Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai kelompok masyarakat di Indonesia memiliki kebudayaan
yang berbeda-beda dalam menghadapi sesuatu hal, salah satunya mengenai
kehamilan. Masa kehamilan dianggap masa krisis yang berbahaya, baik
bagi janin maupun bagi ibunya karna itu sejak kehamilan sampai kelahiran
para kerabat dan handai-tolan menganjurkan atau melarang wanita hamil
melakukan sesuatu yang mereka percayai dengan tujuan mencari
keselamatan bagi diri wanita itu serta bayinya,saat berada di dalam
kandungan hingga saat lahir.
Suku bugis adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering
menitikberatkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari pertistiwa
kehamilan, sehingga di dalam adat-istiadat mereka terdapat berbagai
pantangan dan anjuran bagi ibu hamil yang mereka yakini dan telah
dilakukan secara turun temurun. Hal itu bertujuan mengupayakan
keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat
kelahirannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pantangan dan anjuran yang dilakukan suku bugis dalam
proses kehamilan ?
2. Bagaimana pandangan adat istiadat pada suku bugis dalam kesehatan
pada ibu hamil ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pantangan dan anjuran yang dilakukan suku bugis pada
ibu hamil
2. Menganalisa kebudayaan yang sering dilakukan suku bugis pada
kesehatan ibu hamil
D. Manfaat
Memahami kebudayaan yang sering dilakukan pada ibu hamil dalam
suku bugis dan mengetahui dampak pada ibu hamil.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Suku Bugis
Suku Bugis merupakan kelompok etnik dengan wilayah asal
Sulawesi Selatan. Penciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan
adat istiadat.
B. Kebudayaan
Kebudayaan didefiniskan sebagai keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosisal yang digunakannya untuk memahami
dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamannya, serta
menjadi landasan bagi tingkah lakunya.
C. Suku Bugis Dalam Konsep Sehat Sakit
Persepsi masyarakat Bugis tentang sakit tercermin dalam berbagai
istilah yang digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, antara lain
seperti malasa, madoko, maddokkong. Istilah tersebut mengacu pada
konsep sakit yang berarti kondisi atau keadaaan fisik maupun rohani
seseorang yang sedang mengalami ketidakseimbangan menurut

2
pengetahuan budaya orang Bugis terjadinya ketida seimbangan
tersebut di sebabkan oleh dua faktor terutama yaitu faktor intern
disamping faktor extern.
Faktor intern yang menyebabkan tumbuhnya ketidakseimbangan
dalam diri manusia ialah karena adanya kondisi organ-organ tubuh
manusia itu sendiri yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, di
samping adanya pengaruh faktor keturunan. Sebaliknya faktor ekstern
terdiri atas beberapa unsur berupa wabah penyakit, perubahan keadaan
suhu udara, gangguan mahluk halus, keracunan, praktek magic,
kutukan dewata dan sebagai unsur lingkungan termasuk buatan
manusia.
Sesuai dengan wujud dan faktor penyebabnya, maka masyarakat
Bugis mengenal aneka ragam jenis penyakit. Kendati pun demikian,
setiap jenis penyakit dapat dimasukkan dalam salah satu di antaranya
dua kategori, yaitu penyakit dalam dan penyakit luar. Kedua jenis
penyakit tersebut biasa pula disebut lasa massobbu (penyakit
tersembunyi) dan lasa talle (penyakit nyata) Selain dari istilah-istilah
tersebut, anggota masyarakat di daerah penelitian mengenal pula
pengelompokan jenis penyakit menjadi dua kategori masing-masing:
lasa ati (penyakit hati, jiwa dan rohani) dan lasa tubuh (penyakit
jasmani).
Persepsi masyarakat tentang adanya kategori lasa ati, di samping
lasa watakkale itu bersumber dari pemahaman atau pengetahuan
mereka tentang diri makhluk manusia yang terdiri atas dua unsur, yaitu
jasmani dan rohani, raga dan jiwa, lahiriah dan batiniah. Perpaduan
antara dua unsur itulah yang menjelma menjadi sosok tubuh manusia
sebagai satu kesatuan organisme, bersama dengan sejenak potensi yang
di bawah sejak lahir ke dunia. Menurut budaya orang Bugis, maka
tubuh manusia yang berbentuk ragawi merupakan hasil perpaduan dari
empat zat alami yaitu: tanah, air, angin, api sedangkan aspek rohaniah
dikenal sebagai sumange (sukma).

3
Dalam hal ini tubuh manusia dipandang tidak lebih hanya sebagai
tempat berdiam bagi sukma, untuk suatu jangka waktu tertentu.
Manakala sukma tersebut berpisah dari raganya maka sosok tubuh
manusia itupun mengalami peristiwa yang disebut mati. Peristiwa
kematian itu sendiri menyebabkan segenap unsur tubuh manusia
kembali ke asalnya yaitu ke alam fanah, sedangkan sukma akan tetap
hidup dan melanjutkan proses kehidupannya di alam gaib yang bersifat
abadi. Konsep pengetahuan budaya masyarakat Bugis tersebut
terkandung dalam suatu pelajaran yang membahas tentang dialog
antara bayi yang berada dalam kandungan ibunya dan tuhan sebagai
maha pencipta.
D. Kebudayaan suku bugis yang bugis pada ibu hamil
Hal-hal yang dianjurkan dalam suku bugis diantaranya :
1. Meminum minyak kelapa memudahkan persalinan.
Pada suku bugis beranggapan bahwa minyak kelapa dapat
melancarkan persalinan, karna bentuk pada minyak kelapa yang
licin, sehingga dapat memudahkan persalinan.
2. Minum madu dan telur dapat menambah tenaga saat persalinan
3. Perut nyeri dianjurkan untuk diurut pada dukun beranak

Hal-hal yang dilarang dalam suku bugis di antaranya :

1. Dilarang makan jantung pisang karna dikhawatrkan akan


menyebabkan bayi lahir kecil atau berat badan lahir rendah
2. Dilarang memakan udang karena dapat menyebabkan bayi maju
mundur menjelang persalinan, mengonsumsi udang akan
menyulitkan pada proses persalinan.
3. Dilarang makan pepaya karena dipercaya bahwa ibu hamil akan
merasakan sakit perut yang lama pada saat menjelang persalinan.
4. Dilarang makan kelor karena mengandung getah yang pedis yang
akan menyebabkan rasa sakit dalam proses kelahiran dikenal dengan
sebutan “gatta kelorang”.
5. Dilarang makan pada piring besar karna ditakutkan bayi akan
memiliki ari-ari yang besar.
E. Pandangan dalam kesehatan
1. Meminum minyak kelapa memudahkan persalinan

4
Minyak kelapa memang konotasinya membuat lancar dan
licin. Namun dalam dunia medis, minyak kelapa tidak dapat
digunakan sama sekali dalam melancarkan persalinan.
Namun minyak kelapa memiliki banyak manfaat untuk
kesehatan. Virgin Coconut Oil atau minyak kelapa murni
mengandung asam lemak rantai sedang yang mudah dicerna dan
dioksidasi oleh tubuh sehingga mencegah penimbunan di dalam
tubuh. Di samping itu ternyata kandungan antioksidan di dalam
VCO pun sangat tinggi seperti tokoferol dan betakaroten.
Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan
menjaga vitalitas tubuh (Setiaji dan Prayugo, 2006).
Komponen utama VCO adalah asam lemak jenuh sekitar
90% dan asam lemak tak jenuh sekitar 10%. Asam lemak jenuh
VCO didominasi oleh asam laurat. VCO mengandung ± 53%
asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat. Keduanya merupakan
asam lemak rantai sedang yang biasa disebut Medium Chain Fatty
Acid (MCFA). Sedangkan menurut Price (2004) VCO
mengandung 92% lemak jenuh, 6% lemak mono tidak jenuh dan
2% lemak poli tidak jenuh ((Wardani, 2007).
Manfaat dari minyak kelapa di antaranya yaitu
a. Mengurangi lemak jahat
Minyak kelapa berfungsi mengurangi kolestrol total,
lemak jahat (LDL), dan trigliserida serta meningkatkan lemak
baik {HDL).
b. Minyak kelapa untuk kecantikan
1) Mengobati jerawat
Kandungan asam laurat dalam minyak kelapa menurangi
peradangan dan melawan bakteri. Asam laurat dalam
minyak kelapa dapat menjadi alternatif untuk antibiotik
bagi kulit berjerawat.
2) Pelembab
Kandungan pada minyak kelapa berfungsi untuk
menghilangkan pecah-pecah, seperti pada bibir dan kulit.
3) Mencegah stretch marks

