengelasan;
- Prosedur pemeriksaan setelah pengelasan;
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 134
- Perawatan setelah pengelasan.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 135
- Penyedia jasa konstruksi juga harus melaksanakan perhitungan
struktur untuk sistem girder dan portal;
- Penyedia jasa konstruksi harus menyediakan shop drawing yang
berisi detail pengukuran, proses produksi, finishing, berat total, posisi
terpasang terkait dengan kondisi aktual struktur rumah pompa;
- Pada saat overhead crane terkirim ke lokasi proyek maka harus
dilaksanakan pemeriksaan visual (visual inspection) yang
dilaksanakan bersama antara penyedia jasa konstruksi dan wakil
pemberi kerja.
- Laporan hasil pemeriksaan ini harus ditandatangani oleh kedua
belah pihak (penyedia jasa konstruksi dan wakil pemberi kerja).
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 136
- Aman digunakan
- Mudah pemeliharaan
- Biaya pemasangan tidak mahal
- Harga operasi tidak tinggi
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 137
h. Lampu indikator;
i. Grounding;
j. Pengkabelan dan terminal;
k. Lampu penerangan.
E. Pemasangan panel change over switch (COS)
a. Panel;
b. Busbar;
c. Change over switch (COS);
d. Lampu indikator;
e. Meter-meter;
f. Grounding;
g. Pengkabelan dan terminal;
h. Lampu penerangan.
F. Pemasangan panel pompa
a. Lemari panel;
b. Auxiliary relay;
c. MCCB;
d. Meter-meter;
e. Selector switch;
f. Push button;
g. Lampu indikator;
h. Flag indicator;
i. Grounding;
j. Pengkabelan dan terminal;
k. Lampu penerangan.
G. Pemasangan panel start pompa
a. Lemari panel;
b. Busbar;
c. Rangkaian start pompa;
d. Proteksi pompa;
e. Meter-meter;
f. Lampu indikator;
g. Flag indicator;
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 138
h. Push button;
i. Grounding;
j. Exhaust fan;
k. Lampu penerangan;
l. Pengkabelan dan terminal.
H. Pemasangan main distribution panel (MDP)
a. Panel;
b. Busbar;
c. MCCB;
d. PT/CT;
e. Change over switch (COS);
f. Meter-meter;
g. Lampu indikator;
h. Selector switch;
i. Grounding;
j. Pengkabelan dan terminal.
I. Pemasangan instrumen panel
a. Panel;
b. Auxiliary relay;
c. Flag indicator;
d. Transducer;
e. Terminal;
f. Arrester;
g. Grounding;
h. Pengkabelan;
i. Lampu penerangan.
J. Pemasangan panel battery charger dan kelengkapannya;
K. Battery control
a. Rak battery;
b. Sel Battery;
c. Meter-meter;
d. Pengkabelan.
L. Pemasangan peralatan instrument
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 139
a. Box panel;
b. Water Level Control (WLC) type probe atau ultrasonic dan kelengkapannya;
c. Conventer;
d. Power supply;
e. Meter elevasi (digital atau analog);
f. Arrester;
g. Grounding;
h. Pengkabelan.
M. Pemasangan peralatan penangkal petir dan pertanahan
a. Penangkal petir tipe electrostatic atau tipe red;
b. Kabel conductor BC;
c. Terminal;
d. Pertanahan tipe mesh, red atau plate.
N. Instalasi rumah pompa terdiri dari berikut ini:
- Penyambungan daya/power antara generator utama melalui switchboard utama
rumah pompa;
- Penyuplai daya/power supply yang berdiri sendiri yang terdiri dari generator
listrik (perlu juga disiapkan generator untuk cadangan). Generator set tersebut
harus berkapasitas cukup untuk mendorong unit pompa utama untuk
memompa air sesuai dengan debit banjir yang akan dipompakan dan pasokan
daya tambahan untuk penerangan, utilitas dan sebagainya;
- Titik penyambungan generator bantu tambahan dilaksanakan dengan melalui
switchboard;
- Sambungan daya PLN diatur sedemikian sehingga generator bantu tambahan
tersebut berfungsi sebagai cadangan penyedia daya listrik untuk instalasi
penerangan dan peralatan bantu (crane, exhaust fan, pompa air, dll) ketika
listrik mati/terputus melalui panel COS (change over switch);
- Sebuah switchboard utama untuk pompa digunakan untuk mendistribusikan
dan mengontrol daya listrik lima buah pompa submersible dan peralatan.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 140
Penting:
Berdasarkan desain yang ada, tidak diijinkan untuk menghubungkan penyedia
daya/power supply genset dan supply pompa dan genset emergency paralel,
dengan supply dari PLN.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 141
BAB IV
UJI LAPANGAN (Test Commisioning) dan PELATIHAN
4.1. PENDAHULUAN
Uji lapangan (Test Commisioning) adalah merupakan bagian dari pelaksanaan
konstruksi sistem rumah pompa, pelaksanaan pengujian dan kajian terhadap
konstruksi bangunan (pekerjaan sipil) dan peralatan mekanikal dan elektrikal (M&E)
dengan melakukan pengamatan, pengujian dan pengukuran langsung di lapangan
(sipil), pengujian di pabrik maupun di lapangan (M&E), serta pengujian operasional
sistem pompa sebelum hasil pekerjaan konstruksi dan instalasi diserahkan kepada
pengguna jasa pada saat Final Hand Over (FHO). Instrumen pengujian yang akurat
dan handal harus dipastikan sebelum memulai pengujian. Kemampuan petugas
dalam melaksanakan pengujikan harus diperhatikan. Pelaksanaan pengujian
diperlukan untuk mendapatkan data yang akurat dan terpercaya. Tingkat kesalahan
dalam akurasi data harus dalam toleransi dan fluktuasi yang dibuat oleh pabrikan
dan SNI. Pengujian awal dapat diukur dengan melihat:
a. Head total pompa
b. Debit pompa
c. Kecepatan aliran air
d. Daya energi yang digunakan untuk pompa
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 142
a. Kelas 1
Pengujian untuk kerja pompa yang mempunyai ketelitian lebih tinggi. Ketelitian
lebih tinggi dalam artian menggunakan alat ukur dan peralatan uji yang
memenuhi persyaratan toleransi yang disebut sebagai kelas 1 pada tabel 2.27
b. Kelas 2
Pengujian untuk kerja pompa yang mempunyai ketelitian lebih rendah. Ketelitian
lebih rendah dalam artian menggunakan alat ukur dan peralatan uji yang
memenuhi persyaratan toleransi yang disebut sebagai kelas 2 pada tabel 2.27.
Tabel 4.1Toleransi lulus uji
Besaran Simbol Kelas 1 % Kelas 2 %
Debit Q + 4,5 +8
Tinggi Total H +3 +5
Efisiensi ƞ +3 -5
Sumber SNI 7518:2009 + I H . HG
Titik garansi
Pump Total head, m
HG - t0 . QG + t0 . QG
- tH . HG
H (Q)
nG + tn . nG
n (Q)
0
0 QG
Volume flow rate, m³/s
Gambar 4.1 Verifikasi titik garansi kapasitas, tinggi total dan efisiensi
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 143
Keterangan:
H = Tinggi Total (m)
Q = Debit (m3/detik)
HG = Tinggi total pada titik garansi (m)
QG = Debit pada titik garansi (m3/det)
tQ = Toleransi kapasitas (%)
tH = Toleransi tinggi total (%)
tƞ = Toleransi efisiensi (%)
ƞG=Titik Garansi Efisiensi (%)
4.2.2. Pengujian
Pengujian kinerja pompa seharusnya dibuat pada kondisi maksimum, rata-
rata dan minimum total dynamics heads yang disarankan oleh perencana.
