Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ENDOMETRIOSIS

PADA IBU HAMIL


Disampaikan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah maternitas
Dosen pengampuh : Ns. Pipit feriani S.kep.Mars

DISUSUN OLEH :

ARYA DHIKA PERMANA : 17111024110017


IZMA MEGA ULITA : 17111024110049
MUSPIRAH : 17111024110076
SITI AYSAH : 17111024110107

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sang Pencipta
alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena, berkat limpahan
rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
tema “MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ENDOMETRIOSIS PADA IBU HAMIL
” yang sederhana ini dapat terselesaikan tidak kurang dari pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah satu
dari sekian kewajiban mata kuliah, serta merupakan bentuk langsung tanggung jawab kami pada
tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu
Ns. Pipit feriani S.kep.Mars selaku dosen mata kuliah MATERNITAS serta semua
pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan dimana kami pun sadar bahwasannya
kami hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan
kesempurnaan hanya milik Tuhan yang maha Esa, sehingga dalam penulisan dan penyusununnya
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa
kami nanti dalam upaya evaluasi diri.

Samarinda, 15 February 2019


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………..…………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................................................4
B. RUMUS MASALAH ....................................................................................................................4
C. TUJUAN……………………………………………………………………………………..4

BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI ........................................................................................................................................5
B. KLAFIKASI....................................................................................................................................5
C. ETIOLOGI ......................................................................................................................................7
D. PATOFISILOGI .............................................................................................................................8
E. WOC ................................................................................................................................................9
F. PEMERIKSAAN KLINIK............................................................................................................9
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ............................................................................................. 10
H. PENATALAKSANAAN…………………………………………………………………10
1. Pengkajian .......................................................................................................................................... 10
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................................................................. 13

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN ........................................................................................................................... 20
B. SARAN ......................................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN

Endometriosis adalah suatu penyakit yang lazim menyerang wanita di usia reproduksi.Penyakit
ini merupakan kelainan ginekologis yang menimbulkan keluhan nyeri haid, nyerisaat senggama,
pembesaran ovarium dan infertilitas. (Oepomo, 2009)Endometriosis terjadi ketika suatu jaringan
normal dari lapisan uterus yaitu endometriummenyerang organ-organ di rongga pelvis dan
tumbuh di sana. Jaringan endometrium yangsalah tempat ini menyebabkan iritasi di rongga
pelvis dan menimbulkan gejala nyeri sertainfertilitas.Jaringan endometriosis memiliki gambaran
bercak kecil, datar, gelembung atau flek-flek yang tumbuh di permukaan organ-organ di rongga
pelvis. Flek-flek ini bisa berwarna bening, putih, coklat, merah, hitam, atau biru. Jaringan
endometriosis dapat tumbuh di permukaanrongga pelvis, peritoneum, dan organ di rongga pelvis,
yang kesemuanya dapat berkembang membentuk nodul-nodul. Endometriosis bisa tumbuh di
permukaan ovarium ataumenyerang bagian dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah
yang disebut sebagaikista endometriosis kista coklat. Kista ini disebut kista coklat karena
terdapat penumpukandarah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini bisa berukuran kecil
seukuran kacangdan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur. Endometriosis dapat mengiritasi
jaringan disekitarnya dan dapat menyebabkan perlekatan (adhesi) akibat jaringan parut
yangditimbulkannya (Oepomo, 2009).Endometriosis terjadi pada 10-14% wanita usia reproduksi
dan mengenai 40-60% wanitadengan dismenorhea dan 20-30% wanita subfertil. Saudara
perempuan dan anak perempuandari wanita yang menderita endometriosis berisiko 6-9 kali lebih
besar untuk berkembangmenjadi endometriosis (NHS, 2009).Endometriosis menyebabkan nyeri
panggul kronis berkisar 70%. Risikountuk menjadi tumor ovarium adalah 15 - 20%, angka
kejadian infertilitas berkisar 30 - 40%,dan risiko berubah menjadi ganas 0,7-1%. Endometriosis
sekalipun sudah mendapat pengobatan yang optimum memiliki angka kekambuhan sesudah
pengobatan berkisar 30%(NHS, 2009).Penanganan endometriosis baik secara medikamentosa
maupun operatif tidak memberikan hasil yang memuaskan disebabkan patogenesis penyakit
tersebut belum terungkap secaratuntas. Keberhasilan penanganan endometriosis hanya dapat
dievaluasi saat ini denganmempergunakan laparoskopi. Laparoskopi merupakan tindakan yang
minimal invasif tetapi
memerlukan keterampilan operator, biaya tinggi dan kemungkinan dapat terjadi
komplikasidariyang ringan sampai berat. Alasan yang dikemukakan tadi menyebabkan banyak
penderitaendometriosis yang tidak mau dilakukan pemeriksaan laparoskopi untuk mengetahui
apakahendometriosis sudah berhasil diobati atau tidak (Oepomo, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Endometriosis ?
2. Apa penyebab dari Endometriosis ?
3. Apa tanda gejala dari Endometriosis ?
4. Bagaimanakah cara penanganan Endometriosis ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan Endometriosis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Endometriosis
2. Untuk mengetahui penyebab endometriosis
3. Untuk mengetahui tanda gejala dari Endometriosis
4. Untuk mengetahui penanganan Endometriosis
5. Asuhan keperawatan pada Endometriosis
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Endometrium adalah lapisan dalam dinding kavum uteri yang berfungsi sebagai bakal tempat
implantasi hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan
mengadakan sekresi, kemudian jika tidak ada pembuahan/ implantasi, endometrium rontok
kembali dan keluar berupa darah/ jaringan haid.

