Karna Covid
Guru Trus Fit
dan trus Aktif
Lewat Karya Tulis
Mei 2020
Layout by aryavamsa_frengky
Prakata
Oleh Frengky, S.Si., M.A.
Hadapi Corona
Tanpa trus Merana
Jalani dengan Rela
Dengan di rumah aja
Jangan terlena
Walau di rumah
Kita trus berkarya
Lampaui batas susah
hari itu
kamu datang dengan ba – ba
membawa bencana
mengacaukan dunia
membuat resah manusia
Bersambung . . .
kamu corona
yang telah membuat sengsara
sebenarnya adalah pelajaran buat manusia
untuk peduli pada sesamanya
dan juga pada bumi yang di nggalinya
yang selama ini telah dirusaknya
dengan keserakahannya
dan dengan ke daktahuannya
kamu manusia
sadarilah
berdiam di rumah bukanlah derita
menjaga kesehatan bukanlah beban
tapi ini adalah kesempatan
untuk melihat diri semakin dalam
menyadari bahwa ada dak akan selalu ada
menysukuri se ap nafas yang sering terabaikan
se ap tawa yang sering terlewatkan
menikma kesederhanaan dan ke dakmampuan yang tersajikan
Kamu manusia
janganlah pergi kemana-mana
jangan buat banyak perkara
duduklah diam tanpa sandiwara
taa lah yang sudah menjadi tah
janganlah banyak berulah
gan lah dengan doa
mohonlah pada yang kuasa
dan berikanlah kesempatan pada semesta
memperbaiki dunia
Seketika ms teringat
Kala itu kita circletime bersama
Menari dan menyanyi menyelesaikan projek
bersama
Perjuangan menghafalkan dialog dan gerakan
bersama
Corona
Siapakah kamu?
Kamu datang tanpa kami harapkan
Kamu datang tanpa permisi
Cemas, bingung, takut, itulah yang selalu menghantui kami
Corona . . .
Kamu adalah sosok yang tak terlihat
Kecil dan mampu hinggap dimanapun kamu mau
Kamu juga mencari sasaran untuk kamu singgahi
Tapi...
hadirmu hanya menyakiti setiap orang yang lengah terhadapmu
Corona . . .
Hadirmu sungguh membuat kami sengsara
Kami susah untuk pergi
Kami susah untuk mencari makan
Bahkan kamu membuat kami harus selalu berdiam diri di rumah
Dunia bagaikan kota yang mati
Corona . . .
Seluruh dunia sudah kamu singahi
Banyak manusia yang telah menjadi korbanmu
Apa yang sebenarnya kamu inginkan?
Corona . . .
Karena kamu
Kami menjadi semakin kuat
Kami menjadi lebih bersatu
Kami seluruh dunia bekerjasama untuk melawanmu, Corona
Kami yakin . . .
Segala upaya yang kami lakukan pasti akan segera kami petik hasilnya
Corona . . .
Kamu pasti akan segera musna dari Bumi ini.
Gaia dan Air Mata
Oleh Christiana Risma M., S.Pd.
Carut . . . .marut . . . .
Duka . . . . perih . . . .
Tangis . . . . air mata . . . .
Sekejap semuanya muksa
Bak mimpi disiang bolong
Terimakasih tuan corona atas kegaranganmu, sehingga bisa membuat kami melek
bahwa Gaia ingin semua insan mengasihi dirinya
Oh virus corona
Kau membuatu sedih dan senang
Aku sedih kau hadir di dunia ini
Aku sedih tak bisa kemana-mana
Aku sedih tak bisa berdekatan dengan murid-muridku
Aku sedih harus di rumah saja
Aku sedih harus beribadah di rumah saja
Aku sedih banyak yang meninggal karenamu
Aku sedih semua dunia terluka karenamu
Aku sedih karena para medis harus berjuang melawanmu
Aku sedih banyak orang harus terpisah karenamu
Aku sedih banyak orang kehilangan pekerjaan karenamu
Aku sedih sekolah sepi keceriaan murid-murid bermain
Oh virus corona
Aku juga senang kau hadir disini
Aku semakin rajin cuci tangan
Aku semakin rajin makan makanan sehat
Aku semakin rajin minum air pu h
Aku semakin peduli pada orang lain
Aku semakin dekat dengan Tuhan
Aku semakin paham ar peduli yang sesungguhnya
Pantun 1
Kelapa muda segar rasanya
Disuka semua usia
Karena ada wabah corona
Semua guru harus We-Ef-Ha
Pantun 2
Ikan piranha kuat berenang
Bisa tembus jala dan benang
We-Ef-Ha membuat semua senang
Karena bisa medsos an dengan tenang
Pantun 3
Ikan hiu bergigi sangat keras
Di pantai menyerang unggas
We-Ef-Ha kuranglah pas
Bagi pegawai yang tidak malas
Pantun 4
Berlari cheetah sang juara
Iguana coba memburu
Murid belajar di rumah aja
Mendadak orang tua menjadi guru
Pantun 5
Cerita seru waktu berkemah
Tak seindah cerita dari sang ayah
Ternyata guru baru di rumah
Tak seramah guru di sekolah
Pantun 6
Anak bersorak turun ke sawah
Pak Tarzan lalu marah marah
Segalak galak guru di sekolah
Tak segalak guru di rumah
Cerita Si COVID-19
Oleh Wahyu Susilo Alfiantoro, S.Pd.
Bersambung...
Awal bulan September 2019 aku dan kawan-kawan mengadakan
pertemuan untuk membahas permasalahan yang kami hadapi saat itu.
Tujuan utama kami adalah memperbaiki bumi dari kerusakan-kerusakan
yang sudah ditimbulkan oleh manusia. Oleh karena itu, kami mengatur
strategi untuk mulai menyerang manusia. Kami adalah virus yang
menyerang hewan, tentu saja kami kesulitan untuk bisa menyerang
manusia. Manusia menyebut kami sebagai virus RNA, sedangkan virus yang
menyerang manusia adalah virus DNA. Kelebihan kami sebagai virus RNA
adalah kami lebih cepat bermutasi dibandingkan dengan virus DNA.
Misi untuk menyerang manusia pun mulai dibahas dari awal sampai
akhir dengan sedetail-detailnya. Kami tidak ingin penyerangan ini berakhir
sia-sia tanpa membuahkan hasil karena pengorbanan dan resiko yang kami
hadapi sangatlah besar. Kami juga mendatangkan tenaga ahli yang sudah
berpengalaman dalam hal bermutasi yaitu virus SARS. Virus SARS ini juga
berasal dari China sebelum menyebar ke 26 negara di seluruh dunia. SARS
juga menginfeksi lebih dari 8000 orang dan membunuh lebih dari 770
manusia selama 2 tahun.
Hal pertama yang dibahas adalah cara berpindah dari tubuh hewan
ke tubuh manusia. Resiko yang kami hadapi tentulah sangat tinggi karena
jika manusia memasak kelelawar itu dengan matang maka kami pasti akan
mati. Itu adalah tantangan terberat kami. Oleh karena itu, kami semua,
tanpa kecuali, harus melakukan pelatihan khusus agar bisa bermutasi.
Sehingga, jika salah satu dari kami lolos dari kematian yang dikarenakan
manusia memasaknya tidak matang maka kami punya kesempatan untuk
bermutasi di tubuh manusia.
Setelah berpindah ke tubuh manusia, kami harus menghadapi para
tentara Antibodi yang siap untuk membunuh kami. Latihan yang kami
lakukan juga tidak mudah. Kelemahan kami yaitu molekul kami tidak
stabil dan tidak memiliki proses pengecekan dan koreksi seperti virus
DNA. Kami kerap melakukan kesalahan ketika mereplikasi RNA asli. Tak
seperti virus DNA, sel inang yang dihinggapi virus pun tak membantu
mengoreksi kesalahan kami. Namun hal itu bisa kami jadikan senjata
dalam bermutasi. Kami bisa sangat sering berubah
Bersambung...
dengan kata lain bisa bermutasi sangat cepat dan punya konsekuensi yang
parah terhadap manusia yang terinfeksi. Mutasi yang kami lakukan yaitu
membuat perubahan terhadap protein atau berubah dari virus awal. Di sini
kami harus sangat berhati-hati karena Antibodi pada manusia pada infeksi
awal bisa mengenali kami. Nah saat bereplikasi di dalam sel itulah kami
akan bermutasi. Kemudian mutasi itu tidak dikoreksi sehingga waktu
membentuk bagian-bagian komponen, misalkan enveloped-nya virus,
bagian yang akan menempel ke sel itu akan berubah. Dari sini kami akan
mengelabuhi tentara Antibodi. Antibodi yang tadinya mengenali kami,
katakanlah mengenakan baju hijau, begitu keluar sudah bukan baju hijau
lagi karena kami sudah merubah enveloped-nya. What a brilliant idea,
right?
Kami harus bisa bermutasi dengan cepat, agar tentara antibodi
kesulitan mengenali kami yang sudah berubah. Sehingga, tentara antibodi
yang sudah dibentuk untuk melawan kami yang pertama masuk dan sudah
dikenali, tidak lagi efektif memerangi kami yang sudah berubah identitas
ini. Hal ini yang menyebabkan para tentara antibodi sulit memerangi kami
yang terus bermutasi. Akibatnya, efek sakit pada manusia kian parah.
Untuk bermutasi dengan cepat, kami pun harus berlatih dari virus
HIV. HIV mempunyai kemampuan untuk mengikat sel manusia 1.000 kali
lebih kuat dibandingkan Sars atau sindrom pernapasan akut parah. Oleh
karena itu, kami pun terus meningkatkan kemampuan kami dalam
bermutasi agar bisa secepat HIV.
Kami tidak ingin berhenti menginfeksi hanya pada satu manusia saja.
Namun, kami juga memikirkan cara agar kami bisa menginfeksi banyak
orang. Ada beberapa cara yang akan kami lakukan agar kami bisa menyebar
ke banyak manusia. Yang pertama adalah kami harus menempel pada
benda yang sering disentuh manusia. Dengan menempel di permukaan
benda yang sering terjamah, otomatis kami dapat berpindah dan
menemukan inang baru apabila manusia lain menyentuh benda tersebut.
Resiko ini cukup tinggi bagi kami karena kami hanya dapat hidup selama
tiga sampai lima hari pada benda tersebut sehingga kami harus jeli memilih
benda yang paling sering . . .
