Biomat
Biomat
Tim Penyusun:
PENDAHULUAN
f. Requirement
MINGGU KE- MATERI TAHAPAN PEKERJAAN SKILLS LAB
1 Pretest
2 a. Semen fosfat a. Manipulasi semen fosfat
b. Glass Ionomer Cement b. Manipulasi GIC untuk restorasi
c. Manipulasi GIC untuk luting (perekat
piranti cekat)
d. Uji keasaman semen fosfat (semen
setting dan belum setting)
3 a. Tirturasi amalgam a. Manipulasi Amalgam
b. Penyinaran Resin Komposit b. Uji depth of cure
4 a. Aplikasi etsa, bonding, dan a. Aplikasi resin pada kavitas karies kecil
resin komposit pada servikal gigi
b. Aplikasi resin sealant b. Aplikasi resin pada pit dan fissure dalam
5 klamer Adams kanan a. outline klamer Adams kanan
b. Pembuatan klamer Adams pada gigi
molar kanan
6 klamer Adams kanan a. Pembuatan klamer Adams pada gigi molar
kanan (selesai)
7 klamer Adams kiri a. outline klamer Adams kiri
b. Pembuatan klamer Adams pada gigi
molar kiri
8 klamer Adams kiri a. Pembuatan klamer Adams pada gigi
molar kiri (selesai)
9 Busur labial Pembuatan outline klamer busur labial
a. Pembuatan klamer busur labial
10 Busur labial Pembuatan klamer busur labial (selesai)
11 Pegas kantilever tunggal a. outline pegas kantilever tunggal
b. Pembuatan pegas kantilever tunggal
17 Post-test
g. Sistem Penilaian
Penilaian skills lab meliputi :
a. Pretest 5 %
b. Keterampilan dan laporan 60%
c. Post test 20
d. Attitude 15 %
Nilai attitude (50-60) apabila satu kali melanggar peraturan tata tertib laboratorium
dengan bukti tanda tangan instruktur di halaman catatan pelnggaran.
Nilai attitude (40-49) apabila dua kali melanggar peraturan tata tertib laboratorium
dengan bukti tanda tangan instruktur di halaman catatan pelnggaran.
nilai attitude (0-40) apabila tiga kali melanggar peraturan tata tertib laboratorium
dengan bukti tanda tangan instruktur di halaman catatan pelnggaran.
Keterangan :
a. Pretes untuk menilai kesiapan mahasiswa sebelum awal praktikum dimulai
b. Penilaian ketrampilan meliputi :
i. Menyiapkan alat yang dibutuhkan dengan tepat.
ii. Menentukan perbandingan bahan dengan tepat.
iii. Menentukan alat yang digunakan untuk manipulasi bahan dengan tepat.
iv. Manipulasi dengan teknik yang benar.
v. Menentukan lama manipulasi yang tepat.
vi. Mengisi ke cetakan dengan benar.
vii. Menentukan setting time dengan tepat.
viii. Mampu bersikap professional.
4
NILAI 100 - 75 74 - 71 70 - 65 64 - 51 50 – 0
KOMPETENS
I
Alat yg Menyiapkan Menyiapkan Menyiapkan Menyiapkan Tidak
dibutuhkan alat dengan alat dengan banyak alat alat tetapi menyiapkan
tepat sesuai tepat sesuai tetapi tidak kurang lengkap alat yang
kebutuhan, alat kebutuhan semua dibutuhkan/
bersih dan dibutuhkan meminjam alat
memahami temannya
fungsi masing-
masing alat
Rasio bahan 1.Mengambil 1.Mengambil 1. Mengambil 1. Bahan 1.Mengambil
bahan dengan bahan dengan bahan dengan kurang dari bahan 2x
tepat sesuai tepat sesuai tepat sesuai yang (mengulang)
kebutuhan dan kebutuhan, kebutuhan dibutuhkan /
digunakan dan digunakan tetapi tidak terlalu banyak
semuanya semuanya digunakan
tanpa sisa tanpa sisa. semuanya
sehingga
menjadi
konsistensi yg
benar
c. Laporan berisi hasil kegiatan skills lab pada masing-masing materi yang ditunjang dengan
teori dari referensi yang relevan. Untuk menghindari penjiplakan, pembuatan makalah
dilakukan dengan mesin ketik manual, minimal 5 halaman, pada kertas ukuran A4sesuai
format laporan meliputi :
i. Cover, terdiri dari:
Tulisan ‘Laporan Skills Lab Biomaterial dan Teknologi II” pada bagian paling atas
Judul laporan sesuai dengan kegiatan praktikum yang telah dilaksanakan
Nama dan NIM dari penulis laporan
Nama fakultas dan institusi, serta tahun pembuatan laporan
ii. Isi laporan:
Tanggal praktikum skills lab
Alat, bahan, dan prosedur kerja
Hasil praktikum
Pembahasan yang berhubungan dengan materi dan hasil praktikum serta teori yang relevan
Kesimpulan dari hasil praktkum skills lab
sumber pustaka / referensi yang relevan (minimal 3 sumber)
NILAI 100 - 75 74 - 66 65 - 69 50 - 0
Post test skill lab dilaksanakan di akhir skill lab, berupa ujian tulis. hal ini bertujuan untuk
mengetahui penyerapan ilmu oleh mahasiswa tentang skill lab yang telah dijalankan dan menilai
kemampuan hasil skill lab mahasiswa. Materi post test meliputi bahan skill lab dan teori.
