Anda di halaman 1dari 53

Diam

Drs. H. Suharto

Langit diam
Angin diam
Pohon pohon diam
Bintang bersinar dalam diam
Rembulan separoh baya diam

Mereka mungkin terpaku


Dalam khusuk sujudnya
Kepada Illahi Robbi
Sang penggegam alam fana baka

Umat manusia
Dengan keistimewaan pikir
Dan ketajaman nurani
Ada yang bersujud ke Illahi Robbi
Dengan tulus doa
Kepasrahan total padaNya
Meski terkadang berbagai bingkai
Galau
Bingung
Cemas
Kadang curiga sesama
Menghadapi wabah corona

Tapi tak sedikit manusia


Menepuk dada
Pongah kemampuan dunianya
Belum sadar
Bahwa ini teguran
Dari yang Maha Kuasa

Corona mahkluk tak kasat mata


Bisa mengancam hidup manusia
Bahkan memporakporandakan dunia
Virus corona dari negara cina
Dengan balut ideologi komunisnya
Tak pernah terbuka
Mengapa wabah ini ada
Sampai menyebar ke pelosok dunia

Smd.30.4.20
Covid-19
Drs. H. Suharto

Datangmu tak disangka


Bukan pula cerita bahagia
Tapi justru petaka
Untuk manusia sedunia

Mungkin ini candamu yang tak lucu


Bahkan teramat menyiksa
Betapa tidak
Hari raya Idul Fitri hanya dirumah
Tak bisa silaturahmi bersama
Keluarga
Teman kerja
Sahabat
Tetangga

Sebetulnya kami tak benci


Sesama makhluk
Jika keberadaanmu
Tak serang manusia
Segeralah pergi dari bumi pertiwi

Covid-19 ya virus pembawa derita


Sebagai pandemi
Sudah cukup disini
Segera berhenti
Jangan rusak peradaban ini

Smd.23.5.20
Rindu Siswa
Drs. H. Suharto

Begitu sunyi
Halaman sekolah ini
Begitu bisu
Kelas tanpa sapa

Sudah berminggu
Bahkan berbulan
Tanpa siswa
Tanda hadir pun masih wacana

Bencana corona
Seakan menghapus rencana
Hari yang biasa terhias
Dengan canda
Ditengah berbagi ilmu
Guru dengan siswa
Seakan sirna tak berbatas

Rindu siswa
Hanya media online
Terkadang pemupus hampa
Tuk bersapa aruh dengan siswa
Meski tak seindah
Jika langsung tatap muka

21.5.2020
Gusti Ngapuranen
Drs. H. Suharto

Guyu lan crito warso anyar 2020


Durung ilang soko moto
Kebak pengarep
Rinakit no pucuking pikir

Kembang mego
Dadi udan ing wanci bengi
Ing wulan januari
Gawe anyesing ati
Pratondo mongso ketigo
Wus lumengser ginanti
Mongso rendheng tibo

Nanging no jabaning negeri


Horeg warto leloro nggegirisi
Wong durung kecandak obat
Wus tekan temahing pati

Dino ketemu dino


Leloro mlaku sak ambaning donyo
Kabeh negoro was lan waspodo
Ngadepi mungsuh kang ra kasat moto

Opo sak jane leloro kang wadi iki


Penggedene poro negoro
Ing jagat royo
Koyo wis podho kurang doyo
Piye bongsone bebas
Soko prahoro virus corona

Duh Gusti Allah Azza Wa Jalla


Opo iki sing jenenge pageblug
Wong loro ora entuk disobo
Malah mati yo ra di rukti keluargo

Duh Gusti Allah Azza Wa Jalla


Kawulo namung saget ndedongo
Nyenyuwun mugi welas asihi kawulo
Kanthi sirnakno wabah corona

Duh Gusti Allah Azza Wa Jalla


Ngapuranen yen menungso
Wis adus doso lali tujuan utomo
Kepikut gebyare donyo semoto

Duh Gusti Allah Azza Wa Jalla


Sing winengku jagat royo
Isi lan ambaning bumi langit tan kiniro
Tekane urip ing alam boko

Duh Gusti Allah Azza Wa Jalla


Ngapuranen lakune manungso
Kanthi tetes loh manungso sakdonyo
Arepo ora sak okehing banyu segoro
Mugo kanthi tulusing ati kawulo
Ijabahi dongo supoyo donyo iki
Bali marang urip dhek koyo wingi uni
Naliko corona durung ono.