Jika ada pembuahan/ implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat konsepsi. Fisiologi
endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium. Di dalam lapisan
Endometrium terdapat pembuluh darah yang berguna untuk menyalurkan zat makanan ke lapisan
ini. Saat ovum yang telah dibuahi (yang biasa disebut fertilisasi) menempel di lapisan
endometrium (implantasi), maka ovum akan terhubung dengan badan induk dengan plasenta
yang berhubung dengan tali pusat pada bayi.

Pada suatu fase dimana ovum tidak dibuahi oleh sperma, maka kurpus luteum akan berhenti
memproduksi hormon progesteron dan berubah menjadi korpus albikan yang menghasilkan
sedikit hormon diikuti meluruhnya lapisan endometrium yang telah menebal, karena hormon
estrogen dan progesteron telah berhenti diproduksi. Pada fase ini, biasa disebut menstruasi atau
peluruhan dinding rahim.

Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan mirip dengan dinding rahim (endometrium)
ditemukan di tempat lain dalam tubuh (Smeltzer, 2001). Endometriosis adalah adanya kelenjar
dan stroma endometrium di luar uterus paling sering mengenai ovarium atau perlukaan
peritoneum viseralis yang mengantung (Ralph C. & Martin L., 2009).

Endometriosis merupakan lesi jinak dengan sel-sel yang mempunyai sel-sel yang melapisi uterus
yang tumbuh secara aberans pada rogga pelvis di luar uterus (Diane C. & JoAnn C., 2000).
Meskipun jinak, endometriosis bersifat progresif, cenderung kambuh dan dapat menginvasi
secara lokal, dapat memiliki banyak fokus yang tersebar luas dan dapat terjadi dalam nodus limfe
pelvis (30%). Ovarium, ligamentum sakrouterina, septum rektovaginal, dan peritoneum pelvis
lebih sering terkena namun, endometriosis dapat juga mempengaruhi traktus intestinalis (kolon
rektosigmoid) dan traktus urinarius.

Berdasarkan data dari Ralph C. & Martin L. (2009), endometriosis menyerang 10-20% wanita
yang masih mengalami menstruasi dan ditemukan pada 30-45% wanita infertil yang
menyebabkan 20% dari seluruh operasi di bidang ginekologi serta merupakan satu-satunya
penyebab perawatan inap non kebidanan (>5%) pada waita berumur 15-44 tahun. Perbedaan
utama endometriosis remaja dan dewasa adalah hubungannya dengan kelainan kongenital pada
saluran reproduksi pasien pubertas (William M., 2005).
B. KLAFIKASI

Sistem klasifikasi untuk endometriosis pertama kali dibuat oleh American Fertility Society
(AFS) pada tahun 1979 yang kemudian berubah nama menjadi ASRM pada tahun 1996. ASRM
merevisi klasifikasi endometriosis pada tahun 1996, yang dikenal dengan sistem skoring revisied
AFS (r-ASF). Sistem ini membagi edometriosis kedalam empat derajat keparahan, yaitu:

Stadium I (minimal) : 1-5


Stadium II (ringan) : 6-15
Stadium III (sedang) : 16-40
Stadium IV : >40

Sumber: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia dalam Panduan Nasional Pelayanan
Kedokteran (PNPK): Nyeri Endometriosis

Menurut ARM, endometriosis dapat diklasifikasikan ke dalam 4 derajat keparahan tergantung


pada lokasi, luas, kedalaman implantasi dari sel endometriosis, adanya perlangketan dan ukuran
dari endometrioma ovarium.

C. ETIOLOGI

Etiologinya tidak diketahui, tetapi ada beberapa mekanisme yang mungkin berperan penting
dalam pathogenesis. Mekanisme dari penyakit ini adalah menstruasi retrograde (sel-sel
endometrium bergerak mundur melalui tuba falopii memasuki rongga abdomen) atau penyebaran
melalui sistem limfatik atau perdarahan. Jaringan yang nyasar tersebut biasanya ditemukan
menempel pada ovarium, permukaan posterior uterus, ligamentum uterosakral, ligamentum
latum, atau pada usus. Namun, banyak teori telah diusulkan untuk menjelaskan presentasi klinis
penyakit.
1. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitasi transtuba pada
saat menstruasi.
2. Teori metaplasia, yaitu metaplasia sela multipotensial menjadi endometrium, namun teori
ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen.
3. Teori induksi, yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia indogen
menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak diperesiansi menjadi
jaringan endometrium (Mansjoer, 2001: 381).
4. Teori sistem kekebalan, kelainan sistem kekebalan menyebabkan
jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.
5. Teori genetik, keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan
yang tinggi terhadap endometriosis. Bahwa anak ataupun
penderita endometriosis beresiko besar mengalami endometriosis sendiri.
6. Teori Retrograde menstruation (menstruasi yang bergerak mundur) menurut teori
ini, endometriosis terjadi karena sel-sel endometrium yang dilepaskan pada
saat menstruasi mengalir kembali melalui tubake dalam rongga pelvis.

Adapun faktor risiko endometriosis meliputi:

a. obstruksi aliran menstruasi (misalnya, anomali mullerian),


b. paparan terhadap diethylstilbestrol di dalam uterus,
c. paparan berkepanjangan dengan estrogen endogen (misalnya, karena menarche dini,
terlambat menopause, atau obesitas),
d. siklus menstruasi pendek,
e. berat badan lahir rendah
f. paparan terhadap bahan kimia yang mengganggu endokrin.

Studi terhadap kembar dan keluarga menunjukkan adanya keterlibatan komponen genetik.
Konsumsi daging merah dan trans fats berhubungan dengan peningkatan risiko endometriosis
yang dikonfirmasi dengan laparoskopi, dan makan buah-buahan, sayuran hijau, dan asam lemak
n-3 rantai panjang dikaitkan dengan penurunan risiko. Laktasi lama dan kehamilan multipel
bersifat protektif. Endometriosis dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit autoimun,
endometrioid ovarium, clear-cell karsinoma, serta kanker lainnya, termasuk limfoma non-
Hodgkin dan melanoma.

D. PATOFISIOLOGI

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara
perempuan penderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit seperti ini,
karena adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.

Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem


hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan seksresi estrogen dan
progresteron menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan
pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis seperti ini akan tumbuh seiring
dengan peningkatan kadar estrogen dan progresteron dalam tubuh.

Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan microorganism
masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag dan
menyebabkan respon imun tubuh menurun, dan menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel
abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangan sel abnormal. Jaringan
endometrium tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial
tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi
tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium adalah bagian pertama dalam rongga pelvis yang
dikenal dalam endometriosis.

Sel endometrial seperti ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endometrial
seperti ini memiliki kesempatan buat mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian
tubuh lainnya.

Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstra uterin seperti ini dapat dipengaruhi oleh siklus
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan
progresteron meningkat, jaringan endometrial seperti ini juga mengalami perkembangbiakan.
Pada saat terjadi perubahan, kadar estrogen dan progresteron lebih rendah atau berkurang.
Jaringan endometrial seperti ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.

Perdarahan di daerah pelvic seperti ini disebabkan karena iritasi peritoneum dan menyebabkan
nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan
menyebabkan adhesi atau perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal seperti ini akan
menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan terkait, nyeri
saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.

Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba falopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus
mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba falopii menyebabkan gerakan spontan ujung-
ujung fimbriae buat membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang
menyebabkan terjadinya infertilisasi pada endometriosis.

Pada intinya, endometriosis berespon seperti endometrium normal, jadi ikut menebal,
melepaskan diri, dan sebagainya seperti selama siklus haid biasa, termasuk perdarahan. Pada
ovarium, beruba endometrium (kista yang dilapisi endometrium yang berfungsi). Bila berdarah
ke dalam, isi kista tampak berwarna coklat disebut kista coklat. Bila perdarahan ke luar akan
timbul perlengketan-perlengketan dalam rongga peritoneum.

Penyebab kondisi ini belum jelas, namun ada 2 teori yaitu menstruasi retrograd dan metaplasia.
Teori menstruasi retrograd mengatakan bahwa selama menstruasi ada endometrium yang
memasuki tuba uterine dan akhirnya masuk ke rongga pelvis. Teori metaplasia mengatakan
bahwa terdapat sisa epitel ambrional yang belum berdiferensiasi sampai menarke. Jaringan inilah
yang berespon terhadap estrogen dan progresteron sebagaimana endometrium.

E. WOC
Gangguan menstruasi
Factor eksternal
Faktor Genetik seperti,(hipermenora
& menoragia ) TOKSIK

System hormonal Mikroorganisme


terganggu
Masuk ke dalam tubuh

Gangguan sekresi estrogen


& progesteron Menghasilkan
makrofag

Gangguan
pertumbuhan sel Respon imun
endometrium
menurun

Terbentuknya fragmen Pertumbuhan sel


abnormal meningkat

Dari infundibulum aliran


Perkembangbiakan sel
tuba falopi regional terangsang
tubuh

Ovarium Masuk peredaran darah


& Lumpa

Jaringan endometirum tumbuh di luar


uterus (endometrial extrauterine) ENDOMETRIOSIS
Endometriosis Jika terjadi Jika gagal
pembuahan dalam
pembuahan

Kehamilan ektopik
Pendarahan di pelvic

Penggumpalan
darah di pelvic
Perdarahan banyak
Dysmenora
Saat menstruasi

Adanya adhesi /
Jumlah hb perlekatan di rongga
menurun panggul
MK: NYERI
AKUT

MK: SYOK Di dinding dan Di sekitar uterus


HIPOVOLEMIA permukaan pelvic dan tuba fallopii

Uterus retoversi, gerakan


Nyeri abdomen, saat spontan ujung-ujung
BAB& BAK,dan saat fimbrae untuk membawa
berhubungan seks ovum ke uterus
terhambat

MK: DISFUNGSI infertilitas


SEKSUAL

MK: GANGGUAN HARGA DIRI


RENDAH
F. MANIFESTASI KLINIS

Tanda umum adanya endometriosis adalah nyeri pelvis yang parah. Dapat muncul sesekali atau
konstan, dan biasa berkaitan dengan siklus menstruasi si penderita. (Andi Priyatna, 2009)
Gejala paling umum yang menjadi ciri khas kasus endometriosis adalah : (VitaHealth, 2007)

