Kewajiban Beribadah
Kewajiban Beribadah
BIMBINGAN KLASIKAL
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2017/2018
A Komponen Layanan Dasar
M Pelaksanaan
1. Tahap Awal/Pendahuluan
a. Pernyataan Tujuan 1. Guru BK/Konselor membuka dengan salam dan berdoa
2. Membina hubungan baik dengan peserta didik (menanyakan
kabar, pelajaran sebelumnya, ice breaking)
3. Menyampaikan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai
1. Tahap Inti
a. Kegiatan peserta 1. Mengamati tayangan slide ppt (tulisan, gambar, video)
didik 2. Melakukan Brainstorming/curah pendapat
3. Mendiskusikan dengan kelompok masing-masing
4. Setiap kelompok mempresetasikan tugasnya kemudian
kelompok lain menanggapinya, dan seterusnya bergantian
sampai selesai.
b. Kegiatan Guru 1. Menayangkan media slide power point yang berhubungan
BK/Konselor dengan materi layanan
2. Mengajak peserta didik untuk brainstorming/curah pendapat
3. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok (6 kelompok)
4. Memberi tugas (untuk diskusi kelompok)
5. Menjelaskan cara mengerjakan tugas
6. Mengevaluasi hasil diskusi peserta didik
7. Membuat catatan-catatan observasi selama proses layanan
3. Tahap Penutup 1. Guru BK mengajak peserta didik membuat kesimpulan yang
terkait dengan materi layanan
2. Guru BK mengajak peserta didik untuk agar dapat
menghadirkan Tuhan dalam hidupnya
3. Guru BK menyampaikan materi layanan yang akan datang
4. Guru BK mengakhiri kegiatan dengan berdoa dan salam
N Evaluasi
2. Evaluasi Hasil Evaluasi dengan instrumen yang sudah disiapkan, antara lain :
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Uraian materi
2. Lembar kerja siswa
Hak untuk beribadah merupakan bagian dari Hak Asasi Pribadi yang merupakan 1 dari 6
HAM yang berlaku di Indonesia (Pribadi, Politik, Hukum, Ekonomi, Peradilan, dan Soisal
Budaya). Dalam konteks hak asasi manusia, jaminan hak atas kebebasan beragama dan
berkeyakinan terdapat di dalam Pasal 18 Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik
(International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR)). Indonesia telah meratifikasi
ICCPR melalui pengesahan UU Nomor 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvensi Hak Sipil dan
Politik. Hak dasar kebebasan beragama yang disebut sebagai HAM melekat pada setiap manusia
yang tidak bisa dihilangkan (inalienable right). HAM sebagai hak hukum yang diberikan oleh
negara atas penghormatan terhadap martabat (dignity) manusia yang mandiri. Dalam perspektif
HAM, negara hanya mempunyai kewajiban, dan tidak mempunyai hak.[1] Sebagai
konsekuensinya, Negara mempunyai kewajiban menjaga HAM, yang berarti negara harus
menjamin HAM, dan adanya beban kewajiban negatif pada negara yang berarti negara harus
menghormati kebebasan dan hak individu.[2] Dalam konteks hak sipil dan politik, kewajiban
positif negara adalah menciptakan kondisi yang mendukung hak setiap orang untuk menikmati
hak dan kebebasan secara utuh, sedangkan kewajiban negatif negara adalah menghormati
pelaksanaan hak dan kebebasan individu. Kewajiban positif Negara harus diwujudkan secara
maksimal dengan pemanfaatan seluruh sumber daya kekuasaan politik, mulai dari legislatif,
eksekutif dan yudikatif. Negara wajib untuk menyediakan upaya pemulihan terhadap individu
yang hak sipil dan politiknya dilanggar, termasuk tindakan pengadilan untuk memberikan
pemulihan terhadap korban pelanggaran hak sipil secara efektif (effective judicial remedy)
Sebagai manusia yang beragama, pasti kita dihadapkan pada kewajiban-kewajiban untuk
beribadah. Sebagai seorang muslim kita diwajibkan menjalankan Rukun Islam dan Rukun Iman.
Tentu semua itu tidak lepas dari kewajiban kita untuk beribadah. Sebenarnya ibadah itu untuk
kebutuhan manusia itu sendiri, atau untuk kepentingan Tuhan ( Allah SWT. ) ?
1. PENGERTIAN IBADAH
Ibadah berasal dari bahasa Ibrani db;[' (abad) yang berarti ‘bekerja, melayani’ yang
kemudian berkembang menjadi hd:b{[' (abodah) yang berarti ‘pekerjaan, ibadah’. Awalnya
kata abodah ini dipakai dalam penyembahan kepada dewa-dewi, tetapi kemudian di isi dengan
makna baru ketika di pakai dalam penyembahan kepada Allah yang tunggal. Dalam bahasa
Yunani latreia atau leitourgia yang berarti ‘seorang yang mempunyai pekerjaan sebagai
budak atau hamba’. Awalnya makna dari kata latreia dikaitkan dengan pelayanan dalam
sebuah seni, olahraga, dan lebih banyak dikaitkan dengan politik. Kemudian akhirnya dipakai
dalam arti mempersembahkan ‘ibadah’ kepada Allah, yang memberikan gambaran tentang
rasa takut penuh hormat, kekaguman. Dari kedua arti ini memberikan pengertian bahwa
ibadah makna dasarnya adalah pekerjaan atau aktivitas hidup sehari-hari manusia yang
senantiasa membawa kemuliaan bagi Tuhan.
Ibadah juga dilakukan dalam suatu persekutuan jemaat. Ibadah yang seperti ini
mengandung arti agar jemaat mendengarkan Firman Tuhan. Sama seperti seorang hamba akan
lebih dahulu mendengarkan perkataan atau kehendak tuannya barulah ia bekerja. Dengan
demikian ibadah yang dilaksanakan dalam Bait Suci ataupun Gereja tidak hanya sebagai
tempat memuji, dan menyembah Tuhan sebagai satu persekutuan melainkan suatu suasana di
mana umat kepunyaan Allah mendengarkan Firman Tuhan yang nantinya akan diperbuat
dalam kehidupan sehari-hari.
2. DASAR MENGAPA HARUS BERIBADAH
Ibadah dilakukan sebagai bentuk respon dan ucapan syukur atas penyertaan dan
keselamatan yang Tuhan beri dalam kehidupan umat-Nya. Keluaran 13:8 Pada hari itu harus
kau beritahukan kepada anakmu laki-laki: Ibadah ini adalah karena mengingat apa yang dibuat
TUHAN kepadaku pada waktu aku keluar dari Mesir.
Ibadah juga dilakukan sebagai bentuk pengajaran berulang-ulang kepada anak-cucu
(keturunan) tentang Allah dan karya-karya-Nya. Keluaran 12:26-27 Dan apabila anak-anakmu
berkata kepadamu: Apakah artinya ibadahmu ini?
3. UNSUR-UNSUR DALAM BERIBADAH
a. Puji-pujian
b. Doa
c. Pengakuan Iman
d. Mendengarkan Firman Tuhan
e. Perjamuan Kudus
f. Persembahan
g. Doa Berkat
Roma 12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,
supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.