Informasi yang dibutuhkan untuk pengujian kinerja secara umum adalah
sebagai berikut:
A. Menyiapkan formulir untuk pengujian yang berisi:
a. Nama alat yang akan diuji
b. Materi pengujian
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 144
c. Standar yang akan ditetapkan
d. Batasan pengukuran
e. Toleransi yang diijinkan
f. Hasil pengujian
Formulir diatas dibuat untuk:
a. Individual test
b. Comissioning test I
c. Comissioning test II
B. Penyiapan data umum
Penguji pompa sebaiknya mencatat informasi berikut sebelum tahapan
test dilaksanakan:
a. Tanggal
b. Lokasi
c. Nomor test
d. Nama petugas yang melakukan pengetesan
e. Nomor identifikasi pompa, jika tersedia
C. Pengujian head pompa
Pengukuran head yang berikut ini dibuat untuk mengecek kesesuaian:
a. Head pada tekanan standar atmosfir
b. Gauge head
c. Nomor uji
d. Total dynamics head pada saat maksimum, rata-rata dan minimum
D. Pengujian kapasitas
Pengujian kapasitas termasuk menghitung:
a. Volume pada unit penampungan
b. Kecepatan aliran (volume/waktu)
E. Pengujian sumber daya
Parameter berikut ini dibutuhkan untuk pompa dengan kombinasi
sebagai berikut:
a. volts (unloaded)
b. volts (loaded)
c. Arus listrik yang terukur, termasuk arus start
d. 100% dari load current penuh
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 145
e. Faktor penyesuaian (kalibrasi)
f. Faktor daya
F. Pengujian kurva kinerja
Kinerja pompa adalah fungsi dari variabel-variabel berikut seperti:
a. Total dynamic head
b. Brake power
c. Net positive suction head
d. Effisiensi pompa
Pengujian kinerja yang dilakukan untuk pengukuran variabel-variabel
diatas dilakukan pada rentang aliran dengan kecepatan rata-rata.
G. Pengujian melalui pengamatan lapangan
Pengamatan lapangan dari pompa adalah bagian dari prosedur
pengujian dan penting untuk memastikan peletakan yang sepatutnya dari
pompa. Hal-hal berikut ini biasanya termasuk diamati:
a. alignment of pump and driver
b. arah dari putaran pompa
c. koneksi pompa dengan sumber daya listrik
d. operasi dari stuffing boxes dan sistem lubricant
e. wearing ring clearance
H. Pengujian tekanan hydrostatic
Pengujian-pengujian ini normalnya lebih dilakukan oleh pabrikan
daripada di pemasangan pompa. Setiap bagian pompa harus mampu
beroperasi pada tekanan hydrostatic yang dijaga sedikitnya 5 menit pada
kondisi sekurang-kurangnya:
a. 150 % dari tekanan yang terjadi pada pompa yang dioperasikan pada
kecepatan rata-rata
b. 125 % dari tekanan yang terjadi pada pompa yang dioperasikan pada
kecepatan rata-rata, tetapi valve pompa ditutup.
I. Alat Ukur
Alat ukur yang dipergunakan dalam pengujian sesuai SNI 7518: 2009
adalah antara lain:
a. Alat ukur tekanan hampa (vacuum gauge)
b. Alat ukur tekanan (Pressue gauge
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 146
c. Pengukuran daya poros
d. Pengukuran laju putaran (tachometer)
e. Timbangan
f. Pengukuran waktu (stopwatch)
g. Alat ukur debit sekat ukur (weir), orifis, venturi, alat ukur tipe ukuran
magnetis
h. Alat ukur suhu (thermometer)
F. Untuk semua peralatan yang terpasang, hasil uji dicatat dalam blangko
laporan individual test meliputi:
a. Kolam penampung air / long storage: kapasitas penampungan,
tanggul penutup ( bocoran, over flow, dimensi, HWL / LWL )
b. Peralatan Mekanik:
Pompa drainase dan panel kontrol: pengecekan spesifikasi,
pengecekan operasional start / stop manual dan auto, pengecekan
kapasitas, pengecekan tegangan, pengecekan arus, pengecekan
putaran / frekuensi, pengecekan power factor, pengecekan kw,
pengecekan bocoran, pengecekan vibrasi.
Engine penggerak pompa: pengecekan spesifikasi dan shop
drawing, pengecekan dimensi, factory test pabrik dilampiri sertifikat,
pengujian operasional engine meliputi: putaran, vibrasi dan
temperatur.
Reducing gear: pengecekan spesifikasi dan shop drawing,
pengecekan dimensi, pengujian operasional reducing gear meliputi:
putaran, vibrasi dan temperatur.
Kopling pompa: pengecekan spesifikasi dan shop drawing,
pengecekan kekerasan dan kekencangan, pengujian operasional
kopling meliputi: putaran, vibrasi dan temperatur.
Alat angkat / crane: pengecekan spesifikasi dan shop drawing crane,
pengecekan leveling rail beam, pengujian kecepatan angkat/lifting
(naik/turun), operasional lifting ( naik, turun ), travelling ( maju /
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 147
mundur ), traversing span ( kanan / kiri ), pengereman ( bracking ),
pengujian pembebanan (load test) max 110 %.
Catatan: untuk crane tipe manual (hand operated) menyesuaikan
dengan peralatan.
Pintu air / valve: pengecekan spesifikasi dan shop drawing
material/seal, pengecekan dimensi, pengecekan leveling,
pengecekan, pengecekan base plate, pengecekan rail plate,
pengecekan penguatan penulangan, pengujian kecepatan buka
tutup, pengujian power supply motor pintu air/ valve, pengujian buka/
tutup secara manual/ otomatis, pengecekan vibrasi, pengecekan
bocoran pintu.
Catatan: untuk pintu air/ valve manual menyesuaikan dengan
peralatan.
Saringan Sampah (Bar screen): pengecekan spesifikasi dan shop
drawing, pengecekan material, pengecekan cat, pengecekan
pengelasab (welding), pengecekan dimensi, pengecekan konstruksi,
pengecekan mesh.
Pembersih sampah rake motorize: pengecekan spesifikasi dan shop
drawing, pengecekan dimensi, pengecekan leveling rail rake,
pengujian sistem kontrol dan panel kontrol, pengujian kecepatan
traveling, pengujian operasional pembersih sampah secara manual
dan otomatis, pengujian loading dan unloading pembersih sampah.