1. Pendahuluan
Semen seng fospat adalah semen tertua di bidang Kedokteran gigi.Semen seng fosfat
terdiri atas bahan bubuk dan cairan, bubuk terdiri atas oksida seng 90% dan oksida magnesium
10%, dan cairannya adalah 33% air, asam fosfor, alumunium fosfat, seng fosfat.Semen ini sering
digunakan sebagai bahan luting pada penggunaan material restoratif metal maupun metal-
keramik, juga digunakan sebagai basis sebelum tumpatan amalgam (Anusavice, 2003).
Semen seng fosfat merupakan salah satu jenis material semen berbahan dasar air yang
pertama digunakan di bidang kedokteran gigi. Air mengendalikan ionisasi dari asam, yang pada
gilirannya akan mempengaruhi kecepatan reaksi cairan bubuk (asam-basa). Ketika bubuk
dicampur dengan cairan, asam fosfor berkontak dengan permukaan partikel dan melepaskan ion-
ion seng ke dalam cairan. Dua menit setelah pengadukan, pH semen seng fosfat berkisar 2.
Adukan yang terlalu encer akan menyebabkan pH semen seng fosfat menjadi lebih rendah pada
waktu yang lama. Keasaman semen seng fosfat akan mengakibatkan kerusakkan pulpa, oleh
karena itu dentin pulpa perlu dilindungi dengan semen sebagai subbase.
Semen ini tersedia dalam bentuk powder dan liquid dalam botol yang terpisah (McCabe,
2008). Kegunaan utama semen seng fosfat dalam kedokteran gigi adalah untuk luting restorasi
dan peralatan ortodontik (Annusavice, 2013). Penggunaan luting biasanya digunakan untuk
restorasi atau dental appliance yang dikonstruksi di luar mulut pasien. Misalnya inlay, mahkota
logam, bridge, dan metal post. Hal ini karena jika suatu protesa ditempatkan pada gigi pasien,
maka diperlukan adanya suatu mekanisme retensi antara gigi dan protesa (McCabe, 2008).
Semen seng fosfat juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai basis. Tujuan basis adalah
sebagai penghalang antara bahan tumpatan dengan pulpa untuk memberikan thermal, chemical,
dan electrical barrier. Penggunaan basis dengan tujuan sebagai insulator terhadap thermal
schock tidak dilakukan pada semua restorasi logam, hal ini tergantung pada kedalaman kavitas.
Kedalaman kavitas mengindikatorkan dentin yang tersisa (McCabe, 2008). Semakin dalam suatu
kavitas, semakin sedikit pula dentine yang tersisa sehingga memerlukan insulator.
2. Bahan dan Alat
2.1 Bahan
3. Prosedur kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Mengambil cairan dan bubuk ke glass plate, dengan proporsi sesuai gambar pada tutup
botol bubuk (rasio gambar liquid/powder pada tutup sudah sesuai petunjuk pabrik)
Gambar. Ratio pada tutup botol, terdapat dua ratio. (1sendok takar powder : 3 tetes
cairan) untuk konsistensi kental untuk basis tumpatan. (1sendok takar powder :
5 tetes cairan) untuk luting/perekat.
9
c. Untuk manipulasi semen seng phospat sebagai basis tumpatan, bubuk diletakkan di atas
glass slab dan dibagi menjadi 3 (tiga) bagian.
d. Menyiapkan stopwatch, pencampuran bubuk dan cairan dilakukan sedikit demi sedikit
pada glass slab dingin (21ᵒC), saat pencampuran dimulai nyalakan stopwatch.
e. Bubuk semen seng fosfat bagian pertama dimasukkan ke dalam cairan dan diaduk
menggunakan spatula semen secara memutar, menekan, dan spreading (gerakan meluas)
lihat gambar B selama 10 detik (sesuai aturan pabrik) kemudian langsung diteruskan
dengan bagian kedua ditambahkan dan diaduk dengan cara yang sama. Demikian
seterusnya sampai semua bubuk semen seng fosfat habis teraduk dan homogen. Lama
pengadukan bubuk dan cairan semen seng fosfat hingga homogen diperlukan waktu 30
detik. sampai puttylike consistency
f. Setelah dilakukan pencampuran dan didapatkan konsistensi tersebut, adonan dimasukkan
kedalam kavitas (kavitas diletakkan di atas glass plate), kemudian merapikan dengan
kapas lembab yang dibasahi dengan alkohol.
g. Mengukur waktu setting (dimulai saat awal pencampuran s/d setting)(Baum, dkk., 1997).
Untuk manipulasi semen seng phospat sebagai luting/ perekat
a. Untuk manipulasi semen seng phospat sebagai luting, bubuk diletakkan di atas glass slab
dan dibagi menjadi 6 (enam) bagian
b. Menyiapkan stopwatch, pencampuran bubuk dan cairan dilakukan sedikit demi sedikit
pada glass slab dingin (21ᵒC), saat pencampuran dimulai nyalakan stopwatch.
c. Bubuk semen seng fosfat bagian pertama sampai bagian ketiga dimasukkan ke dalam
cairan dan diaduk menggunakan spatula semen secara memutar, menekan, dan spreading
selama 10 detik (sesuai aturan pabrik) kemudian langsung diteruskan dengan bagian
keempat ditambahkan dan diaduk dengan cara yang sama. Demikian seterusnya sampai
semua bubuk semen seng fosfat habis teraduk dan homogen. Campuran seng fosfat yang
bisa ditarik 12 sampai 19 mm tanpa putus menandakan campuran sudah siap untuk luting
(lihat gambar C).
10
berbeda, sehingga semua perubahan warna itu menyatu dan sebagai hasilnya, indikator universal
mejikuhibiniu. Cara menggunakan indicator universal bentuk kertas, adalah dengan cara
mencelupkan kertas tersebut dalam larutan yang hendak kita ketahui pH-nya. Sedangkan, jika
menggunakan indicator universal bentuk larutan adalah dengan cara memasukkan atau
meneteskan larutan indicator universal ke dalam larutan yang hendak kita ketahui pH-nya.
Warna yang terbentuk kemudian dicocokkan/ dibandingkan dengan warna standar yang sudah
diketahui nilai pH-nya. Dengan mengetahui nilai pH maka dapat ditentukan apakah larutan
2. Semen seng
posfat sudah
setting
12
1. Pendahuluan
Glass Ionomer Cement (GIC)/semen ionomer kacamerupakan bahan restorasi
yang banyak digunakan oleh dokter gigi dan terus dikembangkan. Komposisi terdiri dari bubuk:
alumina–silikat, dan cairan asam poliakrilat. Semen ionomer kaca melepaskan ion flourida dalam
jangka waktu yang lama, sehingga dapat menghilangkan sensistivitas dan mencegah karies
sekunder.Karena sifat biologisnya yang baik dan memiliki potensi perlekatan ke kalsium yang
ada di dalam gigi, semen ini digunakan sebagai bahan restorasi dan perekat. Salah satu tipe GIC
yang ada yaitu GIC tipe 2 yang digunakan sebagai bahan restorasi (Anusavice, 2003).Glass
Ionomer Cement (GIC)/semen ionomer kacamerupakan bahan restorasi yang mudah menyerap
air, sehingga setelah dimanipulasi perlu diberikan vaselin, untuk mencegah masuknya air.
Setelah 24 jam, GIC baru setting, dan dapat dilakukan pemolesan.
Semen ionomer kaca tipe 1 merupakan tipe luting atau perekat.Semen ini
memiliki viskositas yang rendah dibandingkan semen ionomer kaca tipe 2, sehingga memiliki
daya alir yang baik. Semen ini dipergunakan untuk perekat inlay, onlay, mahkota, gigi tiruan
jembatan, dan pasak endodontik. Selain itu juga dipergunakan untuk perekat mahkota dan gigi
tiruan jembatan berbahan keramik (Anusavice, 2003).
2. Bahan dan Alat
Bahan :bubuk dan cairan GIC tipe 1 dan tipe 2
Alat :
a. Nierbeken
b. Kaca mulut
c. Sonde lurus dan sonde halfmoon
d. Pinset dental
e. Eskavator
f. Glass plate, paper pad
g. Stopwatch
h. Cetakan sampel akrilik 2 mm
i. flexible metal atau palsctic spatula
j. Lap putih
k. Masker dan handscoon
3. Prosedur Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan, gunakan masker dan handscoon.
b. Mengambil bubuk dan cairan dengan perbandingan bubuk:cairan diatas paperpad yang
diletakkan pada glass plate. Ratio powder-liquid menyesuaikan petunjuk pabrik atau
gambar takaran yang tertera pada tutup botolnya.
13
Gambar.Perbandingan jumlah takaran sendok powder dan jumlah tetes liquid GIC luting
Gambar.Perbandingan jumlah takaran sendok powder dan jumlah tetes liquid GIC
restorasi
c. Membagi bubuk menjadi dua bagian, bagian pertama bubuk ditambahkan ke cairan
dengan gerakan cepat menggunakan flexible metal atau palsctic spatula dan kemudian
dilanjutkan bubuk bagian kedua dengan gerakan cepat dan melipat (mixing time 5-15
detik) sampai campuran homogen dan mengkilap. Saat pencampuran dimulai stopwatch
dinyalakan..
d. Memasukkan ke kavitas (letakkan di atas glass plate), mencatat waktu settingnya
(dimulai saat awal pencampurans/d setting(Baum, dkk., 1997)
14
1. Pendahuluan
Amalgam didefinisikan sebagai tipe alloy (logam campur) yang khusus dimana merkuri
merupakan salah satu komponennya. Merkuri dapat bereaksi dengan logam lain untuk
membentuk massa yang plastis dan kemudian dilakukan pemadatan ke dalam kavitas gigi yang
telah dipreparasi. Keberhasilan klinis restorasi amalgam sangat tergantung dengan
pemanipulasian amalgam yang baik.Pemanipulasian amalgam terdiri dari mixing trituration,
kondensasi, carving, finishing dan polishing (Anusavice, 2003).
Tujuan dari tirturasi adalah amalgamasi yang benar dari merkuri dan alloy. Waktu
tirturasi yang pendek (undertirturation) nataupun yang panjang (overtirturation) akan
mengurangi compressive dan tensile strength karena ada kekosongan dan karena tidak
terbentuknya fase gamma 1 sehingga partikel-partikel amalgam tidak berikatan seluruhnya.
Amalgam yang overtirturation mempunyai konsistensi yang kental dan kekuatan yang lemah
karena terbentuknya fase gamma 1 yang berlebihan.
2. Bahan dan Alat
Bahan : bubuk alloy amalgam dan cairan merkuri
Alat :
a. Nierbeken
b. Kaca mulut
c. Sonde lurus dan sonde halfmoon
d. Pinset dental
e. Eskavator
f. Stopwatch
g. Glass plate
h. Cetakan sampel akrilik 2 mm
i. Mortardan pestle, amalgamstopper, burnisher, carver, amalgam pistol
j. Kain kasa kecil (ukuran 5x5 cm)
3. Prosedur Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Memasukkan alloy dan merkuri ke mortar dengan perbandingan bubuk alloy:cairan
merkuri sebesar 5:7 atau 5:8.
c. Mencampur alloy dengan gerakan memutar dan menekan selama 24-25 detik (campuran
yang baik akan homogen dengan warna mengkilap), menyalakan stopwatch untuk
pengamatan waktu setting.
d. Kelebihan merkuri dibuang dengan memeras cairan menggunakan kain kasa. Mengambil
campuran alloy amalgam dengan pistol amalgam.
e. Campuran yang tepat seperti pada gambar B
15
Gambar: penampakan campuran amalgam (under trturasi, normal tirturasi, dan over
tirturasi). Pada normal tirturasi terlihat halus (bersinar) dan tidak terdapat
bentukan kasar.
PERHATIKAN: saat memeras cairan merkuri pastikan di atas wadah (mortar/dappen glass),
jangan membuang cairan merkuri sembarangan, cuci bersih wadah bekas cairan merkuri.
16
1. Pendahuluan
Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi, yang merupakan gabungan atau
kombinasi dari dua atau lebih bahan kimia yang berbeda, dengan sifat-sifat unggul atau lebih
baik dari pada bahan itu sendiri (Anusavice, 2013). Bahan ini sudah lama digunakan di
Kedokteran Gigi sejak tahun 1940, dan telah mengalami perkembangan pesat. Resin komposit
dapat digunakan untuk pengganti struktur gigi yang hilang, atau untuk modifikasi kontur gigi,
yang sewarna dengan gigi, sehingga meningkatkan estetik fasial (Anusavice, 2013; Manappallil,
2003).Sejumlah sistem klasifikasi telah digunakan untuk resin komposit berbasis resin. Jenis-
jenis resin komposit dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel filler, polimerisasi, dan
Restorasi kavitas yang dalam dengan cara berlapis mempunyai kelebihan yaitu penetrasi
sinar dapat menyeluruh sehingga polimerisasi dapat optimal. Polimerisasi yang optimal akan
menghasilkan sifat fisik yang baik, adaptasi margin meningkat, dan toksisitas menurun dengan
berkurangnya monomer sisa. Teknik berlapis juga dapat menurunkan terjadinya pengerutan
polimerisasi, sehingga tekanan pengerutan dapat berkurang (Flury S, dkk, 2012 dan Moore BK,
2008). Tekanan pengerutan dapat menyebabkan sensitivitas, keretakan mikro pada resin atau
struktur gigi, dan kebocoran mikro. Di klinik, teknik aplikasi berlapis akan sangat menyita waktu
apabila digunakan untuk merestorasi kavitas yang luas dan dalam, selain itu mudah terbentuk
gelembung udara, terkontaminasi saliva, dan terbentuknya void diantara waktu aplikasi
kemungkinan lebih besar. Hal ini dapat mengakibatkan gigi sensitif pasca restorasi, karies
Indeks refraksi yang sesuai antara resin matriks dan filler menyebabkan resin matriks
dan translusen dan sifat optis lebih bagus. Material yang mempunyai translusensi tinggi maka
sinar light curing unit dapat menembus lebih dalam dan tersebar lebih luas. Sebaliknya resin
komposit yang mempunyai indeks refraksi yang tidak sesuai sehingga sinar menyebar pada
interface resin matriks dan filler, yang akhirnya menghasilkan materialdan bersifat opak yang
sulit ditembus sinar. (Shortall dkk.2008, dan Son dkk, 2014) Keadaan ini menyebabkan
17
kedalaman penyinaran resin komposit memepengaruhi kekerasan mikro resin komposit. Resin
komposit dianjurkan untuk diaplikasikan ke dalam kavitas dengan cara incremental (berlapis)
Bahan :
Resin komposit
vaselin
Alat :
a. cetakan (diameter 5 atau 10 mm dgn kedalaman 2 mm atau 4 mm)
b. light curing
c. Sonde lurus dan sonde halfmoon
d. Eskavator
e. Glass plate, paper pad
f. Plastis filling instrument
g. Lap putih
3. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menyiapkan vaselin setipis mungkin, dan diolesi pada cetakan akrilik bagian bawah.
3. Aplikasi resin komposit dilakukan secara bulk (satu kali aplikasi) dengan plastis
instrumen pada masing-masing cetakan (ketebalan 2 dan 4 mm) dan dikondensasi
diratakan menggunakan kondensor sampai penuh.
4. Plat cetakan bagian atas diolesi tipis vaselin, plat cetakan akrilik atas disekrup sampai
permukaan sampel komposit rata, sekrup plat bagian atas di kendorkan kemudian resin
komposit disinar menggunakan LED dengan arah sinar tegak lurus selama 20 detik,
dengan jarak ±1 mm (sedekat mungkin dan tidak menempel).
5. Setelah polimerisasi sampel resin komposit, kemudian dilakukan uji gores sonde tanpa
ada tekanan sonde pada permukaan resin komposit yang jauh dari sumber penyinaran
(permukaan komposit bagian bawah cetakan)
6. Bandingkan jumlah dan kedalaman goresan permukaan bawah sampel resin komposit
ketebalan 2 mm dan 4 mm dengan mengisi tabel hasil pengamatan.
18
Keberadaan goresan
Kejelasan goresan Kedalaman goresan
NO. KELOMPOK
Tidak
ada tidak jelas > 1mm 1mm <
jelas
1.
Ketebalan 2 mm
2.
Ketebalan 4 mm
Referensi tambahan
Flury S, Hayoz S, Peutzfeldt A, Husler J, Lussi A. Depth of cure of resin composites: the ISO
4049 method suitable for bulk materials?. Dent Mater. 2012; 28: 521 – 8. 6.
Moore BK, Platt JA, Borges G, Chu TMG, Katsilieri I. Depth of cure of dental resin composites:
ISO 4049 depth and microhardness of types of materials and shades. Op Dent. 2008; 33: 408
– 12.
Kiremitci A, Alpaslan T, Gusgan S. Six-year clinical evaluation of packable composite
restorations. Op Dent. 2009; 34: 11 – 7.
Shortall AC, Palin WM, Burtscher P. Refractive index mismatch and monomer reactivity uence
composites curing depth. J Dentin Res. 2008; 87: 84 – 8.
Son SA, Roh HM, Hur B, Kwon YH, Park JK. The effect of resin thickness on polymerization
characteristics of silorane-based composite resin. Restor Dent Endod. 2014; 39: 310 – 8
19
1. Pendahuluan
Resin komposit sebagai bahan restorasi masih memiliki beberapa kelemahan seperti :
terjadi pengerutan sebanyak 2-4% saat polimerisasi, resistensi rendah, dan rentan terhadap
fraktur (Peutzfeldt dan Asmusse, 2002). Pengerutan saat polimerisasi dapat menyebabkan
tekanan polimerisasi sehingga timbul interface (marginal gap) dan terjadi kebocoran mikro pada
tepi restorasi. Penggunaan sistem bonding berperan pada perlekatan resin. komposit pada
struktur gigi, sehingga perlekatan resin komposit sebagai bahan restorasi meningkat.
Perkembangan bahan bonding diklasifikasikan berdasarkan pada perbedaan teknik aplikasi dan
komposisi bahan bonding, pada dasarnya bahan bonding terdiri dari komponen etsa, primer dan
resin adhesive.
Bahan bonding email dikembangan untuk meningkatkan kemampuan membasahi email
yang teretsa. Bahan ini tidak mempunyai potensi perlekatan tetapi cenderung meningkatkan
ikatan mekanis dengan membentuk resin tags. Dentin bonding terdiri dari dentin conditioner
yang berfungsi untuk memodifikai smear layer yang terbentuk pada saat preparsi kavitas, primer
yang bekerja sebagai bahan adhesif berfungsi untuk menyatukan antara komposit dan kompomer
yang bersifat hidrofobik dengan dentin yang bersifat hidrofilik dan bahan pengisi yang berfungsi
meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan dentin (Dahniar dkk, 2014)
Resin sealant memiliki fungsi yang sama dengan GIC sealant, namun pada resin sealant
kurang memiliki retensi pada enamel dibandingkan GIC sealant. Retensi pada resin sealant
didapatkan dari hasil etsa ke enamel. Proses polimerisasi resin sealant dapat secara kimia dan
sinar tampak. Resin sealant ada yang jenis filled (berbahan pengisi) dan jenis un-filled (tidak
berbahan pengisi) (Anusavice, 2003).
2. Bahan dan Alat
Bahan :
a. Etsa asam
b. Resin sealant dan resin komposit
c. Aquadest steril
d. Gigi dengan karies servikal dan fissure dalam yang telah ditanam pada balok gipsum
Alat:
a. Nierbeken
b. Kaca mulut
c. Sonde lurus dan sonde halfmoon
d. Pinset dental
e. Eskavator
20
f. Cotton pellet
g. Stopwatch
h. Lap putih
i. Masker dan handscoon
j. Mikromotor
k. Contra angle low speed
l. Brush untuk low speed
m. Chip blower
3. Prosedur Kerja aplikasi resin sealant
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Membersihkan pit dan fissuredari kotoran dengan brush, pumice, dan diirigasi dengan
aquadest,kemudian dikeringkan menggunakan cotton pellet (mencatat warna enamelnya
pada pit dan fissure).
c. Mengaplikasikan etsa ke bagian pit dan fissure dan dibiarkan selama 60 detik,
mengirigasi pit dan fissure dengan aquadest steril, kemudian dikeringkan dengan chip
blower (mencatat warna enamelnya pada pit dan fissure).
d. Mengaplikasikan resin sealant ke pit dan fissure, tunggu 15 detik, dan setelah itu sinari
dengan light cured selama 20 detik(Baum, dkk., 1997)
Referensi tambahan
Peutzfeldt, A. dan Asmussen, E., 2002, Influence of Flowable and Self Curing Linings on
Microleakage in-vitro, Oper Dent, 27: 569-75.