Smd.14.4.20
DONYO UDAN TANGIS
Drs. H. Suharto

Wengi kang trenyuh


Sworane walang seret
Sing lamat lamat
Soko walike godhong gedang aking
Nambahi atising howo

Durung wengi banget


Nanging uwong wis ono
Jroning omah
Sing biasane gojegan no jobo
Wus nyenyet tanpo sworo

Patang sasi lumaku


Ora deso ora kutho
Koyo ora biso dipercoyo
Kabeh bingung arep opo
Amergo corona

Smd.2.5.2020
Loh kang pungkasan
Drs. H. Suharto

Bocah iku lungguh


Nunggu dawane dino
Wis emboh ra kaetung
Loh kang netesi pipi
Mergo luwe nunggu
Biyunge sing jare
Ngliwet ono pawon tuwo
Jebul
Sing
Arep
Dimasak
Ora
Ono
Mergo
Sewulan
Wis
Ora
Kerjo
Mergo
Corona
Duh Gusti
Enggal
Ilangno
Bencono
Meniko Smd.16.4.20
Biografi Penulis

Fajri Syamsirani sejak tahun 2010 hingga hari ini masih aktif sebagai
pengajar di SMK Negeri 19 Samarinda. Selain aktif mengajar, ia juga
aktif di dunia kesenian. DI sekolah ia mendirikan ekskul Teater, STS
Garputala, yang berdiri sejak oktober 2017, yang hingga hari ini
sudah berhasil membawa beberapa prestasi untuk sekolah.
Fajri Syamsirani sudah mulai menulis sejak ia ada di bangku SMP.
Beberapa karyanya sudah pernah menghiasi media cetak sejak masa
SMA-nya hingga kini. Karya sastra yang ia tulis mulai dari cerita
pendek, puisi, naskah drama, hingga opini sudah pernah naik cetak di
koran setempat dan buku-buku antologi. Dalam antologi kali ini ia
hanya memotivasi dan berharap siswa-siswanya mau menulis,
menuangkan imajinasi ke dalam tulisan-tulisan mereka. Semoga bisa
bermanfaat untuk mereka semua kelak.
MENANTI AKHIR PANDEMI
Fajri Syams

lapangan itu sepi


kelas-kelas sunyi

rindu-rindu bertumpuk
diatas meja-meja berdebu

suara detik jarum jam


ribut sendiri
menemani desir angin
yg lewat permisi

cicak-cicak
nyamuk-nyamuk
semut-semut
Kecoa
Kupu-kupu
berdiskusi

menanti akhir sepi


menanti akhir sunyi
menanti akhir pandemi
BALADA PENJAJA BONEKA
Fajri Syams

pintu reot itu terbuka


berdenyit lirih
di dalam ada wanita tua
wajah keriput mata sayu
menatapku tajam

bagaimana, pak
ia bertanya
penuh harap

tak ada yang laku, dik


jalanan sepi
orang-orang dirumah
berdiam diri
menghindar mati

air matanya jatuh


lantai itu belum kering
basah lagi

kita puasa lagi, ya


sampai senja
hingga esok hari

ia tersenyum
aku tau maksudnya

maaf
TAHUN INI BERBEDA
Fajri Syams

Ramadhan tahun ini


Ramadhan yg berbeda
Ramadhan senyap
Ramadhan tak bersuara

hening shalawat tarawih


hening tadarus malam hari
hening ceria tawa anak2 disekeliling masjid

Lebaran tahun ini


Lebaran yg berbeda
Lebaran tak hingar
lebaran tak bersua

tiada riuh takbir


tiada peluk sapa
tiada anak-anak keliling mencari nafkah

bencana tahun ini


bencana yg berbeda
bencana wabah besar
bencana yg tak kasat mata

tak ada ramai


tak ada damai
tak ada sudut yg penuh orang tertawa

Tahun ini
Tahun yg berbeda
Tak ada semua
seperti tahun-tahun biasanya
AKU INGIN KEMBALI
Agus Sulaiman, S.Pd.

Saat pertama dirumahkan


Banyak rencana yg dapat aku kerjakan
Ah Cuma empat belas hari
Pasti kami bisa lewati

Empat belas hari telah terlewati


Belum ada tanda tanda berhenti
Duh Gusti !!!
Sampai kapan musibah ini berhenti ??

Mulai sesak dan muyak


Melihat berita yang tidak enak
Orang orang yang tidak peduli
Pergi Pulang dan membawa virus ini

Duh Gusti !
Jangan Azab Kami
Ampuni kami jikalau kami lalai
Bebaskan bala ini dari negri kami

Kami ingin kembali bertemu putra putri kami


Mencurahkan segala kemampuan kami
Aku rindu
Melaksanakan tugasku
20200522
AMBYAR
Agus Sulaiman, S.Pd.

Kepergianmu tanpa kulepas


Tak ada pelukan atau sekedar salaman
Rencamu yang sudah lama kita bahas
Ambyar dilibas Corona

Saat jejak kaki di pantai


Terhempas air gelombang
Hilanglah bekas jejak kaki
Bukan berarti orangnya ikut hilang

Hampa
Inilah yang kami rasakan
Walau Perpisahan ini tanpa apa apa
Kami harap masih ada bekas tuk di kenang

202005 28
RINDU
Agus Sulaiman, S.Pd.