Tangki dan instalasi pipa bahan bakar: pengecekan dimensi,
pengecekan kebocoran pada tangki dan instalasi pipa bahan bakar,
pengecekan flend pada tangki dan pipa, pengecekan las dan cat,
pengecekan alat ukur dan limit switch.
c. Peralatan Elektrik:
Genset: pengecekan spesifikasi dan shop drawing loading test
dilakukan di pabrik sesuai prosedur test dan standar test ISO –
3046/1, 335541, A6 2768 DIN 6271, pengecekan tekanan isolasi
alternatif, pengecekan sistem gas buang (instalasi pipa gas buang,
silincer, dan kelengkapannya), pengecekan sistem gas buang
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 148
(instalasi pipa gas buang, silincer, dan kelengkapannya) material,
flange, welding baut pengikat, klep, support, jacket, dan cat,
temperatur), pengecekan sock isolatif (posisi, angker baut,
leveling/alignment dan trecity), pengecekan air ducting: (material
welding, cat baut pengikat, flexible....lavver, frame dll), pengecekan
battery start, pengujian start secara manual dan automatic,
pengecekan vibrasi, pengujian sistem pendingin (fan, belt, radiator
pompa air, temperatur pendingin), pengujian sistem bahan bakar
(instalasi pipa, pompa bahan bakar, bocoran, filter), pengujian sistem
pelumasan (pompa pelumas, pendingin tekanan, temperatur, filter),
pengujian sistem start (battery instalasi kabel, kolom battery, motor
start), pengecekan noise sesuai standar pabrik, pengecekan kabel
output (RST dan netral), pengecekan tegangan, arus, frekuensi dan
power factor, pengecekan proteksi genset meliputi: over load, over
frequensi, over speed, over voltage, high temperature air pendingin,
low pressure minyak pelumas, emergency shut down.
Panel pompa : pengecekan spesifikasi dan shop drawing,
pengecekan peralatan yang terpasang (CB, motor, PT CT),
Pengujian Pabrik (factory test) disesuiakan prosedur test pabrik
antara lain: start pompa, circuit breaker, meter meter, sistem kontrol,
lampu indikator, sistem proteksi pompa, pengkabelan, pertanahan,
exhaust fan.
Pengujian lapangan (field test) antara lain: mechanichal operation
test, electrical operation test, instalation operation test.
Panel switch gear/ panel change over switch (COS): pengecekan
spesifikasi dan shop drawing, pengecekan peralatan yang terpasang
(CB/circuit braker, meter, PT, CT, lamp buster, indicator/ wiring),
individual test (antara lain: circuit breaker, meter meter, sistem
kontrol, lampu indikator, sistem proteksi, pengkabelan, pertanahan,
disconnecting switch), pengujian open/close circuit breaker dan
change over switch (COS), pengecekan tahan isolasi meliputi ( CB,
busbar, dan kabel).
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 149
Panel main distribution panel (MDB): pengecekan spesifikasi dan
shop drawing, pengecekan peralatan yang terpasang meliputi:
(MCCB, meter, PT, CT, lampu indikator, busbar, wiring, COS),
individual test anatara lain: (MCCB, meier meter, sistem kabel, lampu
indikator, pertanahan, change over switch emergency supply power),
pengecekan tekanan isolasi, busbar, kabel, MCCB, pengujian open/
close change over switch.
Panel Instrumen: pengecekan spesifikasi dan shop drawing,
pengecekan peralatan terpasang, pengecekan arrester, pengecekan
apto couplex, pengecekan pertanahan, kabel kontrol.
Instrumentation: pengecekan spesifikasi dan shop drawing,
pengecekan power supply, pengecekan converter, pengecekan
wiring, pengecekan kabel fiber optic, pengecekan pertahanan.
Type probe/ultrasonic/jarum: pengecekan spesifikasi dan shop
drawing, pengecekan wiring, pengecekan switching, pengecekan
power supply, pengecekan pertanahan, pengecekan kabel output,
pengecekan meter elevasi.
Penangkal petir: pengecekan spesifikasi dan shop drawing,
pengecekan head cooper/lightning rod, pengecekan disc vertikal dan
hari, pengecekan arde dan terminal.
Instalasi penerangan gedung dan halaman: pengecekan spesifikasi
dan shop drawing, pengecekan kabel power, pengecekan MCCB,
pengecekan stop contact.
Exhaust Fan: pengecekan spesifikasi/brosur dan gambar,
pengecekan instalasi kabel fan dan tahanan isolasi, pengujian
putaran rendah dan tinggi.
Panel kontrol (control desk): pengecekan spesifikasi dan shop
drawing, pengecekan dimensi, pengecekan peralatan yang
terpasang (meter-meter, PLC, card, ID/DO, power supply, lampu
indikator, flag indikator, auxilary relay), factory test (dilakukan
dipabrik sesuai prosedur test dari pabrik, elektrikal operation test di
lapangan (function test lewat simulasi data input, function test lewat
tombol/switch), pengecekan wiring, pengecekan auxilary relay,
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 150
pengecekan lampu indikator, pengecekan fungsi meier-meter,
pengecekan pertanahan.
B. Commissioning Test II
Menguji operasional rumah pompa drainase dan kelengkapannya;
a. Secara manual lewat panel kontrol (Control desk)
b. Secara automatic lewat WLC (Water Level Control)
Dengan tujuan untuk mengecek ujuk kerja peralatan rumah pompa terdiri dari
genset, panel switch gear, panel start pompa, pompa drainase, peralatan
instrumen pembersih sampah dan kelengkapan lainnya apakah dapat bekerja
secara terkoordinasi sehingga didapat hasil uji sistem rumah pompa secara
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 151
keseluruhan kemudian dilakukan evaluasi untuk dilakukan perbaikan /
penyempurnaan pada peralatan yang tidak sesuai dengan unjuk kerja, seluruh
sistem rumah pompa apakah sudah berfungsi dengan baik, maka dari hasil
pengujian secara keseluruhan (individual test, commissioning test I/II) digunakan
sebagai bahan laporan lebih lanjut
C. Test operasional
Setelah selesai dilakukan individual test semua peralatan dilanjutkan dengan ; test
operasional sesuai prosedur ( SOP ) dari pabrikan peralatan dan kondisi
dilapangan. Kemudian hasil pengujian dibuat blangko yang memuat kegiatan
operasional peralatan. Tujuan test operasional ; untuk mengecek apakah system
peralatan yang terpasang pada stasiun pompa ( kolam penampungan, bar screen,
pompa air, genset dll ) dapat berfungsi sesuai dengan desain dan peruntukannya
yaitu untuk pengendalian genanganan air ( akibat rob atau hujan).
4.3. Pelatihan
A. Fungsi pelatihan sistem rumah pompa
Pelatihan operator bertujuan untuk memberikan pembekalan pengetahuan
(knowledge) dan kemampuan (skill) mengenai cara operasional dan
pemeliharaan rumah pompa dan kelengkapannya, sehingga diharapkan pihak
penerima aset dapat melakukan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan
peralatan yang terpasang sesuai standar yang telah ditetapkan sehingga
rumah pompa dapat berfungsi dengan baik / sempurna, andal, dan effisien.
B. Materi pelatihan terdiri ; Pelatihan teori ( class room ) dan praktek lapangan
( OJT )
a. Teori meliputi:
Pengenalan fungsi rumah pompa dengan penjelasannya berikut
sistem hidrologi, bangunan sipil, peralatan mekanikal dan peralatan
elektrikal.
Pengenalan layout rumah pompa, bangunan sipil, peralatan
mekanikal, dan pengenalan single line diagram elektrik.
Pengenalan sistem kerja pompa.
Pengenalan jenis peralatan yang terpasang.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 152
Pengenalan fungsi dari masing-masing peralatan.