MODUL SKILL LAB
ORTODONSIA
TIM PENYUSUN
Bidang Kajian Orthodonsia
A B C
aaaaaaa
aaaaaaa
D D
Keterangan:
A Bridge
B Arrow head
D C C Lengan
D Tag (Mesial dan distal)
1.2. Alat dan Bahan
1. Tang Adam
2. Tang koil
3. Tang 3 jari
4. Tang potong
5. Kawat diameter 0,7 mm
6. Spidol marker
Kawat yang digunakan adalah kawat stainless steel (SS) dengan diameter 0,7 mm.
A B A D C C
Keterangan:
A Lup U
B Lengkung labial
C Tag
D Lengan
B C
Keterangan:
A Tag
B Koil
C Lengan
3.3. Tahapan Pembuatan Kantilever Tunggal (Single Cantilever)
1. Potong kawat sepanjang 5 cm dan luruskan. Buatlah koil dengan diameter 2 mm
menggunakan ujung dari tang koil, untuk RB 2 kumparan dari tang koil dan untuk
RA 1 kumparan.
2. Selanjutnya kawat di cobakan pada model kerja untuk menentukan letak koil, koil
terletak ± 5 mm di bawah servikal gigi untuk RA dan ± 3 mm dibawah servikal gigi
untuk RB.
3. Koil pegas kantilever terletak segaris dengan tengah- tengah makhota gigi (sumbu
gigi) yang akan digerakkan dan letak koil berlawanan dengan arah pergerakan.
4. Tahap berikutnya adalah membuat tag. Pada RA tag harus menempel baik pada
sisi palatal dan pada RB menempel baik pada sisi lingual tanpa menekan mukosa.
Bentuk tag dibuat sedemikian rupa berbentuk 2 zigzag hingga nantinya harus
memberikan retensi bila ditanam dalam plat ortodontik.
5. Selanjutnya adalah pembuatan lengan pegas, panjang lengan disesuaikan hingga
mencapai daerah interdental gigi dengan tetap memperhatikan bahwa koil
berjarak ± 5 mm dari servikal gigi RA dan ± 3 mm dari servikal gigi RB. Pada RA
lengan harus menempel baik pada mukosa palatal, sedangkan pada RB lengan
pegas tidak menempel mukosa lingual membentuk sudut 900 antara koil dan tag.
6. Tahap terakhir adalah membuat ujung dari lengan pegas, ujung lengan pegas
terletak pada titik kontak gigi yang digerakkan, agar kawat tidak tajam, maka ujung
pegas diberngkokkan dan dirapatkan menggunakan tang Adams’.
B C B
Keterangan:
A Lengan
B Koil
C Tag
4.3. Tahapan Pembuatan Kantilever Tunggal atau Pegas Z (Double Cantilever)
1. Buat ujung non traumatik.
2. Sesuaikan dengan lebar proksimal gigi, beri tanda dengan spidol.
3. Buat 2 koil dengan tang pembentuk pegas dengan diameter dalam ± 3 mm dan
bengkokkan kembali kearah sebaliknya dengan cara yang sama.
4. Buat tag dengan membuat 2 zigzag.
5. Bengkokkan bagian aktif sehingga membentuk sudut tegak lurus dengan
permukaan palatal gigi.
6. Fiksasi dengan malam merah sebelum proses akrilik.
Plat akrilik dibuat setipis mungkin agar tidak menyita rongga mulut sehingga bisa enak
dipakai oleh pasien (comfortable), tetapi cukup tebal agar tetap kuat jika dipakai di dalam
mulut. Umumnya ketebalan plat setebal 1 malam model (2 mm).
Desain dan kontruksi plat sangat mempengaruhi efisiensi alat serta kenyamanan
pemakaian oleh pasien sehingga pasien mau mengikuti instruksi-instruksi pemakaian
sampai perawatan selesai. Dengan demikian disamping plat yang terlalu tebal dan lebar
menutupi palatum, pemasangan pegas yang terlalu banyak secara bersamaan akan sangat
menganggu kenyamanan pasien.
Stabilitas alat di dalam mulut yang bebas dari goncangan ketika mulut berfungsi
(mengunyah dan bicara) akan memberikan kenyamanan pemakaian, mempertinggi akurasi/
ketepatan tekanan spring, memperbesar reaksi penjangkar di daerah rahang bagian depan.
Untuk mencapai stabilitas alat yang maksimal ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1) Lebar plat dibuat selebar mungkin tetapi disesuaikan dengan kebutuhan karena plat
yang terlalu lebar akan mengganggu fungsi lidah dan kenyamanan pemakaian.
