Anda di halaman 1dari 12

Prinsip Utama Tindakan Life Saving/ Stabilisasi

Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat.
Kemudian filosofi dalam PPGD adalah “Time Saving is Life Saving”, dalam artian bahwa
seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif
dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit
saja ( henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian).

Langkah-langkah Dasar

Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D ( Airway - Breathing
– Circulation – Disability ). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat
diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat.

Segala macam tindakan life saving dilakukan untuk menjaga keselamatan pasien pada
kondisi gawat darurat,dilakukan pada berbagai bentuk trauma (trauma kepala, trauma
servical,trauma tulang belakang,trauma thorak,trauma pelvis,dan trauma muskuloskeletal).
Salah satu pertolongan yang dilakukan pada pasien dengan trauma muskuloskeletal adalah
teknik pembidaian.

PEMBAHASAN

Tindakan Life Saving/Stabilisasi

Definisi
Stabilisasi adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien agar tetap stabil
selama pertolongan pertamaTransportasi adalah proses usaha untuk memindahkan dari tempat
satu ke tempat laintanpa atau mempergunakan alat. Tergantung situasi dan kondisi di lapangan.
Prinsip Stabiliasi :
 Menjaga korban supaya tidak banyak bergerak sehubungan dengan keadaan yang dialami.
 Menjaga korban agar pernafasannya tetap stabil.
 Menjaga agar posisi patah tulang yang telah dipasang bidai tidak berubah
 Menjaga agar perdarahan tidak bertambah.
 Menjaga agar tingkat kesadaran korban tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk lagi.
Bidai atau spalk a d a l a h a l a t d a r i k a yu , a n ya m a n k a w a t a t a u b a h a n
l a i n ya n g k u a t tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar
bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan
mengurangi rasa sakit.
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/
t r a u m a s i s t e m muskuloskeletal untuk mengistirahatkan ( immobilisasi) bagian tubuh kita
yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat.
Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh
yangmengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun
fleksibel sebagai fixator/imobilisator.

Beberapa macam jenis bidai :

a.Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat
dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam
keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat
di lapangan.
Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

b.Bidai traksi
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan
oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh: bidai traksi tulang paha

c.Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si
penolong.
Contoh: majalah, koran, karton dan lain -lain.
d.Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela(kain
segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan
pergerakan daerah cedera.
Contoh: gendongan lengan.

Tujuan pembidaian:
 Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami dislokasi.
 Untuk meminimalisasi / mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar tulang yang patah.
 Untuk mengurangi perdarahan & bengkak yang timbul.
 Untuk mencegah terjadinya syok.
 Untuk mengurangi nyeri.
 Mempercepat penyembuhan.

Indikasi Pembidaian
 Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
 Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
 Dislokasi persendian

Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian tubuh
ditemukan :
 Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek.
 Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami angulasi
abnormal
 Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
 Posisi ekstremitas yang abnormal
 Memar
 Bengkak
 Perubahan bentuk
 Nyeri gerak aktif dan pasif
 Nyeri sumbu
 Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitasyang
mengalami cedera (Krepitasi)
 Perdarahan bisa ada atau tidak
 Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
 Kram otot di sekitar lokasi cedera
Jika mengalami keraguan apakah terjadi fraktur atau tidak, maka perlakukanlah
pasien seperti orang yang mengalami fraktur.

Kontra Indikasi Pembidaian


Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasandan
sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasidan atau gangguan
persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko memperlambat
sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknyapembidaian tidak perlu dilakukan.

Komplikasi Pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa ditimbulkan
oleh tindakan pembidaian :
 Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur olehujung fragmen fraktur,
jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasilainnya pada bagian tubuh yang
mengalami fraktur saat memasang bidai.
 Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat.
 Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderitamenunggu terlalu
lama selama proses pembidaian.

Jenis Pembidaian
 Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit.Bahan untuk
bidai bersifat sederhana dan apa adanya.Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan
menghindarkan kerusakan yang lebihberat.B i s a d i l a k u k a n o l e h s i a p a p u n ya n g
s u d a h m e n g e t a h u i p r i n s i p d a n t e k n i k d a s a r pembidaian.

 Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif


Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit).Pembidaian
dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi.Menggunakan alat dan bahan khusus
sesuai standar pelayanan (gips, dll).Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih

Prinsip pembidaian
1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan
sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ketandu medis
darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan danpembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap
terjadikecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai
fraktur.

