Anda di halaman 1dari 10

8 FUNGSI KELUARGA

Untuk mencapai sasaran strategis dan sasaran program KKBPK tahun 2018, seperangkat kebijakan
dan strategi telah ditetapkan. Kebijakan program KKBPK adalah meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan KB yang merata disetiap wilayah dan kelompok masyarakat. Kebijakan tersebut
dijabarkan dalam strategi program KKBPK yaitu : 1) menguatkan advokasi dan KIE tentang
program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga (KKBPK) di setiap wilayah
dan kelompok masyarakat; 2) Menguatkan akses pelayanan KB dan KR yang merata dan
berkualitas, terutama dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Kesehatan; 3)
Meningkatkan pemahaman remaja mengenai keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, dalam
rangka penyiapan kehidupan berkeluarga; 4) Meningkatkan peran dan fungsi keluarga dalam
pembangunan keluarga; 5) Menguatkan landasan hukum dan menyerasikan
kebijakan pembangunan bidang kepndudukan dan keluarga berencana di tingkat pusat dan daerah;
6) Meningkatkan kualitas data dan informasi kependudukan berbasis keluarga menurut nama dan
alamat yang akurat, terkini, dan tepat waktu untuk dijadikan basis dalam memberikan pelayanan
dasar kepada masyarakat dan sekaligus pengembangan kebijakan dan program pembangunan
lainnya.

Maka dari itu salah satu programnya adalah 8 fungsi keluarga agar keluarga mampu meningkatkan
peran dalam pembangunan keluarga dan mewujudkan program KKBPK

KELUARGA adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Setiap orang menginginkan keluarga yang
dibangunnya berkualitas. KELUARGA BERKUALITAS adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan yang sah dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Agar terwujud keluarga berkualitas, keluarga harus mampu menja

8 Fungsi Keluarga yaitu fungi fungsi yang harus dimiliki oleh keluarga untuk membentuk keluarga
yang harmonis dan tanggung jawab.

1. Fungsi Agama

Fungsi agama sangat penting didalam kelaurga karena keluarga tempat pertama kali anak –anak
tumbuh dan berkembang. Pada saat itulah keluarga harus menanamkan dan menumbuhkan serta
mengembangkan nilai – nilai agama, sehingga anak menjadi manusia yang berakhlaq baik dan
bertaqwa.

Ada 12 Nilai Dasar yang harus dimiliki keluarga untuk mewujudkan Fungsi Keluarga, yaitu:

1. Iman

2. Taqwa

3. Kejujuran

4. Tenggang rasa
5. Rajin

6. Kesalehan

7. Ketaatan

8. Suka Membantu

9. Disiplin

10. Sopan Santun

11. Sabar dan Ikhlas

12. Kasih Sayang

2. Fungsi Sosial budaya

Didalam Fungsi ini keluarga dituntut untuk mampu menanamkan rasa memiliki terhadap budaya
daerahnya tetapi tidak berlebih – lebihan, sehingga ia mampu menghargai perbedaan budaya harus
dijadikan rahmat bukan dijadikan ahan ejekan yang menyebabkan terjadinya permusuhan dan
perpecahan.

Ada 7 nilai dasar yang harus dipahami dan ditanamkan dalam keluarga.

1. Gotong royong

2. Sopan santun

3. Kerukunan hidup

4. Peduli

5. Kebersamaan

6. Toleransi

7. Kebangsaan

3. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang

Mendapatkan cinta dan kasih sayang adalah hak anak dan kewajiban orang tua untuk memenuhinya.
Dengan kasih sayang orang tuanya, anak belajar bukan hanya menyayangi tetapi juga belajar
menghargai orang lain.

Dalam fungsi ini terdapat 8 nilai dasar:

1. Empati
2. Akrab

3. Adil

4. Pemaaf

5. Setia

6. Suka Menolong

4. Fungsi Perlindungan

Dalam hal ini yang dimaksudkan bahwa keluarga harus memberikan rasa aman, tenang dan tenteram
bagi anggota keluarganya.

Dalam fungsi keluarga terdapat pula 5 dasar nilai yang harus dipahami dan ditanamkan dalam
keluarga, yaitu :

· Aman

· Pemaaf

· Tanggap

· Tabah

· Peduli

5. Fungsi Reproduksi

Dalam fungsi ini, perkawinan ditujukan adalah untuk memperoleh keturunan sebagai pengembangan
dari tuntutan fitrah manusia. Dalam hal ini keturunan diperoleh dengan bereproduksi oleh pasangan
suami istri yang sah.