2) Plat dasar secara keseluruhan harus dapat beradaptasi dengan mukosa mulut,
permukaan plat dapat menempel dengan baik tanpa menimbulkan rasa menekan, tepi
plat dapat beradaptasi dengan kontur servikal di palatinal/ lingual gigi-gigi masuk
dengan pas di daerah interdental membentuk Verkeilung, tanpa ada celah tempat
terselip sisa makanan.
3) Plat di daerah gigi yang akan digerakkan harus dibebaskan sehingga tidak tertahan
setelah mendapat tekanan dari pegas atau busur labial yang telah diaktifkan.
Plat dasar di daerah gigi-gigi yang akan digerakkan dapat dibebaskan sehingga pegas-
pegas penggerak gigi tersebut tampak terbuka, tetapi dalam keadaan tertentu untuk
menghindari terganggunya lidah atau pada pemasangan pegas dibawah bite plane anterior
plat masih tetap menutupi pegas-pegas tersebut tapi tetap dalam keadaan bebas dalam
box/ruangan dibawah plat.
Bagian kawat yang tertanam didalam plat (basis spring) ujungnya harus dibengkokkan
untuk retensi agar tidak mudah lepas dan bagian retensi tersebut harus berada dalam
ketebalan platnya. Ada beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan:
1) Untuk plat rahang atas
Plat dibuat selebar mungkin, tepi distal sampai mencapai daerah perbatasan
palatum molle dan palatum durum. Di bagian tengah melengkung ke anterior sehingga
cukup luas daerah palatinal yang bebas agar tidak mengganggu fungsi lidah sewaktu
mengunyah dan bicara.
2) Untuk plat rahang bawah:
Daerah dibagian lingual mandibula sempit, maka untuk memperkuat plat perlu
dipertebal menjadi satu setengah ketebalan malam (3 mm), di daerah sulkus lingualis
tempat perlekatan frenulum lingualis plat dipersempit agar tidak menganggu gerakan
lidah. Di regio molar dibagian lingual biasanya terdapat daerah undercut yang cukup
dalam meluas sampai pangkal lidah, didaerah ini ujung kawat basis klamer tidak boleh
menempel tapi tegak lurus turun ke bawah, tepi plat dibagian bawah dipertebal
sehingga jika diperlukan pengurangan ketebalan plat untuk mempermudah insersi tepi
plat tidak memjadi terlalu tipis dan kawat basis yang tertanam di dalam plat tidak
terpotong.
Dengan jalan lain dapat dilakukan dengan menutup (block out) daerah undercut dengan
gips, kawat basis klamer lewat di atasnya baru kemudian dilakukan pengerjaan memodel
malam, sehingga nanti tidak diperlukan penggrindingan tepi plat bagian bawah untuk
membebaskan plat dari daerah undercut tersebut.
5.1. Bagian-bagian Plat Akrilik
kemudian teteskan kembali liquid sampai seluruh bubuk akrilik terserap oleh
liquid. Lakukan vibrasi pada daerah kerja dengan cara mengetuk ngetuk dengan
jari.
Gambar. Posisi tangan saat aplikasi liquid ortho resin
11. Lakukan hingga seluruh model tertutup bahan orto resin dengan ketebalan 2-3
mm dan tepi plat ortho setinggi ± setengah tinggi mahkota gigi. Rapikan plat akrilik
dengan membuang kelebihan bahan mengikuti denture outline dengan
menggunakan pisau model. Kemudian rendam dalam air dengan suhu 450-500
selama 3-5 menit.
12. Lepas plat akrilik dari model kerja dengan cara mengungkit pada bagian lengan
proximal klamer Adams’. Setelah itu bersihkan sisa-sisa malam dari plat dan model
kerja.
13. Setelah bersih, lakukan selective grinding menggunakan straight handpiece dan
mata bur sesuai kebutuhan sampai diperoleh bentuk plat akrilik sesuai outline
form dengan ketebalan plat ± 1,5-2 mm baik untuk RA maupun RB.
14. Polishing, lakukan polishing dengan hati-hati sampai mengkilat jangan sampai
jatuh atau patah plat yang sudah jadi.
Gambar. Plat ortho yang sudah dipoles, akhiran plat mengikuti kontur gigi dan
tinggi lebih dari setangah tinggi mahkota gigi
15. Sebuah alat orto lepasan yang baik adalah: semua klamer terfiksasi dengan baik
pada plat akrilik, tidak ada sisi yang tajam pada plat akrilik, tidak porus, mengkilat
serta mempunyai ketebalan 1,5-2 mm baik untuk RA maupun RB.