Bersambung...
disentuh agar secepatnya kami dapat menemukan inang baru. Cara kedua
adalah melalui tangan manusia. Kami memilih tangan karena tangan
adalah anggota tubuh yang paling banyak melakukan aktivitas dan
melakukan interaksi dengan orang lain atau benda-benda yang ada di
sekitarnya sehingga kami bisa menyebar dengan cepat. Selanjutnya adalah
dengan menempel pada pakaian dan benda yang manusia gunakan. Cara
yang keempat yang paling banyak dan mudah untuk menyebar adalah
melalui droplets. Droplets dapat terjadi ketika manusia meninggalkan
cairan di lantai atau benda-benda di sekitarnya ketika bersin, batuk,
ataupun berbicara. Jadi ketika manusia akan bersin, batuk maupun
berbicara kami harus siap sedia untuk ikut bersama dropletsnya.
Tak terasa sudah tiga bulan kami mempersiapkan diri untuk misi
menyerang manusia. Pagi ini di bulan Desember 2019 di kota Wuhan China,
kami memulai misi kami. Pasar hewan Wuhan menjadi tempat pertama
kami melancarkan misi. Sebelum kami menyerang manusia, tentu saja
kami menyebar di antara kelelawar, ular, trenggiling terlebih dahulu .
Hingga suatu ketika ada manusia yang berinteraksi dengan hewan
tersebut. Ini menjadi jalan kami untuk menyebar ke manusia-manusia
lainnya. Ya benar saja, hal ini terjadi memang sudah sesuai dengan rencana
kami. Manusia tersebut mengalami flu dan dia tidak sadar bahwa bukan flu
biasa yang ia alami, karena kami sudah masuk ke dalam tubuhnya.
Kamipun sudah berubah menjadi virus yang ganas. Ketika kami
menginfeksi manusia, ada dua macam inang yang terinfeksi yaitu inang
alami dan inang fatal. Inang alami adalah manusia yang terinfeksi tanpa
menjadi sakit atau menunjukkan gejala klinis yang signifikan. Sedangkan
inang fatal adalah manusia yang apabila terinfeksi suatu mikroorganisme
menunjukkan gejala klinis. Target bagian tubuh manusia yang kami serang
adalah bagian paru-paru sama seperti SARS karena kami sudah belajar dari
ahlinya. Tubuh manusia akan menjadi demam, flu, batuk, dan sesak napas.
Ketika kami menyerang paru-paru, manusia akan mengalami gagal nafas
akut. Kami akan merusak dan membuat cairan bocor dari pembuluh darah
kecil di paru-paru. Cairan yang terkumpul di kantung udara . . .
Bersambung...
paru-paru (alveoli) ini akan membuat manusia sulit mentransfer oksigen
dari udara ke darah. Akibatnya, manusia akan kesulitan bernapas karena
cairan tersebut membanjiri paru-paru. Selain organ paru, kami juga akan
mencari sel hidup yang memiliki protein di luar sel, yaitu reseptor. Apabila
kami menemukan reseptor yang cocok dengan sel, kami pun akan
menyerang organ lain seperti saluran pencernaan. Jadi bisa dipastikan jika
kami menyerang bagian tersebut, manusia akan mengalami mual dan
diare. Selanjutnya, kami juga akan berenang melalui sistem peredaran
darah lalu merusak organ hati. Ketika manusia mengalami pnumonia maka
sirkulasi oksigen menjadi tersendat dan akan merusak ginjal.
Setelah kami bermutasi di dalam tubuh manusia, kami menulari
dengan sangat cepat. Mulai dari 1 orang menjadi 2 orang lalu berkembang
menjadi puluhan, ratusan, ribuan, hingga jutaan orang. Dari 1 negara
menjadi 2 negara lalu berkembang lagi ke banyak negara. Hanya dalam 1
bulan saja kami sudah bisa menyebar ke 18 negara dan sekarang hampir ke
seluruh negara di dunia. Saat ini kami berhasil menginfeksi 3,5 juta
manusia. Sungguh angka yang sangat fantastis, bukan. Misi kami pun
berhasil, walaupun dalam lubuk hati kami, kami merasa kasihan kepada
manusia yang tidak bersalah. Tapi apa boleh buat, demi tujuan besar kami
agar bumi ini kembali sehat.
Selama kami menyerang manusia, kami berhasil membuat bumi ini
menjadi nyaman untuk ditinggali. Banyak manusia yang mengurangi
kegiatan yang menimbulkan banyak polusi. Sekitar 1,9 miliar orang
sekarang terkurung di rumah mereka. Penurunan nitrogen dioksida, gas
yang sebagian besar dikeluarkan oleh mobil, truk dan beberapa industri dan
dampaknya kualitas udara menjadi lebih baik dan lebih segar. Air
sungaipun berubah menjadi bening. Ikan-ikan yang berenang di sungai
terlihat senang dan burung angsa bermunculan. Satwa-satwa langka yang
dulunya sering diburu sekarang bisa berkembang biak, seperti penyu Olive
Ridley yang bertelur secara bebas. Pencemaran yang disebabkan sampah
plastik berkurang drastis.
Pengorbanan kami untuk bumi ini sangatlah besar. Kami sadar betul resiko
yang akan kami hadapi yaitu kematian. Kami akan mati. . .
Bersambung...
bersama jasad manusia yang mati. Tentara antibodi dalam tubuh manusia
juga akan semakin kuat dan pada akhirnya kami akan kalah dan mati.
Manusia juga akan menemukan vaksin yang membunuh kami suatu saat
nanti. Walupun demikian, kami tidak akan mati sia-sia. Keseimbangan
ekosistem akan menjadi lebih baik lagi dan bumi ini akan sehat kembali.
SEKIAN
Sang Pemenang
Oleh Andreas Candra Yoga Pamungkas, S.Pd.
Bersambung...
Seperti sore itu. Ananda menelepon Simbok dan bertukar kabar seperti
biasanya, bahkan Ananda berjanji akan pulang ke Bojong pada libur lebaran
tahun ini dan akan membawa serta keluarganya agar Simbok bisa melihat
cucunya secara langsung. Simbok bersenang hati. Ananda menelepon
Simbok setiap seminggu dua kali dan selalu mengatakan hal yang sama, ia
akan pulang kali ini untuk melepas rindu. Minggu ini adalah minggu ketiga
bulan Maret, Simbok bercerita pada Ananda melalui telepon bahwa Simbok
sudah menyiapkan bahan-bahan untuk membuat kue kering sebagai sajian
saat Ananda sekeluarga pulang pada lebaran nanti.
Seles ai ber telepon dan mengucapkan ter imakasih pada
tetangganya, Simbok pulang ke rumah. Menyalakan televisi. Ada berita di
mana-mana, sudah beberapa minggu terakhir ini. Situasi genting di luar
negeri sana, banyak orang sakit karena virus. Ah, Simbok tak memahami
sepenuhnya. Orang sehat, sakit, meninggal, semua sudah takdir, pikirnya.
Lagipula di tanahku ini kaya akan rempah-rempah penghilang penyakit,
ilmu obat-obatan tradisional dari mbah-mbahku dulu nyatanya lebih
ampuh daripada obat dari dokter, batin Simbok lagi. Tetapi ada yang aneh di
berita sore ini. Stasiun TV lebih sering menayangkan berita. Apa? Di
Indonesia? Di Jakarta? Apakah si sakit dengan rumah Ananda? Bukankah
penyebab penyakit ini bisa menular? Bagaimana dengan Ananda?
Bagaimana cucuku? Pikiran Simbok berkecamuk dengan segala informasi
yang berjejal masuk ke dalam kepalanya. Simbok linglung dengan deretan
angka yang diucapkan oleh pria berdasi di televisi. Simbok pening
mendengar istilah-istilah asing. Simbok resah, harus bagaimana?
Hingga keesokan harinya. Simbok tak bisa tidur semalaman dan
memutuskan tidak akan ke pasar hari ini. Simbok pergi ke warung sayur di
dekat rumahnya untuk membeli bumbu dapur yang habis. Simbok
mendengar para ibu bercengkerama dengan nada tinggi yang panik. Semua
membicarakan virus itu. Mendadak semua orang paham tentang kesehatan
seakan mengenyam Pendidikan dokter. Simbok diberi saran mereka untuk
meminum ini dan itu agar tidak mudah sakit. Simbok bingung. Seorang
perempuan menjelaskan, Simbok sedikit paham. Virus sangat kecil, tidak
bisa terlihat mata. Simbok harus menjaga kebersihan. Simbok harus selalu
mencuci tangan. Memakai masker jika keluar rumah. Membawa hand
sanitizer. Ah, sampai di sini Simbok pusing.
Bersambung...
Beberapa hari lamanya Bojong ramai dengan pembicaraan mengenai virus
ini. Simbok melihat orang-orang muda panik yang tiba-tiba berbelanja
banyak sekali. Simbok bahkan menyaksikan dengan mata kepala sendiri
orang berkelahi karena berebut masker, kain penutup mulut yang Simbok
baru tahu kegunaannya sekarang. Di hari Minggu, pemuda-pemudi RT
rumah Simbok berkeliling membagikan masker, menyemprot segala
macam benda dan tempat dengan sebuah alat, dan memberikan obat-
obatan. Katanya, supaya tidak mudah sakit. Simbok percaya saja dan
menerima masker serta obat itu.
Hari-hari Simbok kemudian berubah 180°. Jalanan sepi. Pasar sepi.
Orang-orang berada di rumah. Mereka tidak kerja? Mereka tidak sekolah?
Simbok tak habis pikir. Simbok tetap melakukan rutinitas seperti biasa, yang
membedakan hanyalah sekarang Simbok memakai masker. Awalnya
Simbok enggan, tetapi karena tetangganya terus-menerus memberitahu
dan Simbok kemudian jengah, Simbok akhirnya memakai masker. Lagipula,
orang-orang berdasi di televisi juga menyuruh semua orang Indonesia
memakainya. Ah, apakah semua orang punya masker sekarang ya? Kemarin
kulihat kuli-kuli angkut di pasar dan para pemulung itu tidak pakai,
mungkin mereka tidak punya, batin Simbok. Dengan sepinya pasar, Simbok
tak punya banyak telinga dan mulut yang bisa diajak bercengkerama.
Tetangga-tetangga sibuk di dalam rumah, tak lagi berkumpul di luar rumah
bergunjing bersama. Simbok kesepian.