a. Nyeri yang sangat hebat di bagian perut dan sekitar panggul yang terjadi sebelum atau
awal dari siklus haid (75% kasus), sehingga membuat pasien tidak berdaya (pingsan),
tetapi tidak sampai mengancam nyawa. Lokasi nyeri di daerah panggul sering
berhubungan dengan lokasi dari lesi endometriosis. Bila endometriosis telah menyerang
indung telur, rasa nyeri tersebut mungkin berlanjut hingga akhir siklus haid, dan semakin
parah sakitnya berhubungan dengan perkembangan penyakitnya.
b. Nyeri sendi kalau ditekan (fibromyalgia), yang disertai dengan kelelahan sehingga
membuat tidak nyaman.
c. Sakit sewaktu melakukan hubungan intim atau biasa disebut disperunia (32% kasus).
Sangat umum terjadi pada penderita dengan sebaran endometriosis berlokasi pada jaringan
di belakang rahim dan dinding panggul, serta permukaan dasar panggul dan ligamen pada
daerah tersebut (ligamen uterosakral). Semakin dalam penetrasi pada saat hubungan
seksual, rasa sakit pun akan semakin berat.
d. Perdarahan dari anus sewaktu buang air besar, yang mungkin terasa sangat sakit,
disebabkan tumbuhnya implan endometrium pada usus besar (colon), atau pada saluran
kencing bila kasus endometriosisnya sudah parah.
e. Gangguan pra-haid dan perdarahan pada rahim. Gangguan siklus haid berupa bercak-
bercak menjelang haid dan perdarahan rahim yang tidak seharusnya terjadi. Kurangnya
frekuensi ovulasi, tidak teratur, atau jumlahnya tidak cukup adalah gejala umum yang juga
mungkin dialami penderita endometriosis. Namun, gangguan-gangguan tersebut kurang
spesifik, karena pada penderita yang parah pun sering kali fungsi sel telurnya masih
normal.
f. Terjadi rasa sakit pada waktu buang air kecil, yang kadang-kadang disertai darah di dalam
urin. Hal ini terjadi karena implan tersebut menekan organ tubuh yang membawa kotoran
ke luar (kandung kemih, usus, dan anus)
g. Masalah infertilitas (kemandulan) akibat penyempitan dan tersumbatnya saluran indung
telur, sehingga menghalangi sel telur sampai di rahim. Dalam hal ini terindikasi bahwa
prevalensi endometriosis 3x lebih tinggi pada wanita yang tidak subur dibandingkan
dengan wanita yang subur pada umumnya. Namun, berbagai pendapat menyatakan ada
begitu banyak faktor penyebab infertilitas, dan bahkan banyak pasien endometriosis yang
kemudian masih tetap bisa mengalami kehamilan.
h. Sebagai tambahan, wanita penderita endometriosis bisa mengalami gejala yang
menyerupai gangguan saluran pencernaan (gastrointestinal) dan kelelahan kronis (chronic
fatigue syndrome) yang dialami lebih dari 20% penderita endometriosis di Amerika
Serikat.
i. Gangguan fase luteal (luteinized unruptured fillice syndrome), pasien mampu berovulasi,
tetapi bisa keluar dari ovarium. Hal ini pada beberapa kasus menjadi penyebab terjadinya
kemandulan.
Gejala-gejela biasanya berupa nyeri pelvis, infertilitas, dan perdarahan abnormal : (Ralph
Benson, 2008)

a. Nyeri Pelvis

Nyeri panggul merupakan tanda utama endometriosis, dengan ciri khas nyeri bersifat kronis dan
berulang, timbul sebagai dismenore didapat atau sekunder. Nyeri biasanya terjadi 24-48 jam
sebelum menstruasi dan mereda beberapa saat setelah timbul menstruasi. Namun rasa tidak
nyaman dapat terjadi selama seluruh interval menstruasi. Nyeri ditandai dengan nyeri konstan,,
biasanya pada pelvis atau punggung bawah (sakrum). Namun nyeri mungkin unilateral atau
bilateral dan dapat menyebar ke tungkai bawah atau selangkang. Jika dibandingkan dengan
dismenore primer, nyeri pelvis lebih konstan dan jarang timbul di bagian garis tengah tubuh.
Gejala-gejala pelvis lainnya adalah kejang yang berat, rasa berat pada panggul dan tekanan pada
pelvis.
Dapat terjadi gejala-gejala saluran cerna, tanpa diketahui apakah disertai keterlibatan usus besar
atau tidak, misalnya nyeri perut siklik, konstipasi intermiten, diare, nyeri saat defekasi, dan
adanya darah dalam feses. Gejala-gejala saluran kemih meliputi gangguan frekuensi miksi,
disuri, hematuri perimenstruasi atau hidronefrosis. Penetrasi dalam saat hubungan seks dapat
menimbulkan nyeri hebat (dispareunia) yang dapat berlangsung selama 1-2 jam. Gejala-gejala
yang tidak lazim pada saat menstruasi pernah dilaporkan : kejang (implantasi di sistem saraf
pusat) dan hemotoraks atau hematemesis (implantasi di paru)

b. Infertilitas

Endometriosis didiagnosis hampir 2x lebih sering pada wanita infertil dibanding wanita ferrtil.
Karena itu endometriosis harus dicurigai pada setiap kasus infertilitas.

c. Perdarahan Abnormal

Perdarahan abnormal, tidak berhubungan dengan anovulasi, terjadi pada 15-20% wanita dengan
endometriosis. Gambaran yang khas adalah perdarahan berupa bercak pramenstruasi atau
menoragi atau keduanya.