3 hal yang harus dipahami dalam fungsi reproduksi diantaranya adalah tanggung jawab, sehat dan
teguh.

6. Fungsi Sosialisi dan Pendidikan

Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak – anaknya. Keluarga selain berfungsi sebagai
pendidik juga sebagai pembimbing dan pendamping dalam tumbuh kembang anak, baik secara fisik,
mental, sosial dan spiritual. Mendidik anak adalah kewajiban orang tua. Dalam fungsi sosialiasasi dan
pendidikan terdapat 7 nilai dasar yang harus dipahami dan ditanamkan dalam keluarga:

· Percaya Diri

· Luwes

· Bangga
· Rajin

· Kreatif

· Tanggung Jawab

· Kerjasama

7. Fungsi Ekonomi

Ekonomi keluarga adalah pembahasan atau analisis yang berkaitan dengan perilaku ekomoni keluarga
yang dikaitkan dengan proses permintaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

8. Fungsi Lingkungan

Fungsi lingkungan ini dimkasud sebagai wahana bagi keluarga agar dapat mengaktulisasikan diri
dalam membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera dengan difasilitasi oleh institusi masyarakat
sebagi lingkungan sosialnya dan didukung kemudahan dari pemerintah.

NAPZA

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat dari 87 juta populasi


anak di Indonesia, sebanyak 5,9 juta di antaranya menjadi pecandu narkoba.
Mereka jadi pecandu narkotika karena terpengaruh dari orang-orang terdekat.
anak-anak tersebut jadi pecandu dan mendapatkan narkoba dari orang terdekat dan
teman sebayanya. Modus yang sering digunakan dalam memakai narkoba adalah
mengerjakan tugas sekolah atau belajar bersama.

“Dari total 87 juta anak maksimal 18 tahun, tercatat ada 5,9 juta yang tercatat
sebagai pecundu,” kata Komisioner Bidang Kesehatan KPAI, Sitti Hikmawatty
dalam konferensi pers di Gedung KPAI, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa
(6/3/2018).
KPAI menyebutkan menangani 2.218 kasus terkait masalah kesehatan dan napza
yang menimpa anak-anak. Sebanyak 15,69 persen di antaranya kasus anak pecandu
narkoba dan 8,1 persen kasus anak sebagai pengedar narkoba.
Menurut Sitti, KPAI bersama Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Badan
Pengawas Obat-Obatan dan Makanan (BPOM) gencar mengingatkan para orangtua
untuk mengawasi anak-anaknya agar tak terjerumus dalam pergaulan bebas dan
narkoba.
Peredaran narkoba di Indonesia kini makin mengkhawatirkan, terlebih dengan
ditemukan beberapa jenis narkotika baru yang dikemas dalam beberapa bentuk
seperti permen. Pangsa pasar narkoba juga ikut menyasar anak di bawah usia 18
tahun.
"Berdasarkan pernyatan BNN, jaringan narkoba di Indonesia akan terus mengalami
regenerasi pangsa pasar dan tentunya sasarannya ditujukan sampai ke tingkat
terendah yaitu anak-anak usia 9 bulan," tambah Sitty
KPAI menganggap masih banyak hal yang harus dibenahi dan harus diselesaikan
khususnya masalah hukum dan pelaksanaan eksekusi serta pencegahan.

Konsep NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropikadan Zat Adiktif lainnya. Kata lain yang
sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan-bahan berbahaya
lainnya). NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik
secara oral (melalui mulut), dihirup (melalui hidung)dan disuntik.

II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat memahami tentang Napza dalam
lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK):


Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan dengan baik dan benar tentang pengertian, jenis-jenis, penyalahgunaan napza.
2. Mempraktikkan penyuluhan dan konseling.
3. Mempraktikkan cara pencatatan dan pelaporan penyuluhan dan konseling.

III. Jenis-jenis Napza


A. Narkotika
1. Pengertian
Narkotika adalah zat-zat alamiah maupun buatan (sintetik) dari bahan candu/kokaina atau
turunannya dan padanannya,digunakan secara medis atau disalahgunakan,yang mempunyai
efek psikoaktif.

2. Golongan Narkotika
Menurut UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, menjelaskan bahwaNarkotika dibedakan
dalam 3 golongan sebagai berikut :
a. Narkotika golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : morfin, opium, heroin, kokain dan ganja.
b. Narkotika golongan II : Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan, digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : benzetidin, betametadol, petidin,
turunan/garam dalam golongan tersebut.
c. Narkotika golongan III : Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : kodein, metadon, naltrexon, garam-
garam narkotika dalam golongan tersebut.