Prinsip umum dalam tindakan pembidaian


1. P e m b i d a i a n m i n i m a l m e l i p u t i 2 s e n d i ( p r o k s i m a l d a n d i s t a l
d a e r a h fraktur). Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawah dan di
atas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus
bisa mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut.
2. Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami frakturmaupun dislokasi
secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika terjadi
kesulitan dalam meluruskan, maka p e m b i d a i a n
d i l a k u k a n a p a a d a n y a . Pada trauma sekitar
s e n d i , p e m b i d a i a n h a r u s m e n c a k u p t u l a n g d i bagian proksimal dan distal.
3. Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi
atau tarikan ringan ketika pembidaian
4. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien
merasakanpeningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi.
Jikaanda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikansebelum ekstremitas
yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan b a i k , k a r e n a k e d u a u j u n g
t u l a n g ya n g t e r p i s a h d a p a t m e n ye b a b k a n t a m b a h a n k e r u s a k a n j a r i n g a n
d a n b e r e s i k o u n t u k m e n c e d e r a i s a r a f atau pembuluh darah.
5. Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada
daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll),yang sekaligus untuk mengisi sela antara
ekstremitas dengan bidai.
6. Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian yang
luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan padabidai, yakni pada beberapa titik yang
berada pada posisi :
a.superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur
b.diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama
c.inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur
d.diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)
7. Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehinggamengganggu
sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwapemasangan bidai telah
mampu mencegah pergerakan atauperegangan pada bagian yang cedera.
8. Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat
9. H a r u s s e l a l u d i i n g a t b a h w a i m p r o v i s a s i s e r i n g k a l i d i p e r l u k a n
d a l a m tindakan pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yangsesuai untuk
membidai, cedera pada tungkai bawah seringkali dapat dilindungi dengan merekatkan
tungkai yang cedera pada tungkai yangtidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan
pada fraktur jari, denganmerekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan
sementara.
10. Kantong es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahuludibungkus dengan perban
elastis. Harus diberikan perhatian khusus untukm e l e p a s k a n k a n t o n g e s s e c a r a
b e r k a l a u n t u k m e n c e g a h “ c o l d i n j u r y” pada jaringan lunak. Secara umum, es
tidak boleh ditempelkan secaraterus menerus lebih dari 10 menit. Ekstremitas yang
mengalami cederasebaiknya sedikit ditinggikan posisinya untuk
meminimalisasipembengkakan.

Prosedur Dasar Pembidaian

1. Mempersiapkan penderita
 Penanganan kegawatan (Basic Life Support)
 Menenangkan penderita. Jelaskanlah bahwa akan memberikan pertolongan kepada
penderita.
 Pemeriksaan untuk mencari tanda fraktur atau dislokasi.
 Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang prosedurtindakan
yang akan dilakukan.
 Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan ataumemindahkan
korban sampai daerah yang patah tulang distabilkankecuali jika keadaan mendesak
(korban berada pada lokasi yangberbahaya, bagi korban dan atau penolong)
 Sebaiknya guntinglah bagian pakaian di sekitar area fraktur. Jikadiperlukan, kainnya dapat
dimanfaatkan untuk proses pembidaian.
 Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahan. Bersihkanluka dengan cairan
antiseptik dan tekan perdarahan dengan kasa steril.Jika luka tersebut mendekati lokasi fraktur,
maka sebaiknya dianggapbahwa telah terjadi patah tulang terbuka. Balutlah luka terbuka
ataufragmen tulang yang menyembul dengan baha n yang se-steril mungkin
 Pasang Collar Brace maupun sejenisnya yang dapat digunakan untuk menopang leher jika
dicurigai terjadi trauma servikal
 Tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas yang
berat sebaiknya hanya dilakukan jika ditemukan adanya gangguan denyut nadiatau sensasi
raba sebelum dilakukannya pembidaian. Proses pelurusanini harus hati -hati agar
tidak makin memperberat cedera.
 Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur :
-Periksa nadi di daerah distal dari fraktur, normal, melemah, ataukah bahkan
mungkin menghilang?
-Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekanlah kuku jari padaekstremitas yang
cedera dan ekstremitas kontralateral secarabersamaan. Lepaskan tekanan secara
bersamaan. Periksalah apakahpengembalian warna kemerahan terjadi bersamaan
ataukah terjadiketerlambatan pada ekstremitas yang mengalami fraktur.
-Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus langsungdibawa ke
rumah sakit secepatnya.
 Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, makasebaiknya
perhiasan yang dipakai pada lokasi itu dilepaskan, setalah andamenjelaskan pada
penderita.
 Pada fraktur terbuka, kecepatan penanganan merupakan hal yang esensial.Jangan pernah
menyentuh tulang yang tampak keluar, jangan pernah pulamencoba untuk membersihkannya.
Manipulasi terhadap fraktur terbukatanpa sterilitas hanya akan menambah masalah.