Sepi
Tak ada lagi apel pagi
Deru motormu menyeringai
Mengejar waktu menuai bakti
Senyap
Parkiran lapangan lorong kelas senyap
Barisan motormu langkah kakimu gelak tawamu senyap
Ah Covid-19
Kau Senyapkan SMK 19
Dari bulan Maret hingga waktu yang belum berbatas
Aku rindu riuh rendah suasana kelas

20200528
Kamu Virus Yang Tak Diundang
Arif Purwanto, M.Pd

Kedatanganmu membuat semua orang galau yang berlebihan


Kedatanganmu juga merubah semua sendi kehidupan
Kedatanganmu lah yang bisa menggoyahkan ekonomi keluarga
Serta kedatangamu lah yang bisa menghadirkan kegalauan disudut penjuru dunia
Kamu adalah virus yang mematikan
Kamu adalah virus yang tidak kelihatan
Kamu adalah virus yang susah dimatikan
Kamu juga virus yang bergentangan
Kehuaduranmu tidak diundang
Kehadiranmu penuh tantangan
Kehadiranmu membawa tuntunan
Kehadiranmu juga merubah tatanan
Untuk itu…..
Segeralah pulang
Segeralah musnah dari bumi dan tenang
Segeralah terbang
Segeralah menjadi kenangan
LANGITKU TAK LAGI KELABU
Srini Budiarti

Lihatlah, langitku tak lagi kelabu


Kini Nampak jernih dan terang
Jalan darat dan udara lengang melenggang
Sejak Corona datang mengharu biru
Corona datang, mungkin utusan Tuhan
Supaya kita sadar dan ingat lingkungan
Selama ini kita berbuat seenak jidat
Pohon-pohon ditebang tanpa ampunan
Corona, kau mengingatkanku
Akan arti kebersamaan
Corona terimakasih, berkatmu
Kami lebih lama bisa bersama-sama
Keluarga, anak dan istri tercinta
Corona, cukup sudah hadirmu
Di bumi tercinta Nusantara
Saatnya kau kembali kemana asalmu
Biarkan umat Tuhanmu, kembali
Bekerja dan beribadah seperti dulu
CERAH SINAR MENTARIKU Di 27 Mei
Srini Budiarti

Pagi yang cerah, semoga


Corona segera menyerah
Tanpa basa basi segeralah enyah
Cukup sudah hadirmu membuat resah
Corona, meski hadirmu
Memberikan sejuta makna
Mengajariku hidup bersih dan tertata
Cinta keluarga dengan tulus tanpa semu
Corona, kami sudah letih dan lelah
Untuk tidak keluar rumah
Sekedar melepas penat dan lelah
Juga bekerja dan beribadah
Corona,kuucapkan selamat jalan
Semoga kau temukan tempatmu yang nyaman
Untuk kehidupanmu yang abadi dan nyaman
Tentu bukan pada tubuh manusia yang rentan
SENJA
Srini Budiarti

Saat usiamu kini


Apa yang kau cari
Tak satupun mampu menjawabmu
Hanya termangu
Tersenyumpun bibirmu malu
Apakah dunia yang kau cari
Ternyata bukan
Surga barangkali yang engkau cari
Ternyata bukan juga
Lalu
Hatimupun berkata
Bilakah saatnya tiba
Tuhan terima aku
Dengan dosa-dosa
yang menyesakkan dada
LANGIT
Srini Budiarti

Kutatap dalam-dalam
Jauh, terlalu jauh
Nalarku tak mampu tembus
kelangit biru
Betapa kerdilnya hatiku
Yang lupa akan kebesaranmu
Jujur malu
Bibirku terkadang menghina
Ciptaanmu yang begitu sempurna
Kucatat dihatiku
Bilakah yang Empunya
Murah hati dan berkata
Kumaafkan semua khilafmu
Corona
Toni Jhupana

Tak ada yang menyangka


Engkau datang begitu cepat
Hinggap tanpa ada sebab
Bentukmu kecil dan tak terlihat

Awalnya semua terlihat sehat


Orang-orang beraktivitas tanpa sekat
Namun tiba-tiba mereka jatuh dan tertiarap
Engkau dianggap virus jahat
Corona...

Sampai kapan engkau disini


Kami telah lelah mengobati
Apa harus ribuan korban lagi
Engkau baru akan pergi..
Biografi Penulis

Ibu Dinar Rinda Listiani, S. Pd atau biasa di panggil Ibu Dinar merupakan salah satu guru di SMK
N 19 Kota Samarinda. Dia adalah anak pertama dari 3 bersaudara dari kedua orang tua Ngudi dan
Timbul Nursiati yang lahir pada tanggal 08 Agustus 1989.Dia merupakan Guru yang mengajar
mata pelajaran Sejarah Indonesia dan PKN.
Sebelum mengajar dia bercita-cita menjadi seorang Dokter, tapi sayang nya Allah SWT
berkehendak lain. Dari dia lahir sampai sekarang Ibu Dinar tinggal di daerah Bukuan, Ibu Dinar
pernah bersekolah di SDN 002 Bukuan, Lalu di SLTP N 14 Palaran, selanjutnya dia bersekolah di
SMK N 8 Samarinda Seberang dan melanjutkan S1 di UNMUL jurusan Pend. Ekonomi lulusan
Tahun 2011. Saat ini Ibu Dinar sudah memiliki 2 orang Putri dari pernikahan nya pada Tahun 2017
dengan Bpk Ardiansyah seorang suami yang bekerja di salah satu Dinas di kawasan wilayah
Tenggarong. Selain itu Ibu Dinar juga pernah mengajar di beberapa sekolah Swasta di daerah
Samarinda dari tahun 2010.
YA Rabb
Dinar Rinda Listiani