C. Psikotropika
1. Pengertian
PSIKOTROPIKA adalah zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan obat yangmempengaruhi
kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat-pusat tertentu di sistem syaraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang).
Sementara PSIKOAKTIVA adalah istilah yang secara umum digunakan untuk menyebut
semua zat yang mempunyai komposisi kimiawi berpengaruhpada otak sehingga
menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, pikiran,persepsidan kesadaran.

2. Golongan Psikotropika
Menurut UU No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, menjelaskan bahwa
Psikotropika dapat dibedakan dalam 4 golongan sebagai berikut :
a. Psikotropika golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindrom ketergantungan Contoh : Lisergid (LSD), Tenosiklidina, Ekstasi.
b. Psikotropika golongan II : Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh
: Amfetamina, Fensiklidina, Metakualon,Metilfenidat (ritalin), Sekobarbital.
c. Psikotropika golongan III : Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh : Pentobarbital, Pentazosina
danFlunitrazepam.
d. Psikotropika golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: Alprazolam,
Bromazepam,Diazepam,Fenobarbital,Klobazam, Klonazepam, Klordiazepoksida, Nitrazepam
(BK/Koplo,DUM,MG).

D. Zat Adiktif
Zat Adiktif lainnya yaitu zat-zat yang mengakibatkan ketergantungan seperti zat-zat solvent
termasuk inhalansia (aseton, thinner cat, lem). Zat-zat tersebut sangat berbahaya karena bisa
mematikan sel-sel otak. Zat adiktif juga termasuk nikotin (tembakau) dan kafein (kopi).

IV. Penyalahgunaan Napza


Penyalahgunaan NAPZA adalah pemakaian NAPZA yang bukan untuk tujuan pengobatan
atau yang digunakan tanpa mengikuti aturan atau pengawasan dokter. Digunakan secara
berkali-kali atau terus menerus. Seringkali menyebabkan ketagihan atau ketergantungan baik
secara fisik/jasmani, mental dan emosional. Menimbulkan gangguan fisik, mental, emosional
dan fungsi sosial. NAPZA berbahaya jika digunakan tanpa pengawasan dokter.Umumnya
penyalahgunaan Napza digunakan berbarengan dengan zat-zat lain yang mempunyai efek
yang berbeda.
A. Tahap pengguna
Karena bermula dari rasa ingin tahu, senang-senang/hura-hura, seringkali pada awalnya
pemakai berpikiran bahwa kalau hanya mencoba-coba saja tidak mungkin bisa jadi
kecanduan/ketagihan. Kenyataannya, walaupun hanya coba-coba, derajat pemakaian tanpa
disadari akan meningkat dan pada akhirnya akan menjadi sangat tergantung pada obat
tersebut.
Dalam hal pemakaian biasanya pemakai narkoba dapat dibedakan dalam:
1. Pemakai coba-coba
Biasanya untuk memenuhi rasa ingin tahu atau agar diakui oleh kelompoknya.
2. Pemakai sosial/rekreasi
Biasanya untuk bersenang-senang, pada saat rekreasi atau santai, umumnya dilakukan dalam
kelompok.
3. Pemakai Situasional
Biasanya untuk menghilangkan perasaan stress dan depresi (ketegangan, kesedihan,
kekecewaan).
4. Pemakai Ketergantungan
Pemakai ketergantungan adalah pemakai yang berulang dan mencari NAPZA sebagai sebuah
kebutuhan sehari-hari, sehingga pemakai mau melakukan apa saja untuk mendapatkannya.
B. Gejala Ketergantungan penggunaan NAPZA
1. Keinginan kuat (kompulsif) untuk memakai napza berulang kali.
2. Kesulitan mengendalikan penggunaan napza, baik dalam usaha menghentikan maupun
mengurangi tingkat pemakaiannya.
3. Terjadi gejala putus zat jika pemakaiannya dihentikan atau jumlah pemakaiannya dikurangi.
4. Toleransi : jumlah napza yang diperlukan semakin besar, agar diperoleh pengaruh yang sama
terhadap tubuh.
5. Mengabaikan alternatif kesenangan lain dan meningkatnya waktu yang digunakan untuk
memperoleh napza
6. Terus memakai, meskipun disadari akibat yang merugikan.
7. Menyangkal artinya tidak mengakui adanya masalah, padahal ditemukan narkoba, alat
pemakaian dan gejala menggunakan napza.

