Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP

PERIKARDITIS
Disususun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang
dibimbing oleh Bapak Lasman, S.Kep, Ns, M.Kep

Oleh :

Kelompok 1
1. Ahmad Rifa’I 13. Delia Martiyasari
2. Ahmad Rofiq Nur Diantoro 14. Deni Purbaya
3. Amelya Tris Beryanti 15. Dhefika Wahyu Anggria
4. Ardian Rizqi Cahyono 16. Dhody Yuantoko
5. Ari Aruna Samodra Ningtyas 17. Didin Wiyoko
6. Arinda Sri Suwandi 18. Dwi Agus Riyanto
7. Armeyla Ajeng Sasti 19. Eka Desta Brilian Putra
8. Bima Jajag Mahendra 20. Ervina Ning Iqlima
9. Chania Widi Andini 21. Fahmi Aziz Akbari
10. Chintya Assyfa 22. Faizal Lukhy Aminnuddin
11. Chriestina Margaretta Susila 23. Fajar Erien
12. Dallas Sapto Wibowo 24. Frida Wahyuningtyas

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG


S1 KEPERAWATAN 2A/III
DESEMBER 2017
LAPORAN PENDAHULUAN PERIKARDITIS

4. Definisi
Perikarditis ialah peradangan pericardium viseralis dan parietalis dengan atau tanpa
disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik bersifat transudat atau
eksudat maupun seraosanguinis atau purulen dan disebabkan oleh berbagai macam
penyebab. (IKA FKUI, 2007)
Perikarditis adalah peradangan pericardium parietal, pericardium visceral, atau
keduanya. Perikarditis dibagi atas perikarditis akut, subakut, dan kronik. Perikarditis
subakut dan kronik mempunyai etiologi, manifestasi klinis, pendekatan diagnostic, dan
penatalaksanaan yang sama. (Arif, 2009)

5. Etiologi

Penyebab yang paling sering ialah reuma, yang merupakan 55% dari seluruh kasus.
Perikarditis purulenta/ septic (28%) disebabkan oleh kuman Staphylococcus aureus,
Diplococcus pneumoniae, dan Streptococcus hemolyticus. Penyebab lainnya ialah
tuberculosis, virus Coxsackie, rheumatoid, uremia, trauma dan idiopatik.

Tabel 01.Macam Klasifikasi Perikarditis

Klasifikasi Klinis Klasifikasi Etiologis


Perikarditis akut Fibrinosa Perikarditis Virus, pirogenik, tuberkulosis, mikotik,
(<6minggu) Infeksiosa infeksi lain (sifilis, parasit)
Perikarditis Konstriktif Perikarditis non- Infark miokardium akut, uremia,
subakut infeksiosa neoplasia: tumor primer dan tumor
(<6minggu- 6 Efusi konstriktif metastasis, miksedema, kolesterol,
bulan) kiloperikardium, trauma: luka tembus
dinding dada, aneurisma aorta (dengan
kebocoran ke dalam kantong
perikardium) pascaradiasi, cacat sekat
atrium, anemia kronis berat, perikarditis
familial: mulberry aneurysm, idiopatik
akut.
Perikarditis b.d Demam rematik, penyakit vaskular
hipersensitivitas kolagen: SLE, reumatik arthritis,
atau autoimun skleroderma, akibat obat: prokalnamid,
hidralazin, pasca cedera kardiak.
6. Manifestasi Klinis

Nyeri, batuk kering, demam, fatigue, cemas, ulsus paradoksus, JVD, CRT turun,
gangguan status mental, kreatinin meningkat, cardiac marker meningkat,kardiak marker
meningkat, ST segmen elevasi, PR depresi kecuali segmen aVR.

Manifestasi perikarditis konstriktif sangat bervariasi bergantung pada berat,


distribusi, dan kecepatan terjadinya sikatriks. Tanda-tanda perikarditis konstriktif
menurut urutan, yaitu dispnea, edema perifer, pembesaran perut, gangguan abdominal,
lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea.

Sebagian penderita (60%) mengeluh nyeri dada. Sesuai dengan banyaknya cairan
yang terkumpul dalam rongga perikard, maka dapat menimbulkan gangguan
hemodinamika dan akan timbul keluhan sesak nafas dan gejala bendungan vena. Bila
disertai dengan miokarditis (pankarditis) seperti yang sering ditemukan pada
perikarditis reumatik, terdapat pula gambaran gagal jantung kongestif. Kriteria nyeri
pada perikarditis akut dan tajam, berkurang dengan perubahan posisi.

Pada pemeriksaan fisis didapatkan seorang anak yang tampak sakit berat, dispnea,
takikardi dan terdapat palsus paradoksus yaitu melemahnya tau hilangnya nadi pada
inspirasi yang lebih nyata tampak pada pengukuran tekanan darah.

Bila sudah ada bendungan vena, akan terlihat peninggian tekanan vena jugularis dan
pembesaran hepar yang sukar dibedakan dengan gagal jantung kongestif. Pada inspeksi
iktus kordis tidak terlihat dan pada palpasi juga iktus kordis sukar ditentukan serta
aktivitas jantung berkurang.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Elektrokardiografi

Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST dan perubahan resiprokal,


voltase QRS yang rendah (low voltage) tapi EKG bisa juga normal atau hanya terdapat
gangguan irama berupa fibrilasi atrium.
Pemeriksaan ekokardiografi M-Mode atau dua dimensi sangat baik untuk memastikan
adanya efusi pericardium dan memperkirakan banyaknya cairan pericardium.

Pada fase akut, akan tampak elevasi segmen S-T yang berbentuk konkaf terutama pada
antar pericardium kiri. Mula-mula T masih normal, kemudian menjadi datar/ negative.
Kelainan T lebih lama menetap, yaitu sampai 2-3 minggu, bahkan kadang-kadang
berbulan-bulan seperti pada perikarditis tuberkulosa. Amplitude QRS dan T akan
mengecil (low voltage) sesuai dengan jumlah cairan yang ada.

Pemeriksaan Radiologis

Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya sedikit, tetapi tetap tampak bayangan
jantung membesar seperti water bottle dengan vaskularisasi paru normal dan adanya
efusi pericardium yang banyak.

Pada efusi pericardium, gambaran Rontgen toraks memperlihatkan suatu konfigurasi


bayangan jantung berbentuk buli-buli air tapi dapat juga normal atau hamper normal.

Pada posisi berdiri atau duduk, maka akan tampak pembesaran jantung yang berbentuk
segitiga dan akan berubah bentuk menjadi globular pada posisi tiduran. Kadang-kadang
tampak gambaran bendungan pembuluh darah vena. Pada fluoroskopi tampak jantung
yang membesar dengan pulsasi yang minimal atau tidak tampak pulsasi sama sekali
(silent heart). Jumlah cairan yang ada dan besar jantung yang sebenarnya dapat diduga
dengan angiokardiogram atau ekokardiogram.

Pemeriksaan Laboratorium

Laju endap darah umumnya meninggi terutama pada fase akut. Terdapat pula
leukositosis yang sesuai dengan kuman penyebab. Cairan perikard yang ditemukan
dapat bersifat transudat seperti perikarditis rheumatoid, reumatik, uremik, eksudat
serosanguinous dapat ditemukan pada perikarditis tuberkulosa dan reumatika.

Cairan yang purulen ditemukan pada infeksi banal. Terhadap cairan perikard ini, harus
dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jenis sel yang ditemukan, pemeriksaan
kimia terhadap komposisi protein yang ada dan pemeriksaan bakteriologis dengan
sediaan langsung, pembiakan kuman atau dengan percobaan binatang yang ditujukan
terhadap pemeriksaan basil tahan asam maupun kuman-kuman lainnya.

8. Penatalaksanaa Medis

Pengobatan penyakit dasar merupakan tujuan utama, tetapi beberapa kronis idiopatik
dapat diobati dengan menggunakan indometasin atau kortikosol. Bila efusi pericardium
kronis tetap menimbulkan gejala keluhan, maka perlu dipertimbangkan perikardiektomi.