Trias gejala klinis endometriosis : (Ida Bagus, 2001)

a. Dismenore
b. Dispareunia
c. Infertilitas
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Diagnosa klinis

Anamnesa
Keluhan utama dari endometriosis adalah nyeri. Nyeri pelvik kronis yang disertai dengan
infertilitas juga merupakan masalah klinis utama pada endometriosis. Emdometrium pada organ
tertentu dapat menimbulkan efek yang sesuai dengan fungsi organ tersebut, sehingga lokasi
penyakit dapat diduga.
Riwayat pada keluarga sangat penting untuk diketahui karena penyakit endometriosis bersifat
diwariskan. Keturunan pertama memiliki resiko tujuh kali lebih besar untuk mengalami hal
serupa. Endometriosis juga lebih mungkin berkembang pada saudara perempuan monozigot
daripada dizigot. Rambut dan nevus displastik telah diperlihatkan berhubungan dengan
endometriosis.

2. Pemeriksaan fisik umum

Jarang dilakukan kecuali penderita menunjukkan adanya gejala fokal siklik pada daerah organ
non ginekologi. Pemeriksaan dilakukan guna mencari penyebab nyeri yang letaknya kurang
tegas dan dalam. Endometrioma pada parut pembedahan bisa berupa pembengkakan yang nyeri
dan lunak fokal dapat menyerupai lesi lain seperti granuloma, abses dan hematom.

3. Pemeriksaan fisik ginekologik

Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak didapatkan kelainan. Lesi pada
endometriosis terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan inspekulo, sementara pada pemeriksaan
manual lesi ini teraba pada 43,1% penderita. Ada kaitan antara stenosis pelvik dan endometriosis
pada penderita nyeri pelvik kronik. Paling umum, tanda positif ditemukan pada pemeriksaan
bimanual dan rektovaginal.
Hasil pemeriksaan fisik yang nnormal tidak menyingkirkan diagnosis endometriosis,
pemeriksaan pelvik sebagai pendekatan non bedah untuk diagnosis endometriosis dapat dipakai
pada endometrioma ovarium.gejala, tanda fisis dan pemeriksaan bimanual dapat digunakan.

Kemungkinan endometriosis
Kelompok Gabungan gejala
(%)
-nyeri haid
1 -tumor >2x2 atau nodul 89,09
-Infertilitas
-nyeri haid
2 65,45
-tumor >2x2 atau nodul
-nyeri haid
3 60,00
-infertilitas
-tumor >2x2 atau nodul
4 52,73
-infertilitas
4. Dignosa pencitraan

Pencitraan berguna untuk memeriksa penderita endometriosis terutama jika dijumpai massa
pelvis atau adxena seperti endometrioma. Ultrasonografi pelvis secara transabdominal (USG-
TA), transvaginal (USG –TV) atau secara transrektal (TR), CT Scan dan pencitraan resonansi
magnetik telah digunakan secara nir-infasif untuk mengenali implan endometriosis yang besar
dan endometrioma. Tetapi hal ini tak dapat menilai luasnya endometriosis. Bagaimanapun, cara-
cara tersebut masih penting untuk menetapkan sisi lesi atau menilai dimensinya yang mungkin
bermanfaat untuk menentukan pilihan teknik pembedahan yang akan dilakukan.

5. Diagnosa laparoskopi

Dengan pemeriksaan visualisasi langsung ke rongga abdomen, yang pada banyak kasus sering
dijumpai jaringan endometriosis tanpa adanya gejala klinis.
Penampakan klasik dapat berupa jelaga biru-hitam dengan keragaman derajat pigmentasi dan
fibrosis di sekelilingnya. Warna hitam disebabkan oleh timbunan hemosiderin dari serpih haid
yang terperangkap, kebanykan invasi ke peritoneum berupa lesi-lesi atpikal tak berpigmen
berwarna merah atau putih.
Diagnosa endometriosis secara visual pada laparoskopi tak selalu sesuai dengan pemastian
histopatologi meski penderitanya mengalami nyeri pelvik kronik. Endometriosis yang didapat
dari laparoskopi sebesar 36%, ternyata secara histopatologi hanya terbukti 18% dari pemeriksaan
histopatologi.
Warna lesi Aktivitas biologis Makna klinis
Sangat tervaskularisasi dan
proliferatif; aktivitas produksi
Merah Stadium dini endometriosis
prostaglandin F 2 alpha sama
dengan lesi hitam.
Sedikit sekali tervaskularisasi, Lesi yang sembuh atau laten
Putih metabolik tidak aktif, jaringan kurangnyeri dibandingkan lesi
fibrosa. hitam atau merah.
Aktivitas produksi Stadium lanjut endometriosis
Hitam prostaglandin F 2 alpha sama (76-93% terpastikan secara
dengan lesi merah. histopatologis)

Dua hal yang harus diperhatikan pada saat dilakukan laparoskopi adalah:

a. Pemeriksaan USG terhadap ovarium pralaparoskopi, misal hanya bagian permukaan


ovarium yang terlihat dengan laparoskokpi, sehingga keberadaan endometrioma ovarium
sering luput.
b. Seluruh permukaan ovarium harus terlihat dengan ara memutar ovarium, agar fossa
ovarika dan bagian yang tersembunyi dapat terlihat.

6. Biopsi

Pada pemeriksaan histopatologis dapat dijumpai endometriosis yang menyebuk dalam makrofag
yang termuati hemosiderin dapat dikenal pada 77% bahan biopsi endometriosis. Seara
histopatologis, endometriosis ada beberapa bentuk (distrofik, glanduler, stroma, ataupun
diferensiasi progresif. Diagnosa pasti endometriosis dapat dibuat hanya dengan laparoskopi dan
pemeriksaan histopatologis, yang menampilkan nkelenjar-kelenjar endometrium dan stroma.