Belakangan baru Simbok tahu arti karantina. Jalan di desanya banyak
yang ditutup seperti jika ada hajatan. Jalan satu-satunya, dipasangi tenda
di dekat gapura pintu masuk. Setiap orang ditanya oleh bapak-bapak dan
para pemuda yang berjaga. Setiap orang harus disemprot cairan. Simbok,
sudah seminggu ini di rumah. Pasar sepi, jadi tak ada gunanya sepanjang
hari berjualan di sana. Simbok berdiam diri di rumah. Sibuk hanya di kebun.
Sisanya Simbok habiskan hari dengan menonton berita. Mencoba
memahami situasi. Ananda sudah memberi kabar pada Simbok bahwa ia
dan keluarganya baik-baik saja, hanya harus berada di rumah entah sampai
kapan, menunggu perintah orang-orang berdasi katanya. Ananda
menjelaskan pada Simbok tentang konsep bekerja dari rumah. Simbok
merasa sedikit tenang.
Di Jakarta sana, Ananda resah tak tertahan. Orangtua Ananda dan
istrinya berada di kampung semua. Mereka semua sudah renta. Ananda
mendengar bahwa virus ini lebih mudah menyakiti para tua. Tidak, Simbok
pasti baik-baik . . .
Bersambung...
saja di kampung, pikir Ananda selalu untuk menenteramkan hatinya. Ada
yang lebih merisaukannya. Sampai kapan semua orang harus berdiam di
rumah? Sudah satu bulan lamanya Ananda bekerja dari rumah. Beruntung
ia masih digaji perusahaannya. Semakin Ananda membaca informasi di
koran ataupun berita, semakin galau pikirannya. Tidak boleh mudik? Yang
benar saja! Ananda geram. Apa yang ada di dalam kepala orang-orang
berdasi itu?
Di Bojong, Simbok bersusah payah memasukkan informasi yang
berjibun ke dalam kepala tuanya. Simbok kini paham, akan berbahaya bagi
manusia untuk berada di luar rumah saat ini. Tunggu sebentar, pria-pria
berdasi itu melarang orang-orang untuk mudik? Bagaimana dengan
Ananda? Tiba-tiba kepala Simbok pusing. Simbok sedih luar biasa. Simbok
merenung semalaman di tempat tidurnya. Haruskah Ananda tetap di
Jakarta? Betapa ingin Simbok membawa Ananda dan istri serta cucunya
pulang di kampung, yang sepertinya akan lebih aman dibanding Jakarta.
Tetapi bagaimana dengan pekerjaan Ananda? Bagaimana jika di jalan nanti
Ananda tertular? Bagaimana jika cucunya terkena virus di dalam kendaraan
yang akan mengangkut mereka nanti? Bagaimana jika istri Ananda
memegang benda yang kotor tanpa ia sadari di tengah perjalanan? Duh
Gusti, mengapa Engkau beri kami cobaan ini? Aku sudah menahan rindu
pada anak cucuku. Aku tahu usiaku takkan lama lagi, tolong izinkan aku
bertemu mereka. Tetapi akupun tak ingin sesuatu yang buruk menimpa
mereka di tengah perjalanan nanti. Bisakah Ananda pulang? Bolehkah aku
egois kali ini saja, Gusti? Pikiran Simbok terus berkecamuk hingga pagi
menjelang. Dan Simbok terus memikirkannya, saat mengurus kebunnya.
Saat memasak kue untuk sajian lebaran. Simbok menatap nanar kue-kue
itu. Akankah ia tersaji nantinya?
Sore itu, pintu rumah Simbok diketuk. Simbok, setengah mati
berharap, Ananda akan muncul di sana. Ternyata Ananda hadir melalui
telepon. Ananda berjanji akan berusaha pulang bagaimana pun caranya
meski seluruh transportasi umum diperintahkan untuk berhenti oleh orang-
orang berdasi itu. Ananda sedang berkata ada orang-orang yang tetap
mudik menaiki truk, kontainer, bahkan truk molen. Simbok tercekat. Susah
payah Simbok menelan ludah, menghela nafas panjang, dan berkata
perlahan, “Tidak usah pulang, Le…kesehatanmu dan anak istrimu lebih
penting. Berdoa, semoga kita masih diberi kesempatan untuk bertemu.
Simbok tidak apa-apa.”
Karena Corona Oleh Jovita Vina Pudhi, S.Pd., M.Pd.
Corona
Lekaslah pulang keasalmu
Berhen lah untuk berlabuh
Kasian nasib anak-anak
Rindu sekolah
Rindu teman
Rindu bermain bersama
Corona
Cepatlah pulang
Tak Tersampaikan
Oleh Anna Juta Aprihida, S.Pd
Mendengar kata Corona atau yang kita sebut sebagai virus Covid-19 sekarang
saat ini nampaknya menjadikan se ap orang bosen dan enggan mendengar kata-kata itu
lagi. Hampir se ap hari, per hari ini 30 April 2020, bahkan se ap jam menit dan de k
selalu ada berita terkait hal ini. Bagaimana dak, sampai saat ini sudah ada 3,2 juta orang
terinfeksi, 997.181 dinyatakan sembuh dan 227.628 orang dinyatakan meninggal dunia.
.) dan hal ini masih terus bertambah.
Tiga negara teratas di dunia dengan kasus terbanyak saat ini adalah Amerika
Serikat 1 juta kasus, Spanyol dengan 236 ribu kasus dan ke ga adalah Italia dengan 200
ribu kasus. Sedangkan di Negara asalnya sendiri Wuhan, China justru orang yang
terkena sudah menurun dras c sampai saat ini 82 ribu kasus atau nomor 10 terbanyak di
dunia. Corona bukan lagi sebagai pandemi lokal saja akan tetapi sudah menjadi pandemi
internasional bahkan di seluruh negara di dunia ini.
Di Indonesia sendiri sampai saat ini sudah terdapat 9.771 kasus yang posi f dan
dimungkinkan masih bertambah lagi. Karena melihat data bahwa masih ada sekitar
7.596 yang dirawat. Kasus yang meninggal ada 784 orang dan 1.391 dinyatakan sembuh.
Sungguh hal yang dak bisa diremehkan terkait hal ini.
Kenapa bisa seper ini? Bagaimana virus ini pada awalnya? Sebelumnya corona
sendiri berkembang mulai awal bulan Desember yang pertama kali muncul di Wuhan,
China. Di kota itu awalnya banyak orang memeriksakan dirinya karena suatu penyakit
yang aneh dan ke ka di periksa keluhannya sama. Menurut Dr. Li Wenliang diku p dari
news.de k.com beliau adalah orang pertama yang menyebarkan berita mengenai virus
misterius tersebut di media sosial. Diketahui, sejumlah pasien pertama memiliki akses
ke pasar ikan Huanan yang juga menjual binatang liar dari situ dimungkinkan virus ini
berasal.
Sumber CNN menyebutkan juga bahwa virus ini sebenarnya sudah ada sejak
lama akan tetapi terdapat pada hewan. Nah virus pada hewan ini sebenarnya
menyerbarnya juga pada hewan saja dak bisa beralih ke manusia.
Sebuah peneli an juga menyebutkan di awal Februari 2020 virus ini berawal dari
kelelawar. Peneli an tersebut menemukan coronavirus pada kelelawar memiliki 96%
gene k yang mirip dengan virus corona yang saat ini menginfeksi orang di seluruh dunia.
Bersambung . . .
Namun, virus corona bukan infeksi langsung dari kelelawar, melainkan dari spesies lain
yang terinfeksi dari kelelawar dan akhirnya menyerang tubuh manusia.
Nah dari semua itu, peneli an baru-baru ini juga menyebutkan 13 dari 41 pasien
yang terinfeksi dak memiliki hubungan dengan pasar yang menjual hewan liar.
Sehingga, para peneli belum mengetahui betul virus corona berasal dari mana.
Berawal dari pro kontra apakah virus ini dari hewan atau dari pola kehidupan
yang kurang bersih dan lain lain, ada yang menyebut bahwa Corona merupakan virus
buatan da nada unsur kesengajaan atau kebocoran peneli an.
Menurut cnndonesia.com, pengamat militer dan pertahanan Connie
Rakahundini Bakrie menyebutkan bahwa corona bisa juga sebagai senjata biologis
pemusnah massal yang sekarang ada. Hal ini justru lebih berbahaya daripada nuklir.
Masuk akal juga kalau memang benar karena kalau nuklir hanya meledak atau menyebar
di suatu daerah saja tanpa ada perambatan sedangkan kalau ini senjata biologis
terntunya akan terbawa oleh manusia dan bahkan akan cepat menyebar jika sudah
bersosialisasi dengan orang lain di Negara aitu atau bahkan sampai negara lain.
Virus ini dibuat hasil rekayasa gene ka yang sengaja di sebar di China. Di situ
disebutkan bahwa virus ini sengaja diproduksi di laboratorium oleh Amerika Serikat
bekerjasama dengan Israel. AS sengaja membuat virus ini untuk menghaurkan China dan
Iran yang merupakan musuh besarnya. Sangat mengerikan bukan?
Sumber lain health.grid.id menyebutkan jika senjata pemusnah massal ini bocor,
bahkan 65 juta nyawa di dunia bisa terkena dimbasnya. Virus ini sampai saat inipun juga
belum ada vaksinya sehingga orang akan sembuh selain dengan obat-obat juga daya
tahan tubuh akan sangat membantu proses penyembuhan penyakit ini.
Melihat dari semua itu, apakah hal ini benar-benar kenyataan sebuah pandemi
penyakit yang menyerang ataukah benar sengaja dibuat dan disebar untuk senjata
biologis pemusnah massal? Kita sebagai orang awam tentunya dak tau. Sebagai orang
yang hidup berdampingan dengan orang lain tentunya kita hanya bisa menjaga diri kita
sendiri supaya dak tertular atau bahkan menularkan virus ini.
Langkah-langkah yang diambil pemerintah tentunya sudah benar bahwa untuk
memutus alur penyebaran virus ini kita harus membatasi ak vitas sosial (Social
Distancing) dan juga membatasi jarak fisik (Physical Distancing). Selain itu menurut
kompas.com langkah –langkah agar kita terhindar dari virus corona adalah :
1. Sering mencuci tangan
Bersambung . . .
2. Hindari kontak dekat
3. Jaga jarak sosial
4. Selalu jaga jarak
5. Tetap tinggal dirumah
6. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
7. Hindari kerumunan
8. Tidak berjabat tangan
9. Selalu memperbaharui informasi covid-19
10. Segera ke rumah sakit jika timbul gejala covid-19
Dengan berbagai macam cara di atas semoga bisa mencegah dan memutus mata rantai
penyebaran virus ini. Kita berdoa bersama semoga virus ini juga akan segera berakhir
tentunya dengan kesadaran-kesadaran kita dalam mengiku anjuran-anjuran
pemerintah. Dengan itu ak vitas kita bisa kembali normal dan hidup kita bisa lebih
produk f lagi dalam bekerja dan mengembangkan kemampuan-kemampuan kita.
SEKIAN
Ada, tapi Tak Nampak
Oleh Witantri Anggraini, S.Pd.
Namun..
Saat-saat itu kini
Sulit untuk dibayangkan
Sulit untuk dilakukan
Bahkan dak bisa sama sekali dilakukan
Karena corona yang ba- ba hadir
Mengacaukan semua
Bersambung . . .
Corona…mau sampai kapan kamu berulah seperti ini. Apa memang kamu sebenarnya
utusan dari Tuhan yang disuruh untuk menghancurkan umat manusia dan kehidupanya di
permukaan muka bumi ini atau justru kamu di suruh untuk memperbaiki si Bumi itu
sendiri. Apakah Tuhan murka dengan umat manusia yang telah merampok, memperkosa,
merusak Bumi yang sejatinya itu adalah tempat manusia berpijak, hidup, mencari nafkah
bahakan mencari hakikat dari kehidupan manusi itu sendiri. Apakah dengan
kedatanganmu wahai Corona…. ini adalah cara Tuhan menyehatkan Bumi yang
kondisinya semakin parah, kritis dan medekati kematian. Corona riwayatmu akan selalu
terkenang jaman, tak lekang di makan waktu. Segeralah sembuhkan bumi ini jika
memang itu tugasmu dan segeralah beristirahatlah dengan tenang kalau tugasmu sudah
selesai di sisi yang Maha…Maha…
SEKIAN
Bumi Kita
Oleh Yanika Gunarwatiningsih, S.Si.
Wabah virus corona atau sering dikenal dengan covid -19 merupakan pandemic
yang menyerang seluruh dunia termasuk negara Indonesia. Covid1-9 merupakan salah
satu penyakit yang menyerang area pernapasan. Sampai saat ini belum ada obat atau
vaksin yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Langkah-langkah pencegahan
telah dicanangkan pemerintah untuk mengurangi penularan penyakit tersebut. Langkah-
langkah itu diantaranya jaga jarak atau yang lebih popular dengan istilah social
distancing, kemudia rajin cuci tangan, dan menerapkan pola hidup bersih serta sehat.
Hingaa saat ini kekebalan atau imunitas tubuhlah yang dapat mengantarkan orang dapat
sembuh dari covid-19. Berikut saya akan sajikan cerita pendek yang terinspirasi dari
kisah salah satu warga Sragen di Jawa Tengah. Cerita bersifat fiktif dan telah saya
sesuaikan sendiri.
Sastro merupakan salah satu warga Sragen yang merantau di daerah Ibu kota
Jakarta. Sastro yang setiap harinya bekerja di daerah pasar Minggu Jakarta Selatan kini
merasa pusing dan pening. Lho kok bisa merasa pusing dan pening?? Apa Sastro sakit
ya….. he he he. Ternyata pusing dan pening yang dialami Satro akibat kebijakan
lockdown oleh pemerintah daerah setempat. Waduh apa itu lockdown??…kok asing
banget gitu ya… lock itu dikunci, terus down itu bawah, berarti bagian bawah ga bisa
dibuka dong !!! Kan terkunci,, weesssss wessss,,, jangan berfikir ngeres dulu gaes , sini
aku jelassin, lock down itu artinya bahwa kegiatan masyarakat itu dipersempit dan tidak
bisa kemana-mana…..o ternyata begitu ya. Kembali lagi ke cerita Sastro gaes, kini Sastro
berniat pulang ke kampung halamannya di Sragen, karena kalau dilanjutkan hidup di
Jakarta Sastro bisa mati kelaparan, karena tidak berpenghasilan. Usut punya usut Sastro
bareng temannya untuk pulang kampung naik truk.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 18 jam, Sastro akhirnya bisa
sampai di Sragen, kampung halamannya. Setelah sampai di rumah, belum juga istirahat,
Sastro di datangi oleh ketua RT setempat untuk di mintai keterangan perihal
kesehatannnya. “ Mas Sastro sekarang termasuk ODP ya.” Jelas pak RT. “ Waduh, pak
RT , Jenengan ojo ngeyek, memang aku ki Ora Duwe Penghasilan” lanjut Sastro.
Ternyata Sastro tidak mengetahui kalau semua pemudik yang dari zona merah itu
dikelompokkan sebagai orang dalam pemantauan.
Bersambung . . .
Oleh sebab itu Sastro diminta melakukan isolasi diri di rumahnya selama 14 hari.
“ Pak RT, masak aku diminta disolasi, lha jenengan kok tega banget masak awakku
disolassi ?” tanya Satro. “ Udu disolasi Tro, maksude kowe ra oleh neng ngendi endi
selama 14 hari. Akhire Sastro bisa menerima sanksi demi kebaikan dan Kesehatan
bersama. Hari pertama sampai hari ke lima, Sastro bisa menahan diri untuk tidak kemana-
mana, tapi di hari ke enam Sastro tidak kuat untuk berdiam diri di rumah, akhirnya Sastro
ngeluyur ke rumah teman-temannya.
Salah satu warga mengetahui bahwa Sastro ke luar rumah dan bermain ke temann-
temannya. Warga tersebut akhirnya melapor ke pak RT. Pak RT dan pak RW melakukan
penjemputan paksa untuk mengamankan Sastro supaya Kembali ke rumahnya. Karena
ulah Sastro tersebut, akhirnya Sastro kena penalty ( waduhhhh…..kayak pertandingan
bola saja he he..) untuk mengulang masa karantina atau isolasi diri dari hari ke nol.
Dari sini hati Sastro mulai gabut, karena setiap gerak-geriknya diawasi oleh
warga sekitar. Tapi bukan tidak bisa ngeyel kalau bukan yang Namanya Sastro. Pada hari
ke lima saat masa isolasi ke dua, Sastro pada jam 2 malam ke luar rumah untuk ngeluyur
lagi. Malam itu dia keluar rumah naik sepeda sembari membawa uang untuk jajan di jalan
kalau dial apar. Keesokan harinya, keluarga Sastro bingung dan khawatir, karena Sastro
ternyata telah pergi dari rumah. Akhirnya keluarga melapor ke ketua RT setempat,
bersama dengan warga lainnya mereka mencari keberadaan Sastro yang masih nekad
ngeluyur saat masa karantina. Kira-kira jam 12 siang ternyata Sastro diketemukan di
pinggir sungai sedang asyik memancing di kali Banjar dekat desanya.
Pemerintah Kabupaten Sragen melakukan kebijakan khusus bagi para ODP yang
nekad masih keluyuran akan diberikan tempat khusus di bekas pabrik gula Gondang yang
lama sudah tak terpakai. Usut punya usut ternyata lokasi bekas pabrik gula Gondang
terkenal angker, hal ini dikarenakan pabrik tersebut merupakan bangunan lama
peninggalan Belanda dan lama sudah tidak digunakan. Pemkab Sragen meminta jajaran
satgas covid untuk mendata para warganya yang berstatus ODP yang masih nekad
berkeluyuran untuk di tamping di tempat tersebut.
Akhirnya karena nekad masih berkeluyuran, Sastro dan beberapa warga lain yang
berstatus ODP di rumahkan sementara di bekas pabrik gula Gondang tersebut.
Bersambung . . .
Awalnya Sastro merasa senang karena di rumahkan di bekas pabrik gula
Gondang. Hal ini lantaran Kawasan bekas pabrik gula Gondang sangat luas dan tidak
akan banyak orang yang mengawasi sewaktu Sastro keluyuran dan yang paling menarik
hati Sastro di kawasan tersebut ada sungai yang banyak ikannya, dimana Sastro dapat
menyalurkan hobinya yaitu memancing.
Hari pertama malamnya, Sastro sudah keluar area pabrik untuk melancarkan
aksinya, apalagi kalau bukan mancing. Lengkap dengan joran atau pancing dan sajen
Sastro dengan isisnya mencari ikan di kali tersebut. Satu jam Sastro menunggu belum
dapat-dapat, malah badan bentol-bentol digigit nyamuk. Tiba-tiba dari arah berlawanan
dating angin semilir yang membuat bulu kuduk Sastro merinding. “ wussssss..wussssss
bunyi angin tersebut” tanpa di sangka-sangka dari samping Sastro muncul seorang wanita
berbaju putih yang rambutnya panjang dengan muka yang tertutup oleh rambut. Suara
wanita tersebut “ Massss, masss, cari apa malam-malam kok nongkrong di sini? “ tanya
wanita tersebut. “ Wusssh, siapa kamu kok tiba-tiba muncul? Dari mana kamu? “ tanya
Sastro. “Saya Kunti mas, panggil saja saya mbak Kunti, rumah saya cuma belakang situ
kok” jawab wanita itu. “ Ooo begitu to, saya sedang mancing mbak, saya baru hari ini di
sini dan dikarantina di sini karena saya ODP dan sering ngeyel keluyuran meskipun
disuruh isolasi. Nama saya Sastro mbak Kunti” jawab Sastro. Akhirnya mbak Kunti dan
Sastro cerita ngalor ngidul sampai seperti mereka sudah kenal lama. Tiba-tiba mbak
Kunti meminta bantuan kepada Sastro,” Mas, boleh ga kamu garukin punggung aku,
punggung aku kok gatel ya!” pinta Kunti. “ Oooo ga masalah dengan senang hati aku
garukin,” jawab Sastro. Sewaktu digaruk kok tiba-tiba Sastro merasa aneh, “ Mbak, kok
punggung mbak boloooong… iii ya..mbak. kok punggungnya bolong” jelas Sastro.
Kemudian Mbak Kunti menengok ke arah Sastro dan memandangnya dengan
menyilakan rambutnya yang panjang tampaklah wajah rusak dan ngeri yang memandang
Sastro. Tanpa bisa berkata-kata, Sastro berteriak “ See ….se … se… setan….setan!!!!!!!”
di lemparnya pancing dan perlengkapannya dan Sastropun berlari sempoyongan sambal
terkencing-kencing, karena belum hafal daerah tersebut Sastro belari menabrak pohon
pisang hingga akhirnya Sastro pingsan.
SEKIAN
Kumpulan Pantun
Oleh Agustina Wahyu Riyati, S.E.
