Hizib Rosululloh SAW yang disebut do’a “DOA’UL FARAZ” merupakan Hizib Yang Ampuh Dijaman
Peperangan Badar,Khaibar,dan Mu’tah dan Besar Sekali Karamahnya, Hizib tersebut telah mat’sur dari
rosululloh SAW,Diantaranya Adalah :
Diampuni Dosanya.
BIS..
ALLOHOMMAH RUSNI BI AINIKAL LATTI LATANAMU WAKNUFNI BIKANAFIKA L LADZI LAYUROMU WARHAMNI
BI QUDROTIKA ALAYYA ANTA TSIQOTI WAROJA-I FAKAM MIN NI’MATIN AN AMTA BIHA ALAYYA QOLA LAKA
BIHA SYUKRI WAKAM MIN BALLIYYATIB TALAYTANI BIHA QOLA LAKA BIHA SHOBRI FAYAMAN QOLLA INDA
NI’MATI SYUKRI FALAM YAHRIMNI WAMAN QOLLA INDA BALA IHI SHOBRI FALAM YAHDZULNI WAYAMAN
ROONI ALAL KHOTOYA FALAM YAFDHOHNI WAYA DZAL MA’RUFIL LADZI LAYANG QODI ABADAN WAYA
DZAN NA’MA’IL LATI LATUHSHO ADADAN,
AS-ALUKA ANTUSHOLI WA TUSSALLIM ALA MUHAMDDIN WA ALA ALI MUHAMDIN KAMA SHOLAITA WA
BAROKTA ALA IBROHIM INNAKA HAMIDUM MAJID, WABIKA AD-RO-U FII NUHURIL A’-DADAA-’I WAL
JABBARINA , ALLOHUMMA A-INNI ALA DIINI BI DUNYAYA WA ALA AKHIROTI BIT TAQWA, WAHFADNI FIMA
GHIBTU ANHU WALA TAQILNI ILA NAFSI FIIMA HADHORTU YA-MAN LA TADHURUHUDZ DZUNUBU WALA
TANGQUSUHUL MAGHFIROTU HABLI MALA YADURUKA WAGHFIRLI MALA YANGQUSUKA
AFIYATA MIN KULLI BALLIYATIN WA AS-ALUKA S SYUKRO ALA AFIYATI WA AS-ALUKA DAWAMAL AFIYATI WA
AS-ALUKA TAMAMAL AFIYATI WA AS-ALUKA L GHINAA ANIN NASI WALA HAWLA WALA QUWWATA ILLA
BILAHIL ALIYIL ADZIM WASHOLALLOHU ALA SAYIDINA MUHAMDIN WA ALA ALIHI WASHOHBIHI WASALAM.
Tsumma illa Man azazani…Bi Hadza Hizbi Wajami-i Silsilati Wasanadihi Wal ahidzina Minhum Wawalidayya
Wawalidihim wa dzawil Huquqil Wajibati alayya Wa alaihim Wa Kaffatil Muslimina Wal Muslimati Wal
Mu’minina Wal Mu’minati Syaiun lilahi Lahumul Al-fatihah..(7X)
HIJIB BARQI
Para pejuang kemerdekaan kita dulu memiliki semangat bertempur yang luar biasa. Mereka sangat
percaya diri maju ke medan laga tanpa takut mati. Bila memang sudah tiba saatnya takdir dari Tuhan
menjemput, saat tidur di kasur empuk pun orang pasti akan menemui ajal.
Pasrah dan ikhlas atas menerima apa yang terjadi memang sebuah keharusan. Namun ini tidak boleh
diartikan kita pasif dan kehilangan jati diri. Ya, pada kasus-kasus yang khusus jangan lupakan ikhtiar
untuk “mempertahankan diri”. Sebab mempertahankan diri dari serangan adalah sebuah perintah Tuhan
juga. Kita ingat bagaimana Rasulullah, Muhammad SAW dulu harus berdarah-darah di medan perjuangan
menegakkan kebenaran Tuhan. Bahkan, tidak ada satu pun utusan Tuhan yang bisa hidup melenggang
tanpa ada rintangan. Perjalanan hidup mereka tidak seperti melaju di jalan tol yang lurus dan lempang.
Tapi berliku dan penuh aral yang melintang.
Kita bisa memaklumi, kenapa dulu para shaolin, siswa vihara Budha harus melatih dirinya dengan berbagai
ilmu perang agar bisa mempertahankan diri dari serangan para ninja. Padahal kita tahu, ajaran Budha
sangat menonjolkan perdamaian dan menekankan kebersatuan dan harmoni dengan alam (tao).
Selain raga yang terlatih, para pejuang gigih membekali diri dengan olah batin/olah rasa dengan tingkat
kedisiplinan yang luar biasa. Hasilnya pasti berbeda bila mereka tidak membekali diri dengan latihan olah
batin. Yang gigih mengolah batin dengan amalan khusus akan selamat, dan tidak pernah mengolah
batinnya akan celaka.
Salah satu contoh, dalam latihan olah batin Jawa diajarkan bagaimana menghilang dari kejaran musuh
dengan amalan khusus yaitu Aji Panglimunan, atau mampu berlari dengan sangat cepat tanpa bisa
terkejar musuh dengan amalan Aji Bayu Bajra, Ajian Kulhu Sungsang untuk menolak tenung, ajian Welut
Putih untuk berkelit dari kepungan dan sebagainya. Bila pejuang tersebut tidak memiliki dua amalan
ampuh ini, dengan mudah mereka tertangkap dan dihukum mati. Ya, hukum alam pasti berlaku. Maka,
mereka yang akan maju perang harus bersiap dengan ilmu-ilmu kesaktian.
Bagaimana di jaman sekarang? Apakah masih relevan memiliki amalan-amalan khusus seperti ini?
Jawabannya masih. Kenapa? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya menggunakan kacamata awam saja.
Bahwa kejahatan ada dimana-mana. Setiap hari, perampokan, penculikan, pemerkosaan, pembunuhan,
kekerasan ada di sekeliling kita. Kita tidak pernah menduga, kejahatan itu ada begitu dekat dengan
keseharian kita. Kalau pun kita sudah “selamat” dari kejahatan jalanan tersebut, kita masih belum benar-
benar “aman” dari kejahatan yang dilakukan para koruptor, para makelar kasus, para pemimpin (sejatinya
penjahat) yang berkedok pejuang rakyat.
Saya memiliki banyak pengalaman. Dulu, hampir setiap saat menginvestigasi para penjahat jalanan ini.
Tidak untuk saya gebuki, namun untuk saya wawancarai agar mengetahui motivasi apa mereka melakukan
kejahatan. Saya juga memiliki pengalaman bergaul dengan para pejabat. Hampir setiap saat, saya melihat
bagaimana pencurian-pencurian uang negara dan penyalahgunaan wewenang mereka lakukan. Keduanya
sama-sama merugikan orang lain untuk memenuhi hasrat/nafsu/egonya pribadi. Tidak ada kata “saya
terpaksa melakukan kejahatan”. Sebab pilihan lain yang tanpa kejahatan pasti ada.
Kalau suatu hari perut saya lapar, saya tidak perlu mencuri uang tetangga karena ini kejahatan. Saya bisa
mencari makan dengan ikut mencuci piring tetangga, teman, sahabat, atau orang lain yang punya rumah
makan. Sehingga akhirnya muncul rasa belas kasihan mereka sehingga saya diberi makan. Jadi tidak ada
alasan kita harus melakukan kejahatan dengan mencuri uang. Kalau suatu hari saya butuh mobil maka
saya tidak boleh merampok bank untuk membeli mobil. Kenapa? Sebab selalu ada alternatif yang bisa kita
pilih agar kita tidak melakukan kejahatan.