2. Persiapan alat
 Bidai dapat menggunakan alat bidai standar telah dipersiapkan, namunjuga bisa dibuat
sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnya ranting pohon, papan kayu, dll. Panjang
bidai harus melebihi panjangtulang dan sendi yang akan dibidai.
 Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll) sebaiknya dibungkus/dibalut terlebih
dahulu dengan bahan yang lebih lembut (kain, kassa, dll)
 Bahan yang digunakan sebagai pembalut pengikat untuk pembidaianbisa berasal dari pakaian
atau bahan lainnya. Bahan yang digunakanuntuk membalut ini harus bisa membalut
dengan sempurnamengelilingi extremitas yang dibidai untuk mengamankan bidai
yang digunakan, namun tidak boleh terlalu ketat yang bisa menghambat sirkulasi

3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur
dahulupada sendi yang sehat.
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara
bagianyang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau
penekanansyaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai dari
sebelahatas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas
bagian fraktur.
6. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh
yangdibidai.
7. I k a t a n j a n g a n t e r l a l u k e r a s a t a u k e n d o r . I k a t a n h a r u s c u k u p j u m l a h n ya
a g a r s e c a r a keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
8. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
9. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera

 Fraktur cranium dan tulang wajah


Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan pada
tempatyang dicurigai mengalami fraktur. Pada frakt ur ini harus dicurigai adanya
fraktur tulangbelakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang. Ada
beberapa bidaikhusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah (bersifat bidai
definitif), namun tidak dibahas pada sesi ini karena biasanya dilakukan oleh para ahli.

 Pembidaian leher
Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan
p e m b a l u t a n . P e m b a l u t a n dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan
bagian leher dan kepala. Pembalutandianggap efektif jika mampu meminimalisasi
pergerakan daerah leher.Jika tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical
Collar

 Tulang klavikula
Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif yaitu
dengan“ransel bandage” (lihat gambar 2). Pembebatan yang efektif akan berfungsi untuk
traksidan fiksasi, sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi
yangseanatomis mungkin, sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil
yangcukup baik.

 Tulang iga
Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah
bagianpatahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan
sebagai pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan ke rumah
sakit adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada dinding dada, memasang sling
untuk merekatkan lengan pada sisi dada yang mengalami cedera sedemikian sehingga
menempelsecara nyaman pada dada.
 Lengan atas
 Pasanglah sling (kain segitiga) untuk gendongan lengan bawah,
s e d e m i k i a n s e h i n g g a s e n d i s i k u membentuk sudut 90%, dengan cara
 Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak d a r i
s l i n g b e r a d a p a d a b a h u s i s i l e n g a n ya n g t i d a k c e d e r a . p o s i s i k a n l e n g a n
b a w a h sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira -kira membentuk
sudut 10°).ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling,
dan sisipkan disisi siku.
 Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian
sisilateral dinding thoraks
 Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral
l e n g a n a t a s y a n g mengalami fraktur.- Bebatlah lengan atas diantara papan bidai
(di sisi lateral) dan dinding thorax (pada sisi medial).
 Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan menggunakan kain
yang lebar.

 Lengan bawah
o Imobilisasi lengan yang mengalami cedera.
o Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara sikusampai ujung
telapak tangan
o Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera
o Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat sudut 90°terhadap
lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan dan hati-hati
o Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar beradadalam posisi
fungsional
o Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel antara sikusampai
ujung jari
o Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa pergelangan tangan
sudah terimobilisasi
o Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai
o Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi pembidaian,untuk
memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat
o Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara Letakkan kain
sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak d a r i
sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan
b a w a h sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira -kira
membentuk sudut 10°).ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah
apex dari sling, dan sisipkan disisi siku.
 Fraktur Tangan dan Pergelangan Tangan
Ekstremitas ini seharusnya dibidai dalam “posisi dari fungsi mekanik”, yakni posisi
yangsenatural mungkin. Posisi natural tangan adalah pada posisi seperti sedang
menggenggamsebuah bola softball. Gulungan pakaian atau bahan bantalan yang lain
dapat diletakkanpada telapak tangan sebelum tangan dibalut.

 Tulang jari
Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan merekatkanpada
jari di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting)

 Tulang punggung
Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus
dibidaimenggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.

 Fraktur Panggul
Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseora ngyang berusia
tua terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul,maka sebaiknya dianggap
mengalami fraktur.
Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau ditemukan
pemendekandan atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral .
Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggul harus menggunakan
tandu. Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan pada tungkai
yang tidak cedera sebagai bidai.Anda bisa melakukan penarikan/traksi untuk mengurangi
rasa nyeri, jika perjalanan menuju rumah sakit cukupjauh, dan terdapat orang yang bisa
menggantikan anda saat andasudah kelelahan.

 Tungkai atas
Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggungbawah sampai
dengan di bawah lutut pada tungkai yang cedera. Traksi pada cedera tungkai lebih sulit,
dan resiko untuk terjadinyacedera tambahan akibat kegagalan traksi seringkali lebih
besar.Sebaiknya jangan mencoba untuk melakukan traksi pada cedera tungkai kecuali
jika orang yang membantu pembidaian telah siapuntuk memasang bidai.

 Fraktur/dislokasi sendi lutut


Cedera lutut membutuhkan bidai yang memanjang antara pinggul sampai dengan
pergelangan kaki. Bidai ini dipasang pada sisibelakang tungkai dan pantat
 Tungkai bawah

1. Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera untuk mengurangi nyeri dan mencegah
timbulnya kerusakan yanglebih berat
2. Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapaijarak antara telapak tangan
sampai dengan diatas lutut.
3. Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali untuk mengikat bidai
4. Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus
5. Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai, sehinggabidai dalam posisi
memanjang antara sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki
6. Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai bawah sejajar dengan bidai yang
dipasang di sisi bawah tungkai
7. Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah lokasi fraktur. Pastikan bahwa lutut dan
pergelangan kaki sudahterimobilisasi dengan baik
8. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai
9. Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi pembidaian,
untuk memastikan bahwapemasangan bidai tidak terlalu ketat

 Fraktur/dislokasi pergelangan kaki


Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukupdengan menggunakan
pembalutan. Gunakan pola figure of eight : Dimulai dari sisi bawah kaki, melalui sisi atas
kaki,mengelilingi pergelangan kaki, ke belakang melalui sisi ataskaki, kesisi bawah kaki, dan
demikian seterusnya.
Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakang dan sisi lateral
pergelangan kaki untuk mencegahpergerakan yang berlebihan. Saat melalukan
tindakanimobilisasi pergelangan kaki, posisi kaki harus selalu dijagapada sudut yang benar

 Fraktur/dislokasi jari kaki


Sebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya dibantudengan merekatkan
jari yang cedera pada jari di sebelahnya.

Contoh gambar pembidaian pada ekstremitas bawah

Evaluasi pasca pembidaian


Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian. Misalnya jika membidai lenganmaka
periksa sirkulasi dengan memencet kuku ibu jari selama kurang lebih 5 detik. Kuku
akan berwarna putih kemudian kembali merah dalam waktukurang dari 2 detik setelah
dilepaskan.
Pemeriksaan denyut nadi dan raba seharusnya diperiksa di bagian bawah
bidai paling tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu ketat,atau
kesemutan, maka pembalut harus dilepas seluruhnya. Dan kemudian bidai di pasang
kembali dengan lebih longgar.
Tekan sebagian kuku hingga putih, kemudian lepaskan.Kalau 1-2 detik berubah
menjadi merah, berarti balutan bagus. Kalau lebihdari 1-2 detik tidak berubah warna menjadi
merah, maka longgarkan lagi balutan, itu artinya terlalu keras.
Meraba denyut arteri dorsalis pedis pada kaki (untuk kasus di kaki).Bila tidak teraba,
maka balutan kita buka dan longgarkan.Meraba denyut arteri radialis pada tangan untuk kasus
di tangan. Bilatidak teraba, maka balutan kita buka dan longgarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Perry, Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar


Azis Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM

DepartemenKesehatan RI. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat.Jakarta.Departemen


Kesehatan. 20032.

Stone,Keith. Current Diagnosisi & Treatment: Emergency Medicine. 6th Ed. Lange.20083.

Schwartz. Principle of Surgery. Mc Graw Hill. Eight edition. 20054.

Anda mungkin juga menyukai