Jalan-jalan ke Surabaya
Beli barang yang cukup mahal
Gara-gara virus corona
Tidak ada ujian nasiona
Kumpulan Pantun
Oleh Agustina Wahyu Riyati, S.E.
Sehari tetap sama, 24 jam. Kita semua biasa melaluinya, baik dengan suka maupun duka.
Tetapi tentu saja itu semua berasal dari Yang Maha Pemelihara kehidupan ini. Hari,
bulan, tahun bahkan berganti. Tidak begitu banyak perubahan awalnya dalam kehidupan
ini. Mengalir biasa saja,layaknya roda kehidupan.
Akhir tahun 2019, membuat dunia terbuka. Bahwa ada ancaman yang tak kasat
mata, tetapi begitu mematikan. Hingga Pemerintah mengumumkan untuk pertama kalinya
kasus di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020. Awalnya hanya dua orang. Tetapi dalam 2
bulan, bisa menjadi sembilan ribu orang lebih, dan masih bertambah setiap hari. Social
distancing, Phsycal Distancing, pengguaan masker, penyediaan cuci tangan di tempat
umum sudah dilakukan tetapi pandemi ini belum menunjukkan tanda-tanda reda.
Banyak sektor yang terdampak pandemi, khususnya pendidikan. Masih sangat
ingat ketika mengikuti sebuah seminar, dikatakan bahwa pada akhirnya nanti semua bisa
digantikan oleh mesin, tetapi satu hal yang tidak tergantikan yaitu nilai kemanusiaan
seperti interaksi sosial yang dipelajari oleh anak-anak dibangku sekolah.
Kondisi saat ini memaksa kegiatan persekolahan dilakukan jarak jauh. Repot?
Tentu saja. Biasanya bisa bersama-sama bermain dan belajar dengan tatap muka
bersama anak-anak. Dari segi orangtua tentu juga sedikit repot dengan tugas anak,
khususnya anak SD yang masih harus didampingi dalam mengerjakan tugas. Guru pun
sepertinya bekerja lebih extra karena koreksi hingga malam hari, bahkan dilanjutkan
esok harinya.
Semua ada positif dan egatifnya. Marai sama-sama selama masa pandemi ini kita
ambil sisi positif. Dimana kita belajar banyak hal, khususnya dalam pengembangan media
pembelajaran melalui IT. Sambil berharap pandemi ini segera berlalu. Berkumpul dengan
anak-anak disekolah, belajar dan bermain bersama seperti sedia kala. Sehingga anak-
anak tetap unggul dalam kognitif, sosial,dan lainnya. Semoga pemerintah juga bisa
mengambil langkah yang tepat dalam mengatasi pandemi ini. Sebagai masyarakat kita
juga harus sadar pentingnya turut serta mensukseskan kebijakan pemerintah supaya
bumi ini “Lekas Pulih”.
Ditulis menjelang subuh, ketika mata terbuka dan merindukan keadaan seperti
biasa, tanpa khawatir saat beraktifitas. Semoga semesta mendukung.
Semua Karena Corona
Oleh Yohanes Suprihatin, S.Pd.
29 April 2020, pagi hari ini saya melihat sebuah pos ngan teman di Facebook. Sebuah foto
dengan senyum penuh kepolosan dan kebahagiaan. Bukan hanya dari senyuman si anak, namun juga
tulisan yang terkandung di dalamnya.
Di dalam kehidupan ini, manusia tak pernah akan lepas dari adanya masalah. Seper Pandemic
Covid 19 yang saat ini sedang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia, termasuk Yogyakarta,
termasuk lingkungan terdekat kita. Akibat Pandemi ini bermunculanlah berbahgai masalah. Covid 19
membuat kita semua dilanda ketakutan. siapapun tak peduli itu siapa , memiliki resiko tertular virus ini.
Sektor ekonomi terpuruk, banyak perusahaan yang bangkrut, PHK terjadi dimana-mana, hidup pun
menjadi semakin sulit.
Masalah lain pun bermunculan satu demi satu. Bagaimana harus survive dengan kondisi seper
ini? Akibatnya banyak orang yang menjadi sulit berpikir dengan baik. Social distancing dan aturan stay at
home berhari-hari membuat orang menjadi jenuh, kondisi keuangan yang seret , ngkat emosi menjadi
semakin nggi, belum lagi ditambah dengan mendampingi anak mengerjakan tugas membuat emosi
meningkat. Masalah pun muncul lagi.
Berbagai masalah yang dihadapi membuat kita tak lagi berpikir dengan jernih. Sehingga
seringkali kita tanpa sadar berkata dan ber ndak merugikan orang lain. Masalah tak pernah akan
terelakan, masalah akan selalu muncul. Namun ke ka kita renungkan kembali dari se ap masalah yang
kita hadapi ada hikmah di dalamnya.
Kondisi saat ini membuat kita sadar untuk bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini.
Walaupun dak banyak, bersyukurlah melihat anak-anak kita, keluarga kita diberikan kesehatan. Kondisi
keuangan yang seret, syukurilah bahwa kita masih bisa makan.Bersyukurlah kita masih bisa
mendampingi anak kita belajar, sehingga kita sadar sampai dimana kemampuan dan kelemahan anak
kita. Waktunya kita berinstropeksi. Kalaupun masalah buruk terjadi misalkan ekonomi yang sedang
menurun, saat nya kita sadari saat ada untung, adakah kita menabung. Banyak sekali Ibu-Ibu yang
menajdi enterpreuner dengan menjual makanan. Dari dapur rumah tangga menjadi bisnis baru yang
menguntungkan. Kondisi saat ini adalah waktunya
kita untuk menjadi lebih kuat. Ini semua akibat dari
pandemic covid 19. Apabila dak ada kejadian ini,
mungkin Ibu-Ibu itu tak pernah menyadari talenta
mereka. Dibalik semua ini, ada hikmahnya. Jangan
jadikan masalah menjadi beban bagimu,
bersahabatlah dengan masalah, selesaikan dan ambil
hikmahnya,maka kamu akan menjadi lebih kuat.
Dalam filosofi orang Tionghoa ada sebuah kalimat
“知(zhī)足( zú)常( cháng)乐( lè)“。 Empat kata ini
memiliki pesan yang mendalam, yaitu apabila kita
puas, maka kita akan bahagia. Memang ukuran
kepuasan se ap orang berbeda, namun apabila kita
tahu bersyukur maka kita kita akan berbahagia.
Menjadi Pribadi yang Optimis
Oleh Fx. Setyo Hari Nugroho, S.Psi.
Setiap orang pasti pernah menghadapi situasi sulit dalam kehidupannya, di mana
kenyataan yang terjadi jauh dari harapan atau melihat masa depan sebagai sesuatu yang
sulit diraih. Hal tersebut pada akhirnya dapat memunculkan situasi keputusasaan dan
menyerah dalam menjalani hidup. Meskipun demikian, berhenti pada titik keputusasaan
tidak akan menyelesaikan masalah karena ini adalah bagian dari putaran roda kehidupan.
Pada masyarakat jawa kita kenal istilah urip iku kaya cakra manggilingan. Hidup ibarat roda
yang terus berputar, kadang di atas namun kadang juga di bawah.
Sikap, cara berpikir dan tindakan yang dipiilih dan diputuskan dalam menghadapi situasi
sulit akan menentukan bagaimana hasil yang didapat. Jika memandang secara optimis,
maka hasilnya juga akan terus diusahakan dan mampu diselesaikan meski sekeras dan
seberat apapun tantangannya. Namun sebaliknya jika melihat dengan rasa tidak yakin,
maka proses yang dilalui akan terasa berat meskipun tantangan yang dihadapi
sebenarnya tidak berat dan justru akan menambah tekanan dalam diri.
Setiap orang yang optimis mencari yang terbaik dalam situasi apapun dan cenderung yakin
dan berharap semua hal akan menjadi baik. Bukan berarti berharap semua terjadi dengan
sendirinya. Menjadi optimis bukan berarti tidak peduli dengan realitas, tidak mempedulikan
kesulitan dan mengabaikan tantangan yang ada. Bukan pula berarti harus yakin 100%
dengan masa depan yang pasti baik, tapi tetap harus bersiap-siap jika hal buruk terjadi.
Keyakinan pada Tuhan yang akan memberikan yang terbaik untuk kita, itulah yang harus
menjadi pegangan.
Lalu, bagaimanakah kita berusaha dan mempersiapkan diri untuk dapat menjadi pribadi
yang optimis? Ada hal-hal yang perlu kita jalani untuk menjadi pribadi yang positif.
1. Menyiapkan dan melatih diri untuk mampu bersyukur.
Menjalani hidup yang bahagia menjadi salah satu berkat terbesar yang bisa
dinikmati. Orang yang optimis terbukti memiliki karir yang lebih baik dan masa depan
yang lebihcerah. Mensyukuri setiap hal yang dimiliki, setiap anugerah yang kita terima dan
menghargai setiap peristiwa yang kita alami. Setiap hari mencoba bersyukur tentang apa
yang dialami. Apa yang kualami hari ini? Hal baik apa yang aku dapat hari ini? Berkat apa
yang kudapat hari ini? Hal ini tidak berarti terus mengesampingkan hal kurang baik yang
mungkin dialami dalam setiap hari. Namun besarnya fokus dan pilihan untuk lebih melihat
yang baik daripada yang kurang baik akan menjadikan hidup kita lebih berarti.
Bersambung . . .
1. Memfokuskan diri pada langkah-langkah kecil yang pasti
Seorang yang optimis, berjalan dan menentukan jalan yang tepat dalam
melaksanakan setiap hal yang menjadi target dan tujuannya. Mereka fokus pada
apa yang bisa dikerjakan ataupun menjalani kehidupan. Langkah kecil bertahap
yang pasti, bukan melulu pada hasil di depan yang tampak hebat namun prosesnya
tidak jelas. Jika kita menginginkan hal besar terjadi dalam hidup kita, maka
lakukanlah dan jalankan setiap bagian dengan benar, singkirkan jiwa pesimis, terus
semangat hingga impian terwujudkan.
2. Fokus pada pengembngan diri
Jangan hanya sekedar mencari kesenangan diri, melakukan apa yang kita sukai
saja. Karena kadang sesuatu yang kita suka ternyata tidak memberikan hasil yang
maksimal. Pusatkan perhatian kita pada pengembangan diri membangun pribadi
yang lebih baik dan berkontribusi pada masyarakat di sekitar.