YA Rabb
Ramadhan kali ini sungguh – sungguh berbeda,
Hanya karna Corona
Tak ada lagi tarawih
Tak ada lagi aktivitas seperti biasa
Masjid, rumah ibadah kami
Sekolah, tempat kami menimba ilmu
Kantor, perusahaan tempat kami mencari nafkah.
Semua, semua dihentikan
Ya Rabb
Begitu cinta nya engkau dengan kami,
Begitu sayang nya engkau dengan kami,
Sampai engkau beri ujian seberat ini,
Ujian yang sangat luar biasa buat Negeri
Ya Rabb,
Kami percaya, percaya dengan kuasa mu
Di setiap ujian yang engkau berikan
Tak kan pernah melebihi batas kemampuan
Biografi Penulis

M. Ikhsan Hidayat .S yang lebih akrab dipanggil ikhsan. Lahir di Samarinda tanggal

19 April 1994. Merupakan putra ketiga dari lima bersaudara, pasangan Bapak Syahrul dan

Ibu Herlina.

Menamatkan Pendidikan dasar di SD 007 Samarinda, melanjutkan Pendidikan

menengah di SMP 34 Samarinda, pada tahun yang sama melanjutkan di SMKN 15

Samarinda. ketika lulus sekolah lebih memilih melanjutkan Pendidikan ketimbang bekerja,

yaitu di Universitas Mulawarman dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program

Studi Pendidikan Ilmu Komputer karna menyukai Pendidikan dan dunia komputer.

Usai menamatkan kuliah saat ini sedang mengabdikan diri sebagai guru di SMKN

19 Samarinda dengan bidang multimedia, sambil mengelola website sekolah.


Covid-19
M. Ikhsan Hidayat S.

Hiruk pikuk kota semakin menepi


Meninggalkan jejak jati diri
Bukan saatnya untuk disesali
Melainkan berjuang dengan penuh harga diri
Terlahir pengecut dan penuh benci
Menembaki ribuan orang dalam kecemasan hati
Menyerang kami dalam keadaan buta & tuli
Saat terlelap dalam dunia, serta
Surutnya iman dalam diri
Dari hari berganti hari
Jiwa demi jiwa jatuh keruang bawah diri
Hingga sesak napas berusaha bertahan
Dan mendesak manusia untuk mengambil perannya
Tak pernah lelah perihal sumpah serapah
Tak perlu berbusa mulut kami untuk saling menyelamatkan
Kami tak menyerah, peluru do’a kami siap terlahir tak bersuara,
dan kasat mata.
Biografi Penulis

Chusnah Susanti, seorang ibu guru dengan latar belakang Pendidikan Biologi, lulusan Universitas
Mulawarman, terlahir di kota Samarinda pada 22 Juli 1984, sejak tahun 2008 mengabdi sebagai
pengajar di SMKN 19 Samarinda, memiliki 3 buah hati yang cantik dan ganteng.
“sweet smile = mood booster”
Dia Terlanjur Hadir
Chusnah Susanti

Dulu….
Aku dan kamu selalu bersama
Dirumah ataupun ditempat kerja
Kita selalu bersama

Namun sekarang…
Setelah pulangmu dari sana
Kamu membawanya bersamamu
Dia hadir di antara kita

Kamu menjaga jarak denganku


Aku merindu padamu dan kamu terlanjur bersamanya

Empat belas hari kemudian,


Kamu menyadari dia sudah merusak hidupmu
Tapi kamu tak mampu melepasnya
Kamu terikat dan semakin tersiksa olehnya
Membuatmu terperangkap dalam ruang sepi dan menyendiri

Aku tak berdaya untuk menolongmu, karena akupun tersakiti olehnya


“Corona”
Corona Kau Jodoh Terlarang
Chusnah Susanti

Begitu cantik namamu


Memaksa masuk ke dalam dunia
Mampu membuat isi dunia kacau balau
Tanpa mengenal usia dan kasta

Kehadiranmu sungguh tidak diharapkan


Tapi kau mengamuk dan menyerang ke segala arah
Tanpa tampak siapa saja yang telah kau hinggapi
Tanpa sadar dirinya telah kau jangkiti

Hadirmu seperti zaman Siti Nurbaya


Dipaksa untuk berjodoh dan bersatu
Berhasil menghindar darimu berarti hidup
Tak berhasil menghindar darimu berarti mati
Kidung Sunyi Sang Corona
Chusnah Susanti

Perlahan kau datang tanpa ku duga


Tak kau beri isyarat apapun akan hadirmu
Betapa lembut kau menyapa jiwa
Hingga ku lupa menyambutmu

