Laporan Sulfat Spektronik 20
Laporan Sulfat Spektronik 20
Kelompok 6
Prinsip percobaan : Ion sulfat dalam air dengan penambahan kristal BaCl2
dan buffer salt acid akan membentuk koloid tersuspensi (kekeruhan). Semakin
tinggi konsentrasi sulfat, maka semakin keruh cairan yang bersangkutan.
Kekeruhan yang terjadi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
420 nm.
Teori Dasar :
Sulfat merupakan senyawa yang stabil secara kimia karena merupakan
bentuk oksida paling tinggi dari unsur belerang.Sulfat dapat dihasilkan dari oksida
senyawa sulfida oleh bakteri. Sulfida tersebut adalah antara lain sulfida metalik
dan senyawa organosulfur. Sebalikya oleh bakteri golongan heterotrofik anaerob,
sulfat dapat direduksi menjadi asam sulfida.Secara kimia sulfat merupakan bentuk
anorganik daripada sulfida didalam lingkungan aerob. Sulfat didalam lingkungan
(air) dapat berada secara ilmiah dan atau dari aktivitas manusia, misalnya dari
limbah industry dan limbah laboratorium. Secara ilmiah sulfat biasanya berasal
dari pelarutan mineral yang mengandung S, misalnya gips (CaSO4.2H2O) dan
kalsium sufat anhidrat ( CaSO4). Selain itu dapat juga berasal dari oksidasi
senyawa organik yang mengandung sulfat adalah antara lain industri kertas, tekstil
dan industri logam. Metode yang digunakan untuk untuk menentukan kadar sulfat
adalah metode turbidimetri dengan alat spektrofotometri. Metode tersebut
berdasarkan kenyataan bahwa BaSO4 cenderung membentuk endapan koloid yang
dibentuk dengan penambahan BaCl2,bentuk koloid ini distabilkan oleh lar. NaCl
dan HCl yang mengandung gliserol dan senyawa organik. BaSO4 mempunyai
kelarutan dimana kelarutan ini bertambah dengan adanya asam-asam mineral
karena terbentuk ion hidrogen sulfat. Pada pH >8 sulfida membentuk ion sulfida
namun pada pH <8 sulfida cenderung dalam bentuk H2S yang akan melpas gas
yang berbau busuk.
Konsentrasi (ppm) %T
0 100
5 91
10 79,5
15 72,5
20 64
15 55
30 53
Sampel 1 85,5
Sampel 2 60,5
Perhitungan
Pembuatan Larutan Standar Sulfat
Untuk konsentrasi sulfat 0 mL Untuk konsentrasi sulfat 2,5 mL
N1 . V1 = N2 . V2 N1 . V1 = N2 . V2
0 . 100 = N2 . 50 2,5 . 100 = N2 . 50
N2 = 0 ppm N2 = 5 ppm
Larutan %T Absorbansi
Larutan blanko 0 ppm 100 0
Larutan standar 5 ppm 91 0,041
Larutan standar 10 ppm 79,5 0,099
Larutan standar 15 ppm 72,5 0,140
Larutan standar 20 ppm 64 0,194
Larutan standar 25 ppm 55 0,259
Larutan standar 30 ppm 53 0,276
Sampel 1 85,5 0,068
Sampel 2 60,5 0,218
0.2
Absorban
0.05
0
0 5 10 15 20 25 30 35
-0.05
Konsentrasi (ppm)
Perhitungan penentuan kadar Sulfat pada sampel
a. Kadar sampel 1 :
y = ax
0,068 = 0,009 x
b. Kadar sampel 2 :
y = ax
0,218 = 0,009 x
PEMBAHASAN :
BaSO4 ini adalah berupa endapan putih, akan tetapi karena penambahan etanol-
gliserol, sorbitol endapan tidak akan mengendap akan tetapi endapan akan
menjadi koloid tersuspensi dimana larutan menjadi keruh dan kekeruhan inilah
yang diukur oleh spektrofotometer. Setelah itu larutan ditambahkan larutan
sorbitol. Penambahan larutan sorbitol ini adalah untuk lebih menstabilkan
suspensi koloid yang terbentuk. Kemudian larutan didiamkan selama 3-5 menit,
hal ini bertujuan untuk memberi kesempatan agar pereaksi bereaksi sempurna dan
koloid yang dihasilkan stabil.
Setelah larutan dibuat, kemudian diukur absorbansinya. Panjang
gelombang yang digunakan adalah sebesar 420 nm, karena sulfat akan optimal
terbaca pada panjang gelombang 420 nm. Pada awalnya yang diukur adalah
larutan blanko 0 ppm. Fungsi dari larutan blanko adalah sebagai faktor koreksi
terhadap pelarut dan pereaksi yang digunakan. Sehingga pada pengukuran blanko
ini adalah pengukuran serapan untuk pelarut dan pereaksinya. Agar pada
pengukuran deret standar dan sampel yang diukur adalah serapan sulfatnya, maka
pada larutan blanko yang mengukur serapan pereaksi dan pelarut di ‘nol’ kan
dengan cara mengubah %transmitannya menjadi 100. Kemudian pengukuran
dilakukan pada larutan standar 5, 10, 15, 20, 25, 30 ppm. Sebelum pengukuran
masing-masing larutan deret standar, larutan dikocok terlebih dahulu agar
suspensi koloid merata saat diukur. Setelah didapat panjang gelombang, setiap
deret standar di ukur absorbansinya. Setelah pengukuran dilakukan didapat
semakin besar konsentrasinya %T nya semakin kecil. Sehingga bila dilihat dari
grafik, semakin besar konsentrasi maka nilai absorbansinya pun semakin besar,
dimana garis yang terbentuk adalah garis linear. Garis linear yang dihasilkan ini
menunjukan bahwa absorbansi adalah fungsi dari konsentrasi. Dengan
mendapatkan persamaan garis linear pada grafik, maka konsentrasi sampel dapat
dihitung. Selain dengan cara menghitung dari persamaan garis konsentrasi sampel
dapat juga ditentukan dengan menginterpolasikan langsung kedalam grafik. Dari
grafik yang telah dibuat didapat regeresi linear adalah sebesar 0,9955. Nilai ini
menunjukan koefisien korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besar
sehingga linearitas dari kurva adalah baik, dimana grafik memenuhi syarat sebagai
garis linear untuk penentuan konsentrasi sampel. Akan tetapi grafik yang
dihasilkan terdapat garis yang menaik dan menurun pada konsentrasi lrutan 25
ppm dan 30 ppm. Pada konsentrasi ini titik yang dihasilkan agak melenceng, hal
ini dikarenakan kurangnya pengocokan sebelum pengukuran sehingga
suspensi/kekeruhan yang terukur kurang stabil. Dari hasil pengukuran sampel,
didapat konsentrasi sampel 1 adalah sebesar 7,56 ppm dan konsentrasi sampel 2
adalah sebesar 24,22 ppm.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada penentuan konsentrasi sulfat secara
spektrofotometri menggunakan spektronic 20, dihasilkan konsentrasi sampel 1
adalah 7,56 ppm dan konsentrasi sampel 2 adalah 24,22 ppm.
DAFTAR PUSTAKA