5
Minyak kelapa mencegah stretch mart timbul pasca
hamil.
c. Mencegah iritasi
Gatal-gatal pada bagian tertentu sering dikeluhan oleh ibu
hamil. Mengoleskan minyak kelapa, misalnya pada bagian
perut bisa mengurangi rasa gatal tersebut. Minyak kelapa juga
bisa dioleskan pada puting susu ibu yang retak saat ibu mulai
menyusui anak.
2. Minum madu dan telur dapat menambah tenaga saat persalinan
Madu mempunyai manfaat dan bahaya bagi ibu hamil apabila
dikonsumsi berlebihan. Manfaat madu di antaranya yaitu suplemen
penambah tenaga, dapat mengurangi rasa mual dan menambah
nafsu makan pada ibu hamil. Madu akan menjadi berbahaya
apabila dikonsumsi berlebihan, ibu hamil akan mengalami
kenaikan berat badan yang berlebih.
3. Perut nyeri pada ibu hamil dianjurkan untuk diurut pada dukun
beranak
Pada suku bugis mengurut nyeri saat hamil begitu dianjurkan
agar ibu hamil merasa lebih nyaman. Namun hal inii tidak
dianjurkan oleh dokter spesialis kandungan karna beresiko. Banyak
resiko yang bisa timbul ketika mengurut perut ibu hamil, posisi
janin yang semula sudah bagus malah bisa berbalik menjadi tidak
normal, belum lagi dalam perut selain rahim ada organ-organ lain
seperti usus, lambung, dan organ penting lainnya, kesalahan urut
juga bisa mempengaruhi organ-organ itu.
4. Dilarang makan jantung pisang karna dikhawatrrkan akan
menyebabkan bayi lahir kecil atau berat badan lahir rendah.
Mengenai mengonsumsi jantug pisang pada ibu hamil dapat
menyebabkan bayi berukuran kecil hal tersebut belum terbukti
kebenarannya secara medis. Jantung pisang justru memiliki
manfaat diantaranya yaitu
a. Mencegah anemia
b. Mengurangi mual saat hamil/ morning sickness
c. Mempercepat penyembuhan luka setelah melahirkan
d. Meningkatkan produksi asi

6
Oleh sebab itu mengkonsumsi jantung pisang tidak masalah
asalkan terjaga kebersihannya dan tidak terlalu berlebihan.
Adapun hal-hal yang menyebabkan kecilnya ukuran bayi saat lahir
yaitu status
a. Gizi ibu bayi sebelum lahir
Status gizi calun ibu bayi menentukan asupan yang
diperoleh bayi menentukan asupan yang diperoleh bayi dalam
kandungan. Kecukupan status gizi sebelum kehamilan dinilai
mneggunakan indeks masa tubuh (IMT). Salah satu penelitian
menunjukkan perempuan yang berbadan kurus atau dengan
IMT < 18,5 memiliki peluang dua kali lebih besar untuk
melahirkan bayi dengan berat rendah di banding individu
dengan IMT normal.
b. Berat badan ibu bayi saat sedang hamil
Peningkatan asupan untuk memenuhi kebutuhan bayipasti akan
berdampak pada kenaikan berat badan saa kehamilan. Kenaikan
berat badan sekitar 5kg hingga 18kg yang disesuaikan dengan
gizi sebelum haml, pada individu normal kenaikan berat badan
yang terlalu sedikit meningkatkan rasio bayi lahir dengan berat
rendah.

F. Peran perawat dalam menghadapi kebudayaan suku yang berbeda


Perawat adalah salah satu anggota tim kesehatan yang dekat
dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
meningkatkan setatus kesehatan masyarakat, baik pada ibu hamil,
anak-anak, dan masyarakat disekitarnya.
Seorang perawat harus mampu menggerakkan peran serta
masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu
bersalin, nifas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang
perawat harus memiliki kopetensi yang cukup berkaitan dengan tugas
serta peran tanggung jawabnya.
Seorang perawat perlu mempelajari dan memahami sosial budaya
masyarakat, yang meliputi pengetahuan penduduk, struktur
pemerintah, adat istiadat, kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan

7
nilai, agama, bahasa, kesenian dan hal-hal yang berkaitan dengan
wilayah tersebut.
Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan tradisional setempat
perawat dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan
kepada masyarakat dengan melakukan penyuluhan kesehatan.
Perawat harus selalu menjaga hubungan yang efektif dengan
masyrakat dengan selalu mengadakan kominikasi efektif.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Indonesia memiliki berbagai suku dan budaya, salah satunya
adalah suku bugis. Setiap suku dalam menghadapi sesuatu hal
mempunyai cara yang mereka yakini dapat mengatasi sesuatu
yang sedang dihadapi salah satunya pada ibu hamil.
Kita harus memahami kebudayaan yang mereka lakukan
secara turun menurun, tapi harus menolak budaya itu apabila yang
mereka lakukan bertentangan dengan kesehatan ibu hamil, apabila
baik untuk ibu hamil kita akan tetap biarkan dan akan
mengembangkan budaya tersebut. Karna ada pantangan dan
anjuran yang dilakukan oleh suku bugis bertentangan dengan
kesehatan ada pula yang baik untuk ibu hamil.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hesty, et al. 2013. Konsep Perawatan Kehamilan Etnis Bugis Pada Ibu Hamil Di
Desa Buareng Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone Tahun 2013. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Unhas. Vol 34.2013

Angkasawati Tri Juni, et al. Laporan Penelitian Riset Etnografi Budaya.Surabaya:


Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI; 2012.

S Swasono, Meutia. 1998. Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi Dalam
Konteks Budaya. Jakarta : Salemba 4.

Anda mungkin juga menyukai