3. Bersiap menghadapi rasa takut, khawatir serta siap untuk menerima kegagalan.
Membangun sikap optimis haruslah seimbang. Jangan sampai kita menjadi tidak
rasional bahwa tidak akan pernah ada hal buruk yang terjadi pada diri kita. Tetap
bersiap dan mensikapi segala sesuatu di sekitar kita terjadi dengan maksud dan
tujuan tertentu. Tetaplah siap menghadapi kegagalan, hal buruk atau rasa khawatir
dengan keyakinan bahwa hal baik akan datang kemudian.
Belajar dan berlatih untuk menjadi pribadi yang optimis tentu membutuhkan effort yang
besar. Satu hal yang pasti dan harus kita yakini tentang optimisme dalam diri pribadi kita
adalah : Bahwa sesuatu hal baik akan menjadi baik ketika kita yakin dan menjalaninyadengan
baik pula. Tidak pernah ada sesuatu hal berhasil dengan baik ketika proses yang dijalani juga
tidak dijalani dengan kebaikan.
Sebagai sebuah penutup tulisan, marilah kita renungkan dua buah kutipan berikut :
The updated news about covid 19 in Indonesia is s ll worrying. The Health Ministry announced
349 new confirmed COVID-19 cases on Sunday, bringing the total number of infec ons na onwide
to 11,192. Speaking at a press conference on Sunday, the ministry's disease control and
preven on director general, Achmad Yurianto, added that 14 more people had died of the
disease, bringing the death toll to 845. However, the total number of recovered pa ents has also
increased to 1,876. The capital city recorded 67 new confirmed cases, bringing the total tally to
4,463. Meanwhile, East Java reported 80 new cases, South Sumatra 29, Bali 25 and South Sulawesi
24. The virus has indeed spread to all of the country's 34 provinces.
Such kind of news wouldn't be comprehended well by a li le kid. At the moment they must have
heard about corona virus, but without good engagement of giving the right informa on in a way
they would understand, then they wouldn't get the proper informa on and may misleaded. In a
contrast, adults some mes neglec ng the need that children need to feel informed too, that they
didn't give proper informa on at all and children get random informa on from other resources
(friends, internet, etc).
Informing our children in proper way will help them to cooperate lots be er and feel secure
though probably the situa on around hasn't showed good progress or worrisome. Taking me to
talk about the pandemic will help them to understand the abnormal situa on. Some ps given by
a psycologist at the child Mind Ins tute below are pre y helpful.
1. Don't be afraid to discuss the coronavirus. Most children will have already heard about the
virus or seen people wearing face masks, so parents shouldn't avoid talking about it. “You
take on the news and you're the person who filters the news to your kid,”- Janine
Domingues, PhD.
2. Be developmentally appropriate. Don't volunteer too much informa on, as this may be
overwhelming. Instead, try to answer your child's ques ons. Do your best to answer
honestly and clearly. It's okay if you can't answer everything; being available to your child is
what ma ers.
3. Take your cues from your child. Invite your child to tell you anything they may have heard
about the coronavirus, and how they feel. The goal here is to avoid frightening fantasies.
4. However, if you no ce that you are feeling anxious, take some me to calm down before
trying to have a conversa on or answer your child's ques ons
5. Be reassuring. Children are very egocentric, so hearing about the coronavirus on the news
may be enough to make them seriously worry that they'll catch it. It's helpful to reassure
your child that kids actually seem to have milder symptoms.
*Related to recent cases, many of us indonesian we were developing a paranoia towards
almost all people who are coughing or sneezing or even when they just covering their
mouth.
6. Focus on what you're doing to stay safe. An important way to reassure kids is to emphasize
the safety precau ons that you are taking (washing hands a lot, avoiding crowds, wearing
mask, etc)
I personally feel grateful that my son is quite well informed as his school has given simple
informa on related to corona virus, through online stories and precau ons taught at school.
My 9
Page 1 of 2
Learning From Covid 19 - A point of view of a kid
Oleh Elisabeth Grace Oktaviani, S.S.
year old boy had had his school off for almost 2 months now. The first 2 weeks he s ll really
enjoyed the days off, without feeling blue or bored. At that stage, he only knew that a certain virus
named corona had a acked Indonesia and some people have died because of the virus. The story
of covid 19 given by school has helped much for us parents to engage a good informa on for him in
kids language, so he didn't feel insecure or growing reckless fear. Somehow , he thought it's pre y
cool like in the game or film that he has ever played – the zombie a ack. His imagina on brought
me to think that corona is a virus in a special secret lab, and zombie was released to spread terror.
On the other hand, as he started the learning from home, he worked quite seriously. Saying that
now he could do works like an adult, meaning working while lying down on the bed or watching TV.
For likely about a month then he really stricted of not going out and play, or if he did the he would
wear his mask. “I'm the minecra master, I'm not afraid of the zombie” he said.
At the end of the third week,learning from home didn't seem interes ng anymore, though he
would s ll ask whether there is an assignment or not. Yet, his enthuasiasm was not as high as
before. At this rate, he spent his me playing outside with friends longer than before, and s ll
being aware of cleanliness. “Beritanya corona terus ya mah” he said one night watching the news
on TV with his dad. He commented on the PSBB situa on in some ci es like jakarta and surabaya.
Then, he felt sad as he supposed to have his holiday with cousins and other jakarta families this
June, realizing that it won't happen. Being quite melancholy, his face showed that it is an un-
avoided fact that he couldn't change no ma er what. Yet, the next days he seemed to feel be er
and had forgo en it. He sang “ corona go away” along with his toddie sister in “rain rain go away”
tune. At this rate, he said that later when he come back to school, everything at school will be in
computer or cell phones, becauseall students and teachers have prac ced a lot with computers
and gadget recently. “Klo ga dipakai kan jadi percuma mah, sudah terlanjur pakai HP terus”. Indeed
he closed his conclusion with a statement that people are lots be er than any gadget. “Tapi Eto
tetap pilih main sama teman aja mah, klo semua muanya komputer nan aku jadi scien st durjana
(Dr. Seli - upin-ipin the series)”.
We are almost at the end of the second month now. I do wonder what other lesson from covid
19 that we could get. Or else, will my boy develop other interes ng point of view regarding the
abnormal situa on? Considering his last opinion, i do agree that what is abnormal now might
become normal one day, yet we do hope that the future normal thing will be things like habits
of washing hands, habits of caring to others in need, habits of doing healthy life.
Page 2 of 2
Kamu Aman Nak... Di Rumah Saja
Oleh Debbie Octavia, S.Si.
Tulisan ini dibuat untuk berbagi pengalaman saja dilihat dari sudut pandang saya sebagai
ibu yang bekerja sekaligus pendidik dan pengasuh bagi anak-anak saya di rumah. Pandemi
covid-19 ini seperti kita tahu tidak hanya terjadi di Indonesia saja tapi ada di 213 negara, dimana
tingkat kecepatan penyebarannya berbeda-beda tergantung gaya hidup dan kedisiplinan masing-
masing negara. Seperti di negara kita yang awalnya didaulat tidak terkena Corona, seorang ahli
dari Amerika mengatakan impossible tidak mungkin Indonesia tidak kena Corona jika negara
tetangganya saja sudah ada kasus, lalu saya merasa Menkes kita juga sedikit mengabaikan hal ini.
Saya sempat berpikir dan mengiyakan pendapat ahli tersebut,karena jika mengandalkan prediksi
atau hipotesa ilmiah pastilah Indonesia ini sudah ada kasus saat Februari awal waktu lalu,dengan
melihat Indonesia adalah negara kepulauan dimana pintu masuknya sangat banyak. Ditambah
lagi dengan banyaknya pekerja migran dari Indonesia ke negara tetangga, banyak turis asing ke
Indonesia ditambah mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang banyak belajar ke negri Tirai Bambu
China.
Seperti dalam kasus anak saya yang baru saja berangkat untuk kuliah pada bulan Oktober
2019 ke China ke sebuah provinsi bukan di Wuhan tapi Provinsi Hebei kota Shijiazhuang,jauh
dari Wuhan. Tiap hari dia mengupdate kasus kematian akibat Corona pada minggu terakhir bulan
Januari. Ada banyak mahasiswa Indonesia yang waktu itu pulang ke Indonesia dari berbagai kota
di China dan ada pesan-pesan tersembunyi dari relasi pertemanan di sana seperti rekan-rekan
mahasiswa Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tiongkok bahwa situasi birokrasi akan semakin
sulit ke depannya nanti. Kemudian, selang 5 hari karena stress dengan status anak saya di IG yang
mengupdate kematian akibat Corona dan perkuliahan yang belum tahu kapan akan dimulai pada
semester ke-2, maka saya tarik pulang anak saya ini dari Tiongkok dengan keyakinan besar bahwa
dia akan aman di negara sendiri, tidak ada Corona begitu pikir saya. Melakukan isolasi mandiri
tentu saja saya sebagai orang Sains sudah lakukan,walaupun pemerintah belum sama sekali
mengumumkan hal itu. Ternyata siapa sangka Coronanya terbang ke Indonesia. Akhirnya
berdiamlah kami semua di dalam rumah, kamu aman Nak…di rumah saja ya.
Bekerja dari rumah, belajar dan beribadah dari rumah membuat saya harus menemukan
strategi langkah-langkah agar semua bisa berjalan lancar dan berhasil. Kemudian saya mulai
merumuskan target apa saja yang akan saya capai sebagai pekerja, sebagai ibu Rumah Tangga dan
sebagai tutor di rumah untuk 2 anak saya yang masih SMP dan SD kelas 2, tentu cerita anak saya
nomor 1 yang kuliah tadi tidak perlu didampingi lagikan belajarnya, dia kuliah online juga dari
China. Pembangunan manusia berkarakter itu judul besar target saya yang dirumuskan dalam 5
hal sebagai berikut :
1. Disiplin waktu dan ketekunan(pembangunan karakter)
2. Kegiatan rutin Literasi membaca
3. Kegiatan softskill tugas-tugas rumah tangga
4. Kegiatan Olahraga (ini agak sulit)
5. Kegiatan pengamatan atau penyelidikan sederhana(agak ilmiah)
Bersambung . . .