C. Faktor penyebab
Faktor penyebab remaja rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA dipengaruhi olehfaktor
internal dan eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal dapat dipengaruhi oleh kepribadian dan kondisi kejiwaan yanglabil pada
seseorang.
Faktor internal penyebab penyalahgunaan NAPZA antara lain:
a. Lemahnya kepribadian
Kesulitan remaja mengembangkan kepribadian dapat menghambat proses sosialisasi.
Manifestasi lemahnya kepribadian ini menyebabkan timbulnya tingkat emosional yang labil,
sehingga sifat toleransi stres pun rendah.
b. Kurang percaya diri, gangguan emosi, mudah menyerah dan kurang memiliki daya juang
dalam mengatasi masalah.
c. Perkembangan emosi yang tidak stabil dalam menghadapi tekanan atau masalah dapat
menyebabkan remaja berperilaku menyimpang.
d. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang permisif (daya adaptasi
rendah).
2. Eksternal
Faktor eksternal sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan disekitarnya.
Faktor eksternal penyebab penyalahgunan NAPZA antara lain:
a. Situasi permisif yang memungkinkan seseorang untuk menggunakanNAPZA di waktu
luang (seperti tempat rekreasi, diskotik, pesta ulang tahun, dll).
b. Lingkungan pergaulan yang bebas.
c. Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya.
d. Keinginan untuk diterima oleh kelompok dansolidaritas kelompok.
e. Pengaruh media (cetak dan elektronik).
3. Zat dalam Napza
Ketika seseorang sudah terbiasa menggunakan NAPZA, secara fisik dan psikologis orang
tersebut tidak dapat lagi hidup normal, karena tingkat ketergantungan orang tersebut terhadap
zat dalam NAPZA sangat tinggi.
Secara fisik, ia akan merasa kesakitan dan tidak nyaman secara terus- menerus, bila tidak
menggunakan NAPZA. Kesakitan dan penderitaannya hanya akan hilang ketika ia
menggunakan NAPZA.
Secara psikologis, ia membutuhkan rasa nyaman yang biasa dirasakan ketika zat-zat tersebut
bereaksi dalam tubuhnya. Zat-zat yang memberikan "kenyamanan"
bagi pengguna, mendorong terjadinya pemakaian berulang-ulang dan berkepanjangan
yang akhirnya menyebabkan ketergantungan.

D. Dampak penyalahgunaan NAPZA


1. Fisik
Dampak penyalahgunaanNAPZA bagi tubuh manusia tergantung pada
jenis,dosis, frekuensi dan cara penggunaan Napza.
Penyalahgunaan NAPZA akan mengakibatkan komplikasi pada seluruh organ tubuh atau
bahkan kematian,yaitu :
a. Gangguan pada sistim syaraf (neurologis) seperti kejang-kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti infeksi akut otot
jantung, ganguan peredaran darah.
c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : pernanahan, bekas suntikan, alergi.
d. Gangguan pada paru-paru seperti : penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas,
pengerasan jaringan paru-paru, pengumpulan benda asing yang terhirup.
e. Gangguan pada darah : pembentukan sel darah terganggu.
f. Gangguan pencernaan (gastrointestinal) : mencret, radang lambung dan kelenjar ludah perut,
hepatitis, perlemakan hati, pengerasan dan pengecilan hati.
g. Gangguan sistim reproduksi seperti gangguan fungsi seksual (mandul, impotensi),
menstruasi yang tidak teratur dan cacatpada janin.
h. Gangguan pada otot dan tulang seperti peradangan otot akut danpenurunan fungsi otot (akibat
alkohol).
i. Terinfeksi virus Hepatitis B serta HIV akibat pemakaian jarum suntik berganti-gantian.
2. Psikologis
Dampak secara psikologis atau kejiwaan yang sering dialami oleh penggunaNAPZA antara
lain: paranoid, gelisah, hiperaktif, curiga, agresif, emosional, introvert, anoreksia dan
insomnia.
3. SosialEkonomi
Dampak secara sosial ekonomibagi pengguna NAPZA antara lain :
a. Keluarga
Suasana nyaman dan tentram terganggu, keluarga resah dan malu karena barang berharga
sering hilang, anak menjadi sering berbohong, mencuri, menipu bersikap kasar dan acuh tak
acuh terhadap urusan keluarga.
b. Sekolah
Napza merusak disiplin dan motivasi dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hal tersebut
ditunjukkan dengan penurunan prestasi belajar, lebih banyak membolos dan menciptakan
iklim acuh tak acuh di lingkungannya.
c. Tempat Tinggal dan Masyarakat
Lingkungan tempat tinggal atau masyarakat yang rawan terhadap penyalahgunaan napza dan
tidak memiliki daya tahan, akibatnya akan mengganggu ketertiban dan keamanan
dilingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai