Anda di halaman 1dari 7

PENANGANAN KEGAWATDARURATAN PADA KASUS EKLAMPSI DAN

RUJUKANNYA
A. Pengertian Eklampsia
Beberapa pengertian eklampsi adalah:
a) Istilah eklampsi berasal dari bahas yunani berarti halilintar, karena seolah–olah gejala
eklampsi timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda–tanda lain. Eklampsi
umumnya timbul pada pada wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda–tanda pre-
eklampsi, timbul serangan kejang yang diikuti oleh komA.
b) Eklampsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, kejang timbul bukan akibat kelainan
neurologic (PBPOGI, 1991).
c) Eklampsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam masa persalinan atau nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang atau demam (dr. Handaya, dkk).

B. Epidimiologi
Frekuensi eklampsi bervariasi. Frekuensi rendah pada umumnya merupakan petunjuk
tentangadanya pengawasan antenatal yang baik dan penanganan preeklampsi yang sempurna.
Di negara yang sedang berkembang, frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 -0,7%.
Sedangkan di negara maju angka nya lebih kecil, yaitu 0,05–0,1%.
C. Tanda-tanda dan gejala
Pada umumnya kejang di dahului oleh makin memburuknya preeklampsi dan terjadinya
gejala–gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual yang hebat, nyeri di
epigastrium dan hiper-refleksi. Bila keadaan ini tidak segera diobati akan timbul kejang.
Terutama pada persalinan, bahaya ini besar. Konvulsi eklampsi dibagi dalam 4 tingkat
a) Tingkat Awal (Aura) .
Keadaaan ini berlangsung kira–kira 30 detik, mata penderita terbuka tanpa melihat,
kelopak mata bergetar. Demikian pula tangannya dan kepala berputar ke kiriataukekanan.
b) Tingkat kejang tonik.
Berlangsung 15-30 detik atau kurang dari 30 detik, dalam tingkat ini semua otot menjadi
kaku, wajahnya keliatan kaku ( distorsi ), bola mata menonjol, tangan menggenggam, kaki
membengkok ke dalam, pernapasan berhenti,muka menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
c) Tingkat Kejang Klonik.
Berlangsung antara 1-2 menit, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo
yang cepat, terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat disertai
pula dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul dengan kontraksi
intermitten pada otot-oto muka dan otot seluruh tubuh. Begitu kuat kontraksi otot-otot
tubuh ini, sehingga seringkali penderita terlempar dari tempat tidur. Seringpula lidah
tergigit, dan mulut keluar liur yang berbusa kadan disertai bercak-bercak darah, wajah
tampak membengkak karena kongesti dan sianosis, pada konjungtiva mata dijumpai
bintik-bintik pendarahan, klien menjadi tidak sadar.

d) Tingkat Koma.
Lama kesadaran tidak selalu sama, secar perlahan-lahan pendrita mulai sadar lagi, akan
tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan berulang sehingga ia
tetap dalam koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu
meningkat sampai 40 derajat celcius, mungkin karena gangguan serebral. Penderita
mengalami inkontinensia disertai dengan oliguria atauanuria dan kadang-kadang terjadi
aspirasi bahkan muntah. Penderita yang sadar kembali dari koma, umumnya mengalami
disorientasi dan sedikit gelisah.
D. Komplikasi
1) Solusio plasenta.
2) Hipofibrinogenia.
3) Hemolisis
4) Perdarahan otak.
5) Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung sampai 1
minggu, perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina. Hal ini merupakan tanda gawat
akan terjadinya apofleksia serebri.
6) Edema paru.
7) Nekrosis hati.
8) Sindroma help.
9) Kelainan ginjal.
10) Komplikasi lain (lidah tergigit, trama dan fraktur karena jtuh dan DIC).
11) Prematuritas, dismaturitas dan IUFD.

E. Prognosis
Kematian ibu berkisar antara 9,8%-25%, sedangkan kematian bayi berkisar antara 42,2%-
48,9%. Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan , maka gejala perbaikan
akan tampak jelas stelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhhir perubahan
patofisiologik akan segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam kemudian setelah
persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik, karena hal ini merupakan gejala
pertama penyembuhan. Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam kemudian.
Eklampsi tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dari ibu yang sudah
mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita eklampsi juga tergolong buruk.
Seringkali janin mati intrauterin atau mati pada fase neonatal karena memang kondisi bayi
sudah sangat inferior.
F. Faktor Predisposisi.
1. Primigravida
2. Kehamilan ganda
3. Diabetes melitus
4. Hipertensi essensial kronik
5. Molahida tidosa
6. Hidrops fetalis
7. Bayi besar, obesitas
8. riwayat pernah menderita preeklampsia atau eklamsia
9. riwayat keluarga pernah menderita preeklampsia atau eklamsia
10. Lebih sering dijumpai pada penderita preeklampsia dan eklampsia.
G. Penatalaksanaan
Tujuan:
1. Menghentikan atau mencegah kejang.
2. Mempertahankan fungsi organ vital
3. Koreksi hipoksia atau asidosis
4. Mengendalikan tekanan darah dalam batas aman Pengakhiran
5. Kehamikan mencegah atau mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi, untuk
mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin Penatalaksanaan yang dilakukan
pada ibu eklampsi:
6. Sikap dasar
Semua kehamilan dengan eklampsi harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan
keadaan janin. Pertimbangannya adalah keselamatan ibu. Kehamilan diakhiri bila sudah
terjadi stabilisasi hemodinamika dan metabolisme ibu, cara terminasi dengan prinsip
trauma ibu seminimal mungkin (dr. Handaya, dkk).
7. Pengobatan medikamentosa
a) Obat anti kejang:
yang menjadi pilihan pertama ialahmangnesium sulfat.bila denga jenis obat ini kejang
masih sukar di atasi,dapat dipakai jenis obat lain misalnya tiopental.diazepam dapat
dipakai sebagai altenatif pilihan, namun mengingat dosis yang diperlukan sangat
tinggi,pemberian diazepam hanya dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman.
b) Magnesium sulfat (MgSO4)
Pemberian mangnesium sulfat ada dasar nya sama seperti pemberian mangnesium
sulfat pada pre eklampsi berat.pengobatan suportif terutama ditujukan untuk gangguan
fungsi organ – organ penting,misalnya tindakan tindakan untuk memperbaiki
asidosis,mempertahankan pentilasi paru paru,mengatur tekanan darah, mencegah
dekompensasi kordis.
c) Perawatan pada waktu kejang
Pada penderita yang mengalami kejang tujuan pertama pertolongan ialah mencegah
penderita mengalami penderita akibat kejang –kejang tersebut.dirawat dikamar isolasi
cukup terang agar bila terjadi sinosis segera dapat diatasi segera dapat diketahui.
Hendaknya dijaga agar kepala dan ekstermitas penderita yang kejang tidak terlalu kuat
menghentak hentak benda kuat disekitarnya selanjutnya masukkan sudap lidah kedalam
mulut si penderita dan jangan mencoba melepas sudap lidah yang sedang tergigit karena
dapat mematah kan gigi.
d) Perawatan koma
Tindakan pertama pada penderita koma adalah menjaga dan mengusaha kan agar jalan
nafas atas tetap terbuka.cara yang sederhana dan cukup efektif dalam menjaga
terbukanya jalan nafas atas adalah dengan manuver tik –neck lift,yaitu kepala
direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi kebelakang atau head tilt –chain lift dengan
kepala direndahkan dan dagu ditarik ke atas,atau jau-thrsut,yaitu mandibula kiri kanan
diekstensikan keatas sambil mengangkat kepala kebelakang.kemudian dapat
dilanjutkan dengan pemasangan oropharyngeal airway
8. Perawatan edema paru
Sebaiknya penderita dirawat di ICU karna membutuhkan perawatan animasi dengan respirator
a). Pengobatan obstetrik
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri,tanpa
memandang umur kehamilan dan keadaan janin.persalinan diakhiri bila sudah mencapai
stabilitas (pemulihan)hemodinamika dan metabolism ibu. Pada perawatan pasca persalinan,
bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana
lazimnya.
H. Asuhan Ibu Dengan Eklampsi
Penatalaksanaan asuhan pada ibu dengan eklampsi adalah:
1. Segera istirahat baring selama ½-1 jam.
2. Nilai kembali tekanan darah, nadi, pernafasan, reflek patella, bunyi jantung bayi, dan
dieresis
3. Berikan infus terapi anti kejang ( misalnya MgSO4 ) dengan catatan reflek patella harus (+),
pernafasan lebih dari 16 kali per menit serta diuresis baik (harus sesuai instruksi dokter)
4. Ambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium, seperti : Hb, Ht, leukosit, LED,
ureum, kreatinin, gula darah, elektolit dan urin lengkap.
5. Bila dalam 2 jam setelah pemberian obat anti kejang (MgSO4), tekanan darah tidak turun
biasanyadiberikan antihipertensi parenteral atau oral sesuai instruksi dokter.
6. Bila pasien sudah tenang, bisa dinilai keadaan kehamilan pasien dan monitor DJJ.
7. Siapkan alat-alat pertolongan persalinan
8. Postpartum boleh diberikan uterotonika dan perinfus.