Bila diagnosis perikarditis konstriktif telah dibuat, maka perikardiektomi merupakan


satu-satunya pengobatan untuk menghilangkan tahanan pengisian ventrikel pada fase
diastolic.

Penatalaksanaan pada efusi pericardium yang massif adalah dengan melakukan


perikardisentesis ke dalam kantong pericardium dengan tujuan agar proses drainase dari
aspirasi dapat adekuat. (Rubin, 1990)

Penatalaksanaan tamponade jantung dengan pengobatan yang sesegera mungkin dapat


menyelamatkan klien dari kematian, maka pemeriksaan yang cepat dan tepat untuk
menegakkan diagnosis secara tepat, misalnya pemeriksaan ekokardiografi yang diikuti
pemeriksaan kateterisasi jantung, harus dilaksanakan. Tamponade jantung memerlukan
aspirasi pericardium dengan jarum. Monitor EKG memerlukan perhatian dan
kecurigaan yang lebih cermat, karena dalam banyak hal, tidak ada penyebab yang jelas
terlihat yang menyatakan adanya penyakit pericardium. Pada klien dengan hipotensi dan
evaluasi tekanan darah jugularis, dengan lekuk x yang menonjol, bahkan tanpa adanya
lekuk y, kemungkinan adanya tamponade jantung harus diperhatikan.

Tamponade jantung harus dicapai bila terdapat perluasan daerah perkusi yang redup di
daerah dada anterior, nadi paradoksal, gambaran paru yang cukup bersih, pulsasi
bayangan jantung yang berkurang pada fluoroskopi, pengurangan amplitude QRS,
gangguan listrik dari P, QRS, dan T, serta hal-hal tersebut di awal.

Pada tamponade jantung dengan tekanan yang rendah, klien biasanya tanpa gejala, atau
mengeluh sesak dan kelemahan badab yang ringan, dan dalam hal ini diagnosis
ditegakkan dengan ekokardiografi. Kelainan hemodinamikdan gejala klinis segera
membaik setelah dilakukan perikardiosentesis.

Perikardiosentesis

Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi pericardium atau pungsi


pericardium. Pungsi pericardium dapat dilakukan untuk konfirmasi dan mencari etiologi
efusi sebagai penegakan diagnosis dan tindakan invasive untuk pengobatan.

Lokasi Pungsi Perikardium

Sudut antara prosesus xifoideus dengan arkus iga kiri. Titik ini paling aman karena
jantung tidak ditutupi paru sehingga mengurangi kemungkinan penyebaran infeksi ke
paru atau perikarditis purulen. Hal ini juga untuk menghindari tertusuknya arteri
mamaria interna. Lokasi efusi pericardium umumnya berada di bawah, sehingga cairan
yang sedikit pun dapat diperoleh di sini.

Peran perawat dalam pelaksanaan perikardiosentesis adalah mempersiapkan klien


sebelum dan sesudah tindakan, dukungan psikologis, dan persiapan alat tindakan.

9. Komplikasi
1. Tamponade jantung
Tamponade jantung adalah keadaan yang mengancam nyawa, dimana ditemukan
penekanan pada jantung, akibat terjadi pengumpulan cairan (darah, nanah) atau
gas di ruangan perikardium (ruangan antara 2 selaput pelapis jantung) yang
disebabkan karena trauma atau robeknya otot jantung, atau karena perembesan
cairan (efusi). Hal ini dapat menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah
ke seluruh tubuh secara optimal.
2. Perikarditiskonstriktif
3. Aritmi jantung
Contoh-contoh dari atrial tachycardias termasuk atrial fibrillation, atrial flutter,
and paroxysmal atrial tachycardia (PAT). Aritmia-aritmia ini terjadi karena
gangguan listrik di atria dan/atau di AV node menyebabkan denyut jantung yang
cepat.
4. Nyeri dada berulang-ulang.

10. Prognosis

Bergantung kepada penyebabnya. Pada perikarditis reumatik ditentukan oleh berat


ringannya miokarditis yang menyertainya. Prognosis perikarditis purulenta ditentukan
oleh cepatnya pengobatan antibiotika yang diberikan dan tindakan bedah yang
dilakukan. Kematian pada perikarditis tuberkulosa menjadi sangat menurun dengan
ditemukannya tuberkulostatikum yang lebih poten. Tanpa tindakan pembedahan
perikarditis konstriktiva mempunyai prognosis yang buruk.

11. Patofisiologis

Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada perikarditis akan
memberikan respons sebagai berikut:

1. Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong


perikardium.
2. Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein, termasuk
fibrinogen atau fibrin, di dalam cairan akan meningkat.
3. Peningkatan perpindahan leukosit terutama pada perikarditis purulenta.
4. Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang mungkin.

Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan parut dan
perlengketan disertai klasifikasi lapisan perikardium viseral maupun parietal yang
menimbulkan suatu perikarditis konstriktif yang apabila cukup berat akan menghambat
pengembangan volume jantung pada fase diastolik.

Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada perikardium yang sekresinya melebihi
absorpsi menyebabkan suatu efusi perikardium. Pengumpulan cairan intraperikardium
dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan obstruksi serius terhadap masuknya
darah ke kedua bilik jantung bisa menimbulkan tamponade jantung. Salah satu
komplikasi perikarditis paling fatal dan memerlukan tindakan darurat tamponade.
Tamponade jantung merupakan akibat peninggian tekanan intraperikardium dan
restriksi progresif pengisian ventrikel.

Tamponade Jantung

Penyebab tamponade paling sering adalah perdarahan ke dalam rongga perikardium


setelah suatu operasi jantung atau trauma, termasuk yang diakibatkan oleh perforansi
selama prosedur diagnostik: TBC dan tumor, yang kebanyakan adalah karsinoma paru
dan payudara, serta limfoma.

Tamponade juga dapat timbul pada perikarditis idiopatik dan perikarditis akut oleh
karena virus, perikarditis pasca-penyinaran, gagal ginjal selama dialisis, dan
hemoperikardium sebagai akibat pengobatan antikoagulan pada klien dengan berbagai
bentuk perikarditis akut.

Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250 cc bila
pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 1000 cc bila pengumpulan cairan
tersebut berlangsung lambat, karena perikardium mempunyai kesempatan untuk
meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang bertambah tersebut.
Jumlah cairan yang dibutuhkan untuk menghasilkan tamponade bervariasi tergantung
dari tebalnya miokardium ventrikel, dan kebalikannya dengan tebalnya perikardium
parietal. Lebih sering terjadi adalah tamponade berlangsung lebih perlahan dan gejala
klinisnya menyerupai gagal jantung, termasuk dispnea, ortopnea, bendungan hati, dan
hipertensi vena jugularis.
ASUHAN KEPERAWATAN PERIKARDITIS

A. Pengkajian

Anamnesa

1. Identitas pasien.

2. Keluhan utama: Nyeri dada atau sesak nafas

3. Riwayat penyakit sekarang

Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti edema perifer,
gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal
nocturnal dyspnea . Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk,
bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan nyeri
dada.

4. Riwayat penyakit dahulu

Harus diketahui apakah pasien pernah terkena TBC, rheumatoid, uremia, ada
trauma dada atau pernah mengalami serangan jantung lainnya.

5. Riwayat psikososial

Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga


penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

Pemeriksaan fisik

2. B1 : Breathing (Respiratory System)

Sesak nafas, takipnea, suara nafas ronkhi, batuk (+)

1. B2 : Blood (Cardiovascular system)


takikardi, penurunan TD, aritmia jantung

1. B3 : Brain (Nervous system)

Normal

1. B4 : Bladder (Genitourinary system)

penurunan frekuensi / jumlah urine, urine pekat gelap

1. B5 : Bowel (Gastrointestinal System)

Anorexia, muntah, mual, kekurangan nutrisi

 B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument)

Lemah dan nyeri pada daerah ekstremitas

B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Subyektif : pasien mengeluh nyeri dada Kemampuan dilatasi jantung Nyeri

Obyektif : CRT > 3 detik, skala nyeri 7, Kontraktilitas ventrikel kiri


penurunan td, aritmia (+)
Curah jantung

O2

Nyeri
Subyektif : pasien mengeluh nyeri dada Kemampuan dilatasi jantung Penurunan curah
jantung
Obyektif : CRT > 3 detik, pengeluaran, Kontraktilitas ventrikel kiri
urine inadekuat, penurunan td,
Curah jantung
aritmia (+)
Subyektif : Pasien mengeluh lemah Emboli dalam pembuluh darah Gangguan Perfusi
karena hipoksia Jaringan
Obyektif : Pasien terlihat lemah karena Obstruksi pembuluh darah
O2 jaringan menurun.
Aliran darah ke jaringan
terganggu

Perubahan perfusi jaringan


Subyektif : pasien mengeluh badannya Perfusi jaringan Intoleransi Aktifitas
terasa lemah
Aliran darah tidak adekuat ke
Obyektif : klien tidak mampu sistemik
bermobilisasi di tempat tidur
Kelemahan fisik
Subyektif : - Kemampuan dilatasi jatung Resiko tinggi infeksi

Obyektif : terjadi akumulasi cairan di Akumulasi bakteri di


perikardium perikardium

Resiko tinggi infeksi

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d efusi perikardium


2. Penurunan Curah jantung b.d kompresi perikardial
3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d curah jantung menurun
4. Intoleransi Aktifitas b.d kelemahan dan keletihan fisik
5. Resiko tinggi infeksi b.d akumulasi cairan di perikardium

D. Intervensi

 Nyeri b.d efusi di perikardium

Tujuan : Dalam 1x24 jam skala nyeri <2

Kriteria Hasil :

o CRT < 3 detik


o TD normal
o Aritmia jantung (-)
o Penurunan curah jantung teratasi

Intervensi Rasional
Kolaborasi : Berikan oksigen suplemen sesuai Memaksimalkan ketersediaan oksigen
indikasi untuk menurunkan beban kerja jantung dan
menurunkan ketidaknyamanan berhungan
dengan iskemia.
Mandiri : Palpasi nadi perifer Mengontrol penurunan curah jantung
Istirahatkan klien dengan tirah baring optimal Menurunkan kebutuhan pemompaan
jantung
Observasi adanya hipotensi, peningkatan JVP, Manifestasi klinis pada kardiak tamponade
perubahan suara jantung, penuruna tingkat yang mungkin terjadi pada perikarditis
kesadaran ketika akumulasi cairan eksudat pada
rongga perikardial.
Pantau perubahan pada sensorik Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi
serebral sebagai dampak sekunder terhadap
penuruna curah jantung
Kolaborasi : Pemberian diet jantung Pembatasan natrium untuk mencegah,
mengatur, atau mengurangi edema
Kolaborasi : Pemberian vasodilator Meningkatkan curah jantung, menurunkan
volume sirkulasi dan tahanan vaskular
sistemik, juga kerja ventrikel

 Penurunan curah jantung b.d kompresi perikardial

Tujuan : Dalam 3x24 jam penurunan curah jantung teratasi

Kriteria Hasil :

 CRT < 3 detik


 Pengeluaran urine adekuat
 TD normal
 Aritmia jantung (-)

Intervensi Rasional
Mandiri : Palpasi nadi perifer Mengontrol penurunan curah jantung
Pantau output urine Mengetahui respon ginjal dalam menurunkan
curah jantung
Istirahatkan klien dengan tirah baring Menurunkan kebutuhan pemompaan jantung
optimal
Observasi adanya hipotensi, peningkatan Manifestasi klinis pada kardiak tamponade
JVP, perubahan suara jantung, penuruna yang mungkin terjadi pada perikarditis ketika
tingkat kesadaran akumulasi cairan eksudat pada rongga
perikardial.
Kaji perubahan pada sensorik Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi
serebralk sebagai dampak sekunder terhadap
penuruna curah jantung
Kolaborasi : Pemberian diet jantung Pembatasan natrium untuk mencegah,
mengatur, atau mengurangi edema
Kolaborasi : Pemberian vasodilator Meningkatkan curah jantung, menurunkan
volume sirkulasi dan tahanan vaskular
sistemik, juga kerja ventrikel

 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan : Perfusi jaringan kembali normal

Kriteria hasil : Mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan


adekuat secara individual misalnya mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat
dan kering, nadi perifer`ada atau kuat, masukan/ haluaran seimbang.
Intervensi Rasional
Mandiri

 Evaluasi status mental. Perhatikan  Indikator yang menunjukkan embolisasi


terjadinya hemiparalisis, afasia, kejang, sistemik pada otak.
muntah, peningkatan TD.  Emboli arteri, mempengaruhi jantung
 Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-tiba dan / atau organ vital lain, dapat terjadi
yang disertai dengan takipnea, nyeri sebagai akibat dari penyakit katup, dan/
pleuritik, sianosis, pucat atau disritmia kronis
 Tingkatkan tirah baring dengan tepat  Dapat mencegah pembentukan atau
 Dorong latihan aktif/ bantu dengan migrasi emboli pada pasien endokarditis.
rentang gerak sesuai toleransi. Tirah baring lama, membawa resikonya
sendiri tentang terjadinya fenomena
tromboembolic.
 Meningkatkan sirkulasi perifer dan
aliran balik vena karenanya menurunkan
resiko pembentukan thrombus.

Kolaborasi

Berikan antikoagulan, contoh heparin, Heparin dapat digunakan secara profilaksis


warfarin (coumadin) bila pasien memerlukan tirah baring lama,
mengalami sepsis atau GJK, dan/atau
sebelum/sesudah bedah penggantian katup.

Catatan : Heparin kontraindikasi pada


perikarditis dan tamponade jantung.
Coumadin adalah obat pilihan untuk terapi
setelah penggantian katup jangka panjang,
atau adanya thrombus perifer.

 Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan dan keletihan fisik

Tujuan : Meningkatkan kemampuan beraktifitas


Kriteria Hasil :

I. Klien mampu bermobilisasi di tempat tidur


II. Aktivitas sehari – hari klien terpenuhi

Intervensi Rasional
Tingkatkan istirahat dan berikan aktivitas Mengurangi kebutuhan oksigen
senggang yang tidak berat
Anjurkan menghindari tekanan abdomen, Dengan mengejan dapat mengakibatkan
seperti mengejan saat defekasi bradikardi, menurunkan curah jantung dan
takikardi, serta peningkatan TD
Tingkatkan klien duduk di kursi dan Untuk meningkatkan vena balik
tinggikan kaki klien
Pertahankan rentang gerak pasif selama Meningkatkan kontraksi otot sehingga
sakit krisis membantu vena balik
Bantu mobilisasi pasien Mencegah dekubitus

 Resiko tinggi infeksi b.d akumulasi bakteri di perikardium

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil : Akumulasi cairan (-), Tanda-tanda infeksi (-)

Intervensi Rasional
Mandiri : Pantau suhu pasien Suhu pasien merupakan tanda-tanda
terjadinya infeksi
Kolaborasi : Lakukan tindakan Perikardiosentesis merupakan tindakan
perikardiosentesis aspirasi efusi
Kolaborasi : Lakukan tindakan pungsi Pungsi perikardium untuk konfirmasi dan
perikardium mencari etiologi efusi sebagai penegakan
diagnosis
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang.
Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien :
Dx 1 : Nyeri dapat berkurang / hilang
Dx 2 : Penurunan Curah jantung teratasi
Dx 3 : Perfusi jaringan kembali normal
Dx 4 : Meningkatkaan kemampuan aktivitas
Dx 5 : Tidak terjadi infeksi

Anda mungkin juga menyukai