Kau merasuk ke dalam diri


Yang lalai akan dirinya sendiri
Kau dalam senyap melekat pada raga
Yang haus akan hingar bingar ramainya dunia

Begitu halusnya dirimu menyusup ke dalam relung rongga dada


Membuat sesak dan tersengal nafas yang Illahi titipkan
Hanya waktu singkat yang dapat kau berikan
Untuk mengambil semua titipan Sang Illahi pemilik nyawa

Dalam diam ku merenung betapa dahsyatnya dirimu merajalela


Tapi ku tersadar ini adalah ujian besar dari Sang Maha Pencipta
Hanya Dialah yang mampu membawamu pergi jauh dan takkan kembali lagi
Ya Allah, dalam sujud ku memohon padamu hilangkanlah wabah corona dari muka bumi ini
Biografi Penulis

Herianti, guru bahasa Indonesia di SMKN 19 Samarinda lahir di Bone, Sulawesi Selatan. Setelah
mencapai gelar sarjana di Universitas Negeri Makassar (UNM) pada jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, ia mengajar di salah satu SMK di Kutai Timur, SMKN 1 Bengalon. Ia pernah
menjadi pembimbing ekstrakulikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR), Alhamdulillah siswa yang
dibimbingnya berhasil meraih juara 3 dalam lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat se-Kabupaten Kutai
Timur dan Kota Bontang yang diselenggarakan oleh PT Badak NGL Bontang dalam acara Bakti
Karya Taruna Wiyata Dies Natalis Ke-2 LNG Academy pada bulan Oktober tahun 2013.

Pada tahun 2019, Ia pindah tugas ke Samarinda dengan tujuan untuk menambah wawasan dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia berharap menjadi guru yang berkontribusi
dalam memajukan bangsa dan negara ini.
Enyahlah
Herianti, S.Pd.

Luka kau goreskan


Kau memakan korban
Banyak kehilangan pekerjaan
Kau turunkan perekonomian
Negeriku menangis
Pendapatan menipis
Mudik tak dibolehkan
Rindu harus tertahan
Tuhan angkatlah wabah covid-19
Kumerindukan SMK 19
Kuingin bebas dari musibah-Mu
Semoga corona segera berlalu
Samarinda, 20 Mei 2020
Corona
Ria Setia Prihantini

Corona..
Tak kasat mata namun melumpuhkan
Bukan makhluk hidup namun mematikan
Hadirmu mengusik ketenangan dan rasa khawatir kami
Seketika teringat film zombie
Kau dapat kapan saja membunuh kami jika mengabaikanmu
Maaf karena kami sering lalai dan terlupa
Hadirmu mengingatkan kembali betapa penting menjaga kebersihan
Betapa penting menjaga kesehatan

Hari itu ketika digemakan “Stay at home and work from home”
Berkecamuk di dalam diri
Semua aktivitas dibatasi
Gerilyamu begitu dahsyatnya
Bahkan hingga mendunia
Membuat lumpuh sebagian isi bumi

Ada apa ini?


Apakah ada sebuah konspirasi dibalik hadirmu
Atau hanya cara Tuhan dalam menyayangi hamba-Nya
Pasti akan ada hikmah besar dibalik ini
Pergilah..musnahlah..
Terimakasih..
Karenamu kami sadar
Sehat itu mahal
Waktu bersama keluarga jauh lebih bermakna
Kesibukan dunia sering membuat kami lupa
Bahwa kami hanya manusia yang tercipta
Tulisan Tanpa Judul
Devi Aristiani

Gemericik berkah langit menyerbu bumi tanpa ampun


Ku sibak kan tirai jendela
Ku raih arloji tua di meja kayu coklat
Ku membelinya 5 tahun lalu, kini kacanya pun mulai retak
Namun ia masih memberi isyarat waktu nan akurat
Pukul 01.38
Hari Jum'at, 20 Mei 2020

Aku terduduk di sebuah kursi


Menghadap jendela
Memandang langit nan gelap laksana isyarat duka dan lara
Menatap dedaunan yang berdansa dengan air hujan
Dingin pun merambat, menggerakkan jemari kanan ku
Ku mencoba bercerita
Ingin hatiku menulis puisi
Namun tak mampu ku menata kata tuk ekspresikan kalut ini
Ku sebut ini sebuah tulisan

Tulisan ini pun dimulai …


Ku berjalan dalam jauhnya rindu dan angan
Jauh di dalam sana, di hati ku, aku merindu kebebasan
Hari dimana aku bernafas dengan bebas
Hari dimana aku menjabat banyak tangan
Hari dimana semua nampak baik tanpa bayang kematian
Tak jarang, mimpi bahagia pun sering datang
Mengisyaratkan raga yg sedang dalam siksa
Kini Sang Pemilik menunjukkan sebuah BATAS
Batas untuk udara yang biasanya bebas kita hirup
Batas untuk jarak yang biasanya bebas kita lewati
Batas untuk gelak tawa yang biasanya bebas kita rangkai

Iya, biasanya kita bebas


Lantas ada apa sekarang?

Mengapa sekarang nafas kita bersekat kain?


Mengapa jarak kita berbatas satuan meter?
Mengapa sentuhan kita berakibat fatal?

Ini kah murka-Mu?

Corona Virus-19
Engkau hadirkan makhluk ini di tengah kebebasan kami
Hingga semua memburuk
Semua makhluk panik
Berbayang takut, berputus asa
Teknologi tak membantu
Ilmu maju tak bertaring

Tuhan, ampun…
Biografi Singkat.

IZTI SABRAN MAHANA lahir di Samarinda, pada tanggal 14 Februari 1991. Telah mengajar

ditingkat SMK sejak tahun 2012 silam, setelah menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) pada

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA),

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mulawarman. Kemudian melanjutkan

lagi pendidikan di Program Pascasarjana (S2) Kependidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Universitas Mulawarman. Saat ini Penulis bertempat tinggal di Mangkupalas,

tepatnya di Jalan Pattimura Rt.04, No.04, Gg. Hj. Umi Kalsum Samarinda Seberang. Pada Tahun

Pembelajaran ini penulis mengampu mata pelajaran produktif Jurusan Teknik Sepeda Motor pada

Kelas X, XI dan XII.


Tidakkah kita mengambil pelajaran ???
Izti Sabran Mahana

Saat yang kita pegang mulai terlepas dari genggaman.


Saat yang dikenakan menghilang samar perlahan.
Rasa lapang telah berganti dengan kesempitan.
Tidakkah kita mengambil pelajaran?

Pandemi virus menyapa secara tiba-tiba.


Covid-19 berbaur antara ada dan tiada.
Ia bersandar namun mampu merobohkan negara.
Tak kasat mata namun mampu meluluhlantakkan dunia.
Apakah ini azab atau ujian Yang Maha Kuasa?

Sekolah sunyi merindukan candaan siswanya yang renyah.


Peribadatan hening merindukan dzikir cinta para jamaah.
Sektor ekonomi semakin susah.
Dapatkah kita memetik hikmah dan menyuburkan sedekah?

Kitalah garda terdepan melakukan perlawanan.


Dengan tetap menjaĺankan protokol kesehatan.
Demi para nakes yang telah berjuang.
Demi keluarga kita tersayang.

Covid-19 datang membawa pesan.


Sesaknya tarikan nafas, sebagai pengingat pemutus kelezatan.
Korban yang berguguran sejatinya hanya tentang giliran.
Kepada Allahlah kita akan dikembalikan.
Bukankah kematian sejujur-jujurnya peringatan?

Masihkah kita memiliki panjang angan?


Sedang yang kita butuh hanya amalan.
Marilah kita bermunajat dan muhasabah.
Kepada yang berkehendak menurunkan Wabah.

Ya Rabb kami, Yang Maha mengatur makhluk-Nya.


Sesungguhnya kami lemah tak berdaya.
Ampuni dosa-dosa dan kesalahan kami.
Jadikan bumi ini pulih dan tersenyum kembali.
BIOGRAFI PENULIS

Muhammad Fiqri Setiawan, S.P MUHAMMAD FIQRI SETIAWAN, merupakan

anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak

Achmad (alm) dan Ibu Jubaidah. Pendidikan formal

dimulai pada tahun 1999 di Sekolah Dasar Negeri

024 Samarinda sampai kelas 5 SD, saat kelas 6 SD

pindah ke SD Negeri 013 Marang Kayu, dan tamat

pada tahun 2006. Pada tahun yang sama

Data Pribadi melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 3 Marang

TTL : Samarinda, 16-12-1993 Kayu, tamat pada tahun 2009. Kemudian


Jenis Kelamin : Laki-laki melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 3
Agama : Islam
Warga Negara: Indonesia Unggulan Tenggarong, tamat pada tahun 2012.

Status : Belum Menikah Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2012 di

Universitas Mulawarman, Fakultas Pertanian,


Kontak
Jurusan Agroekoteknologi, Program Studi
Telepon : 0857 5309 5694
E-mail Agroekoteknologi, dan tamat pada tahun 2016. Saat
muhfiqrisetiawan@gmail.com
ini mengajar sebagai Guru di SMK Negeri 19

Samarinda pada Jurusan Agrobisnis,


RINDU
M. Fiqri Setiawan,S.P

Lama tidak jumpa denganmu

Hati ini sungguh sangat rindu

Kepadamu hai murid-muridku

Kapankah bertemu

Libur ini terlalu panjang

Hingga dirumahku merasa bosan

Ingin berangkat ke sekolahan

Berjumpa kalian

CORONA

Segeralah pergi dari bumi ini

Kami ingin belajar seperti dulu lagi

Belajar bersama

Hingga tak terasa waktu pulang telah tiba

Yaa Allah

Kumohon ampuni dosa-dosa kami

Serta dosa-dosa seluruh umat di bumi

Dibulan Nan Fitri

Kembali Suci

Berikanlah perlundungan pada kami


HIBERNASI BUMI
M. Fiqri Setiawan,S.P

Bumi

Tempat kehidupan manusia di alam ini


Dimana terdapat air, udara, tanah, angin, dan api
Semua itu komponen kehidupan untuk umat ini

Bumi
Sumber daya alam yang engkau miliki
Telah dimanfaatkan anak cucu Adam hingga saat ini
Mulai eksplorasi hingga eksploitasi
Kehidupan manusia yang dinamis
Membuat kami mementingkan ego ini

Tanpa peduli lingkungan untuk memperkaya diri


Kini kami telah menghadapi pandemi
CORONA sebutannya saat ini

Virus kecil yang menakuti hati


Membuat kami lebih peduli
Betapa berharganya hidup ini

Maafkan kami yang antipati


Kini kami sadar kau ingin beristirahat
Hibernasi Bumi . . . lekaslah PULIH

Hati, Bumi dan Seisinya


COVID-19 (Corona Virus Disease)
M. Fiqri Setiawan,S.P

Pandemi

Wabah penyakit yang melanda seluruh belahan bumi

Kedatangannya yang tidak pernah dinanti

Membuat kami was-was setiap hari

Ooh Covid, virus kecil tak kasat mata

Menginfeksi saluran pernafasan kami

Menyebar melalui udara .dan kontak fisik

Dan parahnya membuatkami harus berjarak

Memaksa kami untuk selalu cuci tangan

Menghindari jabat tangan, perkumpulan

Hingga memakai masker setiap saat untuk pencegahan

Namun kami sadar ini hanyalah sementara

Dibalik kedatanganmu Corona

Melatih manusia untuk selalu disiplin hidup bersih

Membuat belajar, bekerja & beribadah dilakukan di rumah

Membuat kami lebih intens berinteraksi dengan keluarga.

Semoga wabah Corona ini segera berlalu

Kami hanya mampu berdo’a kepada-Mu

Untuk menyambung berbagai asa

Guna kehidupan yang lebih bermakna.


Biografi Penulis

Dodi Firmansyah, Seorang guru dengan latar belakang Pendidikan S1 Manajemen Dakwah
lulusan IAIN Samarinda angkatan 2015, terlahir di kota Samarinda 06 Oktober 1992, sejak tahun
2016 mengabdi sebagai pengajar di SMKN 19 Samarinda
IKHTIAR, TAWAKAL, dan CORONA
Dodi Firmansyah

Tuhan mengapa engkau menciptakan kesunyian ini?


Engkau sepikan rumah-rumah ibadah yang selalu kami ramaikan dengan shalat berjama’ah dan
lantunan ayat-ayat suciMu
Bahkan seluruh duniapun tersunyikan oleh keadaan ini
Kami terkurung, bahkan sebagian dari kami kehilangan mata pencahariannya, kamipun tidak bisa
beraktifitas seperti sedia kala
Apakah dengan datangnya pandemi ini adalah bentuk kemurkaanMu ya Allah
Apakah ini rasa cinta yang engkau berikan kepada kami
Maka bimbinglah kami agar dapat melewati pandemi ini dengan tidak putus asa, berilah kekuatan
dan kesabaran terhadap kami yang selalu berdoa dan memohon kepadaMu ya Allah untuk segera
mengangkat virus corona dari muka bumi ini
Ini semua terjadi karena kehendakMu ya Allah
yang maha Esa tempat kami meminta
TENTANG PENULIS

Hendra Purwanda lahir di Palaran 29 November 1995. Lelaki yang hobi memancing
ini mulai mendalami sastra sejak melanjutkan studi Sastra Indonesia di Universitas
Mulawarman dan mendapatkan predikat lulusan terbaik pada tahun 2018. Pernah terlibat
penelitian bersama dosen Sastra Indonesia di antaranya berjudul Perubahan Fungsi Lamin
Adat Pemung Tawai di Desa Budaya Pampang; Sejarah Penamaan Anak Sungai Mahakam
Kota Samarinda; dan Metafora Manjapuik Marapulai di Kabupaten Agam Sumatera Barat.
Pada tahun 2017 pernah magang sebagai editor bahasa di Kaltim Post. Saat ini telah bekerja
di SMK Negeri 19 Samarinda dan masih aktif menulis karangan pribadi. Dalam bidang
organisasi, menjadi pelatih Pramuka dan Paskibra di SMK Negeri 19 Samarinda.
Alam sedang tidak baik-baik saja
Hendra Purwanda

Alam sedang tidak baik-baik saja


Kemarin kita berkumpul, berbicara, bersenda gurau sampai tiba senja
Berangkat sekolah berangkat kerja berangkat huru hara
Asap pabrik, asap kendaraan,tak dihiraukan, pohon ditebang, tanah dilubang hingga Corona
datang menyerang
Alam sedang tidak baik-baik saja
Hari ini
Hari ini semua menyimak tanpa berbuat banyak
Sakit, menjerit, terbatas karena Corona
Orang-orang diusir dari keramaian
Tak ada tempat cari makan, semua berusaha bertahan tanpa kepastian
Hari ini memang beda kawan tapi jangan nyerah sama keadaan, setidaknya itu yang dihafal pada
ramadan kali ini dari siaran iklan.
Alam sedang tidak baik-baik saja
Namun, hari ini orang-orang tak berhenti lalu lalang
Pesawat masih mengepakkan sayapnya, kapal-kapal disambut meriah pelabuhan, mobil-mobil
sesuka hati pulang kampung karena mudik dilarang.
Orang-orang saling menyerang berharap sembako segera datang
Seperti berharap penyakit ini segera hilang, tapi virus ini berharap manusia harus berkurang
Esok
Masih menutup pintu dan jendela
Alam sedang tidak baik-baik saja
Alam tahu mempertahankan diri menyembuhkan lukanya

Samarinda, April 2020


LOCKDOWN
Hendra Purwanda

Mengunci keluar-masuk
Wilayah
Daerah
Atau Negara
Kalau Corona itu cinta
Biarlah ku karantina
Mengunci keluar-masuk diikrarkan
Wajah
Hadiah
Atau bicara
Tidak kelihatan tapi getarannya bisa dirasakan

Samarinda, April 2020


Terperangkap Dinding Batu
Hendra Purwanda

Pandanglah langit dan lihatlah


Awan merindu
Pandangilah bumi dan lihatlah
Aku sendu, Corona menggerutu
Badanku sakit setiap waktu
Ke mana pun angin berhembus
Bila kembali padaku
Ke mana pun hilang suara halus
Tak ada artinya bagiku
Yang terperangkap dinding batu

Samarinda, Mei 2020


ODP
Hendra Purwanda

Apa kata orang dalam pemantauan?


Mereka diterpa kata menggunung
Aku khawatir
Walau terasa amatir
Ku berharap jadi takdir
Aku ingin menjadi orang dalam pemantauan
Mencair diterpa tatapan mu dalam senandung
Dalam diam-diam aku suka
Dalam diam senyum mu terbuka
Awal mimpi menjadi cinta

Samarinda, Mei 2020


Tamu Lebaran
Hendra Purwanda

Lebaran tahun ini tidak ada salam-salaman


Di depan rumah-rumah ada air ada keran
Ada sabun cuci tangan
Juga ada tulisan tidak menerima tamu lebaran
Tidak lagi ditanya pekerjaan, pacaran, pernikahan atau bertemu dengan sepupu dan tiba-tiba
timbul perasaan
Katanya lebaran sepi
Gang gang sunyi
Masjid-masjid menepi tapi tidak dimusuhi
Di tengah pandemi menghibur diri
Kata lebaran
Orang-orang berpergian
Jangan pupus harapan
Apalagi tiba-tiba hilang dari peradaban

Samarinda Mei 2020


CUKUP
Hendra Purwanda

Dadaku sesak
Sakit
Jatuh
Bukan karena Covid
Sedang terluruh dari langit
Dadaku bergetar
Bangkit
Kukuh
Bukan tersiah dari Covid
Sedang mengudara ke langit
Cukup berikan senyuman membawa luka
Cukup berikan senyuman membawa pelita

Samarinda April 2020


Menyerah Dini Hari
Hendra Purwanda

Pada orang-orang gelisah Imported Case


Ia masuk bebas melintasi pelabuhan dan bandara yang longgar
Ah sudahlah
Orang-orang terbiasa demam, pilek, TBC
Local Transmission menjejaki
Klaster di mana-mana orang-orang jadi suspect
Ah sudahlah
Sambil senyum keringat mulai bercucuran
Gemuruh teriakan
Melawan bertahan berdamai
Menyerah dini hari

Samarinda, Mei 2020


Lekas Usai Pandemi
Hendra Purwanda

Wahai Tuhan
Aku termangu memandangi angkasa sedang bulan menatapi khayalan
Duduk dalam sunyi berharap pada isi hati
Anak-anak sekolah dirumahkan, supir dan ojek dilupakan, pedagang kecil risau tak karuan
Buruh pabrik diputuskan , dokter dan perawat lelah menjadi harapan
Hari hari sesak dilalui berharap pada pulih situasi
Napas Kau berikan nafkah Kau berkahkan
Wahai Tuhan Maha Esa pada Mu doa ku tambatkan
Lekas usai pandemi ini
Jabahlah doa ini
Lekas usai pandemi ini

Samarinda, Mei 2020


Pulang
Hendra Purwanda

Ketika tangan lebih jahat dari senyuman


Pada senyum tertutup pilu
Ketika bibir lebih takluk dari pandangan
Pada pandang tertutup ragu
Dari pergaulan dipuja
Kini tak lagi sudi bersama
Dari kamar yang indah
Kini harus berpindah
Pada kerinduan aku berkata
Katakan pintu akan terbuka
Pada tangis harap jadi permata
Ku ingin kau terima sembuhkan luka

Anda mungkin juga menyukai