Pengenalalan Standar Operasi dan Pemeliharaan (SOP) untuk
operasional dan pemeliharaan
Pengenalan pembacaan flowchart untuk operasi dan pemeliharaan
rumah pompa
b. Praktek lapangan:
Pengoperasian secara manual untuk peralatan utama: pompa
drainase, genset, panel switch gear, panel start pompa, panel
kontrol ( control desk ), pintu air (rolling gate), panel instrumen dll.
Pengoperasian sistem rumah pompa dari water level control (WLC)
atau lewat simulasi sistem kontrol.
Pengoperasian peralatan bantu antara lain: panel peralatan bantu,
pembersih sampah (trash rack rake), conveying (crane), emergency
genset, panel lokal, panel MDP untuk instalasi penerangan, fan
ruangan, instrumentation (WLC), pompa penguras.
Pengoperasian sistem rumah pompa dari panel kontrol.
c. Evaluasi materi teori dan praktek lapangan
C. Waktu pelaksanaan:
teori ( class room ) = 21 jam ( 7 jam / hari )
praktek lapangan ( OJT ) = 14 jam ( 7 jam / hari )
evaluasi = 4 jam
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 153
BAB V
OPERASI DAN PEMELIHARAAN
5.1. PENDAHULUAN
5.1.1 Deskripsi
Agar kinerja sistem pompa dapat terjaga dengan baik serta berfungsi manakala
dibutuhkan, maka perlu dilaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan yang
benar sesuai standar. Tata cara operasi dan pemeliharaan sistem pompa ini
dapat digunakan sebagai acuan bagi instansi terkait bidang drainase dalam
pengoperasian dan pemeliharaan sistem pompanya.
Selanjutnya peralatan pompa drainase berfungsi untuk memopa air pada kolam
penampung tersebut atau memindahkan air dari badan pengumpul air ke badan
penerima air dengan perbedaan ketinggian, sehingga genangan air yang terjadi
akibat air hujan atau air rob pada bagian hulu dan hilir dapat dikurangi/
dikendalikan sampai batas yang telah ditetapkan.
Pada kondisi tertentu sebagai pengumpul air digunakan saluran drainase
primer sebagai long storage, kemudian dipasang pompa air drainase untuk
pengendali genangan air pada daerah hulu dan hilir.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 154
5.2.1 Operasional Sistem Pompa Drainase
Adalah suatu kegiatan untuk mengoperasikan peralatan sistem pompa drainase
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan (SOP), sehingga dihasilkan
unjuk kerja (performance) peralatan pompa drainase yang optimal:
- Mencegah terjadinya kesalahan operasional yang berakibat kerusakan
peralatan dan terjadinya kecelakaan kerja
- Mencegah pengeluaran biaya perbaikan peralatan dan perawatan
kesehatan
- Mencegah terjadinya gangguan pompa yang berdampak pada unjuk kerja
pompa menurun
- Mendukung suasana kerja dan lingkungan yang aman.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 155
• Beroperasi pada suction lift (daya isap) yang tinggi
Jika pompa dioperasikan pada hisap angkat lebih tinggi dari nilai yang
diijinkan, tekanan di mata impeller dan sisi hisap jatuh di bawah tekanan
uap. Hal ini menyebabkan air menjadi uap. Uap ini gelembung runtuh
selama perjalanan, sehingga kavitasi dalam pompa, menyebabkan pitting
pada sisi hisap dari impeller dan casing, dan getaran yang berlebihan.
Selain kerusakan mekanis karena pitting, pompa debit juga mengurangi
secara drastis.
Kerusakan impeller dan kadang-kadang ke casing ditunjukkan pada
Gambar berikut:
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 156
5.2.2 Data yang Digunakan untuk Operasional Rumah Pompa
a. Data Hidrologi
Data hidrologi dibutuhkan sebagai acuan untuk perencanaan (design) dan
operasional rumah pompa:
o Data debit air yang masuk kolam penampungan
o Data elevasi air (tinggi muka air)
b. Spesifikasi Peralatan
o Kapasitas Pompa, kapasitas penggerak mula/genset dll.
o Perencanaan (design) untuk menentukan kapasitas pompa yang
terpasang dan ketinggian air yang dipompa
c. Data Personil
o Pengetahuan (knowladge)
o Kemampuan (skill)
o Sikap (attitude)
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 157
peralatan sistem pompa drainase, sehingga kolam air tidak mampu
menampung air. Adapun pintu air yang terpasang dibuat sesuai
kebutuhan dengan tipe sliding atau radial dengan penggerak
menggunakan roda gigi transmisi atau hydrolic. Selanjutnya operasional
pintu dapat dilakukan manual atau dengan motorise,
Rumah Genset
Berfungsi untuk penempatan peralatan Genset yang berfungsi untuk
supply energi listrik ke motor pompa
Bangunan rumah dibuat tahan getaran dan pondasi genset terpisah
dengan pondasi bangunan, dan dilengkapi dengan penahan knalpot
genset (silincer).
Agar sistem pendingin udara lebih sempurna, maka pada umumnya pintu
masuk dibuat lebar dan panjang. Lebar dan tinggi bangunan disesuaikan
dengan jumlah dan kapasitas genset.
Pada sebagian sistem pompa drainase bangunan rumah genset dibuat
menyatu dengan panel switchgear dan panel kontrol (control desk)
Bangunan-bangunan genset pada umumnya dilengkapi crane untuk
fasilitas memasang dan pemeliharaan genset.
Rumah panel start pompa
Berfungsi untuk penempatan panel start pompa, bangunan tersebut
dilengkapi saluran kabel (cable pit) dan rak tabel (cable rack) untuk
memasang kabel masuk dan keluar panel start pompa
Untuk sistem pendingin peralatan dilengkapi dengan AC ruangan dan Fan
pada masing-masing panel
Rumah pompa drainase
Bangunan rumah pompa drainase berfungsi untuk memasang pompa
drainase dan kelengkapannya : pipa kolom, pipa discharge, katup, valve,
flend pompa, reducing gear, engine penggerak dll.
Pada umumnya dilengkapi crane untuk pemasangan (install) dan
pemeliharaan
Bentuk / type bangunan rumah pompa pada umumnya terdiri:
a. Satu Lantai
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 158
Peralatan pompa drainase (type centrifugal, submersible axial/mix dari
penggerak terpasang satu lantai)
b. Dua Lantai
Peralatan pompa drainase terpasang pada lantai satu dan penggerak
terpasang pada lantai dua umumnya pompa dengan kapasitas besar
untuk tipe Axial/mix vertical shaft > 5m3 /det
c. Out door
Bangunan rumah pompa dengan pompa drainase terpasang diluar
tanpa atap umumnya untuk pompa kapasitas besar type submersible
axial flow.
Bangunan Bar Screen dan Trash Rack Rake
Berfungsi untuk penempatan bar screen dan peralatan pembersih
sampah (motorise) Pada umumnya terbagi menjadi 2 bagian:
- Bagian upstream untuk memasang bar screen kasar
- Bagian downstream untuk memasang barscreen kasar, pada
umumnya untuk downstream, bangunan menyatu dengan rumah
pompa.
Bangunan lainnya untuk sarana pendukung
a. Kantor / management office
b. Rumah Operator / staff house
c. Garasi
d. Gudang
e. Tempat ibadah
f. Rumah jaga (satpam)
b. Peralatan sistem pompa drainase
- Peralatan Mekanikal
a. Pompa drainase dan kelengkapannya
Pompa drainase berfungsi untuk memindahkan genangan air (memompa
air) dari kolam penampung ke badan penerima dengan beda ketinggian
sesuai kondisi yang telah ditetapkan.