Saya akan mengupas satu persatu. Kegiatan nomor 1 mempunyai target karakter disiplin dan tekun. Cara
praktis adalah tidak membiarkan anak-anak bangun kesiangan,kemudian segera melakukan sesuatu sebelum
mandi(misal OR) dan sesudah mandi. Jadi saya tidak membiarkan anak-anak saya bangun siang lalu terbengong-
bengong santai di depan TV menonton film sambil makan dalam waktu yang lama. Kemudian setelah mandi
segera melakukan kegiatan belajarnya dan selalu mengingatkan bahwa ini School Days, hari sekolah tidak ada
main game di pagi hari sampai siang. Yang ada adalah kegiatan nomor 1 sampai 5. Selingan sekarang ada siaran
belajar TVRI juga. Istirahat di siang hari saat makan siang/snack time jam 10 an(Grab/Go Food lah
tentunya,maklum ibu bekerja dan niat menolong abang ojol agar tetap ada penghasilan)
Kegiatan nomor 2 karena saya guru SD Budi Utama, maka saya punya hak untuk meminjam buku-buku
perpustakaan. Tidak mau tanggung-tanggung,saya menemani anak saya terutama yang paling kecil Kenny kelas
2 SD untuk membaca literasi berbahasa Inggris,dengan bekal handphone saya, dia memakai google translate
sehingga dalam masa PJJ ini keterampilan membacanya menjadi sangat lancar, baik pemahaman maupun tata
bahasa. Terbukti dari pertanyaan-pertanyaan dalam buku yang mampu dijawab bila dia sudah menyelesaikan dan
memahami benar isi text buku tersebut. Saya jarang memberikan komik, yang saya beri adalah text dengan
gambar yang penuh per halaman buku. Untuk anak nomor 2 SMP kelas 7 saya melarang dia membaca komik,
sudah bukan waktunya, sedikit memaksa saya meminta dia untuk membaca bacaan text buku tebal atau minimal
text dengan gambar sedikit yang biasanya ada dalam buku cerita berbahasa Inggris seperti Sherlock Holmes,
petualangan dan kisah misteri(biasanya ABG suka ini). Dengan menggunakan handphone miliknya maka google
translate adalah andalan utamanya. Tetapi untuk anak yang SMP ini saya memberi target tiap hari mesti ada
kosakata baru yang dia wajib dapatkan dari buku-buku tersebut. Caranya, selalu pegang pensil, pakai google
translate, garis bawahi kata-kata baru dan tulis terjemahannya dalam buku tersebut(milik pribadi).
Kegiatan nomor 3 adalah Softskills, pekerjaan Rumah Tangga tentunya, 3 anak saya kebagian pekerjaan
semuanya, ada yang memasak, ada yang menyetrika, melipat pakaian kering, menata barang mainan dan
pakaiannya sendiri, berkebun, persiapan bahan masakan, mencuci piring, mengepel dan lain-lain pekerjaan
Rumah Tangga. Jadi saya adalah ibu yang efesien tidak mau memanjakan anak, terbukti ketika anak nomor 1
pergi ke China,maka ketika Corona terjadi duluan di sana dan mahasiswa dilarang keluar kampus,maka
belanjalah dia lalu memasak di kantin kampus tanpa ada keraguan terciprat minyak atau terancam tidak makan
nasi dsb karena saya sudah menabung softskills dalam kehidupannya. Meliwet nasi, itu hal yang sangat biasa,
bukan pakai magic com(kalau listrik mati gimana hayoo..), kamar kostnya juga bersih katanya,,dia tidak jorok
walaupun mandi sehari satu kali saja, maklum winter buat apa mandi banyak-banyak seperti di Jogja yang panas
ini.
Kegiatan nomor 4 adalah hal tersulit yang kami lakukan karena rumah kami kecil hanya di dalam
perumahan yang lahannya terbatas sehingga seminggu sekali saja saya dan anak-anak berjalan-jalan keliling
perumahan(sebenarnya tidak bisa keliling lagi karena pintu gang desa diblok dimana-mana). Jadi jika ada tutorial
Olahraga minimal senam ditempat dari gurunya akan sangat bermanfaat. Berolahraga bersama guru akan lebih
mungkin terjadi daripada mengandalkan tutorial Youtube.
Kegiatan nomor 5 adalah pengamatan sederhana sekaligus pembelajaran, ini berlaku hanya untuk anak
saya nomor 3 karena tidak bisa diam, jadi saya memberi stimulus untuk memperhatikan keadaan sekeliling ketika
terjadi sesuatu. Contoh kami menemukan cacing, kami menemukan jangkrik, kami menemukan daun putri malu
dsb. Sesuatu yang menarik yang terjadi langsung saat itu juga saya memberi stimulus tanya jawab dan mencari
literatur(kerjaan ditunda dulu sebentar). Tidak menunggu waktu mencari informasi karena nanti kalau moodnya
sudah lewat akan sulit lagi diberi informasi pengetahuan. Bahkan tidak menurup kemungkinan melakukan
percobaan sederhana seperti membekukan air menjadi es batu.
Terima Corona
Oleh M. Sandra Deta Rosiani, S.Pd.
Di suatu desa bernama Desa Sukarame hiduplah satu keluarga yang hidup bahagia. Keluarga
Bapak Ayem Tentrem terdiri dari Bapak Tentrem, Ibu Tentrem, Arjuna, dan Nilam. Pak
Tentrem adalah seoran pensiunan dokter yang dulu bekerja di salah satu rumah sakit negeri
di kota tersebut. Profesi tersebut diwarisi oleh anak sulungnya yang bernama Arjuna. Arjuna
adalah seorang dokter muda di salah satu rumah sakit swasta terbaik di kota tersebut. Setiap
harinya, Arjuna bertugas di bagian Instalasi Gawat Darurat bersama dengan perawat dan
dokter lain yang bertugas di ruangan itu. Sementara anak kedua Pak Tentrem sedang
menyelesaikan kuliahnya yang juga berhubungan dengan dunia medis. Perawat, tahun ini
adalah tahun ketiga Nilam berkuliah di salah satu akademi keperawatan terbaik di kota ini.
Sebentar lagi Nilam akan menyelesaikan kuliahnya dan mulai bekerja di dunia kesehatan.
Satu bulan yang lalu dikabarkan bahwa Covid – 19 sudah masuk ke Indonesia termasuk
kota di mana dokter Arjuna bekerja. Tidak ada sedikitpun rasa takut atau khawatir yang
terlihat di wajah dokter Arjuna akan adanya virus corona ini yang ada hanyalah tekad dan
keberanian untuk berjuang melawan virus corona. Dengan tekad yang kuat, dokter Arjuna
memutuskan untuk menyewa sebuah kamar di dekat rumah sakit di mana dia bekerja. Demi
menjaga orang yang dikasihinya, beliau rela untuk berjuang bertaruh nyawa melawan virus
corona. Tidak ada kata yang bisa diungkapkan kecuali doa yang semakin kuat didaraskan oleh
Pak Tentrem dan Bu Tentrem. Berharap anak mereka selamat dan dapat kembali pulang ke
rumah berkumpul bersama mereka.
Berbagai kanal berita pun mengabarkan bahwa virus corona semakin luas menyebar.
Kelangkaan alat perlindungan diri bagi para medis pun tak luput dari pemberitaan.
Memperkuat kekhawatiran Pak Tentrem dan Bu Tentrem. Ditambah lagi masih banyak
masyarakat yang seakan tidak peduli dan tidak mentaati kebijakan pemerintah untuk
memperlambat laju penyebaran virus corona ini. Masih banyak orang – orang yang tidak
mengindahkan kebijakan pemerintah, mereka tidak peduli dengan apa yang diperjuangkan
oleh para tenaga medis dan non medis. Sedikit kekhawatiran Pak Tentrem dan cukup
mengganggu pikirannya. Namun, tak henti – hentinya doa dipanjatkan demi keselamatan
anak sulungnya.
Hari itu dokter Arjuna bekerja seperti biasa di rumah sakit. Tak lupa mengenakan
alat perlindungan diri yang belakangan ini menjadi sahabat karibnya. Beranjaklah dokter
Arjuna menuju ruangan Instalasi Gawat Darurat di mana ia harus berjuang hari itu.
Perawat yang bertugas di ruangan itu melaporkan bahwa ada salah satu pasien yang harus
diperiksa. Dokter Arjuna memeriksa pasien tersebut berdasarkan standar pemeriksaan
yang diberlakukan di tempat itu. Dimulai dari pemeriksaan kesehatan umum, wawancara
sampai dengan dilakukannya swab tes. Tak luput pasien juga disodorkan berbagai
pertanyaan guna memperoleh informasi detil mengenai aktivitas dan interaksi dengan
orang sekitar. Hal itu merupakan suatu yang krusial untuk membantu semua pihak dalam
menyisir dan meminalisir paparan virus kepada orang lain.
Bersambung . . .
Terima Corona
Oleh M. Sandra Deta Rosiani, S.Pd.
Dokter Arjuna tidak menemukan hal – hal yang mencurigakan dari pasien tersebut. Ditambah
lagi pasien tersebut mengaku bahwa selama ini hanya tinggal di dalam rumah, melakukan
pekerjaan di dalam rumah, dan bekerja pun juga dari rumah. Naasnya yang terjadi pada hari
itu, ternyata pasien tersebut tidak hanya terpapar covid 19 tapi juga virus kebobrokan
akhlak dan dan nurani manusia. Pasien tersebut akhirnya mengaku bahwa seminggu yang lalu
mengunjungi daerah zona merah, daerah di mana virus corona telah menyebar hampir di
seluruh wilayah. Seketika itu dokter Arjuna dan beberapa perawat yang menangani pasien
tersebut terdiam. Hanya doa dan harapan yang ada di pikiran berharap yang terbaik. Hingga
pada akhirnya semua tenaga medis yang menangani pasien tersebut harus menjalani
karantina karena pun mereka juga telah terpapar virus corona, termasuk dokter Arjuna.
Kabar tersebut akhirnya terdengar oleh orang tua dokter Arjuna. Tidak ada kata – kata
yang terucap, hanya air mata yang jatuh karena perjuangan dan dedikasi putranya yang saat
ini harus terhenti untuk sementara. Pak Tentrem dan Bu Tentrem harus rela melewati bulan
Ramadhan tanpa kehadiran anak sulungnya yang sedang menjalani karantina. Harapan dan
doa tak henti – hentinya didaraskan. Bukan hanya gejala kesehatan saja yang nampak dari
virus ini. Namun gejala kemanusiaan yang saat ini mulai nampak. Kejujuran dan kepedulian
pun menjadi gejala yang akhirnya nampak dari virus ini. Tidak jujur dan tidak peduli maka
bukan hanya diri sendiri yang rugi, orang lain pun terlebih tenaga medis dan non medis yang
menjadi relawan. Sudah saatnya, sudah waktunya mengesampingkan kepentingan pribadi.
Virus ini bukan musuh bagi para medis, namun musuh kita semua yang harus kita lawan
dengan kepedulian. Saatnya untuk peduli, terlebih kepada para medis yang berjuang di
garda depan melawan virus ini. Hargailah mereka, para medis dengan mentaati kebijakan
pemerintah dan dengan berkata jujur kepada mereka. Turunkan ego, tinggikan semangat
dan kepedulian. Let's beat COVID – 19.
SEKIAN
Corona
Oleh Markus Endri Suryawan, S.Pd.
Suddenly you realize that power, beauty and money are worthless,
And can't get you the oxygen you're figh ng for.
The world con nues its life and it is beau ful.
It only put humans in cages.
Tulisan dari penulis Haroon Rasyid yang sempat diunggahnya di Instagram beberapa waktu lalu mungkin
sudah menjadi garis besar apa yang ingin saya tulis.
Covid-19 pertama kali ditemukan kasusnya di Wuhan, China. Siapa yang menyangka
penyebarannya begitu cepat, siapa juga yang mengira bahwa Indonesia yang digadang-gadang sebagai
negara tropis, kaya dengan rempah-rempah yang katanya bisa menunjang stamina tubuh untuk
menghindar dari virus akhirnya dak luput dari pandemi ini. Bahkan sempat ada joke yang mengatakan
virus corona dak berani masuk ke Indonesia karena di Indonesia sendiri sudah ada virus yang lebih
berbahaya, ya, waktu itu, sebelum virus ini menyerang negara kita.
Dari semua yang terjadi, terlepas dari dampak nega f yang disebabkan oleh covid-19 yang
menjangkit manusia tanpa pandang bulu, tanpa memandang siapa, dimana, se nggi apa kedudukan
seseorang, ditambah lagi dari sektor pariwisata dan segi perekonomian yang paling terpukul karena
dampak covid-19. Bisa kita rasakan, covid-19 memang berdampak nega f bagi manusia, namun
bagaimana dampaknya untuk bumi kita? Menurut ar kel dan video yang saja lihat, covid-19 justru
berdampak baik bagi bumi ini. Polusi udara dan suara menurun, kualitas udara meningkat, langit menjadi
lebih cerah, air menjadi lebih jernih, hewan-hewan liar turun ke jalanan seper sedang mengatakan “Ini
rumahku!”, dan masih banyak hal yang lainnya. Saya ingin mengajak kita semua untuk berandai-andai,
untuk membayangkan, bagaimana jika tenyata selama ini kitalah virus bagi bumi, dan covid-19 adalah
vaksinnya. Covid-19 membiarkan bumi ini mengambil jeda. Ini semakin mengingatkan kita bahwa kita
dak hidup sendiri, kita hidup berdampingan. Semoga kedepannya kita sebagai manusia sadar bahwa
kita dak boleh egois dan serakah, ada banyak hal yang perlu dijaga, dirawat dan
dipertanggungjawabkan atas bumi ini, biarkan bumi ini beris rahat sejenak, biarkan ia mengambil apa
yang menjadi miliknya.
Sepenggal Jejak Tertutup Masa
Oleh Gracecia Omega Nanda, Amd.
Banyak manusia kehilangan nyawa dan ekonomi kita pun amat terpengaruh. Kita pas ingin
lingkungan lebih baik, tapi juga ingin berak vitas dengan normal. Butuh suppor ng policy untuk
mengatasi masalah iklim, bukan karena wabah yang mengorbankan nyawa manusia dan disertai
dengan krisis ekonomi.
Sejak pademi COVID-19 merebak, beberapa negara di dunia menerapkan karan na wilayah untuk
mengurangi risiko penularan. Kebijakan ini memaksa warga untuk tetap nggal di rumah dan
menghindari berkumpul dengan banyak orang. Sekolah-sekolah dan tempat hiburan ditutup,
beberapa perusahaan menerapkan #BekerjaDariRumah, dan transportasi umum pun dibatasi jumlah
dan waktu operasionalnya. Banyak yang mengatakan, langkah-langkah ini membuat kondisi Bumi
menjadi lebih baik dan sehat. Pencemaran udara di Indonesia dilaporkan berkurang. Ada yang salah
dengan situasi saat ini karena tingkat polusi dan emisi global yang menurun, bukan karena kebijakan
tertentu, tapi karena industri berhenti beroperasi akibat wabah COVID-19. Tak dapat dipungkiri,
sebagai pegiat lingkungan, awalnya melihat sisi positif dari pandemi COVID-19. Namun, setelah
melihat dampaknya secara luas, hal ini justru membuatnya khawatir. Banyak manusia kehilangan
nyawa dan ekonomi kita pun amat terpengaruh. Kita pasti ingin lingkungan lebih baik, tapi juga ingin
beraktivitas dengan normal. Butuh supporting policy untuk mengatasi masalah iklim, bukan karena
wabah yang mengorbankan nyawa manusia dan disertai dengan krisis ekonomi.
Situasi yang terjadi saat ini mungkin bisa dijadikan pelajaran. Bahwa, jika kita mampu
menjaga Bumi dan tidak serakah, maka alam pun akan memberikan hasil yang baik, seperti udara
segar misalnya. Kondisi Bumi yang sedang memulihkan dirinya sendiri ini, seperti computer ini bisa
menjadi waktu yang tepat bagi kita untuk melakukan restart for all. Kita bisa mulai menerapkan gaya
hidup ramah lingkungan. Saat ini, ketika banyak melakukan aktivitas di rumah, maka bisa
dimanfaatkan untuk belajar memilah sampah sendiri di rumah dan membuat kompos. Mungkin saja,
setelah pandemi berakhir, muncul kesadaran pada setiap individu untuk lebih menjaga alam. Meski
begitu, tak dapat dipungkiri, ada ketakutan mengenai kondisi Bumi yang akan kembali seperti
sebelum wabah terjadi. Pasalnya, kegiatan produksi bisa jadi meningkat berkali-kali lipat untuk
mengejar ketertinggalan. Oleh sebab itu, besar harapan kami, perubahan gaya hidup ini dak hanya
melibatkan individu saja, tapi juga kepedulian dari pemerintah dan industri.
Pada akhirnya, semua orang di ajak untuk bersama-sama merefleksi diri di situasi seper ini
dan memikirkan apa yang bisa kita lakukan untuk membantu sesama dan menjaga kelestarian alam
setelah wabah ini berakhir.
Kebersihan Desaku - Yuk Jaga Kebersihan
COVID satu kata berjuta kejutan. Manusia yang tadinya malah menjaga kebersihan dituntut untuk
bagaimana caranya agar virus ini dak hinggap di tubuh kita. Mengingat ganasnya virus ini yang dak
bias dianggap sepele oleh masyarakat dunia. Di desaku Kalinongko ini merupakan virus yang
membuat ak vitas sangat terbatas termasuk kebiasaan kita ke ka berkunjung ke rumah tetangga.
Semua serba steril, warga dak dapat berkumpul seper voli atau ronda malam, namun ini demi
kebaikan kita semua. Di tengah kepanikan besar warga dunia dalam menghadapi virus corona atau
COVID-19, ada sebuah dilema. Di satu sisi, virus corona membawa pukulan keras bagi ekonomi
global. Sisi yang tak disangka-
Bersambung . . .
COVID dan Lingkungan
Oleh Bartolomeus Bramasak Ni sastro, S.Pd.
sangka, virus ini malah membawa angin segar bagi lingkungan hidup. Ambil contoh, Kalinongko Kulon
Progo. Desa yang masuk dalam laju virus corona mulai meluas, mau tak mau sejak 9 Maret,
meperpanjang waktu lockdown, bahkan mencangkup seluruh Kecamatan.
Berkah dari aturan tersebut, desaku merasakan suasana jalanan kosong, bandara sepi, polusi
menurun serta tak terdengar lagi hilir mudik kendaraan untuk kali pertamanya. Jikalau ditelusuri,
efek paling nyata lainnya terdapat di dua RT, yaitu 14 dan 15.
Oleh perantau dari kota kota metropolitan mancanegara, desaku sering kali dijadikan
des nasi utama kala berkunjung ke Kulon Progo karena alasan indah dan penuh roman sme. Seper
yang dilansir abcnews kini, karena keramaian tak lagi ada, kanal-kanal yang biasanya agak gelap pun
berubah menjadi jernih. Alhasil, orang-orang dapat langsung melihat ikan berenang di bawahnya.
Pelajaran Penting
Tak hanya Kalinongko, pada dasarnya hal ini terjadi hampir di setiap desa yang sedang
melawan wabah virus corona. Pun mulai merasakan titik di mana lingkungan hidup mulai berbenah.
Oleh karena itu, wajar jika banyak orang kemudian berkomentar melihat fenomena ini. Bahkan,
COVID-19 oleh Pa Dusun dianggap sebagai sebuah refleksi yang setidaknya dapat menyadarkan
manusia kalau alam memang memiliki kekuatan serta kemampuan dalam melindungi kehidupan kita
sebagai manusia. Tetapi, karena kondisinya telah rusak, maka manusia harus berhadapan langsung
dengan semua bencana dan selalu menjadi korban dari bencana tersebut.
Dalam konteks COVID-19 ini, manusia lalu dapat memberikan kesempatan kepada
lingkungan hidup untuk bernapas, memulihkan daya dukung dan daya tampungnya, semisal yang
terjadi di Italia. Sehingga orang-orang sadar, COVID-19 bukanlah sekadar siklus alam belaka yang
memakan banyak korban jiwa. Terlebih lagi, COVID-19 mampu membenarkan cara pandang kita,
bahwa alam tidak sekadar komoditi ekonomi, bahwa alam lingkungan dan semesta memiliki nilai
sosial dan kultural, memiliki kemampuan mereduksi segala bentuk bencana, harus segera kita
lakukan.
Sebagai penutup, kiranya sepenggal kalimat dari film Underwater (2020) yang dibintangi oleh
Kristen Stewart, dapat menyadarkan bahwa lingkungan hidup dapat memperbarui dirinya sendiri:
“Karena kita sudah terlalu banyak mengambil dari laut. Kini laut ingin mengambilnya kembali dari
kita. Seharusnya kita tidak di sini.”
SEKIAN
Belum Usang
Oleh Yustinus C., S.Pd.
Salam Bahagia,
Frengky, M.A.
Kepala SD Budi Utama 2019/2020