Tiang Bor
Studi Kasus Perencanaan Rumah Sakit Kelas B Bandung
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16426, Indonesia
E-mail: felix.cahyo@ui.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian komprehensif terhadap perancangan Detailed Engineering Design (DED)
RSU Kelas B di Bandung, khususnya pada aspek pondasi dalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
perbandingan metode pelaksanaan tiang pancang dan tiang bor terhadap biaya dan waktu pekerjaan. Pekerjaan
tiang pancang beton persegi pejal dengan dimensi 45x45 cm dan panjang 15 m membutuhkan biaya sebesar
Rp2.654.542.120,00 (dengan PPN 10%) serta durasi pelaksanaan selama 73 hari. Pekerjaan tiang bor beton
bulat pejal dengan dimensi 40 cm dan panjang 14,25 m membutuhkan biaya sebesar Rp2.670.697.330,00
(dengan PPN 10%) serta durasi pelaksanaan selama 98 hari.
Comparison Analysis of Cost and Time of Driven and Bored Pile Works
Bandung Class B Hospital Design Study Case
ABSTRACT
This study is a comprehensive study on the design of Detailed Engineering Design (DED) of Class B General
Hospital in Bandung, especially on deep foundations. This study aims to analyze the comparison of driven and
bored pile on costs and work time. Solid square concrete driven pile with dimension 45x45 cm and length 15 m
required Rp2,654,542,120.00 (with VAT 10%) and duration 73 days. Solid round concrete bored pile with
dimensions 40 cm and length 14.25 m would cost Rp2,670,697,330.00 (with VAT 10%) and duration 98 days.
Keywords: deep foundation; driven pile; bored pile; cost; time; construction management
1. Pendahuluan
Bandung merupakan ibu kota Jawa Barat dengan peningkatan jumlah penduduk yang sangat
tinggi [1], sehingga dibutuhkan sarana dan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit demi
meningkatkan taraf hidup masyarakat di Bandung dengan menekan angka kematian serta
peningkatan mutu pelayanannya.
Sesuai dengan perundangan konstruksi yang ada di Indonesia tentang standarisasi sarana dan
prasarana bangunan gedung harus direncanakan dan dirancang sebaik-baiknya sehingga dapat
memenuhi kriteria bangunan yang layak dari segi mutu, biaya, dan kriteria administrasi [2].
1
Analisis perbandingan..., Felix Cahyo Kuncoro Jakti, FT UI, 2013
2
Rumah Sakit A di Bandung ini dirancang sebagai Rumah Sakit Umum (RSU) kelas B yang
maka harus didukung dengan sarana dan prasarana rumah sakit yang terencana, baik dan
benar.
Rumah sakit ini akan dibangun pada lokasi yang padat aktivitas dan bangunan. Salah satu hal
yang sering menjadi perhatian khusus ialah pelaksanaan struktur bawah yang seringkali
mengganggu kestabilan bangunan sekitar dan kenyamanan masyarakat setempat atau
progresnya terlambat karena sulitnya mobilisasi [3]. Selain itu, kondisi Kota Bandung yang
termasuk ke dalam zona gempa 4 atau menengah serta curah hujan yang cukup tinggi menjadi
hal yang harus ikut diperhitungkan ke dalam DED, khususnya struktur bawah.
Terzaghi pada tahun 1951, dalam “The Influence of Modern Soil Studies on the Design and
Construction of Foundations”, mendeskripsikan pondasi sebagai “necessary evil”, bahwa
karena letaknya yang tersembunyi dalam tanah, seringkali fungsinya diabaikan [4].
Dalam rangka untuk merencanakan dan mengelola proyek yang sukses, tiga parameter waktu,
biaya, dan kualitas harus dipertimbangkan. Dengan demikian, biaya dan waktu merupakan
batasan proyek yang sangat penting kaitannya terhadap keberhasilan suatu proyek [5-7],
sehingga harus direncanakan sebaik mungkin sesuai dengan kondisi proyek yang
direncanakan.