Adapun peralatannya berupa :
- Pompa drainase type centrifugal, axial/mix flow vertical type,
submersible axial/ mix flow ataupun Gate Pump dan screw pump.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 159
- Pipa buang, pipa kolom
- Valve, Flap Valve dan butterfly valve.
b. Pompa penguras lumpur dan kelengkapannya
Berfungsi untuk menguras sedimentasi / lumpur yang menumpuk pada
saluran / masuk pompa sehingga debit yang dihasilkan pompa drainase
tidak terpengaruh akibat penumpukan lumpur
c. Engine/motor Penggerak Pompa
Berfungsi untuk menggerakkan pompa lewat perantaraan roda gigi/ban
belt, dapat secara langsung atau lewat peralatan Reducing gear (jika
putaran pompa tidak sesuai dengan putaran engine)
Pada umumnya engine penggerak digunakan motor bakar (bensin atau
solar) sesuai kondisi dan pada kondisi khusus dapat digunakan turbin
gas.
Kapasitas engine umumnya ± 25 % dari pompa yang digerakkan jika
menggunakan reducing gear, pada umumnya shaft/as engine dan
shaft/as pompa sejajar, tapi pada kondisi tertentu dapat dibuat tegak
lurus atau miring.
d. Pintu air limpas ( type rolling gate, pintu sorong, radial gate)
Berfungsi untuk membuang air pada kolam penampung, pada kondisi:
o Terjadi gangguan pada sistem pompa
o Debit air yang masuk dalam kolam lebih besar dari kapasitas pompa
yang terpasang
o Pembuangan air kolam penampung dengan gravitasi jika kondisi
badan penerima air elevasinya lebih rendah (air laut surut)
e. Bar screen (saringan sampah) terpasang pada bangunan bar screen sisi
up stream dan down stream
Berfungsi untuk menyaring air dari kotoran/sampah yang masuk ke
kolam penampung (retarding pond) dan air yang masuk ke saluran
menuju ruang pompa sehingga air yang dipompa kondisinya aman, tidak
terganggu operasional pompa. Pada umumnya bar screen dipasang
pada dua jenis yaitu saringan halus dan saringan kasar.
f. Trash rack rake
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 160
Pada umumnya terpasang pada sisi atas dan sisi bawah bar
screen,berfungsi untuk membersihkan sampah yang menempel pada bar
screen.
Sistem operasionalnya menggunakan motor listrik, untuk peralatan rake
dan pemindahan sampah ke tempat pengumpulan. Operasionalnya
dapat dilakukan secara manual (push button) atau automatic dengan
pemrogaman. Peralatan sampah juga ada yang terpasang dengan
menggunakan tenaga manusia, untuk pembersihan dengan garuk
sampah.
g. Conveying (Crane)
Peralatan alat angkat/ crane umumnya terpasang menyatu dengan
bangunan rumah pompa dan rumah pintu air.
Fungsi crane adalah untuk mengangkat peralatan pada pekerjaan
pemasangan (install) dan digunakan untuk pemeliharaan peralatan
engine/genset, pompa dan pintu air. Kapasitas dan tinggi angkat
disesuaikan dengan kebutuhan peralatan yang akan digunakan untuk
pemasangan dan pemeliharaan.
- Peralatan Elektrik
a. Power source (sumber listrik)
- Untuk pompa drainase yang menggunakan penggerak motor listrik, maka
disiapkan sumber listrik dengan menggunakan genset atau dari PLN. Pada
umumnya untuk rumah pompa drainase dengan penggerak motor listrik
sumber utama dari genset. Sedangkan untuk operasional rutin (harian)
sumber listrik dari PLN karena lebih efisien.
- Genset
Peralatan genset terpasang pada rumah genset (power house). Sistem
tegangan (tegangan output) disesuaikan dengan desain. Pada umumnya
digunakan tegangan 3 phase 6.600 V, 3300 V, dan 380 V.
Demikian juga kapasitas genset disesuaikan dengan kapasitas pompa
(daya motor) dan sistem start pompa yang digunakan. Fungsi genset
adalah sebagai sumber daya listrik untuk motor pompa drainase sesuai
dengan kapasitas, tegangan dan frekuensi yang dibutuhkan dan
pemasangan umumnya. Genset untuk melayani 2 atau 3 pompa drainase
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 161
atau untuk pompa yang lebih dari 4 dst dapat dilakukan sistem paralel
genset. Setiap genset dilengkapi panel operasional manual
- Supply PLN
Supply daya PLN disesuaikan dengan kebutuhan daya (tegangan,
frekuensi dan power) dari peralatan yang terpasang. Penggunaan daya
PLN sebelumnya dilakukan pengukuran kapasitas tegangan (R.S, T dan
imbalance voltage) pada daerah yang akan dipasang rumah pompa,
Daya dari PLN juga digunakan untuk kebutuhan peralatan bantu dan
penerangan disamping motor pompa.
- Panel Switch Gear
Panel switch gear, terpasang pada ruang tersendiri atau menyatu dengan
bangunan rumah genset. Fungsi panel switcher untuk menyalurkan daya
elektrik dari genset/PLN disalurkan ke Busbar (Rel pengumpul) kemudian
dibagi untuk didistribusikan ke masing-masing panel switch gear (Elctrical
panel sesuai jumlah pompa yang terpasang (misal EP 1-6))
Pada panel switch gear peralatan utama terpasang circuit braker (CB)
sesuai tipe/jenis (VCB, ACB, MCCM dll) dan dilengkapi peralatan untuk
proteksi CT, PT, meter meter lampu indikator, push button, busbar dll)
Pada beberapa rumah panel switch gear dilengkapi COS untuk pilihan
supply daya ke motor pompa
- Panel Start pompa (panel kontrol pompa)
Panel star pompa (panel kontrol pompa ) terpasang pada bangunan panel
pompa (pump panel rear) pada umumnya dibuat terpisah dengan
bangunan lainnya, pada kondisi tertentu menyatu dengan bangunan panel
switch gear. Fungsi panel start pompa untuk kegiatan pengoperasian
pompa (start & stop) secara manual atau lokal.
Peralatan utama yang terpasang pada umumnya menggunakan sistem
start pompa (DOL, V/A, soft starter atau inverter).
Sistem kontrol pompa, meter-meter, proteksi pompa, push button, lampu
indikator dll.
Untuk setiap panel start pompa melayani satu unit pompa drainase untuk
start dan stop
- Panel MDP (Main Distribution Panel)
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 162
Distribusi panel umumnya terpasang terpasang menyatu dengan switch
gear dan pada rumah pompa yang kecil dipasang pada bangunan rumah
pompa. Panel tersebut berfungsi untuk supply daya listrik ke peralatan
bantu (crane, fuel pump, rake, gate dll) dan penerangan gedung, jalan dan
halaman. Pada panel MDP umumnya dilengkapi COS (Change Over
Switch) untuk pilihan supply daya listrik dari genset atau PLN.
Perlengkapan dalam panel : MCCB utama, MCCB untuk distribusi, fuse,
meter-meter dll.
- Box Panel / Lokal Panel
Terpasang pada lokasi mendekati peralatan (box panel crane, box panel
fan, box panel fuel pump, lokal panel rolling gate, lokal panel pompa) panel
tersebut berfungsi untuk menghubungkan (terminal kabel) antara peralatan
dan supply daya perlengkapan didalamnya terminal dan grounding.
