Anda di halaman 1dari 96

GARA-GARA PANDEMIK COVID-19

I Made Bayu Wisnawa

Malam larut

Semua tidur

Aku terbangun sedari tadi

Dalam liar pikir tiada henti

Apa yang kubuat dalam segala keterbatasan?

Beban menumpuk dan bersungut

Dunia seperti membeku

Sementara perut meronta minta diisi

Wajah kapitalis murka menjadi ketakutan

Mereka cemas akan hartanya

Mereka lebih cemas pada utang piutangnya

Daripada nasib karyawannya


Bagaimana mereka yang dijalan?

Siapa yang mengurus?

Orang-orang dengan kaki terbelenggu

Perut mereka lapar dengan mata memerah saga

Ada apa dengan semua ini?

Apa perlu dipertanyakan lagi?

Atau dijalani saja di mana mati dan hidup adalah hal


biasa

Menunggu Herd Imunity

Denpasar, 11 Mei 2020

I Made Bayu Wisnawa


RAMADHAN SEGERA HABIS

Faizal Bahri

Kupandangi langit semalam tak terasa bulan semakin


menipis, pertanda Ramadhan akan segera habis…

Anak-anak dunia semakin gembira dengan dekatnya


lebaran, anak-anak akhirat semakin sedih karena
banyak ketinggalan…

Ramadhan akan segera pamit tapi amal ibadah kita


malah makin sedikit…

Dunia kian melilit mereka yg pailit (bangkrut), masjid


kian menjerit melihat jamaah semakin sedikit…

Ramadhan akan segera berlalu... ibarat seorang ibu


yang akan wafat meninggalkanmu...
Perih bagi insan beriman sejati, karena tak akan pernah
tentu untuk bersua kembali...

Yang maksiat akan tetap maksiat bila hatinya berkarat


dan meninggalkan nasihat...

Ingat-ingat waktu di dunia ini terlalu singkat dan tidak


lebih baik dari kampung akhirat...

Wahai Tuhan Sang Pemilik Rahmat jadikan kami


selamat dari dunia yang menjerat…

Jadikan kelak kami mendapat syafaat dari Nabi


penolong umat... selawat salam kepadanya dan seluruh
para sahabat…

Inilah syair singkat dari Hamba yang ingin terus


berusaha taubat agar kelak wafat khusnul khotimah...
GUGUR BUNGA

Pranasanthi

Gugur Bunga

Desing peluru

Beradu di tengah teriakan pilu

Mencabik-cabik tubuh tak berdosa

Menggenangkan lautan darah tak terhingga

Di bawah Sang Merah Putih

Beribu-ribu pahlawanku tersiksa

Di bawah Sang Merah Putih

Begitu banyak peluru ditembakkan ke tubuh mereka

Tapi di bawah Sang Merah Putih pula

Mereka bangkit, berlari, menerjang


Mengunjuk gigi tanda menantang

Meski tubuh terkoyak penuh darah

Dengan berani mereka menyerang

Membuat musuh mati kutu ketakutan

Hingga akhirnya peluru mencabik-cabik tubuh mereka

Mereka jatuh sambil meneriakkan kata “Mereka”

Di mana lagi kan kutemukan

Pahlawan yang tetap bangkit meski jatuh berkali-kali

Pahlawan yang tetap bertahan meski telah tertembak

Yang tetap berjuang hingga titik darah penghabisan

Semua pahlawanku telah jatuh tersungkur

Berjuang demi kemerdekaan negeri ini

Semua pahlawanku telah gugur

Diribaan Sang Merah Putih


DALAM DIAM
Qurrotu A'yun

Dalam diam ia merapal puja pinta

Mendaras huruf kehidupan penuh arti

Nona Wuhan berderet antre mencari posisi di hati


setiap penduduk negeri

Dalam diam ia tetap berdendang

Merah Putih menjadi bait yang menggetarkan

Kini gitar kecilnya menangis pilu di atas lemari lusuh


menatap awan

Dalam diam ia tatap motor butut peninggalan


mendiang

24 jam tiada riuh pada aplikasi pengharapan

Relungnya berkeping memeluk erat tiga tiang kekuatan


Dalam diam ia menguras banjir di sudut netra

14 hari bahtera baru diikrarkan

Kini telah ia titipkan cumbu malam pengantin pada


ranjang garda terdepan

Dalam diam ia menopang receh renyah pada gerobak


aus

Ringkih nan tua melekat pada rona-rona raga

Ada senyum tulus terkulum sebagai suluh jiwa

Dalam diam ia memungut abjad berserakan

Terkumpul rapi di atas kertas buram

Rindu kampung halaman berkelindan tertimbun sinar


temaram

Dalam diam mereka berkutat dengan Tuan Wuhan

Di dasar hati terpahat kata pantang kalah

Atas nama kebijakan mereka mulai jengah, "Aarrgh


terserah!"
Dalam diam aku berdamai dengan alam

Menyemai cinta pada kuncup kembang rasa

Putiknya pun ku persembahkan pada setiap altar


munajat melangitkan purna corona
PARA PELUKIS PELANGI

Aulia Mumtaza

Para pelukis pelangi itu,

selalu mengerti arti berharap dan menanti

Di saat orang-orang mengutuki hujan

Dia selalu menantikan keindahan di antara awan hitam

Para pelukis pelangi itu,

Selalu mengerti arti berbagi dan peduli

Dia gambarkan keindahan yang dilihatnya pada semua


orang

Dengan penuh harapan, agar orang-orang pun


merasakan kedamaian serupa

Para pelukis pelangi itu,


Selalu mengerti arti keharmonisan

Menyusun warna merangkai makna

Dalam kanvas kasih sayang tanpa kebencian

Dan Para pelukis pelangi itu juga paling mengerti

Bahwa mereka hanya bisa menikmati keindahan itu,


namun takkan bisa memiliki
KARTINI DALAM MASA PANDEMI

Diadjeng Laraswati Hanindyani

Kartini sejati

Kartini yang punya hati

Kartini yang tidak memikirkan diri sendiri

Kartini bukan hanya soal rias diri

Kartini yang rendah hati

Kartini yang menyediakan diri

Kartini yang berempati

Kartini yang tidak menindas harga diri

Kartini yang berinovasi

Namun tetap paham arti emansipasi

Dan sadar kodrat diri

Hari yang tak mudah bagi para Kartini

Percaya para Kartini kuat mampu lewati pandemi ini

#delaras2
REFORMASI?

Rahmat Gazali

Mereka punya sepasang bola mata

Buta cahaya dalam kegelapan

Punya telinga

Ogah-ogahan mendengar jeritan derita

Mereka punya lidah

Bersilat, membuat janji

Dijilat kemudian hari

Ke mana mereka menyimpan hari

Kaum miskin yang setengah mati

Bercucur keringat demi sesuap nasi


Bertaruh nyawa di tengah pandemi

Kawan, lihatlah mereka di sebelah barat sana

Mereka yang terlelap di dalam istana

Lisan di bibir tiada arti

Reformasi apa hanya sebuah mimpi?

Kawan, hati mereka mati...

Sulawesi Selatan, 12 Mei 2020


CORONA DAN KITA FANA

Oleh: Hanis M H

Dia yang datang tiba-tiba

Begitu cepat mendunia

Mengguncang kedamaian hidup anak Adam

Menggaungkan ancaman

Mengembuskan kecemasan

Membantah lisan-lisan angkuh penuh kesombongan

Nyatanya dia tak pilih-pilih sasaran

Kaya papa, tua muda, alim awam

Semua bisa saja jadi korban

Dia yang mengusir kita dari jalan-jalan

Membungkam aneka keramaian

Merumahkan ibadah dan sekolah

Menyegarkan dunia dari berbagai polusi dan sampah

Mengistirahatkan bumi dari hiruk pikuk duniawi


Segala roda bergerak tiba-tiba dipaksa berhenti

Hanya makhluk kecil yang tak kasat mata

Tuhan mampukan dia mengubah dunia dalam sekejap


saja

Dia hadirkan banyak pelajaran

Memperingatkan manusia akan laku yang sering


terabaikan

Ketaaatan, kebersihan, kepedulian

Mengeratkan ikatan keluarga yang biasanya terjarak


oleh kesibukan

Menghidupkan rumah dengan berbagai ibadah dan


kebersamaan

Manusia insaf akan kelemahan dan keterbatasan

Menyadari kebutuhan mendekat pada Tuhan

Jamak berita tentang sakit dan kematian

Banyak juga keluhan


Mereka yang tercekik penopang kehidupannya
berantakan

Pantasnya kita ketuk hati

Gali empati untuk peduli

Kita saling menjaga jarak fisik

Tapi semakin erat untuk saling mendoa

Juga belas kasih membantu sesama

Tak ada yang harus dibenci

Dia pun datang atas kehendak Ilahi

Hanya utusan untuk menyampaikan pelajaran berharga

Corona dan kita sama fana


UNTUK SEGALA

Maylingga V M

Untuk segala ucap yang keluar dari lisan

Untuk segala doa yang terucap tiap waktu

Untuk segala harap yang teramini

Untuk segala amin dalam tiap ucap

Untuk segala medium yang digunakan untuk berucap

Lekas sembuh, bumi kita tercinta


MELAWAN COVID-19

Lala Jingga Mustiko Weni

Manusia takut pada virus corona

Semua mulai mengisolasi diri di rumah

Semua mulai memborong masker

Semua mulai menimbun kebutuhan hidup

Pemerintah khawatir akan kesehatan rakyatnya

Mereka meminta kita tetap di rumah

Tetapi… mengapa masih ada yang melanggar?!

Tuhan memberi ujian untuk kita semua

Kita terlalu sibuk akan dunia, hingga lupa pada-Nya!

Ibu Pertiwi menangis…

Manusia takut mati…

Mari… tetap di rumah untuk saling melindungi


Semua kembali normal, Ibu Pertiwi tersenyum
bahagia…
DARI KAMI TERUNTUK KAMU

Nabila Ayu Chandra Dewi

Tolong jaga kami…

Kami juga akan menjagamu

Tiada daya kami untuk melawanmu

Tak putus doa kami panjatkan

Hati gelisah menatap kenyataan

Yang kami harap hanya perlindungan

Yang kami harap hanya keselamatan!

Lekas kembali seperti semula…

Kami ingin melihat senyum itu hadir…

Kembali…

Bumi kita…
FIND THE WAY

Oleh: Yoza Fitriadi

Bumiku damai

Elok penduduknya bersenda gurau tak kenal sekat


kekhawatiran

Negeriku indah

Riang rakyatnya bercengkerama bersama senja yang


merona

Bangsaku kemilau

Tenteram masyarakatnya di bawah kehidupan yang


temaram

Tapi itu dulu

Sebelum wabah besar menyerang

Covid-19 yang menghadirkan nuansa mencekam

Pandemi Corona yang memutarbalikkan kenyamanan


Ah, Ibu Pertiwi sedang menangis

Indonesiaku tengah krisis

Dunia benar-benar diuji cobaan yang mengiris

Tapi inilah yang menyadarkan kita untuk bangkit

Merangkul sesama, bergerak atas dasar kemanusiaan

Pisik kita boleh saja berbatas

Namun nurani itu selalu erat berikatan

Aku percaya semua pasti akan pulih

Akan tiba saatnya untuk kembali tersenyum

Dengan Indonesia yang lebih baik

Dunia yang lebih humanis

Curup, 5 Mei 2020


INSAN MALIKAN

TNV (Teddy Novanda)

Tersebutlah nama, yang sudah tak asing lagi di telinga

Di ujung selatan Pulau Jawa

Pasir putih, dengan deburan ombak perkasa Samudra


Hindia

Menjemput cahya loka di ufuk timur cakrawala

Dua insan beda rasa, mencoba menggenggam puing


asa di atas hamparan pasir putih malikan

Membangun titian panjang perjalanan di atas


tumpukan batu karang

Menuju persinggahan taman harapan sambil


menikmati ombak berkejaran

Semoga jadi kenyataan...


Seperti itulah, keinginan berbalut harapan diselingi
senyuman yang terbungkus candaan

Tak semudah yang dibayangkan

Di hadapan terlihat kokohnya dinding-dinding


kesunyian pantai selatan

Siap menghanyutkan impian yang tak kunjung jadi


kenyataan

Semoga dua insan mampu bertahan

Dalam kesendirian sesuai tuntunan Tuhan

Mungkin saat ini, mereka sejauh pagi dan senja

Menunggu lama di antara detik-detik purnama dan


gerhana

Percayalah, akan ada saat di mana cinta

Mampu mendekatkan keduanya sedekat magrib dan


isya

Selekat wirid dan doa

Hingga bertautnya dua hati, menuju ikatan abadi


Surabaya, 9 Mei 2020
DARING TAK SELALU NYARING

Novi Wulandari

Dunia tengah terusik oleh keserakahan

Hingga hari-hari penuh kebersamaan hilang

Tergantikan oleh hari-hari penuh ketidakpastian

Dunia pendidikan pun demikian

Tak ketinggalan mengalihkan yang nyata ke yang maya

Tak ketinggalan memaksa yang tua mengikuti arus


zaman

Tak ketinggalan mengungkung yang muda dengan


tumpukan tugas

Diskusi mulai terbatasi oleh sinyal dan koneksi

Kompetensi dan kreativitas mulai terbatasi oleh


tenggat waktu
Bukan pembelajaran yang diperdulikan

Melainkan bagaimana menghemat kuota

Dan bagaimana membelinya esok

Mengingat ekonomi ayah sedang melemah

Dan ekonomi ibu pun turut kelabu

Dan dunia seakan-akan tidak memiliki pilihan lain

Selain serba daring

Daring tak selalu nyaring

Namun gaungnya seperti tak bergeming

Meski jerit hati tak bisa dibendung

Atas nama semangat membagi ilmu

Dan atas nama semangat mencari ilmu

Masa ini akan terlewati

Seiring dengan keserakahan manusia yang mereda

Seiring dengan kesadaran manusia akan pentingnya


kebersamaan
Tentunya daring bisa menjadi lebih nyaring

Saat dunia tak lagi hening


IMAN, ILMU, DAN AMAL

Bunga Wulan Sari

Tikar dihamparkan

Dari utara ke selatan

Menghadap ke satu arah

Tak berjeda tak berjarak

Langkah-langkah kecil berdatangan

Satu demi satu memenuhi saf

Dari garis terdepan

Hingga paling belakang

Lutut dan punggung bersinggungan

Menyiratkan betapa rapatnya saf

Yang dipisah hanyalah antara laki-laki dan perempuan


Dibatasi dengan tirai sederhana

Buku dan pena

Ponsel dalam genggaman

Siap merekam setiap petuah dan nasihat

Setiap ilmu dan hikmah

Saat salam berkumandang

Jawab salam bergemuruh

Menggetarkan ‘arsy

Karena doa saling bersahutan

Semua mata tertuju ke satu arah

Telinga dan hati dibuka lebar

Mulut dikunci rapat

Agar ilmu masuk sempurna

Tujuan mereka satu


Ukhuwah islamiyah

Keinginan mereka sama

Bersama meraih rida-Nya

Diawali dengan iman

Ditumbuhkan dengan ilmu

Dibarengi dengan amal

Kotagede,

15 Ramadhan 1441/8 Mei 2020


INI ADALAH SEBUAH DOA

Ilma J

Assalamualaikum Indonesiaku

Negeri "cinta" damai

Deskripsimu jelas dilantunan lagu Rayuan Pulau Kelapa

Takkan ragu setiap yang menyapa, mendatangi tempat


wisata

Tanah tempat kuberpijak ini suci tak terkontaminasi

Bebas melangkah dengan senang hati

Bumi khatulistiwa yang penuh makna

Mengukir banyak cerita, tentang cinta sesama kita


Keindahannya mendamaikan rasa

Menyejukkan jiwa

Di tepian pantai yang luas, keramahan ombak


menyapamu, menyampaikan salam hangat dari fajar
dan senja

Siapa yang tidak cinta pada alamnya yang menggoda,

alam tempat kita bermanja.


RASA DAN KARSA

Faiq Zafran

Sejerat rindu tak bertuan

Di mana ia akan bermalam

Senja rindu akan dekapan

Biarkan saja ia karam

Dialog senja mulai bercerita

Udara di penghujung masa

Senar senja bercerita tentang rasa dan karsa

Menderaikan heningnya dunia

Andai saja

Keinginan merawat kekecewaan

Dan mendewasakan perih ini lebih besar dari


mencintaimu
Andai, yang kaupecahkan itu hanya kaca di mataku

Namun, semua pengandaiyan yang kukumpulkan

Patah oleh kenyataan

Bahwa kepergianmu

Memang harus diterima

Mojokerto, 11 Mei 2020


KEM(ALASAN) TERSELUBUNG

Oleh: Vinsca Sabrina Claudia

Saat terlelap rohku memanggil nyawamu

Ingin kujumpai kau dalam lelap

Ketika kau sedang asyik bermain kendangmu

Sambil membayangkan bidadarimu selanjutnya

Atap dunia pun turut menjadi saksi,

semua indraku turut melangkah.

Sia-sialah, sampai lunglai entah berantah

Nyata! Lantunan sajak yang kau senandungkan,

hanya lontaran-lontaran yang tidak bernyawa untukku

Sama halnya orang berpolitik


Suka berpidato tapi tak ada yang menanggung
hukuman

Sebab, manusia sejati tak ada yang mau

melepaskan topeng buaya ganasnya.

Oksigen yang segar pura-pura menghilang dari


permukaan

Deringan benda sebagai perantara antara kau dan aku

atau perantara kau dengan yang lain

Hingga terlempar sebatas kemalasan

atau sebenarnya hanya sebuah alasan

Kemalasan atau alasan

Sungguh malam itu ingin seperti malaikat Izrail,

ingin mencabut untuk menjadi makhluk yang


semestinya

Tapi, aku berusaha untuk bertawakal,

meskipun semua mata indra terlelap seketika


sampai indera pengecap pun juga tak mau berucap.

Hidup di dunia sudah serasa begitu lengkap

Dulu ketika aku bisa mendapatkan bintang indah

Seperti penyair bersenandung kepada kekasihnya,

hingga bermusikalisasi cinta,

Masa depan: Akhir Hayat

Hanya sebatas sampai waktu ini saja.

Surakarta, 22 Agustus 2019


TERDENGAR BINCANG-BINCANG

Linara

Seketika jalan yang riang melengang, dan celoteh


langkah-langkah berseragam menghilang. Kesibukan
mendadak menyerang para inang, dan gawai-gawai
bercahaya terang. Oh, ada apakah ini sayang?

Sejenis cairan dan sepotong kain segiempat melejit


serupa bintang. Dicari, dan dikejar di mana saja terlihat
bersarang. Disayang-sayang ke mana pun badan
melenggang.⁣⁣

Terdengar bincang-bincang. “Sampai kapan kita


berperang?” “Kata orang pintar, pandemi akan hilang
seusai musim kerontang!” “Oh, masih lama ya,
Kang...?” “Kekuatan doa katanya penawar segala
rintang!” “Ya, Tuhan... Cepatkanlah roda malam dan
siang...” Amin—bergegas mereka balik kandang.⁣⁣

Ujung gang kembali lengang –mengerang.⁣⁣


DERING DARING BERBUNYI NYARING

Linara

Pagi telah datang.⁣

Dari balik jendela kamar nan tenang,

bayangan rumah sebelah sudah menghilang.⁣

Sepasang mata yang enggan memandang,⁣

terpaksa membuka oleh berisik suara riang⁣

yang terdengar mengguncang.⁣

“Bangun, Sayaaaaaaang!⁣

Tuh, ditunggu Mrs. Ina, sekarang!”⁣

Hampir dua purnama, kasur-kasur menjadi kursi,⁣

dan bantal guling menjadi meja fantasi,⁣

serta layar-layar bercahaya menjadi ruang.⁣

Ya, ruang kelas tanpa bunyi bel berdentang.⁣


Sejurus kemudian, dering pembelajaran daring pun


berbunyi riang. ⁣

“Sorry, Mom, I'm late...” tulisan pertama dari pemilik


sepasang mata yang kelelahan sisa begadang.⁣

“Its okay dear... better late than never.” Balasan


menenang.⁣
SUARA BUMI

Nunun Nurgamilah Muhtiani

Bumi sudah renta, kawan!

Dia hampir lelah berotasi

Manusia penuh sesak berebut harta

Memakai topeng berdalih cinta

Bumi sudah tercemar, kawan!

Limbah dan polusi bertebaran bagai debu

Manusia berebut oksigen

Banyak zat menjadi langka

Bumi kini merana, kawan!

Hamparan hijaunya telah memudar

Berganti bangunan kokoh pencakar langit

Manusia bertahta dengan kesombongannya


Bandung, 15 Mei 2020
WE'LL PRAY FOR EACH OTHER
ALUMNI SMPK PAMERDI 2020

Tiga tahun telah berlalu

Menapaki proses di Pamerdi

Tawa duka menjadi warna

Berkarya bersama-sama

Semua saksi kita sehati

Di sekolah Pamerdi kita

Bersama menaklukkan tantangan

Pendidik asyik dan penuh cinta

JUJUR HORMAT DISIPLIN

Kesan akan selalu terkenang

Kekompakan 'kan jadi kenangan

Pertemuan sampai pada perpisahan


Kita tiba di ujung perjalanan

Terima kasih sekolah Pamerdi

Atas kisah yang telah kauberi

Cita boleh berbeda, asa kita sama

Aku dan kau bersaudara selamanya

Sampai jumpa di lain waktu

Tetap rajin dan tetap rendah hati

We'll pray for each other forever


CANDU

Yemima Miracle Luku Walu

Bumantara baru saja padam

Perlahan ia mengantarku menuju kelam

Mengenal tanpa sengaja menyemai rasa secara tiba-


tiba

Lupa, kapan saja bisa terluka

Kau dan aku tetiba menjadi alinea

Melukiskan cinta dengan kata dan tinta

Pada titik temu bersama pernah kita ramu

Bait bait lagu yang berakhir semu

Kau sosok tak kasat rasa

Rindumu tak lagi bersuara

Ada gejolak yang tak kunjung mati

Akui saja, kau masih menyimpan kenangan senja

Tutur dan tatapmu adalah candu


Candu yang melahirkan rindu

Di sudut kota aku bersanding

Menatap jeli, mencari hilang yang belum kembali

Angan pernah melambung tinggi

Terbang jauh mengiringmu pergi

Kau, aku, dan sajak sajak kasih telah usai

Epilog menjelma menjadi lambai

Setidaknya kita pernah bertemu

Beruntungnya kita pernah bersatu

Kini kau dan aku tak lebih dari bayang

Dua insan yang tahu cara pulang


KISAH YANG TERSMBUNYI

Rut Kristin Panjaitan

Siapa yang tahu akan seperti ini

Bumiku mulai usang dan menua

Saat terakhirku ku harus terdiam di rumah

Menunggumu kembali

Hingga kabar baik kudengar di telinga

Andai aku bisa menawar pada Tuhan

Kenapa ini harus terjadi

Duniaku yang ramai

Kini sunyi sepi tak bersuara

Situasi genting untuk bumiku

Tanpa aktivitas yang ramai

Duduk diam di bawah status online


Kutunggu kabar baikmu Ibu Pertiwi
KLANDESTIN SENDU

Adristi Shafa Widyasari

Ada yang hilang

Dari lembutnya kepak sayap merpati

Di senja bertabur sakura hari ini

Ada yang pergi

Dari kelopak sakura yang gugur

Ke wajah sendu habis menangis saban hari

Ada yang luput

Dari bahagia sepasang merpati

Beterbangan bersama kesiur angin antara pohon-


pohon sakura yang asri

Ada yang pupus

Dari segumpal hati

Yang merahnya sudah tak seperti

Senja kali ini


Purwokerto, 7 Mei 2020
JIKA DAN KITA

Debora Violina Wahyudi

Setiap cerita yang berakhir dengan tawa hanyalah


fatamorgana

Setiap cerita yang berakhir dengan air mata hanyalah


ilusi belaka

Beberapa bagian cerita mungkin terlihat biasa

Namun semua pasti memiliki makna

Apa yang berjalan sesuai harapan kita

Belum tentu berakhiran sama

Semua keraguan menahan kita

Untuk menjadi manusia yang pernah kita impikan


sebelumnya

Kepalaku dipenuhi oleh "mengapa"

Hatiku dipenuhi oleh "karena"


Dan dunia dipenuhi oleh "jika"

Yang bisa menjatuhkan kita beserta harapan-harapan


yang telah tercipta

Jika kau dan aku tak pernah benar-benar ada

Setidaknya kita pernah tertawa bersama

Jika pada akhir cerita pemenangnya bukanlah cinta

Maka kita telah menulis cerita terbaik yang pernah ada


DIAM DAN DENGARLAH

Indy Hardono

Suratan semesta berkata: Tak ada yang besar

Hanya Aku yang besar dan kalian menjadi papa

Harta, kemuliaan dunia, keelokan paras, dan kejayaan


tiba-tiba menjadi nisbi

Seketika kita menjadi miskin

Semua terengut

Kebebasan, keleluasaan, kenyamanan, dan kelapangan


bukan lagi suatu kelumrahan

Bahkan tidak mungkin hanya tinggal impian

Kita adalah Ibrahim yang berpikir kalau yang BESAR


pastilah kentara
Kita adalah Ibrahim yang berpkir kalau yang AKBAR
pastilah menyilaukan

Kita adalah Ibrahim yang berpikir kalau yang MAHA


pastilah megah

Ketika Ia bertanya pada semesta siapakah Sang


Pencipta

Kita menepuk dada karena kita dapat membendung


lautan dan,

Membentengi diri dengan tembok ribuan mil yang


berkelok membelah benua

Kita percaya bahwa kemuliaan adalah sesuatu yang


kasat mata dan grande

Karena yang tampak pasti memuaskan indra

Kita percaya bahwa musuh kita adalah kemiskinan,


kebodohoan, idealisme sempit

penjajah, teroris, si kafir, dan si kadrun


Kita mengira kejayaan, kemakmuran, kebebasan,
kedigdayaan adalah sebuah supremasi

Dan tujuan akhir

Kita silau dengan yang kentara

Dan gandrung dengan yang terlihat

Tanpa pernah mau mendengar

Dan corona pun datang

Tak kentara, tak berbau, tak tertangkap indra

Namun mampu memporakporandakan semua puncak


dunia

Ia mengacaukan berbagai puncak kebahagiaan:


pernikahan, perhelatan, perjalanan, hari raya

Ia menghempaskan berbagai puncak keberhasilan:


wisuda, pelantikan

Ia membuyarkan berbagai puncak kenikmatan: ngopi


bareng sahabat, traveling akhir Ramadhan, makan
siang seru dengan kolega.
Corona memaksa kita untuk DIAM

Dan men-DENGAR

Corona tidak mati difitnah

Corona tidak mati disemprot hujatan buzzer

Corona bahkan tidak mati disembur dukun

Corona akan mati jika kita DIAM

Dan men-DENGAR

Sang AKBAR menunjukkan kuasa-Nya dengan cara nano

Karena kita juga berasal dari cairan dimensi nano, yang


papa dan tak berjiwa

Hanya karena kuasa-Nya kita dapat menjadi kentara


dan hidup

Kita hanyalah noktah tak kentara dan tak berdaya


Yang dapat dilibas oleh mahluk yang berukuran
1/50.000 dari helai rambut kita

Biarlah alam mengkalibrasi dirinya sendiri

Langit akan menjadi biru lagi jika kau diam

Sungai akan jernih kembali jika kau diam

Burung akan bernyanyi lagi jika kau DIAM

Maka diamlah sejenak

di ‘Gua Hiramu” masing-masing

Yang tak ada suara, tak ada riuh dunia

Tafakur dan Dengarlah

Karena DIA sendiri yang akan membisikkan jawabannya

-21032020
DALAM DIAM

Jumari Irawanto

Dalam diam Kau datang

Dalam keheningan Kau bangunkan

Dalam kelembutan Kau sampaikan

Diamkan lisan dari kesia-siaan

Diamkan lisan dari kenistaan

Diamkan tangan dari kelancangan

Diamkan tangan dari kepanjangan

Bangunkan lisan dalam keheningan

Ajarkan tangan dalam kelembutan

Lisan ingatkan tangan yang tak diam

Tangan menutup lisan yang kebablasan

Dalam diam dan keheningan

Kelembutan Tuhan menundukkan keangkuhan dan


kesombongan
Mojokerto, 16 Mei 2020
MENANTI INDONESIA BANGKIT

Farhat Amaliyah Ahmad

Indonesiaku, Negaraku

Negeriku, Tanah Airku

Kamu kuat! Kamu hebat!

Memeluk kami ke dalam pangkuanmu

Kini kita sedang berperang

Melawan bahaya yang tak terlihat

Hanya kepada Tuhan kami beserah

Menunggu waktu yang akan mengubah lelah

Hatiku sakit...

Melihat korban yang berjatuhan


Melihat orang-orang yang selalu berjuang di garis
depan

Melihat mereka yang kelaparan

Hanya lisan yang mampu kupanjangkan

Memohon kepada sang Pencipta

Bantulah kami, bantulah negeri ini

Bebaskan kami dari siksaan ini

Tangisku dalam diam

Rasaku yang tak tertahan

Aku harus bergegas

Apapun yang bisa kulakukan!

Wahai saudaraku...

Mari kita berdamai dengan diri ini

Menggenggam bersama-sama dengan sesama

Hilangkan ego untuk diri sendiri


Mari kita bantu sesama

Peperangan akan kita menangkan!

Ketika kita memikirkan sesama

Ketika kita tak terhanyut nafsu dunia

Kita akan pulih, Indonesia bisa, Indonesia akan bebas,


dunia akan menang!
Jarak, Rindu, dan Corona

Amandea Labitta Putri

Jarak, Rindu, dan Corona

Tiga hal itu yang sedang kupikirkan saat ini,

Rasa Rindu, ingin berjumpa denganmu

Rasa Bosan, yang selalu menghantuiku

Jarak yang terpisah lama semenjak corona tiba

Hatiku hanya bisa menjerit dalam hati

Rasa Rindu ini seperti tak ada harapan lagi

Entah berapa lama lagi corona harus berhenti?

Aku lelah dengan semua ini

Aktivitasku terbatas karenanya

Aku tak bisa bersekolah lagi

Aku tidak bisa menemui sumber tawaku lagi

Tanpa mereka rasanya bosan sekali...

Corona, kumohon cepatlah pergi!!!


AKU LULUS KARENA ADANYA CORONA

Karya: Ardhi Nur Ikhsan

Flashback mode on…

“Okelah, wes siap kabeh tinggal turu set, sesok ojo


telat...”

Tahun pertama sekolah.

“Eemm..., wes jam piro sih iki? Owh jam 04.30 isuk...”

Saat itu pula mataku kembali terbangun di pagi buta

Membasuh air hingga mati rasa dan menggigil

Ku bersiap berseragam rapi, menenteng map kuning

“Allahhu Akbar, Allahhu Akbar…”

Penggeras suara masjid mengiringi keberangkatanku


subuh ini
“Hhuuaaaw, ngantuk huftt…” mataku tak mampu
berbohong

Bahkan sang mentari pagi saja malas terbit dari ufuk


timur

Hawa dingin seolah membunuh kehangatan rasa


semangat

Ketika itu “Oi, namamu sopo? Salam kenal yo…”

Sembari senyum “Namaku Ardhi, ha’ah salam kenal…”

Rasa canggung merasukiku, kemudian ia menjabat


tanganku.

Tahun kedua sekolah.

“Apakah sampai di sini semuanya sudah paham?” kata


guru

“Paham Pak!” kata mereka, kring…kring…kring…, bel


berbunyi

Saat itu pula para pelajar langsung berhamburan keluar


kelas
Bagaimana denganku? Jelas aku akan cek notifikasi
handphone dulu

Saat itu pula kami semua bersiap mencari perusahaan,


kau tahu untuk apa?

“Kowe ko pan magang nengdi? Pan bareng sopo ya?”


temanku bertanya

Entahlah aku tak masuk hari itu, padahal ada


pembekalan prakerin

“Yo wes yok, cobo daftar bae deset si”, kataku pada dua
temanku

Tiga bulan etalah magang usai, aku aktif berorgansasi...

“Esok ojo klalen loh yo ono rapat kepenitiaan...”

Tampak terbayang kekawatiran tentang hari esok kan


datang

“Woy sing dino iki jogo medis upacara, lhes kuy cah,”
ujar temanku

Sinar sang surya menyapa udara pagi di tengah teriknya


lapangan upacara
“Untuk hari ini, kita kan praktik instalasi penerangan,”
kata guru produktif

Sedikit rasa malas menjalar di pikiranku, terbayang


lelah latih jika usai

“Kok kabelle tinggal sitik tok sih, pernai wingi eseh


akeh loh...”

Kedengarannya memang wajar saja, jika tiap hari harus


praktik di bengkel

Tahun ketiga sekolah.

Memasuki tahun ajaran baru, teringat ini adalah tahun


terakhir...

“Baik, sebelum kita berangkat mari kita semua berdoa


bersama”

Akan kuberi tahu, jika kami sekelas berangkat


kunjungan industri ke Bandung

“Aaahhh, meles banget yoo, minggu ngarep magang


meneh,” ujarku pada teman sebangku
Kembali tak terasa saja jika seusai magang, ingin
rasanya cepat lulus membosankan sungguh

Semester akhir telah tiba, “Saatnya fokus belajar, buat


ujian gaes...” kataku pada temanku

Tinggal menghitung minggu saja, akan berhadapan


dengan berbagai macam ujian sekolah

Wali kelas berkata “Jangan lupa belajar, berdoa, dan


jaga kesehatan sebelum ujian besok.”

H-1 sebelum Ujian Naional 2020

Ting…, muncul notifikasi Whatsapp-ku, berasal dari


grup kelas

“Menginfokan jika UN dan ujian lainnya, ditunda


karena adanya wabah corona”

Seketika itu pula aku berdecak kesal, disisi lain aku


tenang sebab taka da ujian lagi

Sejak 16 Maret 2020 sampai pertengahan bulan April


tak kunjung ada kejelasan pasti

“Huufftt.., eemm kapan yah corona bakal hilang?”


kataku dalam hati merebahkan di atas kasur kamar
Entahlah, mau bagaimana lagi jika memang virus
corona tak kunjung hempas pergi semua hal tertunda

Dan kini serasa bosan menghampiri karena imbauan di


rumah aja hingga dua bulan lamanya

Flashback mode off…

Dan hari kelulusan pun tiba, tepat 2 Mei 2020, pukul


17.00 WIB, melalui website kelulusan siswa

“SELAMAT ANDA DINYATAKAN LULUS” alhamdulillah,


walaupun dalam keadaan pendemi seperti ini.
DI RUMAH AJA

Safira Fitri

Jangan cari perkara

Tetap di rumah aja

Biar mereka yang bekerja

Tim medis yang akan berusaha

Tak perlu panik dan merana

Karena ini tuntutan negara

Tim medis sudah banyak berjasa

Tak jarang mereka juga terkena

Sungguh mulia jasanya

Memang membosankan begini saja

Namun apa daya

Semua ini gara-gara corona

Kita semua hanya bisa berdoa


Agar pandemi ini tak lama

Ayo kita bersatu dan bersama

Saling menjaga antar saudara

Demi kelangsungan hidup kita

Saling membantu antar sesama

Demi menyelamatkan nyawa

Bantuan saudara akan sangat berharga

Bagi mereka yang tak bisa

Melangsungkan hidup selayaknya

Bagikan donasi di mana-mana

Untuk saling memanusiakan manusia

Wahai saudara sebangsa

Tetaplah damai hingga hilang corona

Saling peduli antarsesama

Itulah jati diri bangsa kita

Mari kita bersama-sama

Melawan corona dengan di rumah aja

Tak perlu takut dengan berita


Yang tak jelas asal usulnya

Walaupun di rumah aja

Kita juga harus berusaha

Jaga diri dan keluarga

Cuci tangan dengan sabun secukupnya

Hindari keramaian yang ada

Dengan tetap di rumah aja

Bersama lawan corona

Hingga tiba masanya

Kita kembali seperti semula


PANDEMI

Dian Asmaranty

Negeri ini dicekam pandemi

Virus corona semakin menghantui

Rakyat pun resah ke sana kemari

Dengan langkah yang semakin terbatasi

Kepanikan hanya akan meresahkanmu

Tetap tegar dan tetap bersatu

Tak lupa untuk saling membantu

Bagi saudara yang kurang mampu

Ayo kawan lawan corona

Ayo kawan berjuang bersama

Kita kembalikan tawa seperti sedia kala

Tanpa ada jarak di antara kita


Melawan bukan sekadar untuk perang adu nyali

Berjuang tak melulu soal pertumpahan darah hingga


mati

Berikan kontribusi untuk Ibu Pertiwi

Tetaplah berdiam diri, maka itu sangat berarti

Tak lupa di bulan suci ini

Tengadahkan tangan dengan ikhlas hati

Tuk berdoa pada Sang Ilahi

Semoga pandemi segera terlalui


PERTEMPURAN

Wazi Fatinnisa

Ada ribuan serdadu

yang tengah bertempur di medan laga

Wajah mereka tuntas oleh peluh

Pun pelor-pelor yang meluncur

Tak hingga banyaknya mendepak musuh

Banyak yang mengena, sisanya kandas

Ada jutaan rakyat

Yang tengah berkemul di dalam rumah

Menggigil oleh pelor-pelor kelaparan

Yang terus berlaga di tubuh kerempeng mereka

Banyak tangan menengadah doa, sisanya sekarat


ANAK BULAN

Umaiy Zulfa Rosyada

Perkenalkan, dia anak bulan

Ia baik hari ini belum tentu baik hari esok

Masih mencari sesuatu yang tak kunjung berakhir di


titik temu

Sekelilingnya ia amati; hancur, remuk, dan rusak

Terus coba perbaiki segala

Memang detik ini bisa, tapi detik berikutnya?

Mencoba tuk membelu-belai

Lagi-lagi tak ada peralihan

Pasrah? Tidak

Bangkit? Ya

Karena ia percaya, "lewat waktu" mustahil muncul di


dalam kamus miliknya

Semua ada saatnya, ada waktunya, keadaan yang biasa


akan segera kembali
Di atas tanah bumi yang sedang berjuang, 2020
KARYA SEPANJANG ZAMAN

Bambang Purwanto, S.Kom., Gr. (Mr. Bams)

Bila aku masih hidup

Aku berdamai untuk berpikir

Aku terjaga untuk beraksi

Membaca zaman

Bila aku masih bernapas

Tak ada desah

Untuk tak bertasbih

Untuk lakukan yang lebih

Bila aku masih melihat

Tak sekedar yang terlihat

Melihat tak hanya oleh mata

Tapi melihat dengan hati


Kalahkan zaman bukan oleh IT

Kalahkan zaman bukan oleh harta

Kalahkan zaman bukan oleh jabatan

Kalahkan zaman bukan oleh siapa kita

Tapi

Kita adalah

Pembelajar sepanjang hayat

Boleh raga ini menghilang

Boleh raga ini tinggal kenangan

Tapi

Karya kita adalah

Karya sepanjang zaman

Lebakwangi Asri, 15 Mei 2020 pukul 06.09 WIB


TURUNLAH DENGAN MELOMPAT

Sokhifah Hidayah

Jam masih menunjuk pukul tujuh seperempat

Namun, mataku sudah mulai berat

Mungkin ini tanda ingin istirahat

Bukankah empat jam tadi sudah rehat?

Mungkin ini hanya siasat

Atau karena memang sudah penat

Apa pun itu asal tidak untuk maksiat

Aku siap menuruti dengan khidmat

Namun, mengapa ini malah menjadi adat?

Kata orang bila mata berat

Itu karena kelopak mata sudah tak kuat

Terlalu lelah menahan apa yang menjerat

Terus memaksa agar mata semakin rapat


Aku mohon,

Kau yang menggantung di kelopak mataku

Turunlah dan jangan buatku dipecat

Lihatlah kata yang belum tercatat

Juga aksara yang belum terserat

Tumpukan tugas yang masih terlipat

Membuatku semakin penat

Jadi, turunlah!

Jangan buatku terus mengumpat

Karena itu akan menjadi pengundang laknat

Aku janji nanti ada waktu istirahat

Tapi sekarang bukan waktu yang tepat

Jadi turunlah dengan melompat

Dari kelopak mataku yang mulai sepat


BIODATA
Faizal Bahri pemuda kelahiran 05 Agustus 1992 ini
merupakan lulusan CCIT Fakultas Teknik UI dan
UIN Jakarta, adalah sosok multi talenta. Ia senang
sekali dengan dunia desain, selain itu pemuda ini
senang dengan dunia public speaking, menulis
berbagai macam karya.
faizalbahri.ndoku@gmail.com
Ni Made Ayu Pranasanthi Dewi lahir di Denpasar
pada tanggal 12 Juni 2004. Masih belajar menulis
karya dan baru pertama kali mengirimkan karya.
Qurrotu A'yun lahir di Pasuruan, Tanggal 02
Oktober 1979. Mencintai dunia anak dan belajar
menulis puisi serta membacakannya pada teater
kehidupan sering dilakoni. Baginya kuliah
kehidupan akan mengajarkan banyak hal yang pasti
kekayaan rasa. Ingin memiliki Rumah Alqur'an
adalah cita cita yang terus ia langitkan dan
dilesatkan menuju panah 'ArsyNya. Bisa dihubungi
melalui e-mail : Qurrotuayun210@gmail.com

Aulia Mumtaza adalah nama pena dari Dwi Putro,


penulis muda dan Citizen Journalist, aktivitasnya sehari
hari banyak dihabiskan dalam kegiatan edukasi,
pemberdayaan masyarakat dan menjalankan
perusahaan IT. Saat ini penulis terlibat sebagai pengajar
di beberapa program dan komunitas, seperti Google
Gapura Digital dan Gerakan 1000 startup. Penulis dapat
dihubungi di akun twitter @aulia_mumtaza, IG
:@auliamumtaza atau alamat
email: aulia.mumtaza@gmail.com   

Diadjeng Laraswati Hanindyani, Jakarta, 17 April


1968. Penulis, Blogger di www.laraswati.com,
Doodler, Shiborian Artist. Penikmat kopi dan
pencinta semesta apa adanya.
Rahmat Gazali lahir di Kepulauan Selayar. Kuliah
di Jurusan Fisika UIN Alauddin Makassar. Aktif
menulis berbagai puisi,essai, dan opini. Beberapa
karyanya pernah diterbitkan di media Pronesiata.id
dan telah menerbitkan beberapa buku antologi
puisi. Bisa dihubungi melalui e-mail:
rahmatgazali97@gmail.com

Hanis MH. Ibu tiga anak yang senang belajar,


mengajar, dan menulis. Menyenangi dunia
edukasi, psikologi, parenting, dan konseling. Lahir
pada 16 Januari 1988, tumbuh besar di kampung
halaman Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas
Negeri Malang. Aktivitas sehari-hari sebagai ibu
rumah tangga dan guru Bimbingan Konseling. Aktif
di komunitas kepenulisan, pernah memenangkan
beberapa lomba menulis dan menjadi kontributor
beberapa buku antologi. Bisa dikontak melalui
email hanis.miftah@gmail.com

Maylingga Vainggita Muharrom, biasa dipanggil


Agit. Lahir 23 tahun yang lalu pada tanggal 17 Mei
di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Alumni
Pendidikan Bahasa Jawa Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang sekarang Alhamdulillah dapat
melanjutkan pendidikan di Program Studi Magister
Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah Universitas
Sebelas Maret Surakarta sembari berproses bersama
siswa-siswa hebat di SMP Negeri 2 Ngawi. Dapat
ditemukan secara daring di media sosial Instagram
@agitagiit_.
Lala Jingga Mustiko Weni, sering di panggil
dengan nama Lala. Lahir pada tanggal 11 Mei

2006, di kota Ngawi. Aku adalah siswi dari SMP


Negeri 2 Ngawi. Aku di besarkan oleh kedua orang
tuaku. Ayahku berprofesi di bidang swasta dan
ibuku sebagai ibu rumah tangga. Aku punya hobi
berenang selain berenang Aku juga senang
membaca novel, meonton film dan mendengarkan
musik. Aku bercita-cita ingin menjadi polwan. Aku
juga bercita-cita ingin sekolah hingga perguruan
tinggi. Planningku cuman satu ingin menjadi orang
yang sukses dan membanggakan kedua orang tuaku,
semoga planning itu bisa tecapai. Usiaku memang
lebih

muda dari kalian dan aku hanya siswi biasa, tapi aku
akan terus mengejar planning dan cita-cita yang
sudah aku harapkan. Jika kalian punya planning dan
cita-cita kejar terus jangan mudah menyerah tenang
aja pasti bisa. Semangat!!!.

Nabila ayu chandra dewi , akrab di panggil Icha .


Aku lahir di Ngawi 28 September . Aku adalah
seorang pelajar Smp di Ngawi yaitu SMPN 2
Ngawi . Aku suka bergaul dan memiliki banyak
teman , maka dari itu aku mengikuti beberapa
organisasi di sekolahku yaitu DG ( Dewan
Galang ) , Osis , PMR , dan MPK. Aku memiliki
banyak hobi contohnya menulis , mengarang ,
membaca komik , menggambar , menyanyi ,
memasak, bahkan mendesain suatu barang. Selain
itu aku juga sangat suka bersepeda dan juga suka
dengan hal yang berkaitan dengan fashion. Aku
termasuk orang yang perhatian terhadap teman
bisa dibilang suka menolong maka dari itu aku
masuk PMR. Bila suntuk biasanya aku
menggambar atau membuat puisi , kata-kata
motifasi dll. Aku sangat suka musik , aku suka
musik tidak hanya dari musiknya yang enak namun
kadang ku lihat dari isi lirik lagu tersebut. Mungkin
hanya bagitu saja cerita singkat ku .

Yoza Fitriadi. Alumnus Pendidikan Kimia


Universitas Bengkulu, saat ini bekerja sebagai
tenaga pendidik salah satu SMK di kota Curup. Aktif
di berbagai kegiatan kepenulisan. Telah
menelurkan 4 buah buku solo dan puluhan karya
dalam bentuk antologi. Untuk silaturahmi, dapat
dihubungi di 085268182541, facebook Yoza Fitriadi
atau muhzafhie@gmail.com.

Note : Penulis : TNV (teddy novanda) Email :


novandateddy@gmail.com IG :
http://www.instagram.com/tnvme WA :
+62816940260

Novi Wulandari atau yang biasa disapa Ms. Novi


oleh para mahasiswanya merupakan salah satu
dosen di Program Studi S-1 Sastra Inggris, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Respati
Yogyakarta (UNRIYO). Ia merupakan lulusan Ilmu
Linguistik
Universitas Gadjah Mada. Selain mengajar, saat ini
ia tengah asyik menekuni dunia penulisan. Sejauh
ini, ia telah berhasil menerbitkan dua buah buku
dalam bidang English for Specific Purposes
bersama beberapa mahasiswanya. Ia juga tercatat
sebagai salah satu penulis Antologi Pemikiran yang
dipublikasikan oleh Balai Bahasa Daerah Istimewa
Yogyakarta. Saat ini, ia juga tengah menjadi salah
satu penulis di Buku Antologi Pembelajaran Bahasa
Inggris di Masa Pandemi Covid-19 bersama para
dosen bahasa Inggris dari berbagai daerah di
Indonesia. Ia juga aktif melakukan berbagai
penelitian dan pengabdian di bidang Linguistik
Terapan Bahasa Inggris, serta terlibat aktif dalam
berbagai forum ilmiah baik sebagai peserta,
moderator, maupun pembicara.

Bunga Wulan Sari lahir tinggal di Yogyakarta. Lahir


di Yogyakarta pada 20 Februari. Seorang
melanklonis yang sedang belajar menulis. Semoga
karya ini dapat menjadi inspirasi pembaca dan
salah satu jalan dakwah baginya. Penulis bisa
dihubungi melalui bungawulansari2002@gmail.com
Ilma Junita, perempuan bertubuh mungil kelahiran
29 Juni 1993 merupakan seorang guru yang
memiliki hobi menulis. Sejak dini, fikiran sudah
mulai menyukai imajinasi dalam coretan kertas
biasa. Kini, karya sederhana yang ditulis sepenuh
hati sudah menghiasi beberapa buku antologi puisi
dan cerpen (salah satunya Buku Antologi Puisi
Sebuku Bersama Nissa Sabyan : Terbang Dalam
Deen Assalam). Lulusan Sarjana Pendidikan
Bimbingan dan Konseling ini merupakan penyayang
kucing yang selalu berusaha setia menyajikan
tulisan- tulisan bermakna dan menginspirasi.
Email : ilmajunita29@gmail.com Instagram :
@ilma29junita

Vinsca Sabrina Claudia lahir di Ngawi, Jawa


Timur, pada 21 Juni 1996. Ia adalah mahasiswa
aktif Pascasarjana Magister PBI FKIP UNS,
Surakarta. Saat ini, ia tercatat sebagai Guru
Bahasa Indonesia dan Teater. Bisa dihubungi
melalui e-mail: vinscaclaudia@gmail.com .
Linara, nama pena dari Dwi Lina Rahmawati Guru
Matematika di MTs N 1 Banjarnegara. Beberapa
buku antologi puisi campuran diantaranya
MENENUN RINAI HUJAN sebuku dengan Sapardi
Djoko Damono (2019) dan KITA, KOTA, KATA
sebuku dengan Aan Mansyur, Faisal Oddang
(2019), Move Off (2019), Move On (2020).
Informasi selanjutnya dapat dijumpai di Ig
@linara__9
Nunun Nurgamilah Muhtiani lahir di Bandung,
Tanggal 29 Oktober 1984. Merupakan seorang
karyawati lulusan Fakultas Pertanian UNPAD.
Gemar menulis puisi dan cerpen. Telah memiliki
Beberapa antologi buku puisi dan cerpen. Dapat
dihubungi melalui IG @tirani-niskala dan email:
nunun.nurgamilah@gmail.com
Yemima Miracle Luku Walu lahir di Malang,
Tanggal 3 Desember 2004. Suka menulis puisi dan
bermusik. Puisinya pernah terpilih, urutan ke 6,
saat lomba cipta puisi FLS se kab. Malang. Ikut
FLN 2020 GMB Indonesia. Bisa dihubungi melalui
email : yemimamiracle09@gmail.com
Hai, nama saya Rut Kristin Panjaitan, dipanggil
Rut biasanya. Saya lahir di Malang tanggal 10
Januari 2006. Ini bukan kali pertama saya menulis
puisi sebelumnya karay saya pernah di muat di
majalah Kab. Malang. Jangan lupa follow ig ku
_kristin1001
Adristi Shafa Widyasari lahir di Blora, tanggal 10
April sembilan belas tahun yang lalu. Berkecimpung
di dunia literasi sejak bangku SMP dan mulai
menekuni kepenulisan puisi sejak kelas satu SMA.
Puisinya terantologikan dalam beberapa antologi,
Menenun Rinai Hujan (2019), Jagad Raya di Tubuh
Ibu (2019), Protect Mind (2019), Dermaga Rindu
(2019), dll. Penulis bisa dihubungi melalui email:
adristishafa4@gmail.com
Debora Violina Wahyudi lahir di Kediri 12
Desember 2005, bersekolah di SMP Kristen
Pamerdi. Debora suka membuat orang lain tertawa
karena itu menyadarkannya bahwa kita dapat
menertawakan apa saja termasuk masalah kita
karena sebenarnya hidup adalah teka-teki
sederhana. Email: dviolina12@gmail.com
Indy Hardono lahir di Bandung, 5 Juni 1967. Suka
menulis artikel, puisi dan juga narasi singkat
bertema pendidikan dan kebangsaan. Buku
pertama Indy berjudul “Eureka di Negeri Seberang”
diluncurkan pada akhir 2019. Puisi-puisi Indy telah
ditampilkan di beberapa acara khusus seperti
konser sumpah pemuda di Universitas Indonesia
dan kolaborasi dengan Erwin Gutawa Orchestra.
Saat ini Indy bekerja di Netherlands Support Office
(Neso) di kedutaan besar Belanda sebagai
Koordinator Tim Beasiswa. Dapat dihubungi melalui
email: indyh56@gmail.com
Jumari Irawanto lahir di Mojokerto, tanggal 19
Januari 1973. Belajar menulis puisi. beberapa puisi
dimuat di Media Guru Indonesia dan Kompasiana.
Email: jumarinew1@gmail.com
Farhat amaliyah ahmad, lahir di bandar lampung,
15 oktober 1995, e-mail :
farhatamaron1427@gmail.com
Amandea Labitta Putri lahir di Surabaya 17
September 2005. Sekarang kelas 8, Sekolah di
SMP Kristen Pamerdi. Selain suka membuat puisi,
saya juga suka berenang dan menari. Jika ingin
tahu lagi tentang saya boleh hubungi saya di email
atau akun Instagram saya Email :
emailmanda2017@gmail.com Akun Instagram :
d_e_a_chuu_03
Ardhi Nur Ikhsan, lahir di Kabupaten Batang Jawa
Tengah, pada Hari Selasa, 19 Juni 2001. Ia
sekarang ini, baru saja menyelesaikan
pendidikannya di SMK N 1 Kandeman Batang, dan
sudah diterima sebagai mahasiswa baru di
Universitas Pekalongan. Ia juga aktif menulis untuk
event nasional dan antologi. Jika ingin berkenalan
dengannya IG @ardhikhsa, E-mail
ardhiarts85@gmail.com .
Safira Fitri lahir di Batang, Tanggal 30 Januari
2001. Suka membaca. Sedang dalam proses
belajar menulis. Semoga dengan ikut serta dalam
kegiatan ini bisa semakin berkembang. e-mail :
fitrisafira92@gmail.com
Dian Asmaranty lahir di Kudus, Tanggal 29
September 1999. Suka menulis puisi. Pernah
beberapa kali mengikuti perlombaan puisi namun
belum berhasil. Bisa dihubungi melalui e-mail:
dianasmaranty@gmail.com .
Wazi Fatinnisa, Perempuan kelahiran Mataram 23
tahun yang lalu. Sering membuang remah-remah
kepalanya di blog pribadinya. Kini sedang belajar di
Pondok Al-Qur'an Ibnu Masykur Halimatussa'diyah.
Bisa ditemui di Instagramnya @wazifa_19 atau di
blog pribadinya
https://setangguhilalang.blogspot.com/
Umaiy Zulfa Rosyada lahir di Bekasi, 12 Mei 2001.
Memiliki minat di bidang kepenulisan khususnya
esai dan puisi. Adapun bakat masih dalam proses
dan perlu untuk terus diasah. Sebagian besar karya
baru bisa dimuat di media sosial milik pribadi :) Bisa
dihubungi melalui e-mail: umaiyzulfa@gmail.com
Bambang Purwanto, S.Kom., adalah guru TIK di
SMP Taruna Bakti Bandung. Panggilanya adalah
Mr. Bams. Lahir di Banjaran Kab. Bandung pada 6
April 1974. Menulis puisi adalah sebagai dari hobi
saya. Hobi lain sebagai blogger di
www.penamrbams.id .
Sokhifah Hidayah lahir di Batang, Tanggal 24
Desember 2001. Suka membaca dan menulis, baik
karya fiksi maupun non-fiksi. Ia sedang mencoba
mempublikasikan karyanya di beberapa media
sosial. Bisa dihubungi melalui Instagram
@sokhifaahh_ , atau email :
hidayahbandar62@gmail.com .

Anda mungkin juga menyukai