2. Tinjauan Teoritis
bawah struktur, dan/atau oleh tahanan selubung dalam tanah atau batuan di mana ia
ditempatkan. Tiang adalah jenis yang paling umum dari pondasi dalam [8].
Untuk menyusun analisis biaya suatu proyek, dilakukan suatu analisis dengan dasar
menghitung harga satuan bangunan. Analisis harga satuan ini berdasarkan pada perhitungan
biaya yang diperlukan untuk 1 unit pekerjaan, dengan satuan-satuan seperti Rp…./m;
Rp…./m2; Rp…./m3. Rumus perhitungan harga satuan pekerjaan adalah sebagai berikut:
∑ (1)
(2)
Di mana:
NK = nilai koefisien
Vk = volume item bagian dari pekerjaan
Dij = durasi waktu yang dibutuhkan
Vtotal = volume total tahapan pekerjaan
(3)
Di mana:
Q = produksi per jam (m³/jam)
q = produksi per siklus (m³)
F = faktor pengisian munjung
AS:D = koreksi sudut putar dan kedalaman galian
Cm = waktu siklus (detik)
E = efisiensi kerja
V = koreksi volume = 1/(1+faktor kembang material)
(4)
Di mana:
q1 = kapasitas munjung menurut spesifikasi
K = faktor bucket
(5)
Sedangkan, untuk dump truck, urutan perhitungan produktivitasnya adalah sebagai berikut:
a. Menghitung waktu siklus dari dump truck, yang meliputi:
a) waktu muat,
b) waktu angkut,
c) waktu bongkar muatan,
d) waktu untuk kembali,
e) waktu yang dibutuhkan dump truck untuk mengambil posisi dimuati kembali.
(6)
Di mana,
(7)
b. Waktu pemuatan
Waktu yang diperlukan loader untuk memuat dump truck dapat dihitung sebagai berikut:
(8)
(9)
(1)
Di mana,
P = produksi per jam (m³/jam)
C = produksi per siklus
Et = efisiensi kerja dump truck
Cmt = waktu siklus dump truck (menit)
M = jumlah dump truck yang bekerja
n = jumlah n siklus dari loader untuk mengisi dump truck
q1 = kapasitas bucket (m³, cuyd)
K = faktor bucket loader
(2.2)
Jika dump truck dan loader digunakan secara bersama dalam suatu kombinasi, maka
sebaiknya kapasitas operasi dump truck sama dengan kapasitas loader. Dari persamaan di
atas, jika hasil sebelah kiri lebih besar maka produksi dump truck akan berlebih, begitu pula
sebaliknya berarti produksi loader yang lebih besar dan hal inilah yang menyebabkan waktu
tunggu menjadi lebih lama.
3. Metode Penelitian
Mengacu pada strategi penelitian yang disarankan oleh Yin [14] dan berdasarkan latar
belakang rumusan masalah, yaitu bagaimana perbandingan metode pelaksanaan tiang pancang
dan tiang bor pada proyek pembangunan Rumah Sakit Kelas B di Bandung terhadap biaya
dan waktu pelaksanaan proyek, maka dipilih pendekatan studi kasus.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menghitung unit cost (harga satuan
pekerjaan) dibagi menjadi 2, yaitu:
Analisis BOW dan SNI untuk pekerjaan tanah yang berhubungan dengan pondasi.
Cara modern untuk pekerjaan yang tidak termuat dalam SNI, dengan menghitung
produktivitas tenaga kerja dan alat.
Analisis yang dilakukan setelah data diolah dan diperoleh hasilnya ialah analisis komparasi,
yaitu membandingkan biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan untuk tiang pancang dan tiang
bor. Alternatif yang dipilih dari segi biaya dan waktu ialah alternatif yang paling kecil biaya
dan durasinya.
4. Hasil Penelitian
Pile Cap
P2 Panjang = 2,9 Lebar = 2,9 Tebal = 0,9 Banyak = 18
Dur./ N
No Item Pek. SDM dan Alat Koef Prod. Volume Dur
Grup Grup
A Pekerjaan Tanah
Galian tanah pile Excavator
0,0414 24,17 748,544 5 1 5
1 cap Dump truck
m3/jam m3 hari hari
B Pekerjaan Pondasi
1 Pemancangan Pile driver 1,000 16,6 2655 23 1 23
m'/jam m' hari hari
Pemotongan pile
2 Mandor 0,050 20 265,5 14 1 14
head
Pekerja 0,200 m'/hari m' hari hari
Tukang potong 0,100
Pembuatan lantai
3 Pekerja 1,200 2 18,713606 8 1 8
kerja 10 cm
3 3
Tukang batu 0,200 m /hari m hari hari
Kepala tukang 0,020
Mandor 0,060
Vibrator 0,050
Tabel 3. (Sambungan)
Dur./ N
No Item Pek. SDM dan Alat Koef. Prod. Volume Dur.
Grup Grup
4 Bekisting pile cap Pekerja 0,150 4 50,13036 13 1 13
2 2
Mandor 0,005 m /hari m hari
Pengecoran beton
6 Concrete mixer 0,631 11,09 336,84491 31 1 31
f'c 30 MPa
m3/hari m3 hari
Sumber: Hasil Olahan Sendiri
BULAN
NO. URAIAN PEKERJAAN DURASI TOTAL HARGA BOBOT 1 2 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A Pekerjaan Tanah
1 Galian tanah pile cap 5 Rp 33.944.776,13 1,407% 1,407%
B Pekerjaan Pondasi
1 Pemancangan 23 Rp 1.093.603.296,69 45,317% 13,792% 13,792% 13,792% 3,941%
2 Pemotongan pile head 14 Rp 72.101.848,28 2,988% 1,494% 1,494%
3 Pembuatan lantai kerja 10 cm 8 Rp 11.174.105,38 0,463% 0,289% 0,174%
4 Bekisting pile cap 13 Rp 10.258.047,48 0,425% 0,065% 0,229% 0,131%
5 Pembesian pile cap 16 Rp 754.324.913,03 31,258% 1,954% 13,675% 13,675% 1,954%
6 Pengecoran beton f'c 30 MPa 31 Rp 437.813.120,57 18,142% 4,097% 4,097% 4,097% 4,097% 1,756%
BOBOT PEKERJAAN (%) 73 Rp 2.413.220.107,56 100,000% 13,792% 13,792% 13,792% 5,347% 1,494% 3,802% 18,175% 17,903% 6,050% 4,097% 1,756%
BOBOT KUMULATIF (%) 100,000% 13,792% 27,584% 41,377% 46,724% 48,218% 52,020% 70,195% 88,097% 94,148% 98,244% 100,000%
Jenis Volume
Variasi Dimensi (m)
Konstruksi (m3)
Panjang Lebar
P2 2,5 1,3 Tebal = 0,8 Jum= 39 101,4
= =
Panjang Lebar
P3 2,5 2,5 Tebal = 0,8 Jum= 18 90
= =
Sumber: Hasil Olahan Sendiri
Biaya Satuan
No Uraian Satuan Volume Jumlah (Rp)
(Rp)
1 2 3 4 5 6
A Pekerjaan Tanah Rp 91.342.209,68
3
1 Galian tanah pile cap m 572,5338 Rp 40.288,64 Rp 23.066.608,98
3
2 Galian tiang bor m 316,7946 Rp 215.520,09 Rp 68.275.600,70
N Dur./ N
Item Pek. SDM dan Alat Koef. Prod. Volume Dur.
o Grup Grup
A Pekerjaan Tanah
Excavator dan
1 Galian tanah pile cap 0,0414 24,17 572,5338 4 1 4
Dump Truck
3 3
m /jam m hari hari
Tabel 7. (Sambungan)
N Dur./ N
Item Pek. SDM dan Alat Koef. Prod. Volume Dur.
o Grup Grup
2 Galian tiang bor Alat bor 0,2400 6,258 316,7946 51 1 51
3
m /hari m3 hari hari
B Pekerjaan Pondasi
Pemasangan tulangan 2025,995 66515,51 33 2 17
1 Pekerja 0,0030
tiang bor
Tukang besi 0,0015 kg/hari kg hari hari
Kepala tukang 0,0005
Mandor 0,0005
B Pekerjaan Pondasi
1 Pemasangan tulangan tiang bor 17 Rp 965.465.439,47 39,765% 16,374% 16,374% 7,017%
2 Pengecoran tiang bor 51 Rp 404.987.549,70 16,681% 2,289% 2,289% 2,289% 2,289% 2,289% 2,289% 2,289% 0,654%
3 Pembuatan lantai kerja 10 cm 8 Rp 8.546.659,75 0,352% 0,220% 0,132%
4 Bekisting pile cap 12 Rp 9.338.112,88 0,385% 0,064% 0,224% 0,096%
5 Pembesian pile cap 14 Rp 650.567.084,02 26,795% 1,914% 13,398% 11,484%
6 Pengecoran beton f'c 30 MPa 21 Rp 297.659.605,72 12,260% 4,087% 4,087% 4,087%
BOBOT PEKERJAAN (%) 98 Rp 2.427.906.661,23 100,000% 16,374% 19,049% 9,693% 2,675% 2,675% 2,675% 2,675% 2,675% 0,764% 0,570% 2,578% 17,841% 15,667% 4,087%
BOBOT KUMULATIF (%) 100,000% 16,374% 35,423% 45,116% 47,792% 50,467% 53,143% 55,818% 58,494% 59,258% 59,828% 62,406% 80,247% 95,913% 100,000%
5. Pembahasan
Pada pelaksanaan pondasi tiang pancang, diperlukan bantuan peralatan konstruksi dengan
tujuan untuk mengembangkan metode-metode produksi sesuai perkembangan teknologi
sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas, ditinjau dari unsur waktu, biaya, mutu, dan
keselamatan kerja [15].
1 2 3 4
1 Pemancangan 45,317% 45,317%
2 Pembesian pile cap 31,258% 76,575%
3 Pengecoran beton f'c 30 MPa 18,142% 94,717%
4 Pemotongan pile head 2,988% 97,705%
5 Galian tanah pile cap 1,407% 99,112%
6 Pembuatan lantai kerja 10 cm 0,463% 99,575%
7 Bekisting pile cap 0,425% 100,000%
Sumber: Hasil Olahan Sendiri
1 2 3 4
1 Pemasangan tulangan tiang cor 39,765% 39,765%
2 Pembesian pile cap 26,795% 66,561%
3 Pengecoran tiang bor 16,681% 83,241%
4 Pengecoran beton f'c 30 MPa 12,260% 95,501%
5 Galian tiang bor 2,812% 98,313%
6 Galian tanah pile cap 0,950% 99,263%
7 Bekisting pile cap 0,385% 99,648%
8 Pembuatan lantai kerja 10 cm 0,352% 100,000%
Sumber: Hasil Olahan Sendiri
31
30 23 21
14 17 1614
20 1312
5 5 8 8
10
0
Kegiatan
Gambar 9. Grafik perbandingan durasi pekerjaan tiang pancang dan tiang bor
Sumber: Hasil Olahan Sendiri
Pemanfaatan peralatan pondasi, baik pancang maupun bor, dinilai efisien dan efektif, apabila
produktivitas (Q) per satuan waktu (jam atau hari) meningkat secara signifikan dengan
meningkatnya produktivitas [16].
Rp600.000.000,00
Rp400.000.000,00
Rp200.000.000,00
Rp-
Kegiatan
Gambar 10. Grafik perbandingan biaya pekerjaan tiang pancang dan tiang bor
Sumber: Hasil Olahan Sendiri
5.5 Kelebihan dan Kekurangan Pondasi Tiang Pancang dan Tiang Bor
Kelebihan pondasi tiang pancang, antara lain:
a. Waktu yang dibutuhkan lebih cepat.
b. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dibanding tiang bor.
sepanjang 14,25 m sesuai dengan kedalaman tanah keras. Mobilisasi dilakukan dari
pabrikasinya di Bogor atau Majalengka. Tiang sepanjang 15 meter memerlukan truk
panjang sehingga manajemen lalu lintasnya harus diusahakan sedemikian rupa sehingga
tetap lancar dan tidak mengganggu lingkungan ssekitar.
b. Untuk metode pelaksanaan, alternatif ini kurang sesuai dengan lingkungan. Hal ini
diakibatkan oleh suara dan getaran pada saat pemancangan. Oleh karena itu, dapat
dipilih alat pancang tipe hydraulic hammer yang suara dan getarannya tidak terlalu
mengganggu lingkungan.
c. Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada pondasi, sehingga
menimbulkan penambahan biaya dan waktu pelaksanaan.
d. Tergantung pada suplai pabrik, sehingga harus dipastikan terlebih dahulu kemampuan
pabrik untuk menyuplai tiang pancang.
6. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Pekerjaan tiang pancang beton persegi pejal dengan dimensi 45x45 cm dan panjang 15
m membutuhkan biaya sebesar Rp2.654.542.120,00 (dengan PPN 10%) serta durasi
pelaksanaan selama 73 hari.
b. Pekerjaan tiang bor beton bulat pejal dengan dimensi 40 cm dan panjang 14,25 m
membutuhkan biaya sebesar Rp2.670.697.330,00 (dengan PPN 10%) serta durasi
pelaksanaan selama 98 hari.
c. Tiang pancang dipilih sebagai pondasi tiang yang digunakan pada pembangunan Rumah
Sakit Kelas B di Bandung ini.
7. Saran
Daftar Referensi
[1] Bidang Statistik Sosial BPS Provinsi Jawa Barat, Data Sosial Ekonomi Daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2009, BPS Provinsi Jawa Barat, Bandung, 2009.
[2] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan
Gedung, 2002.
[3] L. Bjerrum, N. Simons, Comparison of Shear Strength Characteristics of Normally
Consolidated Clay, Conf. Shear Strength Cohesive Soils Proc. ASCE, 1960, p.711.
[4] A. Sutrisno, G. C. Han, Skripsi Sarjana. Program Studi Teknik Sipil, Universitas
Kristen Petra, Surabaya, Indonesia, 2009.
[5] T. Hughes, T. Williams, Quality Assurance: A Framework to Build on, BSP
Professional Books, Oxford, 1991.
[6] National Economic Development Office (N.E.D.O), Faster Building for Industry,
London: Her Majesty’s Stationery Office, 1983.
[7] C. T. Jahren, A. M. Asha, Predictors of Cost-Overrun Rates, J. of Constr. Eng. and
Mgmt. ASCE 116 (1990) 551.
[8] Canadian Geotechnical Society, Foundation Engineering Manual, 4th ed., Canadian
Geotechnical Society, 2006, p.260.
[9] Asiyanto, Construction Project Cost Management, 3rd ed., PT Pradnya Paramita,
Jakarta, 2010, p.92.
[10] T.P. Santoso, Skripsi Sarjana, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia, Depok, Indonesia, 2011.
[11] T.P. Santoso, Skripsi Sarjana, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia, Depok, Indonesia, 2011.
[12] T.P. Santoso, Skripsi Sarjana, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia, Depok, Indonesia, 2011.
[13] A. Waryanto, Project Scheduling Concepts & Techniques - III: Precedence
Diagramming Method (PDM). Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Indonesia, Depok, 2011, p.2.
[14] R. K. Yin, Case Study Research: Design and Method, 2nd ed., SAGE Publication, New
York, 1994, p.6.
[15] D. K. Singojudo, Pengaruh Lay-Out Operasi Peralatan Pancang terhadap Produktivitas
Pemancangan Pondasi Gedung "X", Pros. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Prasarana Wilayah, D3 Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya,
2009, p.166.
[16] D. K. Singojudo, Pengaruh Lay-Out Operasi Peralatan Pancang terhadap Produktivitas
Pemancangan Pondasi Gedung "X", Pros. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Prasarana Wilayah, D3 Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya,
2009, p.161.
[17] T. M. Zayed, D W. Halpin, Productivity and Cost Regression Models for Pile
Construction, J. of Constr. Eng. and Mgmt. (2005) 779.