I. Sistem Rujukan
 Batasan
Suatu sistem pelayanan kesehatan dimana terjadi pelimpahan tanggung jawab timbale
balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul secara horizontal maupun vertical
baik untuk kegiatan pengiriman penderita,pendidikan,maupun penelitian.
 Pengertian Operasional
Sistem rujukan paripurna terpadu merupakan suatu tatanan,dimana berbagai kompenen
dalam jaringan pelayanan kebidanan dapat berinteraksi dua arah timbal balik. Antara bidan
didesa,bidan,dokter puskesmas di pelayanan kesehatan dasar,dengan para dokter spesialis
di RS kabupaten untuk mencapai rasionalisasi penggunaan sumber daya kesehatan dalam
penyelamatan ibu dan bayi baru lahir, yaitu penanganan ibu beresiko tinggi dengan gawat-
opsetrik atau gawat-darurat-opsetrik secara efisien, efektif, professional, nasional, relevan
dalam rujukan perencana.
 Rujukan Terencana
Menyiapakan dan merencanakan rujukan ke rumah sakit jauh-jauh hari bagi ibu
resiko tinggi atau risti. Sejak awal kehamilan di beri KIE. Ada dua macam rujukan
terencana yaitu:
a) Rujukan dini terencana (RDB), untuk ibu dengan APGO dan AGO-Ibu risti
masih sehat belum inpartu, belum ada komplikasi persalinan,. Ibu berjalan sendiri
dengan suami, ke RS naik kendaraan umum dengan tenang, santai, mudah, murah, dan
tidak membutuhkan alat ataupun obat.
b) Rujukan dalam rahim (RDR), dalam RDB terdapat pengertian RDR atau
rujukan uteri bagi janin ada masalah, janin beresiko tinggi masih sehat, misalnya
kehamilan dengan riwayat opsetrik jelek pada ibu diabetes mellitus, partusprematurus
iminens. Bagi janin, selama pengiriman rahim ibu merupakan alat transportasi dan
incubator alami yang aman, nyaman, hangat, steril, murah, mudah, member nutrisi dan
O2, tetap ada hubungan fisik dan psikis dalam lindungan ibunya.
1) Rujukan Tepat Waktu/RTW
Untuk ibu dengan gawat darurat opsetrik, pada kelompok FR III AGDO pendarahan
antepartum dan preeklamsia berat/eklapsia dan ibu dengan komplikasi persalinan dini
yang dapat terjadi pada semua ibu hamil dengan atau tanpa FR.
Ibu GDO (emergency obstetric) membutuhkan RTW dalam penyelamatan ibu atau bayi
yang baru lahir.
Rujukan terencana berhasil menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir,pratindakan tidak
membutuhkan stabilisasi, penanganan dengan prosedur standar,alat ,obat generic dengan
biaya murah terkendali.
Rujukan terlambat membutuhkan stabilisasi,alat,obat dengan biaya mahal,denagn hasil ibu
dengan bayi tidak bisa diselamatkan.
Paket”kehamilan dan persalinan aman dengan 6 komponen utama,yaitu:
2) Deteksi dini masalah
3) Prediksi kemungkinan komplikasi persalinan
4) KIE kepada ibu hamil,suami,dan keluarga, pelan-pelan menjadi tahu-peduli-sepakat-
gerak( TaPeSeGar),berkembang perilaku kebutuhan persiapan dan perencanaan
persalinan aman/rujukan terencana. Dekat persalinan belum inpartu,ibu dapat berjalan
sendiri dengan naik kendaraan umum berangkat ke RS.
5) Prevensi proaktif komplikasi persalinan
6) Antisipasi-38 minggu melakukan persiapan/perencanaan persalinan aman
7) Intervensi, penanganan adekuat dipusat rujukan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia,yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan koma. Pada umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama
setelah persalinan.Umumnya penderita preeclampsia ini member gejala-gejala atau tanda-
tanda yang khas,hal tersebut dianggap sebagai tanda prodoma sebagi tanda prodoma akan
terjadinya kejang. Tanda-tanda itu disebut sebagai impending eklampsia atau imminent
eklapsia.
Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit lain. Oleh
karena itu, diagnosis banding eklampsia menjadi sangat penting,misalnya pendarahan
otak,hipertensi,lesi otak,kelainan metabolic,minimitis,epilepsy iattrogenik.
Eklampsia selalu didahului oleh preeclampsia,perawatan parenatal untuk kehamilan
dengan predisposisi preeclampsia perlu dilakukan agar dapat dikenal sedini mungkin gejala-
gejala prodoma eklampsia. Kejang-kejang dimulai dengan kejang tonik, kejang tonik ini
segera disusul dengan kejang kronik. Kemudian disusul dengan kontraksi. Pada waktu timbul
kejang,diafragma terfiksir,sehingga pernafasan tertahan,kejang kronik berlangsung kurang
lebih 1 menit. Setelah itu berangsur-angsur kejang melemah kemudian penderita diam dan
tidak bergerak. Koma yang terjadi setelah kejang,berlangsung bervariasi dan jika tidak segera
diberi obat-obat antikejang akan segera disusul dengan kejang berikutnya.
Penderita yang sadar kembali dari koma umumnya mengalami disorientasi dan sedikit
gelisah.

Anda mungkin juga menyukai