- Panel Kontrol Pompa (Central desk)
Panel kontrol terpasang pada ruang terpisah dengan peralatan panel-
panel lainnya dan untuk rumah pompa kecil panel tersebut menyatu
dengan bangunan pompa drainase. Secara umum panel kontrol berfungsi
untuk mengoperasikan sistem peralatan pompa drainase (start dan stop)
secara manual dan automatic lewat WLC, seluruh kegiatan operasional
peralatan pompa, genset, panel switch gear, panel start pompa dapat
dilaksanakan dan dimonitor lewat panel kontrol pompa yang berlokasi di
control room. Pada peralatan panel kontrol pompa terpasang peralatan
sistim kontrol (PLC, auxiliary relay, meter-meter, arus tegangan frekuensi,
water level syncronizing scape dll). Untuk sistem proteksi peralatan
dilengkapi lampu indikator, flag indicator dan Buzzer.
Pada rumah pompa dengan menggunakan sistem kontrol PLC dilengkapi
printer untuk mencatat segala kegiatan, start pompa, termasuk kejadian
gangguan peralatan sistem pompa. Untuk rumah pompa kapasitas kecil
pengoperasian pompa panel kontrol terpasang menjadi satu bangunan
dengan pompa drainase dan pengoperasian dengan sistem manual.
Peralatan control umumnya menggunakan auxiliary relay dan contactor.
Juga dilengkapi meter meter dan lampu indikator untuk start, stop dan
gangguan.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 163
- Peralatan Instrument
Pemasangan peralatan instrumen umumnya berhubungan dengan
peralatan pengukuran dan monitoring yang terpasang diluar bangunan
rumah pompa.
Peralatan pengukuran digunakan untuk mengukur tinggi muka air pada sisi
upstream dan downstream rumah pompa.
Sebagai contoh pada rumah pompa dengan kapasitas besar dipasang alat
ukur pada sebelum dan sesudah masuk saringan (bar screen)
- Pada kolam penampung air (retarding pond)
- Pada saluran masuk pompa (pump well)
- Pada saluran pembangunan air setelah dipompa (down stream)
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 164
Dari data tersebut diatas didapatkan jumlah air (m3) dan ketinggian (elevasi) air
maksimum dan minimum yang dikehendaki untuk setiap bulan selama 1 (satu)
tahun. Contoh....
Setelah didapat data tersebut diatas, maka dibuat pola operasi untuk bulan dan
harian musim hujan dan musim kering dalam kurun waktu setahun.
Setelah melalui perhitungan dapat diprediksi jumlah jam operasional untuk
peralatan pompa drainase (genset, pompa, panel dll)
- Urutan Operasional
Bertujuan sebagai pedoman untuk melakukan operational peralatan pompa
drainase dan kelengkapannya secara berurutan sesuai dengan kondisi
peralatan yang terpasang sesuai manual book dari pabrik yang bertujuan untuk
keamanan peralatan dari kerusakan dan keselamatan operator
Pada umumnya cara operasional start/ stop pompa air dibedakan menjadi:
Cat: Untuk rumah pompa dengan kapasitas kurang lebih30 m3/det, operasional
secara manual start/stop pompa dapat lewat panel kontrol (control desk) atau
lewat lokal panel.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 165
- Lewat Control Desk
Menekan tombol start/stop pada diagram panel utama sesuai prosedur SOP dan
melakukan pengamatan pada indikator dan layar monitor motor elektrik.
Kegiatan start/stop melalui meter-meter dan indikator yang terpasang pada panel
kontrol sesuai dengan fungsi peralatan.
Contoh: Genset, panel gear, panel star pompa, motor elevasi dan aliran pada pipa
buang pompa (discharge pipe) dll
Menekan tombol start/stop pada panel lokal (panel genset (syncronize panel),
panel switch gear, panel start pompa, sesuai prosedur SOP dan melakukan
pengamatan
- Genset
- Panel switch gear
- Panel start pompa
- Peralatan bantu
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 166
5.3.2.2 Persiapan sebelum operasional
a. Blangko laporan harian operasional pompa drainase
b. Pengecekan peralatan pompa drainase
1. Pastikan pompa dalam kondisi siap operasional
2. Baut pengikat rumah pompa , flage sambungan kondisi tidak kendor
3. Kopling pompa tidak kendor ( untuk type selain submersible )
4. Seal pompa dalam tidak bocor ( untuk type selain submersible )
5. Periksa level minyak pelumas bantalan pompf
6. Katup sorong pada pipa keluar kondisi terbuka
7. Lampu indicator ready to start pada panel pompa kerja ( menyala )
8. Saringan sampah dalam kondisi bersih
9. Alat pembersih sampah ( trash rack rake ) siap oprasional
10. Kondisi lingkungan disekitar rumah pompa aman
5.3.2.3 Pengecekan peralatan penggerak mula
a. Engine / genset
1) Pastikan engine kondisi siap operasional
2) Baut pengikat engine dengan base plate, flange sambungan dll tidak
kendor
3) Silincer, pipa gas buang, dan kelengkapannya kondisi siap
olerasional
4) Sistem pendingin kondisi siap operasional
5) Sistem pelumas kondisi siap operasional
6) Sistem bahan bakar kondisi siap operasional
7) Tangki bahan bakar harian terisi penuh
8) Reducing gear dan belt penggerak kondisi siap operasional
9) Baut pengikat generator kondisi tidak kendor
10) Battery untuk start dan kelengkapan kondisi siap operasional
11) Tegangan batettery kondisi normal
12) Panel kontrol genset kondisi siap operasional ( indikator gangguan
engine dan generator tidak kerja )
b. Motor listrik
o Pengecekan peralatan penggerak mula
1) Baut pengikat motor listrik kondisi tidak kendor
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 167
2) Kipas motor kondisi siap operasional
3) Terminal dan kabel masuk motor kondisi siap operasional
Keterangan ;
Supply daya listrik untuk motor listrik dapat dilakukan dari ;
1. Genset sesuai kapasitas pompa yang terpasang
2. Supply PLN sesuai kapasitas pompa yang terpasang dengan
persyaratan ;
- Kualitas tegangan + 10 % , - 5 % dari tegangan nominal
3. Penggunaan daya PLN akan efektif untuk operasional pompa
harian
- Beda tegangan antar phasa 5 %
- Frequency +/- 1 % dari 50 Hz
- Dipasang saklar pemilih daya ( COS ) Genset atau PLN
5.3.2.4 Pengecekan Panel Genset / Synchronizing Panel
a. Pastikan Panel Pompa genset siap operasional
b. Pastikan lampu indikator siap operasional ( cek lewat test lamp )
c. Indikator gangguan pada panel genset tidak kerja
d. Lampu penerangan dan AC siap operasional
e. Supply daya untuk control tersedia
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 168
d. Lampu penerangan dan AC siap operasional
e. Supply daya untuk control tersedia
5.3.2.7 Pengecekan Panel kontrol / control desk
a. Pastikan Panel kontrol / control desk siap operasional
b. Pastikan lampu indikator siap operasional ( cek lewat test lamp )
c. Meter penunjukkan elevasi air pada panel kontrol / control desk
kerja
d. indikator gangguan pada panel kontrol / control desk tidak kerja
e. Layar / LCD monitor siap operasional
f. Lampu penerangan dan AC siap operasional
g. Supply daya untuk control tersedia
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 169
8. Cek temperature pendingin engine dan reducing gear
9. Cek tekanan minyak pelumas engine
10. Cek warna gas bekas engine
11. Catat parameter pengecekan pada blangko laporan harian
b. Stop Pompa Drainase :
1. Stop engine lewat tombol stop pada panel engine putaran engine dan
pompa drainase sampai 0 % , diikuti dengan turunnya pengeluaran
air pada pipa buang pompa.
