Populasi lansia di Yogyakarta saat ini tergolong cukup tinggi. Namun, hal ini tidak diimbangi dengan tingkat kesehatan para lansia. Banyak lansia mengalami penyakit metabolik seperti hipertensi, hiperkolesterol, dan hiperurisemia. Sebagai contoh, sasaran kami adalah Dukuh Geneng, memiliki jumlah lansia yang mengalami hipertensi sekitar 25 orang. Sedangkan jumlah lansia di dukuh tersebut berjumlah sekitar 60 orang. Oleh karena itu, Pemerintah dan masyarakat perlu bekerjasama dalam menjaga kesehatan para lansia dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan maupun membimbing serta mengarahkan para lansia untuk menjalankan hidup sehat. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, dimana pada pasal 19 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2007 tentang pembentukan Posyandu, disebutkan bahwa kesehatan manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kemampuannya agar tetap produktif, serta pemerintah membantu penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang (Erfandi, 2008). Program pelayanan kesehatan di posyandu lansia salah satunya adalah Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi Lansia, serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut (Depkes, 2003). Selama ini PMT dilakukan secara rutin,namun kurang memperhatikan aspek kesehatan dan gizi setiap lansia. Padahal, kesehatan adalah masalah individual dimana setiap orang memerlukan penanganan yang berbeda sesuai dengan penyakit yang diderita.