7. Stadium endometriosis

Penentuan stadium endometriosis sangat penting dilakukan terutama untuk menerapkan cara
pengobatan yang tepat dan untuk evaluasi hasil pengobatan. Namun stadium ini tidak memiliki
kolerasi dengan derajat nyeri, keluhan pasien, maupun prediksi respon terapi terhadap nyeri atau
infertilitas. Hal ini dapat dipahami karena endometriosis dapat dijumpai pada pasien yang
asimptomatik.

Klasifikasi endometriosis yang digunakan saat ini adalah menurut American Society For
Reproductive Medicine yang telah di revisi pada tahun 1996 yang berbasi pada tipe, lokasi,
tampilan, kedalaman invasi lesi, penyebaran penyakit dan perlengketan.

Penentuan stadium atau keterlibatan endometriosis didasarkan pada system nilai bobot (weighted
point system). Sebaran nilai-nilai tersebut telah ditetapkan secara sembarang. Untuk menjamin
penilaian yang sempurna, inspeksi pelvis hendaknya dilakukan searah jarum jam atau
berlawanan. Catat jumlah, ukuran, dan letak susunan endometriosis, bengkak (plak),
endometrioma, dan atau perlekatan. Pada stadium 1 (minimal), bobot : 1 – 5 ; stadium 2 (ringan),
bobot : 6-15 ; stadium 3 (Sedang), bobot 16-40 ; stadium 4 (berat), bobot > 40.

8. CA125

CA 125 merupakan suatu glycoprotein dengan berat molekul tinggi yaitu 200.000 Dalton yang
biasa digunakan untuk marker tumor pilihan pada tumor epithel ovarium. Antigen CA 125
dihasilkan oleh epitel yang berasal dari epitel coelom (sel mesothelial pleura, pericardium dan
peritoneum) dan epitel saluran muller (tuba, endometrium, dan endoserviks). Permukaan epitel
ovarium fetus dan dewasa tidak menghasilkan CA 125 kecuali kista inklusi, permukaan epitel
ovarium yang mengalami metaplasia dan yang mengalami pertumbuhan papiler.

Pada kelainan ginekologi yang jinak, peningkatan kadar CA 125 ditemukan pada endometriosis,
penyakit radang panggul, myoma uteri, abses tubo ovarial dan TB multiviseral. Pada awal
kehamilan juga dapat dijumpai peningkatan CA 125.

Hubungan antara endometriosis dengan peningkatan kadar CA 125 sudah dikemukakan sejak
tahun 1980-an, dimana peningkatan ini terjadi karena konsentrasi yang lebih tinggi dari ektopik
endometrium. CA 125 dihasilkan juga oleh ektopik endometrium dibanding eutopik
endometrium. CA 125 dihasilkan juga oleh ektopik endometrium. Selama siklus haid normal,
ektopik endometrium adalah sumber utama dari produksi dan sekresi CA 125 ke dalam rongga
kelenjar dan pembuluh darah sehingga pada beberapa wanita dapat dijumpai peningkatan CA
125 selama menstruasi berlangsung, baik yang mengalami endometriosis maupun yang tidak.
Hal ini mungkin disebabkan oleh refluks endometrium menstrual ke rongga peritoneum.
CA 125 meningkat pada endometriosis lanjut, sehingga lebih baik sebagai penapisan bagi
diagnosis endometriosis sedang hingga berat (stadium 3 san 4). Kegunaannya terbatas untuk
menasah endometriosis minimal ringan, karena kepekaan teranya rendah.

H. PENATALAKSANAAN

Penanganan endometriosis bersifat simtomatis yaitu tergantung pada keluhan dan gejala
klinisnya. Tujuan penanganan endometriosis adalah mengontrol nyeri, mengontrol
perkembangan penyakit endometriosis dan mempertahankan fertilitasnya. Terdapat tiga bentuk
cara penanganan endometriosis, yaitu secara bedah, medikamentosa dan kombinasi bedah
dengan medikamentosa. Nyeri biasanya ditangani dengan terapi hormon dan terapi bedah,
sedangkan infertilitas ditangani dengan terapi bedah dan terapi spesifik untuk infertilitas,
misalnya inseminasi atau fertilisasi in vitro.

1. Terapi Bedah

Terapi bedah pada endometriosis bisa dilakukan dengan cara laparotomi dan laparoskopi, namun
menurut Sinaii sebagian besar (69,1%) dilakukan dengan laparoskopi. Hampir sebagian besar
dimulai dengan tindakan laparoskopi diagnostik, walaupun sebenarnya pengenalan dan
konfirmasi terhadap lesi endometriosis tidaklah mudah. Terdapat tiga tampilan lesi
endometriosis, yaitu lesi peritoneum, lesi vagina dan lesi supra vagina. Lesi peritonium bisa
dalam bentuk lesi tipikal, misalnya : Pukerer black, powder burm dan lain-lain, bisa juga dalm
bentuk red flame- lik, white opacification, glandular excrescences. Saat laparoskopi diagnostik
ditentukan gradasi endometriosis dengan menggunakan sistem klasifikasi menurut ASRM.
Berdasarkan panduan ESHRE disebutkan bahwa inspeksi visual dengan laparoskopi merupakan
standar emas untuk diagnosis definitif endometriosis.

Saat terapi bedah dilakukan dua hal, yaitu mempertahankan kesuburan dengan memperbaiki
distorsi anatomi adneksa dengan cara melakukan pembebasan perlekatan, mengambil jaringan/
implan endometriosis yang dilakukan dengan cara ablasi atau eksisi. Beberapa hal penting yang
harus diperhatikan saat melakukan tindakan bedah adalah: usia penderita, gradasi penyakit
endometriosis, berat ringannya keluhan dan kebutuhan untuk fertilitasnya.

2. Terapi obat
Obat Efek samping
Pil KB Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan,
kombinasi pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2 siklus
estrogen- menstruasi, trombosis vena.
progestin
Progestin Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana hati,
depresi, vaginitis atrofika.
Danazole Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot
flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot,
perdarahan diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan suasana
hati, kelainan fungsi hati, sindroma terowongan karpal.
Agonis GnRH Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan suasana
hati

3. Radiasi

Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara ini tidak dilakukan
lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.

4. Radioterapi

Dilakukan pada penderita yang diagnosanya sudah jelas dan keadaan umumnya kurang baik.
1. pengkajian

a. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu
dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah
perkotaan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1. Dysmenore primer ataupun sekunder
2. Nyeri saat latihan fisik
3. Dispareun
4. Nyeri ovulasi
5. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian
abdomen bawah selama siklus menstruasi.
6. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
7. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
8. Hipermenorea
9. Menoragia
10. Feces berdarah
11. Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
12. Konstipasi, diare, kolik

c. Riwayat kesehatan keluarga


Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita
endometriosis.
d. Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi
yangberwarnagelapyang keluarsebelummenstruasiatau di akhirmenstruasi.

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis


(peluruhan endometrium saat menstruasi.)
2. Disfungsi seksual nerhubungan dengan gangguan fungsi tubuh
3. Resiko syok hipovolemia
4. Resiko Harga diri rendah situasional dengan gangguan fungsi tubuh
NO DIAGNOSA NOC ( tujuan ) NIC (intervensi )
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri.
berhubungan keperawatan … x 24 jam di
dengan agens harapkan kontrol nyeri dapat 1.1 lakukan pengkajian nyeri
cedera biologis teratasi dengan indicator: komperhensif yang
meliputi lokasi,
1. Mengenali kapan nyeri karakteristik, durasi,
terjadi dari skala 4 frekuensi, kualitas,
menjadi skala 1 intensitas, atau beratnya
2. Melaporkan nyeri yang
nyeri Dan faktor
terkontrol dari skala 4
pencetus.
menjadi skala 1
3. Mengenali apa yang 1.2 Gali pengetahuan Dan
terkait dengan gejala kepercayaan pasien
nyeri dari skala 4 mengenai nyeri.
menjadi skala 1 1.3 Tentukan kebutuhan
4. Melaporkan gejala yang frekurnsi untuk
tidak terkontrol pada melakukan pengkajian
profesional kesehatan ketidak nyamanan pasien
dari skala 4 menjadi Dan
skala 1 mengimplementasikan
rencana monitor.
Ket : 1.4 Ajarkan prinsip prinsip
manajemen nyeri
1. Tidak pernah
menunjukkan 1.5 Kolaborasi dengan pasien,
2. Jarang menunjukkan orang terdekat Dan Tim
3. Kadang – kadang kesehatan lainya untuk
meunjukkan memilih Dan
4. Sering menunjukkan mengimplementasikan
5. Secara konsisten tindakan penurunan nyeri
menunjukkan non farmakologi sesuai
kebutuhan.

2 Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan …× 2.1 Bangun hubungan


berhubungan 24 jam diharapkan identitas traupetik
dengan gangguan seksual dapat normal kembali. berdasarkan pada
fungsi tubuh Dari secara konsisten kepercayaan dan
menunjukan (5) di turunkan rasa hormat.
menjadi tidak pernah 2.2 Tetapkan lamanya
menunjukan (2) hubungan konseling.
Dengan sekala indikator: 2.3 Berikan privasi dan
jaminan kerahasiaan
1. Mengunakan pencegahan 2.4 Monitor timbulnya
untuk meminimalkan resiko setres,kecenasan,depres
berhubungan dengan aktifitas i sebagai kemungkinan
seksual penyebab dan disfungsi
Membuat batas seksual seksual
perorangan 2.5 .Bantu pasien untuk
2. Mengambarkan resiko yg mengekspresikan
terjadi pada aktifitas seksual kesedihan dan
kemarahan mengenai
Ket: perubahan dalam
fungsi bagian tubuh.
1. Tidak pernah menunjukan 2.6 Libatkan pasangan
2. Jarang menunjukan pasien pada saat
3. Kadang kadang menunjukan konseling sesering
4. Sering menunjukan mungkin,sesuai
5. Secara konsisten kebutuhan.
menunjukan

3. Resiko
3 syok Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemi:
berhubungan keperawatan …x24 jam, klien
hipovolemia dapat menunjukkan skala 3.1 Monitor status
dengan indicator hipovolemik: hemodinamik,meliputi
nadi ,tekanan darah,
1. Penurunan tekanan darah MAP,CVP,PAP,PCWP,
sistolik dan diastolic CO.
2. Pucat 3.2 Monitor adanya sumber-
3. Lesu sumber kehilangan
4. Penurunan tingkat cairan ( mislnya:
kesadaran perdarahan, muntah,
5. Menurunnya urin output diare, keringat yang
berlebihan)
Keterangan: 3.3 Tawarkan pilihan minum
1. Berat setiap 1-2 jam saat
2. Cukup berat terjaga jika tidak ada
3. Sedang kontraindikasi.
4. Ringan 3.4 Memberikan produk
5. Tidak ada. darah yang diressepkan
untuk meningkatkan
tekanan plasma onkotik,
dan mengganti volume
darah dengan tepat.
3.5 mengInstruksikan pada
pasien/ keluarga untuk
mencatat intake dan
output dengan tepat
3.6 mengimplementasikan
posisi trendelenburg
yang dimodifikasi( mis:
kaki ditinggikan di atas
posisi jantung dengan
tubuh terlentang) saat
hipotensi untuk
mengoptimalkan perfusi
otak dalam
meningkatkan kebutuhan
oksigen jantung
4. Resiko Harga diri Setelah dilakukan tindakan Pningkatan harga diri:
rendah dengan keperawatan…..x24 jam
gangguan fungsi diharapkan penilaian harga diri 4.1 monitor pernyataan
tubuh teratasi dengan indicator dari 1 pasien mengenai harga
menjadi 5: diri
1. Penerimaan terhadap 4.2 bantu pasien untuk
keterbatasan diri menemukan
2. Komunikasi terbuka penerimaan diri
3. Pemenuhan peran yang 4.3 bantu pasien untuk
signifikan secara pribadi m,engidentifikasi
4. Mempertahankan respon positif dari
penampilan dan orang lain
kebersihan diri 4.4 bantu untuk mengatur
Ket: tujuan yang realistic
1. Tidak pernah positif dalam rangka mencapai
2. Jarang positif harga diri yang lebih
3. Kadang-kadang tinggi
positif 4.5 dukung pasien untuk
4. Sering positif mengevaluasi
5. Konsisten positif perilakunya sendiri
memfasilitasi
lingkungan dan
aktivitas-aktivitas yang
akan meningkatkan
harga diri rendah
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di
ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon,
ureter dan pelvis.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)
2. Teori sistem kekebalan
3. Teori genetik
Tanda dan gejala : Nyeri , Perdarahan abnormal, Keluhan buang air besar dan buang air kecil
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal,
pembedahan dan radiasi

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini yang berisikan tentang pengertian, klasifikasi, penyebab,
patofisiologi, gambaran klinik, pemeriksaan penunjang, dan penanganan.
Penulis sadar bahwa pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, jadi penulis pemakalah
sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca guna untuk pembuatan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S. & Hardibroto, I. 2007. Endometriosis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Baughman, Diane C. dan JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku dari
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Bedaiwy Mohamed A, Liu James. 2010. Pathophysiology, diagnosis, and surgical management
of endometriosis: A chronic disease. SRM e-journal Vol. 8, No. 3 , 18 september 2014
Benson, Ralph C. dan Martin L. Pernoll. 2009. Buku Saku Obstetri & Giekologi Edisi 9. Jakarta:
EGC.
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah 2nd vol 8th ed. Jakarta: EGC
Doenges & Marilynn, E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC
Dr. Salma. 14 Oktober 2010. http://majalahkesehatan.com/5-jenis-gangguan-menstruasi-haid/
diakses pada Sabtu, 13 September 2014 pukul 16.17 WIB
Giudice Linda C. 2010. Endometriosis. N Engl J Med 2010;362:2389-98.
Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia. Panduan Nasional Pelayanan
Kedokteran (PNPK): Nyeri Endometriosis oleh Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

  • Napza
    Napza
    Dokumen12 halaman
    Napza
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Glomerunefritis
    Asuhan Keperawatan Glomerunefritis
    Dokumen19 halaman
    Asuhan Keperawatan Glomerunefritis
    rusman sanchez
    Belum ada peringkat
  • MODEL TEORI PROMKE
    MODEL TEORI PROMKE
    Dokumen8 halaman
    MODEL TEORI PROMKE
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat
  • Makalah Asuhan Keperawatan Endometriosis Pada Ibu Hamil
    Makalah Asuhan Keperawatan Endometriosis Pada Ibu Hamil
    Dokumen25 halaman
    Makalah Asuhan Keperawatan Endometriosis Pada Ibu Hamil
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat
  • ANATOMI GINJAL
    ANATOMI GINJAL
    Dokumen28 halaman
    ANATOMI GINJAL
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat
  • HUBUNGAN KELUARGA DAN KESEHATAN
    HUBUNGAN KELUARGA DAN KESEHATAN
    Dokumen18 halaman
    HUBUNGAN KELUARGA DAN KESEHATAN
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Glomerunefritis
    Asuhan Keperawatan Glomerunefritis
    Dokumen18 halaman
    Asuhan Keperawatan Glomerunefritis
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat
  • Askep Leukemia
    Askep Leukemia
    Dokumen10 halaman
    Askep Leukemia
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat
  • Alergi
    Alergi
    Dokumen10 halaman
    Alergi
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat
  • Tugas Promkes Si Mas Pahong
    Tugas Promkes Si Mas Pahong
    Dokumen9 halaman
    Tugas Promkes Si Mas Pahong
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat
  • JUDUL
    JUDUL
    Dokumen31 halaman
    JUDUL
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat
  • Tugas Bu Enok Paliatif
    Tugas Bu Enok Paliatif
    Dokumen19 halaman
    Tugas Bu Enok Paliatif
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat
  • ALERGI
    ALERGI
    Dokumen10 halaman
    ALERGI
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat
  • Makalah Alergi
    Makalah Alergi
    Dokumen13 halaman
    Makalah Alergi
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat
  • Maternitas
    Maternitas
    Dokumen9 halaman
    Maternitas
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pak Bakhtiar Teori Keperawatan NOLA J
    Tugas Pak Bakhtiar Teori Keperawatan NOLA J
    Dokumen6 halaman
    Tugas Pak Bakhtiar Teori Keperawatan NOLA J
    Rezhapithalokhachynkrickhy Ajjaforever Enambelazkosonkqenam
    Belum ada peringkat