2. Cek kondisi semua peralatan pompa dan kelengkapannya , termasuk
bila terdapat kelainan
3. Selesai
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 170
5. Cek Tegangan ( V ) out going ; R-S, S-T, T-R pada nominal voltage
6. Cek Arus ( A ) out going ; R , S, T dan energy meter ( Kw )
c. Panel pompa / Pump Start Panel
- Start pompa drainase lewat tombol on pada panel pompa
5.3.3.3 Pemantauan pada kondisi operasional genset dan pompa drainase
1. Cek Putaran engine pada 100 % rpm
2. Cek air yang keluar pada pipa buang pompa drainase sesuai
kapasitas
3. Cek getaran pompa dan genset
4. Cek tekana pada pipa buang pompa
5. Cek bocoran air pada seal dan instalasi pipa masuk dan pipa buang
pompa
6. Cek temperature bantalan pompa
7. Cek getaran pada pompa drainase dan genset
8. Cek temperature pendingin genset
9. Cek tekanan minyak pelumas genset
10. Cek warna gas bekas genset
11. Cek Tegangan ( V ) genset
12. Cek Arus ( A ) genset
13. Cek Power Factor ( Q ) genset
14. Cek energy ( Kw ) genset
15. Cek Frekuensi ( Hz ) genset
16. Cek Tegangan ( V ) motor pompa drainase
17. Cek Arus ( A ) motor pompa
18. Cek Power Factor ( Q ) motor pompa
19. Cek energy ( Kw ) motor pompa
20. Catat parameter pengecekan pada blangko laporan harian, termasuk
bila terdapat kelainan pada konsi operasional
21. Selesai
- Stop Pompa Drainase :
1. Stop pompa lewat tombol off pada panel pompa
2. Amati pengeluara air lewat pupa buang pompa drainase akan
menurun sampai kondisi 0
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 171
3. Tekan tombol off pada panel out going / EP panel , maka CB akan off
4. Tekan tombol off pada panel incoming / ICP panel , maka CB akan off
5. Tekan tombol stop pada panel genset / synchronizing panel , putaran
genset menuju 0 rpm ( genset stop )
6. Cek kondisi semua peralatan pompa dan kelengkapannya, termasuk
bila terdapat kelainan
7. Selesai
5.3.3.4 Start / Stop pompa drainase dari Panel control / Control Desk;
a. Start
1. Pastikan water level kolam penampung / sungai kondisi siap
operasional
2. Saklar pemilih pada panel control / control desk diposisikan Remote
untuk pompa drainase dan genset
3. Perhatikan mimik diagram pada pada panel control
4. Tekan tombol start genset
5. Cek putaran genset sampai nominal / 100 % rpm
6. Cek tegangan generator phase R, S, T sampai nominal
7. Cek frekuensi generator sampai nominal 50 Hz
8. Cek kondisi genset dan peralatannya ; system pendingin, system
pelumas system bahan bakar , system gas bekas pada kondisi
normal
9. Masukkan Circuit Breaker ( CB ) incoming / ICP lewat tombol on
10. Cek Tegangan ( V ) incoming ; R-S, S-T, T-R pada nominal voltage
11. Cek Arus ( A ) incoming ; R , S, T dan energy meter ( Kw)
12. Masukkan Circuit Breaker ( CB ) outgoing / EP panel lewat tombol
on
13. Cek Tegangan ( V ) out going ; R-S, S-T, T-R pada nominal voltage
14. Cek Arus ( A ) out going ; R , S, T dan energy meter ( KW )
15. Tekan tombol start pompa
5.3.3.5 Start / Stop pompa drainase dari Panel control / Control Desk
Secara automatic
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 172
1. Posisikan saklar pemilih pada posisi auto
2. Cek semua peralatan genset , panel synchronizing, panel switch gear
( ICP / EP ),
3. Panel pompa / pump start panel dan panel control / control desk
indicator gangguan pompa dan genset tidak kerja
4. Cek peralatan bantu ; pembersih sampah outomatik, pintu air , dan
water level control ( WLC ) kondisi siap operasional
5. Cek saringan air ( bar screen ) kondisi bersih
6. Cek water level indicator kondisi kerja ( real time )
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 173
terdapat kelainan pada konsi operasional
u. Selesai
Keterangan ;
Untuk operasional genset dan pompa drainase secara automatic dari start
Genset, pemasukan CB out going, incoming, start pompa drainase
teramasuk urutan stop pompa drainase dan genset sampai selesai proses
tersebut dilakukan oleh peralatan Superviory / PLC dengan input dari
Water level control
5.4.1 Kelengkapan K 3
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 174
5.4.3 Pintu air ( Rolling gate )
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 175
Pemeliharaan peralatan sistem pompa drainase berfungsi untuk menjaga /
mempertahankan unjuk kerja (performance) peralatan sistem pompa drainase,
sehingga peralatan pompa drainase dalam kondisi baik untuk selalu siap
dioperasionalkan sesuai kondisi yang ditetapkan terutama pada saat pompa
tersebut digunakan pada kondisi terjadi genangan air. Bagaimanapun peralatan
yang terpasang untuk menjaga keandalan maka perlu dilakukan pemeliharaan
secara periodik.
2. Periodical Maintance
3. Predictive Maintance
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 176
Pemeliharaan dilakukan sesuai dengan kondisi / trend masing-masing
peralatan pada yang tidak normal (diatas/dibawah kondisi normal dengan
melakukan pengamatan secara teliti.
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 177
p. Water level
a. Membuat schedule
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 178
1. Pastikan bahwa peralatan pompa drainase siap dilakukan pemeliharaan
dengan memasang taging
2. Panel out going / EP dan incoming ICP, CB posisi off / inservise
supply tegangan 0 volt
3. Grounding panel out going posisi masuk
Pelaksanaan pemeliharaan ;
1. Pembongkaran bagian / part pompa
-Rumah pompa,Impeller, shaft, kopling , pipa masuk dan buang dll
2. Pembongkaran bagian / part engine/ genset
- Sistem pendingin, sistem pelumas, system bahan bakar, pipa gas
buang
- Silinder kop, vave, connecting rod, bearing dll
3. Pembongkaran generator
- Stator, rotor, kipas pendingin bearing dll
4. Pembongkaran motor pompa
- Stator, rotor, kipas pendingin bearing dll
5 Penggantian dan perbaikan semua bagian/part yang rusak
6 Penyetelan kembali dan pengukuran semua bagian / part
7 Pengujian masing- masing bagian/part, sub sistem yang dilakukan setelah
perbaikan
8 Panel out going / EP dan incoming ICP , CB siap operasional
9 Grounding panel posisi lepas / off
10 Panel pompa siap operasional
11 Pengujian seluruh peralatan ; Pompa drainase,engine, genset, motor
pompa tanpa beban sampai kondisi normal .
12 Pengujian seluruh peralatan ; Pompa drainase,engine, genset, motor
pompa Dengan beban sampai kondisi normal
Keterangan ; Untuk pengujian peralatan pompa drainase dan engine/
genset proses start dan stop sesuai urutan sebelumnya
14. Catat kegiatan perbaiakan / pemeliharaan, termasuk hasil hasil
pengukuran, pengujian dan penggantian part termasuk kelainan pada
peralatan pada blangko laporan pemeliharaan
15. Selesai
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 179
Gambar 5.1
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 180
LAMPIRAN
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 181
Tabel 5.2. Contoh Simulasi Biaya Operasional Rumah Pompa
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 182
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 183
TABEL 5.3. CONTOH CONTROL CABLE
Conductor Current
0
Resistance At. 20 C Carrying
Insulation Jacket Approx Aprrox Standard Delivery Capacity Short Test
Number Size Construction No. Thickness Thickness Overall Net Reel Form In In Reactance Circuit Voltage
Conductor Insulation
Of of Dia Weight Length Ground Air Current
Cores wire at. Sec
(x) mm2 - - mm mm mm Kg/km m - ohm/km M.ohm.km A A Ohm/km kA kV/10 min
7 4 re (rm) 1 (7) 1.0 1.8 17.6 522 500 4.56 52 24 22 0.100 0.46 4
8 4 re (rm) 1 (7) 1.0 1.8 22.5 696 500 4.56 52 24 22 0.100 0.46 4
10 4 re (rm) 1 (7) 1.0 1.8 22.5 754 500 4.56 52 20 18 0.100 0.46 4
12 4 re (rm) 1 (7) 1.0 1.8 22.5 865 500 DRUM 4.56 52 20 18 0.100 0.46 4
14 4 re (rm) 1 (7) 1.0 1.8 23.5 976 500 4.56 52 18 17 0.100 0.46 4
16 4 re (rm) 1 (7) 1.0 1.8 25.5 1116 500 4.56 52 18 17 0.100 0.46 4
19 4 re (rm) 1 (7) 1.0 2.0 26.5 1275 500 4.56 52 17 15 0.100 0.46 4
21 4 re (rm) 1 (7) 1.0 2.0 31.4 1444 500 4.56 52 17 15 0.100 0.46 4
dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst dst
... ... ...
... ... ...
... ... ...
... ... ...
... ... ...
... ... ... DRUM
... ... ...
40 6 re (rm) 1 (7) 1.0 2.2 3.03 45 15 15 0.094 0.70 4
52 6 re (rm) 1 (7) 1.0 2.6 3.03 45 15 15 0.094 0.70 4
61 6 re (rm) 1 (7) 1.0 2.6 3.03 45 13 13 0.094 0.70 4
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN O PERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 184
Contoh Lampiran formulir pengujian pompa sesuai SNI 7518:2009
Lembaran pengujian pompa yang digambarkan dalam lampiran ini untuk panduan
penyajian hasil pengujian pompa dan untuk membantu pengertiannya. Ini tidak berarti
mencakup semua informasi yang dibutuhkan dari pengujian popa dan penyesuaian bisa
diperlukan tergantung tipe pompa, aplikasinya, dan cara perhitungannya.
Tabel 5.4 – Lembar uji pompa
Lembar uji pompa Jumlah lembar uji Data uji
Pembeli
Tipe Nomor order pabrik Nomor order Diameter
hisap
Pompa Diameter
tekan
Diameter
impeler
Nilai garansi Debit (QG) Laju putaran (nsp) Daya masukan (PG)
Tinggi total (HG) Efisisensi (ηG) Tinggi tekanan hisap
bersih (NPSH)
Pompa cair Suhu (t) Uap tekan (pv) Viskositas kinematik (ν)
Densitas (ρ) Derajat keasaman (pH)
Motor Pabrikan Sertifikat uji Jumlah fase Volt
age
Tipe Daya Laju putaran Curr
ent
Debit Tinggi Tinggi NPSH Torsi daya Laju Roda
Hisap Tekan Putaran gigi
Metode Cara yg
Pengukuran digunakan
constant
Kondisi uji Suhu ruang Tekanan Tinggi koreksi bidang Hisap
Suhu air barometer refensi Tekan
Hasil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pengukuran Satuan
Laju putaran
Interval waktu
Debit Pembacaan
Pengukuran debit
Pembacaan tinggi tekan
Pembacaan tingg hisap
Tinggi tekan
Tinggi hisap
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 185
(Lanjutan)
Head ΔU2/2g
Perbedaan posisi
pengukuran
Tinggi total
U12/2g
(NPSH)
Daya output pompa Pu
Voltase
Amper
Pembacaan wattmeter 1
Pembacaan wattmeter 2
Pembacaan wattmeter total
Power Daya masukan motor
(torque)
Efisiensi motor
Pembacaan torsi
Efisiensi roda gigi
Daya output motor
Daya masukan motor
Efisiensi keseluruhan
Efisiensi pompa
Harga Volume jumlah air
referensi
terhadap
Laju yg Tinggi total
ditetapkan
Putaran Daya
NPSH
Catatan Tgl Pimpinan uji Perwakilan
Pembeli Penyuplai
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 186
Contoh Perhitungan NPSH
Tekanan Uap Jenuh (Pv) = 322,9 Kgf/ m3(Suhu air bersih = 25 oC)
NPSHav = + hs - f
F = f1 + f2
f1 = Koef. kehilangan dari pipa hisap
- If bell mouse -> f1 -> 0,5
f2 = Koef. Gesek pipa hisap
f2 = 0,04 ( 1 + )x
= 0,04 (1 + )x
= 0,0320
f = 0,53196875
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 187
NPSHav = + 2,78 – 0,532 x
= 12, 456 m
4/3
NPSHre = =( )4/3 = 7,92 m
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 188
CONTOH PERHITUNGAN HEAD POMPA
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 189
- Energy losses in the end of : He = V2/2g discharge pipe
= 0,104 m
- Total head loss in the dish ge pipe : Hlp = Hb + Hf + Hp + He
= 0,42 m
- Total head pomp : THD = Head Geodetic + Total head loss in the discharge
pipe
= 6,62 m
- Daya hidrolik : Hp = 0,163 x Liquid Specific Gravity x Q x H
= 0,163 x 1 x 132 x 6,62
= 142,37 kW
- Daya shaft pompa : H2 = Hp / (Effisiensi pompa = 75,00%)
= 189,83 kW
- Daya motor : Hm = H2 / (Effisiensi pompa = 90,00%)
= 210,92 kW
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 190
CONTOH SINGEL LINE DIAGRAM
Ket:
IP Instrumen Panel NGR Netral Grounding Resistance
EG Engine Generator GCP Generator Control Panel
SYP Synchooronize Panel GHP Guard House Panel
ICP Incomming Panel RG Rolling Gate
BB Busbar GHP Guard House Panel
EP Electrical Panel BP Box Panel PLN
PSP Pump Start Panel TR Tranformator
LPL Local Pump Large DS Disconnecting Switch
EGP Engine Generator Panel
LPS Local Pump Large
SLP Sludge Pump
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 191
CONTOH MDP LINE DIAGRAM DAN COS LINE DIAGRAM
Cat :
COS : Change Over Switch
TATA CARA PERENCANAAN, PEMBANGUNAN DAN OPERASI PEMELIHARAAN SISTEM POMPA 192